Anda di halaman 1dari 7

CORPORATE GOVERNANCE AND AGENCY CONFLICTS

Malika Balqis – A2M – 041924253001


Tugas Mata Kuliah Tata Kelola Korporasi
Program Studi Magister Akuntansi Universitas Airlangga Surabaya

1. Is the article published in a reputable, credible, and high-quality journal?


Artikel ini terbit di Journal of Accounting Research dengan indeks Q1 berdasarkan scimagojr
dan ditulis oleh Dey (2008). Dapat disimpulkan artikel ini terbit di jurnal bereputasi, kredibel
dan berkualitas tinggi.

2. Overall Question:
a. What is the research question?
Hipotesis utama penelitian ini adalah apakah permintaan tata kelola yang lebih
berkualitas lebih besar pada perusahaan dengan kebutuhan pengawasan yang lebih
besar?
b. What is the research motivation?
Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki bagaimana struktur tata kelola bervariasi
secara cross-sectional. Struktur tata kelola suatu perusahaan merupakan fungsi dari
konflik keagenan dalam perusahaan tersebut. Penelitian ini berkontribusi untuk
mendokumentasikan faktor-faktor yang terkait dengan penentuan struktur tata kelola di
perusahaan, dan memberikan bukti bahwa peran tata kelola tidak seragam di seluruh
perusahaan.

3. Theory:
a. What is the theory?
Teori keagenan. Konflik agensi dalam organisasi disebabkan oleh pemisahan peran
kepemilikan dan kontrol, ada tujuan yang bertentangan antara pemilik dan manajer, dan
asimetri informasi antara pemilik dan manajer (Coase [1937], Jensen dan Meckling
[1976], Fama dan Jensen [1983a, b].
b. Is the theory appropriate for the study?
Ya, teori keagenan tersebut relevan digunakan dalam penelitian ini karena mendukung
tujuan penelitian untuk meneliti struktur tata kelola perusahaan yang merupakan fungsi
dari konflik keagenan.
c. Is the theory logically consistent?
Ya. Teori keagenan tepat digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara pemilik dan
manajer, serta asimetri informasi yang terjadi diantara hubungan keagenan tersebut. Teori
keagenan selalu digunakan dalam penelitian dengan topik tata kelola dan rumpun serupa.
d. Do the hypotheses follow from the theory?
Ya, pengembangan hipotesis dibangun berdasarkan dengan teori yang digunakan.
e. What are the conceptual independent variables?
Tata kelola perusahaan yang diproksikan dengan 22 variabel yang meliputi karakteristik
dewan direksi, auditor dan eksekutif.
f. What are the conceptual dependent variables?
Keagenan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, kompleksitas organisasi,
volatilitas lingkungan operasi, struktur kepemilikan, tingkat hutang, free cash flow,
kelompok konflik keagenan
4. Research Design

Data diperoleh peneliti berdasarkan dua sumber yaitu, pengumpulan data berdasarkan
pernyataan proxy oleh dewan dan auditor secara manual dan dari Compustat, Spectrum,
dan ExecuComp. Didapatkan sampel sebanyak 371 perusahaan. Penelitian ini
menggunakan Metode empiris.

