Anda di halaman 1dari 7

BISNIS DIGITAL DAN PERDAGANGAN ELEKTRONIK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Ekonomi Digital
Dosen Pengampu : Ibu Rona Tanjung, S. Kom., M. Si.

Disusun Oleh Kelompok 4:


1. Emanuel Kevin Mea - 211020117
2. Lamtiur Sinaga – 211020104
3. Hana Sitanggang – 211020099

KELAS C
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
2022/2023
BISNIS DIGITAL DAN PERDAGANGAN ELEKTRONIK

A. Konsep E-Commerce
E-commerce (Elektronic Commerce) atau dalam bahasa indonesia Perdagangan Secara
Elektronik adalah aktivitas penyebaran, penjualan, pembelian, pemasaran produk (barang dan
jasa), dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi seperti internet, televisi, atau jaringan
komputer lainnya. Secara sederhana e-commerce adalah proses pembelian maupun penjualan
produk secara elektronik. e-commerce sendiri makin kian berkembang beberapa tahun
belakangan ini dan secara perlahap menggantikan toko tradisional (offline).
E-commerce berasal dari bahasa Inggris, yaitu electronic commerce atau perdagangan
elektronik. Dan sebagaimana perdagangan yang dilakukan secara langsung atau face to face.
Dalam e- commerce juga meliputi proses promosi, pembelian, dan pemasaran produk. Yang
berbeda adalah pada sistem berdagang yang digunakan, yaitu melalui media elektronik atau
internet. Dalam e-commerce, seluruh proses perdagangan mulai dari proses pemesanan
produk, pertukaran data, hingga transfer dana dilakukan secara elektronik. Di tengah
perkembangan arus teknologi dan informasi digital yang semakin canggih. Aktivitas
e-commerce adalah suatu penerapan dari e-business atau bisnis elektronik. Yang mana
berhubungan dengan kegiatan transaksi komersial.
Jadi, secara garis besar pengertian e-commerce ini bukan hanya meliputi aktivitas
perniagaan saja. Tapi juga mencakup kolaborasi dengan mitra bisnis, client service,
lowongan pekerjaan, dan sebagainya. Di samping memanfaatkan teknologi digital, e
commerce ini juga membutuhkan database, e-mail, dan juga teknologi lain yang non internet.
Misalnya saja dalam mengirim barang, dan cara membayar produk dari e-commerce.
Jika merunut pada konsep mengenai e-commerce, paling tidak terdapat 4 (empat)
kelompok e-commerce berdasarkan sifat transaksinya yaitu Pradana (2016):
1. B2B (Business To Business). Pada jenis ini, bisnis atau perusahaan sebagai pelaku
dari transaksi. Dengan kata lain, transaksi terjadi antara perusahaan.
2. B2C (Business To Consumer). Model e-commerce ini melibatkan langsung
perusahaan sebagai pedagang dan individu sebagai pembeli.
3. C2C (Consumer To Consumer). Model ini terjadi transaksi antar individu baik
sebagai penjual maupun sebagai pembeli.
4. C2B (Consumer To Business). Pada model e-commerce ini, pelaku individu yang
melakukan transaksi dengan perusahaan.

Dari keempat model di atas, bentuk perdagangan berbasis elektronik telah


dimanfaatkan dalam bentuk marketplace (implementasi model B2B, B2C, C2C, C2B)
maupun situs e-commerce dengan model B2C. Model e commerce berupa marketplace
dapat dilihat pada situs tokopedia, bukalapak, shopee, lazada, traveloka, dan lain-lain.
Sedangkan model B2C, dapat dilihat pada situs perdagangan online maskapai
penerbangan Garuda Indonesia, beberapa hotel di Indonesia, dan lain-lain.

B. Perbedaan Bisnis Digital dan Perdagangan secara Electronik


Perdagangan elektronik (e-commerce) didifinisikan sebagai semua pertukaran
informasi yang dimediasi secara elektronik antara organisasi dan pemangku kepentingan
eksternal. Dengan definisi ini, transaksi non-keuangan seperti dukungan pelanggan dan
permintaan informasi lebih lanjut juga akan dianggap sebagai bagian dari e-commerce.
Kalakota dan Whinston (1997) mengacu pada berbagai perspektif yang berbeda
tentang e-commerce yang masih berlaku sampai sekarang:
1. Perspektif komunikasi – penyampaian informasi, produk atau layanan atau
pembayaran dengan cara elektronik.
2. Perspektif proses bisnis – penerapan teknologi terhadap otomasi transaksi bisnis dan
alur kerja.
3. Perspektif layanan – memungkinkan pemotongan biaya silang bersamaan dengan
meningkatkan kecepatan dan kualitas pemberian layanan.
4. Perspektif online – pembelian dan penjualan produk dan informasi secara online.

Saat mengevaluasi dampak strategis e-commerce pada sebuah organisasi, akan lebih
berguna bila mengidentifikasi peluang untuk transaksi e-commerce ‘buy side’ dan ‘sell-
side’ seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.4, karena sistem dengan fungsi yang
berbeda perlu diciptakan dalam organisasi. Untuk mengakomodasi transaksi dengan
pembeli dan dengan pemasok. E-commerce ‘buy side’ mengacu pada transaksi untuk
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi dari para pemasoknya. E-
commerce ‘sell side’ mengacu pada transaksi yang terlibat dengan menjual produk ke
pelanggan organisasi.
Social Commerce adalah bagian yang semakin penting dari e-commerce bagi pemilik
situs karena menggabungkan ulasan dan penilaian ke situs dan menautkan ke situs
jejaring sosial dapat membantu memahami kebutuhan pelanggan dan meningkatkan
konversi menjadi penjualan. Ini juga bisa melibatkan pembelian kelompok,
menggunakan layanan kupon seperti Groupon.

