Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN MASALAH ANTI KORUPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampun : Dr. Dhenny Asmarazisa, S.H., M.M.

Disusun oleh Kelompok 10 :

1. Syahira Dwi Santika -


2. Emanuel Kevin Mea – 211020117
3. Hana Sitanggang - 211020099
4. Mhd. Khairul Anam Panjaitan – 211020113

Prodi Manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Riau Kepulauan Batam
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya
lah, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Antikorupsi adalah sikap dan
perilaku untuk tidak mendukung adanya upaya untuk merugikan keuangan negara dan
perekonomian negara. Dengan kata lain, antikorupsi merupakan sikap menentang terhadap
adanya korupsi. Untuk itu, disini diuraikan tentang korupsi, nilai- nilai anti korupsi hingga
peranan mahasiswa untuk dalam gerakan anti korupsi.

Di kesempatan kali ini pula kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini. Harapan kami, kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam mempelajari
bahasan ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran
yang membangun.

Batam, 29 September 2021

ii
Daftar Isi

Cover......................................................................................................................................i
Kata Pengantar ......................................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang  .........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1`
C. Tujuan .......................................................................................................................1

BAB II Pembahasan
A. Pengertian Korupsi ...................................................................................................2
B. Faktor Penyebab dan Dampak Negatif Korupsi........................................................3
C. Nilai – nilai dan Prinsip Anti Korupsi.......................................................................5
D. Program Anti Korupsi...............................................................................................11
E. Hambatan Pemberantasan Korupsi............................................................................12
F. Langkah Pemberantasan Korupsi..............................................................................14
G. Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi...15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak, luas
wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik di
darat maupun laut. Akan tetapi, pada kenyataannya Negara Indonesia termasuk salah satu
negara termiskin di dunia. Sumber daya alam banyak dikuasai oleh pihak asing serta
golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya mengelola sumber daya alam
tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada kenyataannya kalah dengan
kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para penyelenggara negara seolah-akan sudah
tidak berroientasi lagi untuk memajukan bangsa ini, mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok mereka,

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian korupsi
2. Faktor penyebab dan dan dampak negatif korupsi
3. Nilai – nilai dan Prinsip Anti Korupsi
4. Program Anti Korupsi
5. Hambatan Pemberantasan Korupsi
6. Langkah Pemberantasan Korupsi
7. Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu korupsi
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dan dan dampak negatif korupsi
3. Untuk mengetahui Nilai – nilai dan Prinsip Anti Korupsi
4. Untuk mengetahui Program Anti Korupsi
5. Untuk mengetahui Hambatan dalam Pemberantasan Korupsi
6. Untuk mengetahui Langkah- langkah Pemberantasan Korupsi
7. Untuk menganalisis Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan
Anti Korupsi

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:

 perbuatan melawanhukum,

 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,

 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan

 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

 penggelapan dalam jabatan,

 pemerasan dalam jabatan,

 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan

 menerimagratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi
adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti

2
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau
tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang
tidak legal di tempat lain.

Pengertian Antikorupsi adalah sikap dan perilaku untuk tidak mendukung adanya


upaya untuk merugikan keuangan negara dan perekonomian negara. Dengan kata
lain, antikorupsi merupakan sikap menentang terhadap adanya korupsi.

B. Faktor Penyebab dan Dampak Negatif Korupsi

Beberapa kondisi yang menjadi faktor – faktor penyebab terjadinya korupsi


diantaranya :

1) Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab


langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan
demokratik.
2) Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah.
3) Kampanye-kampanye politik yang mahal. dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal.
4) Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
5) Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
6) Lemahnya ketrtiban hukuni.
7) Lemahnya profesi hukum.
8) Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media masa.
9) Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

Sedangkan beberapa dampak yang ditimbulkan korupsi sendiri antara lain sebagai
berikut :

1. Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan terhadap pembangunan. Di dalam dunia
politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum

3
dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan
kebijaksanaan, korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan
masyarakat. Secara umum korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah,
karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber dava dan pejabat diangkat atau
dinaikan jabatan bukan karna prestasi. Pada saat yang bersamaan. korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dun nilai demokrasi seperti kepercayaan dan
toleransi.
2. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas
Pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan. Walaupun ada vang menyatakan bahwa korupsi megurangi
ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi konsensus yang baru muncul
berkesimpulan bahwa keteisediaan sogokan menvebabkan pejabat untuk membuat
aturan- aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos
niaga, korupsi. juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki
koneksi dilindungi dari persaingan. dan sebagai hasilnya mempertahankan
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi mesnimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek provek masyarakat vang mana sogokan dan
upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kumpleksitas proyek
masvarakat untuk menyembunyikan korupsi, yang akhirnva nenghasilkan lebih
banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat – syarat keamanan
bangunan, lingkungan hidup atau aturan – aturan lain. Korupsi juga mengurangi
kualitas pelayanan pemerintah dan infrastruktur, dan menambah tekanan – tekanan
terhadap anggaran pemerintah.
3. Kesejahteraan Umum Negara
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
Korupsi kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya
warga negaranya politis berarti luas, Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus
membuat peraturan yang melindungi perusahraan besar, namun merugikan
4
perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-bisnis ini hanya
mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yamg memberikan umbangan
besar kampanye pemilu mereka.

