1 RETAILING TECHNOLOGY
Teknologi dapat diartikan sebagai sebuah berkah atau kutukan. Banyak dari teknologi
terbaru yang menjanjikan keunggulan kompetitif pasar bagi pelaku bisnis ritel, tapi tidak
semua itu terbukti. Dengan persaingan yang ketat, pengusaha ritel tidak boleh terlalu
konservatif atau mereka berisiko kehilangan pelanggan dimana pesaing mereka semakin
mengembangkan teknologinya untuk meningkatkan pengalaman belanja, menawarkan harga
produk yang lebih murah, mengintegrasikan saluran penjualan dll. Oleh karenanya agar dapat
besaing maka perusahaan retail harus melakukan cara berikut:
1. Mengikuti Permintaan Dan Perilaku Konsumen
Memahami dan menanggapi kebutuhan dan perilaku konsumen adalah kunci untuk
bertahan hidup bagi pengusaha ritel modern meskipun tantangannya semakin kompleks
karena retailer dihadapkan dengan sejumlah tren industri yang sulit dan mengubah perilaku
konsumen (Galgey & Pattinson, 2013).
a) Empowered Price Sensitivity
Konsumen selalu memperhatikan harga. Dalam lingkungan ritel saat ini, konsumen
lebih kritis untuk menemukan harga terendah suatu produk dengan menggunakan
teknologi Web dan seluler, konsumen dapat mencari informasi tentang produk dan
alternatif harga dari berbagai retailer lain menggunakan perangkat seluler mereka. Retailer
membutuhkan strategi yang jelas untuk menanggapi perilaku konsumen tersebut dengan
menyesuaikan harga atau menemukan cara lain untuk menawarkan nilai yang lebih besar.
b) Nonlinear Search and Influence Patterns
Jalur atau media yang digunakan konsumen untuk melakukan pembelian saat ini
bervariasi dan tidak dapat diprediksi. Dahulu, konsumen lebih dipengaruhi oleh iklan
media masa yang mendorong mereka ke toko untuk membeli namun sekarang minat
konsumen dipengaruhi oleh berbagai saluran komunikasi baru seperti media sosial, iklan
seluler, email, pemasaran pencarian, dan komunikasi digital lainnya.
c) Channel Hopping
Karena konsumen dipengaruhi oleh lebih banyak saluran komunikasi, pilihan mereka
untuk membeli produk juga meningkat. Saat ini konsumen dapat membeli produk melalui
retailer tradisional (toko), online, melalui perangkat dan aplikasi seluler. Beberapa ahli
kemudian berpendapat bahwa media sosial sebagai saluran ritel potensial yang disebut
perdagangan sosial (social commerce). Kombinasi saluran belanja, saluran komunikasi,
dan tahap proses belanja yang bervariasi membuat perencanaan strategis menjadi
tantangan dalam industry ritel. Retailer modern akan semakin mengandalkan analisis data
agar dapat membedakan pola atau tren perilaku belanja konsumen di seluruh saluran untuk
diidentifikasi mana cara terbaik yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan.
d) Digital Immigrants, Natives, and Dependents
Digital Natives adalah generasi pertama (usia anak hingga remaja) yang tumbuh
dikelilingi oleh perangkat digital (mis., Komputer, telepon pintar, kamera digital, perekam
video, dll.) dan konektivitas Internet. Mereka merasa nyaman menggunakan teknologi
untuk beraktivitas dengan mudah dan menggunakan berbagai saluran ritel untuk
mengoptimalkan pembelian mereka terkait harga, kenyamanan, dan keinginan untuk
kepuasan instan. Sementara, Digital Immigrants (terutama yang telah berumur) meskipun
lebih kuno, dan nyaman dengan teknologi, mereka pada dasarnya memandang saluran ritel
secara terpisah dan berbeda. Mereka tidak terlalu suka menggunakan teknologi seluler
dalam perilaku belanja mereka. Digital dependents mewakili generasi muda yang tumbuh
dalam dunia koneksi broadband, konektivitas konstan, dan teknologi terkait dan menjadi
tidak nyaman jika mereka tidak memiliki akses ke sana. Generasi ini lebih memiliki
banyak tuntutan pada retailers untuk menggunakan teknologi dalam mencapai semua
aspek pengalaman berbelanja. Retailer Brick-and-mortar akan terus memainkan peran
penting dalam kehidupan generasi ini, tetapi mereka berharap belanja di toko akan
terintegrasi sepenuhnya dengan teknologi yang mereka andalkan.
e) Need for Convenience (Kebutuhan untuk Kenyamanan)
Faktor ekonomi dan sosial membuat lebih banyak tekanan dalam kehidupan, oleh
karenanya konsumen akan mencari produk dan saluran belanja yang efisien waktu dengan
harga yang murah serta pemerolehan barang dan jasa yang cepat sesuai keinginan mereka.