Gambar 1.4

Digital bisnis lebih luas dalam cakupannya daripada e- commerce. Hal ini mirip
dengan istilah e-business (yang pertama kali diciptakan oleh IBM), yang
menggambarkannya pada tahun 1997 sebagai: e-business (e’biz’nis) – transformasi
proses bisnis utama melalui penggunaan teknologi internet. Dengan kata lain, bagaimana
bisnis menerapkan teknologi dan media digital untuk meningkatkan daya saing organisasi
mereka melalui optimalisasi proses internal dengan saluran online dan tradisional ke
pasar dan pemasok. Kunci proses digital bisnis adalah proses atau unit organisasi gambar
1.4 bagian tengah. Mereka mencakup penelitian dan pengem- bangan, pemasaran,
manufaktur, dan logistik masuk dan keluar.
Transaksi e-commerce ‘buy side’ dengan pemasok dan transaksi e-commerce ‘sell
side’ dengan pelanggan juga dapat dianggap sebagai kunci proses digital bisnis. ‘sell
side’ e- commerce tidak hanya melibatkan penjualan produk secara online, namun juga
melibatkan penggunaan teknologi digital ke layanan pasar menggunakan berbagai
teknik. Tidak semua produk cocok untuk dijual secara online, jadi cara situs yang
digunakan untuk memasarkan produk akan bervariasi. Hal ini berguna untuk meninjau
lima jenis utama kehadiran online untuk sisi penjualan e-commerce, yang masing-masing
memiliki tujuan yang berbeda dan sesuai untuk pasar yang berbeda. Ini bukan kategori
situs yang jelas karena perusahaan mana pun dapat menggabungkan jenis ini, namun
dengan perubahan penekanan sesuai dengan pasar yang mereka layani.

C. Peluang Bisnis Digital


1. Marketplace adalah platform perantara atau pihak ketiga yang menghubungkan
penjual dan pembeli.
2. Advertising adalah sebuah upaya untuk menarik perhatian pelanggan atau klien. Hal
itu dilakukan melalui pesan yang persuasif dalam bentuk gambar, video, maupun
kata-kata mengenai produk atau layanan yang ditawarkan.
3. Infomediary adalah jasa mengumpulkan informasi dan data mengenai seseorang atau
sebuah perusahaan, baik untuk pembeli atau penjual.
4. Merchant adalah penjual barang/jasa yang memiliki bentuk usaha (physical store)
maupun online store yang bekerjasama dengan Bank dalam penyediaan layanan
penerimaan pembayaran via e-money bank yang bersangkutan. Merchant dibagi
menjadi dua yaitu merchant perorangan dan merchant berbadan hukum.
5. Manufaktur adalah sebuah badan usaha atau perusahaan yang memproduksi barang
jadi dari bahan baku mentah dengan menggunakan alat, peralatan, mesin produksi,
dan sebagainya dalam skala produksi yang besar.
6. Affiliate marketing merupakan salah satu dari banyak model bisnis Internet marketing
yang menjadi salah satu strategi yang paling sering diterapkan oleh sebuah bisnis.
7. Influencer adalah seseorang yang bisa memberikan pengaruh di masyarakat.
Contohnya seperti selebriti, blogger, youtuber, ataupun seorang public figure yang
dianggap penting di komunitas tertentu.

D. Resiko dan Hambatan Bisnis Digital


1. Resiko Bisnis Digital
a. Market Problem
Resiko pemasaran memang sudah terjadi bahkan sebelum bisnis dijalankan, krisis
kepercayaan azas tidak percaya seringkali menjadi kendala untuk mendapatkan klien /
visitor. Namun hal ini bisa diakali dengan melampirkan berbagai portofolio dan
pelayanan yang serius disertai dengan nilai hospitality yang tingggi.
b. Peretasan/Ancaman Cyber
Serangan BOT lah yang sangat merepotkan. Serangan ini membuat kacau hasil
dari analytic. Kadang-kadang trafic naik dan sebagainya sehingga hasil analisa untuk
menentukan strategi pun terganggu. Meskipun kita menggunakan firewall tercanggih
sekalipun, cyber threat ini masih menjadi ancaman yang serius untuk pelaku bisnis
digital marketing.
c. ITechies VS non Techies
untuk menghubungkanya semua stick holder harus memahami techies itu apa,
karena mau tidak mau, suka atau tidak suka, digital marketing pasti harus ketemu
orang teknik dan harus mengerti sedikit besarnya tentang teknik. Jangan asal
mengampangkan, tapi build team sesuai kemampuan sehingga tujuan tetap terjalani
dengan segenap tenaga dan solutif.

2. Hambatan Digital Bisnis


a. Kompetitor semakin banyak
b. Pola masyarakat yang berubah
c. Sumber daya manusia (sebagai pemilik bisnis Anda juga harus memberikan pelatihan
tambahan kepada karyawan Anda secara berkala untuk menyesuaikan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
d. Memasarkan produk dengan teknologi (kini kita sudah lebih mudah untuk
mempromosikan produk Anda dengan menggunakan marketplace seperti Shopee,
Tokopedia dan lainnya.)
Daftar Pustaka

Buku :
Dr. Musnaini, S.E., M.M., dkk. 2020. Digital Business. Jl. Gerilya No. 292
Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas Jawa Tengah
Adhi Prasetio, dkk. 2021. Konsep Dasar E-Commerce. Yayasan Kita Menulis.

Kutipan :
Pradana (2016)
Kalakota dan Whinston (1997)

Anda mungkin juga menyukai