C. Nilai – Nilai dan Prinsip Anti Korupsi

Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi
sebagaimana telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, dapat dikatakan bahwa penyebab
korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkan faktor eksternal berasal
dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan
dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi
tersebut.Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam
dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran,
kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.

Nilai nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi
faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain
memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-
prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara
prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.

Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai nilai anti korupsi ada
9, yaitu;

1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di defenisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong, dan tidak curang. Dalam berbagai buku
juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah
merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa
kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk
dalam kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat
diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, misalnya tidak
mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak memalsukan nilai, Lebih luas,

5
contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur
dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak
hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.
2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa
kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang didalamnya.Nilai kepedulian sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan
berusaha memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan
sumber daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain itu,
secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama
seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana alam, serta turut membantu
meningkatkan lingkungan sekitar tempat tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja
baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.
3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri
diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai
hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, karena tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang
lain.
4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya
untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari
disiplin ialah seseorang dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu
dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan
dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan dan
fokus pada pekerjaan.
5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang
memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan
lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekeeil apa-pun itu
dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung
6
jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh,
lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga
amanah dan kepercayaan yang diberikan.
6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan,
keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi
tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
7. Kesederhanaan

Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan masyarakat
disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros,
tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan
semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial,
secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan
adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan
berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan
dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak
bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

7
Mahasiswa adalah sebuah status yang ada pada diri seseorang yang telah lulus dari
pendidikan terakhirnya yang berkelanjutan melanjutkan pendidikan dalam sebuah lembaga
yang bernama universitas (Harmin, 2011).

1) Kerja keras mahasiswa akan menjauhkan dari tindakan korupsi,


2) Kesederhanaan perlu dikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam masa
pendidikannya.
3) Keberanian, mahasiswa akan mendapat sentuhan kreativitas dan inovasi yang akan
menghasilkan nilai tambah dalam masa perkuliahannya (Sjaifudin : 2002).
4) Keadilan, mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahannya
agar mahasiswa belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan
benar.

Sedangkan prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi
(de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami
sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi
dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability)
kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas publik
dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada kemampuan seseorang terkait
dengan kinerja yang diharapkan. (Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini
haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005). Akuntabilitas publik memiliki pola-pola
tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program, akuntablitas
proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas hasil, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas (Puslitbang, 2001). diukur dan dipertanggungjawabkan melalui
mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
kinerja, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik
secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pengaktifan dimulai transparansi dan
semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk

8
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk
sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika kelembagaan struktural. Dalam paling
sederhana, transparansi mengacu pada standar dan kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keadilan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang.
Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu;
1) Proses penganggaran,
2) Proses penyusunan kegiatan,
3) Proses pembahasan,
4) Proses pengawasan, dan
5) Proses evaluasi.

Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi,


laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.

Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek terkait dengan proses


pembahasan tentang sumber-sumber pendapatan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).

Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan rancangan yang


berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), pengelolaan proyek
mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan keuangan dan
pertanggungjawaban secara teknis. Proses pengawasan dalam pelaksnaaan dan
proyek pembangunan berkaitan dengan lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan
oleh masyarakat sendiri.

Proses evaluasi ini berlaku untuk penyelenggaraan proyek secara terbuka dan
bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan
fisik dari setiap keluaran kerja pembangunan.