a. Corporate Governance, terdapat 22 Variabel tata Kelola yang mewakili berbagai fotur
dewan direksi, auditor dan eksekutif
 (%OUTDIR): Mengukur komposisi dewan sebagai presentase direktur diluar
dewan.
 INDP_COMMITEE: mengukur keberadaan dewan komite independent.
 CEO_COMMITEE: menggunakan variable dummy. Nol (0) untuk CEO yang
termasuk anggota komite nominasi dan/atau komite kompensasi, dan satu jika
sebaliknya.
 CEO_COB: Menggunakan variable dummy. Nol (0) jika CEO juga ketua dewan
direksi, dan satu jika sebaliknya.
 INDP_AUDITCOM: Nilai satu (1) jika seluruh komite audit independent, dan
nol (0) jika sebaliknya.
 FIN_EXPERT: satu (1) jika ada setidaknya satu ahli keuangan dalam komite
aidot, dan nol jika sebaliknya.
 &NONAFFII_OUTDIR: Presentasi direktur luar yang tidak memiliki hubungan
apapun dengan perusahaan.
 #BD_MEET: Jumlah rapat yang diadakan oleh dewan selama tahun tersebut
 #AUDIT_MEET: Jumlah rapat yang diadakan oleh komite audit sepanjang
tahun.
 BD_SIZE: definisi atas negative dari jumlah dewan untuk melihak efektifitas
dewan berdasarkan ukurannya.
 DIR_AGE: negative dari rata rata umur direktur.
 DIR_%UNDER70: Presentase ddirektur dibawah umur 70 tahun.
 BD_EVAL: Nilai satu (1) jika ada beberapa bentuk evaluasi untuk kinerja
dewan, dan nol(0) jika sebaliknya.
 DIR_STKCOMP: Jumlah saham (termasuk saham terbatas) yang diterima oleh
direktur karyawan dibagi dengan jumlah total saham yang beredar dari
perusahaan.
 DIR_OPTION: Jumlah opsi yang diterima oleh direktur non-karyawan dibagi
dengan jumlah total saham yang beredar dari perusahaan.
 EXEC_STKCOMP: Nilai rata-rata penghargaan saham dan hibah saham terbatas
dibagi dengan total kompensasi.
 EXEC_OPTION: Nilai rata-rata pemberian opsi dibagi dengan total kompensasi
 EXEC_BONUS: Rasio rata-rata dari bonus terhadap kompensasi total.
 NO_NONAUDIT: Nilai satu (1) jika auditor tidak menyediakan layanan non-
audit yang dilarang dibawah SOX, dan nol jika sebaliknya.
 %AUDIT_FEES: Rasio atas biaya audit terhadap biaya non-audit yang
dibayarkan kepada auditor untuk tahun tersebut.
 EXEC_NONAUDITOR: Satu (1) jika CEO/CFO/Personel Manajemen puncak
lainnya/ direktur manapun tidak dipekerjakan oleh auditor dan berpartisipasi
dalam audit penertbit dalam satu tahun sebelum dimulainya audit, dan nol (0)
untuk sebaliknya.
 BIG5: Nilai satu (1) untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5, dan 0 unutk
sebaliknya.
 Faktor Tata Kelola – Peneliti menggunakan PCA untuk membentuk faktor-faktor
yang menangkap berbagai dimensi tata Kelola dan menentukan indicator tata
Kelola dan menentukan indicator tata Kelola mana diatas yang terkait dengan
setiap faktor.
a) Board I
b) Board II
c) Exec_Comp
d) Dir_Comp
e) Auditor
f) Audit_Comm
g) Fin_Rep
 Variabel Keagenan, mengukur konflik keagenan dalam perusahaan.
 SIZE – Ukuran perusahaan, diukur Log_n penjualan.
 COMPLEX – Kompleksitas organisasi, diukur berdasarkan jumlah industry
operasi perusahaan mneggunakan dua digit kode Standard Industrial
Classification (SIC).
 GROWTH; RISK – Votalitas dalam lingkungan operasi, menggunakan dua
variabel untuk mewakili volatilitas dalam lingkungan operasi perusahaan:
peluang pertumbuhan, yang diukur dengan rasio book-to-market, dan risiko
operasi, yang diukur dengan deviasi standar arus kas operasi kuartalan yang
dikurangi dengan total aset dihitung selama empat kuartal sebelumnya
(mengukur risiko operasi sebagai deviasi standar penjualan yang dikurangi
dengan total aset selama empat kuartal sebelumnya tidak secara material
mengubah hasil apa pun).
 OWNERSHIP – Struktur kepemilikan, diukur berdasarkan presentase modal
yang dimiliki oleh pemegang saham individu.
 LEV – Leverage, diukur berdasarkan rasio hutang jangka Panjang dengan total
asset.
 FCF – Arus kas bebas diukur sebagai selisih antara arus kas dari operasi kuartal
sebelumnya dan rata-rata tiga kuartal sebelumnya dari pengeluaran modal
perusahaan yang disklalakan dengan asset lancer kuartal sebelumnya.
b. Konflik keagenan kelompok, untuk memeriksan bagaimana struktur tata Kelola
perusahaan bervariasi sebagai fungsi dari tingkat konflik agensi di perusahaan.
5. Data Analysis:

Penelitian dimulai dari menginvestigasi hubungan antara konflik keagenan dan kualitas
tata kelola. Peneliti menggunakan regresi berganda, rotasi orthogonal juga digunakan
dalam penelitian ini untuk mempresentasikan komponen dengan lebih baik, Secara khusus,
karena komponen tata kelola ini digunakan dalam regresi berganda, rotasi ortogonal, di
mana faktor-faktor tetap tidak berkorelasi, menghindari komplikasi multikolinearitas.