2. Konsep Penjualan Omni-Channel
Ketika dunia ritel mulai berkembang sebagai hasil dari teknologi digital dan internet,
saluran baru muncul yang awalnya dianggap terpisah dan berbeda. Sebagian besar retailer
dan segmen pasar konsumen yang cukup besar melihat toko-toko tradisional masih dapat
bersaing dengan saluran belanja online (e-commerce) dan perdagangan seluler (m-
commerce). Meskipun sebagian besar bisnis saat ini mengoperasikan saluran e-commerce
dan seluler mereka terpisah dari saluran ritel tradisional, namun diharapkan kedepan
muncul strategi yang dapat mengintegrasikan pengalaman pelanggan lintas saluran atau
apa yang disebut sebagai pendekatan ritel omni-channel oleh National Retail Federation
(2011).
Banyak bisnis mengoperasikan saluran ritel secara terpisah. Contohnya, harga produk
di toko mungkin berbeda dari yang ditemukan pelanggan di situs web perusahaan dan
katalog. Catatan pembelian pelanggan dari situs web mungkin tidak tersedia untuk
karyawan yang melayani pelanggan di toko tradisional. Tetapi strategi ritel semakin
berkembang, tujuan utamanya adalah menawarkan “touchpoint” kepada konsumen dengan
memanfaatkan kekuatan setiap saluran. Misalnya, perusahaan dengan strategi yang benar-
benar terintegrasi atau omni-channel dapat menarik minat pelanggan melalui iklan seluler
atau katalog, kemudian pelanggan mengunjungi toko fisik untuk memeriksa produk secara
langsung dan berbicara dengan seorang penjual. Jika cocok pembeli dapat melakukan
pembayaran langsung atau jika ternyata toko tidak memiliki ukuran atau warna tertentu
dari produk yang diinginkan, pelanggan dapat memesannya dengan mengakses situs web
toko menggunakan ponselnya dengan memindai kode QR yang ditempatkan secara
strategis pada tampilan di toko. Produk kemudian akan dikirim melalui pos. Pengembalian
produk dapat ditangani melalui pos atau dikembalikan ke toko, tergantung pada apa yang
paling nyaman bagi pelanggan. Customer services di pusat akan memiliki catatan
pembelian pelanggan terlepas dari saluran mana transaksi tersebut diselesaikan. Strategi
omni-channel juga mempertimbangkan potensi dampak media sosial, di mana pelanggan
berinteraksi dengan merek di situs seperti Facebook atau Twitter dan berbagi ulasan
tentang produk perusahaan dengan orang lain di jejaring sosial mereka.
8.2 BUSINESS TO CONSUMER (B2C) ECOMMERCE
Masyarakt saat ini membeli hamper semua kebutuhannya melalui e-commerce. Retail
dibidang layanan keuangan, perjalanan dan produk digital adalah jenis B2C yang sangat
populer.
Online Banking
Perbankan online mencakup berbagai kegiatan perbankan yang dilakukan melalui
Internet sebagai gantinya di lokasi fisik bank. Perbankan online, juga menawarkan layanan
seperti pembukaan rekening, membayar tagihan hingga mengajukan pinjaman. Pelanggan
dapat memeriksa saldo dan mentransfer dana kapan saja. Sebagian besar bank konvensional
menyediakan layanan perbankan online dan menggunakan e-commerce sebagai strategi
kompetitif utama.
International And Multiple-Currency Banking
Perbankan internasional dan kemampuan untuk menangani perdagangan dalam
berbagai mata uang sangat penting untuk perdagangan internasional. Electronic fund transfer
(EFT) dan surat kredit elektronik adalah layanan penting dalam perbankan internasional.
Electronic fund transfer (EFT) adalah transfer dana dari satu rekening bank ke rekening bank
lain melalui jaringan komputer. Contoh dukungan untuk perdagangan global e-commerce
disediakan oleh TradeCard (tradecard.com) yang menawarkan model perangkat lunak sebagai
layanan (SaaS) dengan menyediakan kolaborasi rantai pasokan dan platform kepatuhan
keuangan perdagangan.
Online Recruiting
Sebagian besar perusahaan dan agen pemerintah mengiklankan lowongan kerja,
menerima resume, dan menjaring pelamar melalui internet. Pasar kerja online sangat efektif
dan aktif untuk pekerjaan yang berorientasi teknologi. Situs seperti Linkedin.com sering
digunakan untuk mengembangkan jaringan kontak atau komunikasi profesional dan
membangun reputasi pribadi secara online. Di banyak negara, pemerintah harus
mengiklankan lowongan pekerjaan di Internet. Selain itu, ratusan broker penempatan kerja
dan layanan terkait aktif di Web.