3. Kewajaran
Prinsip keadilan atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya (proses
penganggaran), baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk
lainnya. Sifat-prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting komperehensif
dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan sifat informatif. Komperehensif
dan disiplin berarti mempertimbangkan total aspek, terjun, taat seperti, prinsip
pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas

9
artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar seperti uang untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi
merupakan cerminan dari adanya prinsip keadilan dalam proses perencanaan
pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak bias penerimaan maupun
pengeluaran yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat
dicapai sistem infomasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informasi ini
dijadikan sebagai dasar penilaian, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain
itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi
ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa
undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang anti-monopoli, maupun yang lainnya dapat memudahkan masyarakat
mengetahui sekaligus mengontrol kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. anti korupsi akan efektif jika didalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan masalah korupsi dan kualitas dari
kebijakan kualitas dan integritas pembuatnya. yang telah dibuat dapat bekerja bekerja
jika didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan
tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap. persepsi dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi
kebijakan kultur ini akan menentukan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi.
5. Kontrol Kebijakan
Kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol
terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol
kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap

10
lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti
kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

D. Program Anti Korupsi


1) Pemetaan atau Identifikasi Sumber-sumber Korupsi
Itjen bersama UKI Eselon I telah melakukan Pemetaan/Identifikasi Sumber-Sumber
Korupsi pada 12 Unit Eselon I Kemenkeu.
2) Audit Sistem atau Kinerja
Itjen telah melaksanakan Audit Kinerja pada 5 unit eselon I Kemenkeu. Berikutnya
Itjen akan memproses hasil pemetaan sumber-sumber korupsi sebagai Tema
Pengawasan Unggulan tahun kedepan dan mengkomunikasikannya kepada para
pimpinan unit eselon I.
3) Pencegahan
a. Value dan Perilaku
Telah dirumuskan Nilai-nilai dan Perilaku Utama Kemenkeu, antara lain Integritas,
Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan.
b. Kode etik
Seluruh unit eselon I Kemenkeu telah mempunyai dan mensosialisasikan kode etik
serta mensosialisasikan pada pegawainya.
4) Pengawasan
a. WISE (Whistleblowing System)
Aplikasi WISE telah diimplementasikan di seluruh Eselon I Kemenkeu. Saat ini Itjen
terus mengembangkan kompetensi pegawai, mekanisme kerja, dan Aplikasi WISE.
b. Unit Kepatuhan Internal
 Melalui KMK No 152 tahun 2011 telah memperjelas tugas fungsi pemantauan
pengendalian intern dan menunjuk unit organisasi untuk melaksanakan
pemantauan pengendalian intern.
 Itjen dan UKI Eselon I mengembangkan perangkat Pemantauan Kepatuhan
Pengendalian Intern untuk melakukan pemantauan pengendalian intern pada
kegiatan utama di masing-masing unit eselon I.
5) Penindakan
a. Reward

11
 Kemenkeu telah mempunyai mekanisme penilaian kinerja dengan
diterbitkannya KMK 454 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kinerja di
lingkungan Kemenkeu yang meliputi Pengelolaan Kinerja Organisasi dan
Pengelolaan Kinerja Pegawai.
 Unit Eselon I diinstruksikan menerbitkan Petunjuk Teknis Pengelolaan
Kinerja, melakukan penilaian perilaku pegawai selama semester I, kemudian
penilaian perilaku pegawai dan capaian IKU sampai dengan semester II.

b. Punishment
Kemenkeu telah memiliki PMK No 29/PMK.01/2007 tentang Pedoman
Peningkatan Disiplin PNS yang implikasinya antara lain setiap Unit Eselon I
menerbitkan Laporan Bulanan Ketertiban Pegawai.