6. Results:

Penelitian ini dimulai dari investigasi hubungan antara konflik agensi dan kualitas tata
Kelola. Nilai median dari faktor Board I, Board II, Auditor, Audit_Comm, dan
Fin_Rep berada di grup HIGH dan terendah di grup LOW, yang menunjukkan bahwa
perusahaan dengan konflik agensi yang lebih besar memiliki kualitas tata kelola yang lebih
baik dalam dimensi ini. Menariknya, untuk Exec_Comp, nilai median adalah yang
tertinggi untuk grup LOW dan terendah untuk grup HIGH, menyiratkan hubungan negatif
antara persentase kompensasi saham dan opsi dari eksekutif dan konflik agensi. Satu
penjelasan untuk hubungan terbalik ini bisa jadi adalah efek substitusi antar mekanisme
pemerintahan.

Tes dua sampel Wilcoxon-Mann-Whitney untuk menguji apakah median dari faktor-
faktor ini berbeda secara signifikan di ketiga kelompok. Didapatkan hasil bahwa Tiga
faktor Board I, Board II, dan Audit_Comm secara signifikan lebih tinggi di HIGH
versus MEDIUM, HIGH versus LOW, dan MEDIUM versus kelompok lembaga LOW. Di
antara faktor-faktor lain, Auditor secara signifikan lebih tinggi di grup HIGH versus LOW
dan MEDIUM versus grup LOW. Exec_Comp secara signifikan lebih rendah di kelompok
lembaga HIGH versus MEDIUM, HIGH versus LOW, dan MEDIUM versus LOW.
Dir_Comp tidak berbeda secara signifikan di salah satu dari tiga kelompok, dan Fin Rep
secara signifikan lebih tinggi di kelompok HIGH versus LOW dan HIGH versus kelompok
MEDIUM, dan sebagian besar lebih tinggi di kelompok MEDIUM versus LOW.

Dalam melakukan pengujian yang lebih formal tentang hubungan antara konflik agensi
dan faktor tata Kelola, peneliti menggunakan regresi. Hasil regresi mendukung hipotesis
bahwa struktur tata kelola muncul sebagai respons terhadap konflik agensi di perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat konflik agensi yang lebih tinggi memiliki struktur tata kelola
yang lebih "efisien", khususnya, dewan dan komite audit yang lebih independen dan
berfungsi lebih baik, serta kualitas auditor yang lebih baik.

Sebagai penguat penelitian, peneliti melakukan analisis tambahan mengenai Performa


perusahaan dan tata Kelola. Bukti di atas menunjukkan bahwa komposisi dan fungsi
dewan, komite audit yang efektif, dan kompensasi saham dan opsi yang diberikan kepada
direksi secara signifikan terkait dengan kinerja perusahaan di masa depan. Namun,
hubungan ini berlaku terutama untuk perusahaan dalam grup agensi tertinggi untuk kedua
variabel kinerja. Menariknya, untuk variabel kinerja ROA, faktor komite audit signifikan
untuk semua grup agensi, yang menunjukkan bahwa komite audit yang kuat dikaitkan
dengan ROA yang lebih tinggi untuk semua perusahaan. Hasil ini mendukung dugaan
bahwa hubungan antara berbagai aspek tata kelola dan kinerja perusahaan merupakan
fungsi dari tingkat konflik agensi perusahaan. Dengan kata lain, hasil dalam literatur
sebelumnya bahwa tidak ada hubungan yang terlihat antara proporsi direktur luar (yang
merupakan bagian dari Dewan faktor I dalam analisis saya) dan kinerja perusahaan
mungkin hanya berlaku untuk perusahaan yang tingkat agensinya bertentangan.

7. Conclusions

Berdasarkan penelitian yang memeriksa hubungan antara tingkat konflik keagenan di


sebuah perusahaan dan struktur tata Kelola didapati bahwa perusahaan dengan tingkat
konflik keagenan yang lebih tinggi juga memilki mekanisme tata Kelola yang lebih baik,
terutama terkait dengan komposisi dan fungsi dewan direksi, komite audit, dan
indepedensi auditor.Peneliti juga memeriksa apakah hubungan antara tata Kelola dan
kinerja perusahaan secara keseluruhan bervariasi sebagai fungsi dari konflik agensi, dan
menemukan bukti yang konsisten dengan dugaan ini.

Hasil ini juga penting dari sudut pandang regulasi. Tujuan untuk meningkatkan nilai
pemegang saham dan kepercayaan investor dalam pengungkapan perusahaan dan
keputusan operasional lainnya dengan memperkenalkan reformasi tata kelola akan lebih
baik tercapai jika ada bukti tentang aspek tata kelola yang perlu dimodifikasi, dan jenis
perusahaan yang akan menerima tindakan tersebut. lebih efektif.
Dey, A. (2008). Corporate governance and agency conflicts. Journal of accounting research,
46(5), 1143-1181.

Anda mungkin juga menyukai