E. Hambatan Pemberantasan Korupsi

Upaya melakukan pemberantasan korupsi bukanlah hal yang mudah. Meskipun sudah
dilakukan berbagai upaya untuk memberantaskorupsi, tetapi masih terdapat beberapa
hambatan dalam pemberantasan korupsi. Operasi tangkap tangan (OTT) sering dilakukan
oleh KPK, tuntutan dan putusan yang dijatuhkan oleh penegak hukum juga sudah cukup
keras, namun korupsi masih tetap saja dilakukan. Bahkan ada pendapat yang menyatakan
bahwa yang kena OTT adalah orang yang “sial atau apes”. Hambatan dalam pemberantasan
korupsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Hambatan Struktural
yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik penyelenggaraan negara
dan pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: egoisme
sektoral dan institusional yang menjurus pada pengajuan dana sebanyak-banyaknya
untuk sektor dan instansinya tanpa memperhatikan kebutuhan nasional secara
keseluruhan serta berupaya menutup-nutupi penyimpangan-penyimpangan yang
terdapat di sektor dan instansi yang bersangkutan; belum berfungsinya fungsi
pengawasan secara efektif; lemahnya koordinasi antara aparat pengawasan dan aparat
penegak hukum; serta lemahnya sistem pengendalian intern yang memiliki korelasi
positif dengan berbagai penyimpangan dan inefesiensi dalam pengelolaan kekayaan
negara dan rendahnya kualitas pelayanan publik.
2. Hambatan Kultural
12
yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang berkembang di
masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: masih adanya ”sikap
sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah yang dapat menghambat
penanganan tindak pidana korupsi; kurang terbukanya pimpinan instansi sehingga
sering terkesan toleran dan melindungi pelaku korupsi,campur tangan eksekutif,
legislatif dan yudikatif dalam penanganan tindak pidana korupsi, rendahnya
komitmen untuk menangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta sikap permisif
(masa bodoh) sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan korupsi.
3. Hambatan Instrumental
yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen pendukung dalam
bentuk peraturan perundang- undangan yang membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di
antaranya: masih terdapat peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih21
sehingga menimbulkan tindakan koruptif berupa penggelembungan dana di
lingkungan instansi pemerintah; belum adanya “single identification number” atau
suatu identifikasi yang berlaku untuk semua keperluan masyarakat (SIM, pajak, bank,
dll.) yang mampu mengurangi peluang penyalahgunaan oleh setiap anggota
masyarakat; lemahnya penegakan hukum penanganan korupsi; serta sulitnya
pembuktian terhadap tindak pidana korupsi.
4. Hambatan Manajemen
yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak diterapkannya
prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi dilaksanakan secara adil,
transparan dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya:
kurang komitmennya manajemen (Pemerintah) dalam menindaklanjuti hasil
pengawasan; lemahnya koordinasi baik di antara aparat pengawasan maupun antara
aparat pengawasan dan aparat penegak hukum; kurangnya dukungan teknologi
informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; tidak independennya organisasi
pengawasan; kurang profesionalnya sebagian besar aparat pengawasan; kurang
adanya dukungan sistem dan prosedur pengawasan dalam penanganan korupsi, serta
tidak memadainya sistem kepegawaian di antaranya sistem rekrutmen, rendahnya
”gaji formal” PNS, penilaian kinerja dan reward and punishment.

13
F. Langkah Pemberantasan Korupsi

Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, telah dan sedang dilaksanakan langkah-
langkah sebagai berikut. :

1. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang


berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari.
Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan
publik yang profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/
pungutan liar.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
 Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik;
 Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik;
 Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik; (d) Peningkatan Pengawasan
terhadap Pelayanan Publik, dengan kegiatan-kegiatan prioritas sebagaimana
terlampir dalam matriks.
2. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan
pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya
negara dan sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap informasi dan
berbagai hal yang lebih memberikan kesempatan masyarakat luas untuk berpartisipasi
dibidang ekonomi. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
 Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara;
 Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
 Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan kegiatan-
kegiatan prioritas.
3. Meningkatkan pemberdayaan perangkat- perangkat pendukung dalam
pencegahankorupsi. Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of
law,”memperkuat budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses
pemberantasan korupsi. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
 Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat;
 Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung.
4. Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor
bukan merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk
memberantas korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru

14
menjadi tempat yang tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga
pemasyarakatan asal nara pidan korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk
mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang tidak beda dengan pelayanan dan fasilitas
di luar lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu, muncul istilah lembaga
pemasyarakatan dengan fasiltas dan pelayanan mewah. Melihat pada kondisi seperti
ini, maka perlu dipikirkan cara lain agar orang merasa malu dan berpikir panjang
untuk melakukan korupsi. Cara yang dapat dilakukan antara lain adanya ketentuan
untuk mengumumkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atas
kasus korupsi melalui media masa. Ketentuan ini selain untuk memberikan informasi
kepada publik juga sekaligus sebagai sanksi moral kepada pelaku tindak pidana
korupsi. Selain itu, perlu juga ditambah sanksi pencabutan hak kepada terdakwa kasus
korupsi. Hal ini sangat penting untuk memberikan pembelajaran bahwa pengemban
jabatan publik adalah pribadi yang bermoral dan berintegritas tinggi.
5. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan
secara terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas
korupsi. SDM penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai
integritas tinggi. Sudah saatnya diakhiri terjadinya ego sektoral atau ego institusional
di antara lembaga penegak hukum. Negara juga perlu memikirkan bagaimana agar
tingkat kesejahteraan bagi para penegak hukum itu baik, tidak berkekurangan dan
menjadi penegak hukum yang bersih. Bagaimana bisa bersih, kalau sapu yang
digunakan untuk membersihkan adalah sapu kotor.

G. Pendidikan Anti Korupsi Serta Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi

Salah satu upaya dikti dalam karakter bangsa yaitu dengan melaksanakan Pendidikan Anti
Korupsi di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Sesuai dengan PP 71 Th. 2000: "Peran
serta masyarakat adalah peran aktif individu, Ormas, atau LSM dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi." Maka dari itulah mahasiswa harus turut andil dalam
upaya pencegahan serta pemberantasan tindak pidana korupsi.

Program Pendidikan Anti Korupsi mempunyai visi yaitu terwujudnya sarjana berkarakter
bersih korupsi. Sedangkan misi dari Pendidikan Anti Korupsi, diantaranya;

 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap bahaya korupsi


 Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya korupsi
 Meningkatkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi

15
 Melakukan PENDIDIKAN & PENGAJARAN ANTI KORUPSI

Tujuan diadakannya Pendidikan Anti Korupsi di Indonesia adalah;

1. Membangun budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dengan:


 Memberikan pengetahuan tentang korupsi dan pemberantasann
 Menanamkan nilai-nilai anti korupsi
2. Menyiapkan mahasiswa sebagai agent of change bagi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang bersih dan bebas dari korupsi.

Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi terbagi dalam
3 tahap yaitu;

1. Tahap Pencegahan
Pendidikan Anti Korupsi
 Mewajibkan Pemimpin Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan Anti Korupsi
 Mendorong adanya Pendidikan Anti Korupsi di Kampus
 Mengadakan Seminar Anti-Korupsi
 Adanya Materi Pendidikan Anti-Korupsi di Kaderisasi Mahasiswa

Kampanye Ujian Bersih

 Pembuatan Media Prograganda (Baliho, Spanduk, dan Poster)


 Pembuatan Media On-line untuk mengkampanyekan Ujian Bersih
 Menanamkan Nilai Kejujuran Ujian Bersih di Kaderisasi Mahasiswa
2. Tahap Opini
Gagasan / Ide
 Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media
 Membuat Bunga Rampai (buku) mengenai Anti-Korupsi
 Membuat audiovisual interaktif terkait anti-korupsi

Metode Pencegahan Korupsi

 Gagasan untuk pencegahan korupsi sejak dini (PAUD, SD, SMP, SMA)
 Membuat Korps Anti Korupsi di Tingkat Universitas
 Adanya tata etika dan normadiantara mahasiswa

Mengangkat Isu Korupsi Lokal- Nasional

 Mahasiswa diharapkan dapat lebih peka dan siaga menanggapi isu Korupsi
lokal yang terjadi

16
 Advokasi Pengawalan Penyusunan Anggaran pelaksanaan pembangunan di
daerah / nasional
3. Tahap Gerakan Moral
Gerakan moral untuk mendorong pemerintahan menindaklanjuti kasus korupsi
korupsi yang terjadi
 Sebagai kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung korupsitor.
 Mendorong institusi Penguatan KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi
yang kredibel, kokoh, dan transparan.

17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem
politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini.
Dilain pihak pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan
hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah
telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa.
Jika kondisi ini tetap tidak terjadi maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan
negeri ini. Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip anti korupsi seperti yang
telah diterangkan diatas penerapannya masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai
yang terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh menjalani sehingga penyimpangan ya
menjadi hal yang biasa, Pendidikan memang menjadi hal pokok untuk mengubah keadaan ini.
Akan tetapi, semua itu tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh
lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas kita sebagai
mahasisa untuk membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti korupsi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

B. Saran
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka dan peduli akan
kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat dari perkuliahan harusnya
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika setelah mengetahui dan
memahami korupsi, langkah selanjutnya kita dapat mencegahnya mulai dari diri kita sendiri
kemudian baru mencegah orang lain.

18
Daftar Pusaka

Sumber Buku;

Abdul Aziz, Teuku, Fighting Corruption: My Mission, (Kuala Lumpur: Konrad Adenauer
Foundation, 2005).

Ben Jomaa Ahmed, Fethi, “Corruption: A Sociological Interpretative Study with Special
Reference to Selected Southeast Asian Case”, Disertasi Doktor Philosophy, (Kuala Lumpur:
Department of Antropology and Sociology, Faculty of Arts and Social Sciences, University
of Malaya, 2003).

Hamzah, Andi, Korupsi di Indonesia dan Pemecahannya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1991)

Salman Otje. 2005. Teori Hukum.Bandung: Refika Aditama. Ita Suryani : Penanaman Nilai-
Nilai Anti Korupsi

Sumber Internet;

http://www.fokal.info/fokal/arsip/arsip-hukum/365.html

http://dellimanusantara.com/index.ph

https://publikasi.mercubuana.ac.id/files/journals/16/articles/425/submission/copyedit/425-
1086-1-CE.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai