Anda di halaman 1dari 65

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN DAN

PENGELUARAN KAS PADA PT. CITRA SEDAYUH


DI DENPASAR

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH:

NAMA : KADEK WANDA PANGESTI


NPM : 1733122001
JURUSAN : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah sebuah instansi yang didirikan untuk mencari laba

yang sebesar-besarnya agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaannya. Secara umum, perusahaan bisa berkelanjutan dan terus

berkembang dengan menyediakan barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan konsumen agar mendapatkan keuntungan dari penjualan barang

atau jasa yang disediakan. Dengan pesatnya perkembangan teknologi

informasi di era saat ini mendorong perusahaan semakin memperluas ruang

lingkup informasi perusahaannya untuk meraih pangsa pasar. Hal tersebut

mendorong terjadinya persaingan ketat antar perusahaan.

Dalam keberlangsungan kegiatan operasi perusahaan dapat dikatakan

efektif dan efisien bergantung pada kebijakan manajemen. Dimana informasi

keuangan dalam perusahaan sangat dibutuhkan, terutama oleh pihak intern

yaitu manajemen. Pihak manajemen berkewajiban untuk mengetahui,

mengawasi dan mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan agar

dapat memenuhi informasi keuangan. Disamping itu, ada pihak-pihak diluar

perusahaan yang memerlukan laporan keuangan, seperti debitur, kreditur,

1
2

calon investor, kantor pajak dan lain-lainya. Maka perlu disusun suatu sistem

akuntansi.

Salah satu sistem akuntansi yang digunakan oleh perusahaan adalah

sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam sistem penerimaan

dan pengeluaran kas diperlukan adanya prosedur yang baik yang nantinya

akan sesuai dengan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Penerimaan

dan pengeluaran kas yang dilakukan diluar prosedur yang telah ditentukan,

akan menimbulkan terjadinya penyelewengan, pencurian, dan penggelapan

kas dapat disimpulkan bahwa semakin baik prosedur penerimaan dan

pengeluaran kas yang dilakukan perusahaan, maka akan semakin dapat

dipercaya besarnya akun kas yang dilaporkan pada laporan keuangan

perusahaan tersebut disamping itu, tingkat penyelewengan dan penggelapan

kas akan mudah ditelusuri. Apalagi masalah pengeluaran kas, dimana telah

diketahui kas adalah masalah yang paling rawan dan resiko hilangnya paling

tinggi (Sari, 2014).

Sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu prosedur catatan yang

dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang yang berasal dari

berbagai macam sumber. Sedangkan sistem akuntansi pengeluaran kas

merupakan sistem yang membahas keluarnya uang yang digunakan untuk

pembelian tunai maupun kredit dan untuk pembayaran (Sujarweni, 2015:121).


3

PT. Citra Sedayuh merupakan pedagang besar farmasi dan alat-alat

kesehatan seperti obat-obatan, termometer, tensimeter, glukometer (alat cek

gula darah), tabung oksigen dan alat-alat lain yang terdapat di klinik, apotek,

puskesmas, rumah sakit dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) lainnya.

Banyaknya kegiatan penjualan yang dilakukan PT. Citra Sedayuh terbukti

dengan tingkat penjualan barang dan laba yang diperoleh setiap tahunnya.

Dimana mengharuskan perusahaan ini untuk mempunyai suatu sistem

akuntansi yang baik karena banyaknya transaksi penjualan yang menimbulkan

adanya penerimaan dan pengeluaran kas untuk mendukung operasional

didalam perusahaan.

Dalam sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas pada PT.

Citra Sedayuh terdapat kendala yang dihadapi dilihat dari banyaknya

penjualan tunai dan pengeluaran kas. Pada penjualan produk ditemukan

adanya faktur penjualan tunai yang tidak dibubuhkan cap lunas. Hal ini

menyebabkan tidak dilaksanakan prosedur pencatatan yang menimbulkan

terjadinya selisih kas pada penjualan tunai. Penjualan tunai yang diterima

tidak dilakukan rekonsiliasi kembali pada saat melakukan penyetoran dan kas

yang diterima tidak disetor ke bank hari itu juga, melainkan melakukan

setoran kas per minggu atau per bulan. Dalam pembelian produk secara tunai

dalam jumlah sedikit disinyalir adanya manipulasi dalam faktur pembelian

yang dilaksanakan tanpa melakukan prosedur pencatatan. Dapat dilihat dari


4

faktur penjualan yang tidak diberikan pengesahan (Sumber: PT. Citra

Sedayuh, 2020).

Kejadian ini dapat menyebabkan buruknya penerapan sistem akuntansi

penerimaan dan pengeluaran kas yang ada pada PT. Citra Sedayuh di

Denpasar. Jadi perlu adanya pengawasan dalam mengontrol akun kas pada

suatu perusahaan. Berdasarkan penelusuran sebelumnya banyak penelitian

tentang sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang akan

digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Dimana penelitian ini

dilakukan oleh Anggarini, (2016) dengan judul Evaluasi Sistem Akuntansi

Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada LPD Desa Pakraman Jero Kuta

Batubulan, kemudian penelitian dilakukan oleh Saifudin dan Ardani, (2017)

dengan judul Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas

dalam Meningkatkan Pengendalian Internal atas Pendapatan pada RSUP Dr.

Kariadi Semarang.

Dan penelitian yang sama dilakukan oleh Wulandari, (2019) dengan

judul Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas dalam

Meningkatkan Pengendalian Intern pada PT. Amerta Abadi Group di Badung.

Dari uraian diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian

dengan judul “Evaluasi Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas

pada PT. Citra Sedayuh di Denpasar”.


5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah sistem penerimaan dan pengeluaran kas yang

diterapkan pada PT. Citra Sedayuh berdasarkan unsur-unsur sistem akuntansi

sudah memadai?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi dalam

keberlangsungan kegiatan operasi perusahaan, mengetahui informasi

keuangan secara transparan dan detail dilihat dari penerimaan dan

pengeluaran kas yang ada pada perusahaan PT. Citra Sedayuh.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini untuk dapat bermanfaat baik secra

teoritis maupun praktis, yaitu:

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas

wawasan ilmu pengetahuan mengenai sistem akuntansi penerimaan

dan pengeluaran kas. Selain itu, diharapkan dapat dikembangkan dan

menjadi refrensi serta bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.


6

b. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk

mengolah data akuntansi yang diperlukan oleh berbagai macam

pemakaian agar mengurangi resiko saat pengambilan keputusan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar isi secara keseluruhan. Pada bab

ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini membahas mengenai landasan teori yang berupa

pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang

berkaitan dengan penelitian dan penyusunan laporan. Selain

itu, bab ini membahas mengenai publikasi penelitian

sebelumnya, kerangka pemikiran dan model penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang tempat penelitian dan

obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional

variabel, jenis data, metode pengumpulan data dan teknik

analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN


7

Pada bab ini menyajikan gambaran umum tempat penelitian

yang menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur

organisasi serta deskripsi jabatan dan tugas serta fungsi

masing-masing.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang deskripsi data, analisis dan

pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil

pembahasan dibuat secara terstruktur sesuai dengan metode

penelitian.

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan tentang simpulan dari hasil

penelitian yang dibahas serta saran yang berhubungan dengan

tujuaan penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Sistem Akuntansi

a. Pengertian Sistem Akuntansi

Menurut Sujarweni (2015:03) sistem akuntansi adalah kumpulan

elemen yaitu formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan

keuangan yang akan digunakan oleh manajemen untuk mencapai tujuan

perusahaan.

Menurut Mulyadi (2016:3) sistem akuntansi adalah organisasi

formulir, pencatatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa

untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen

guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sistem akuntasi

adalah proses pencatatan melalui formulir, jurnal, buku besar dan buku

pembantu sehingga mengasilkan sebuah informasi berupa laporan

keuangan yang akan digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan

oleh pihak manajemen pada perusahaan.

8
9

b. Unsur-unsur Sistem Akuntansi

Unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang

terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan yang

dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi, 2016:3-4):

1) Formulir

Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam

terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen,

karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi

direkam (didokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering

pula disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media

untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam

catatan. Dengan formulir ini, data yang terkait dengan transaksi

direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan.

Contoh formulir adalah: faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek.

Dengan faktur penjualan misalnya, direkam data mengenai nama

pembeli, alamat pembeli, jenis dan kuantitas barang yang dijual, harga

barang, tanda tangan otorisasi, dan sebagainya. Dengan demikian

faktur penjualan digunakan untuk mendokumentasikan transaksi

penjualan. Informasi yang tercantum dalam faktur penjualan tersebut

kemudian dicatat dalam jurnal penjualan dan buku pembantu piutang.

Dengan demikian faktur penjualan tersebut merupakan media


10

pencatatan ke dalam jurnal media posting ke dalam buku pembantu

piutang.

2) Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan

untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan

dan data lainnya. Seperti telah disebutkan diatas, sumber informasi

pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data

keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut

penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan

dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan

peringkasan data, yang hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah

transaksi tertentu) kemudian di-posting ke akun yang terkait dalam

buku besar. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal

pembelian, jurnal penjualan, dan jurnal umum.

3) Buku Besar

Buku besar (general ledger) terdiri dari akun-akun yang

digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat

sebelumnya dalam jurnal. Akun-akun dalam buku besar ini disediakan

sesuai dengan unsur-unsur informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan. Akun buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai

wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat


11

dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian

laporan keuangan.

4) Buku Pembantu

Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar

diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu

(subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dari akun-akun

pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam akun

tertentu dalam buku besar. Sebagai contoh, jika akun piutang dagang

yang tercantum dalam Laporan Posisi Keuangan perlu dirinci lebih

lanjut menurut nama debitur yang jumlahnya 60 orang, dapat dibentuk

buku pembantu piutang yang berisi akun-akun pembantu piutang

kepada tiap-tiap debitur tersebut. Buku besar dan buku pembantu

merupakan catatan akuntansi akhir (books of final entry), yang berarti

tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas

dan digolongkan dalam akun buku besar dan buku pembantu. Buku

besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan akuntansi akhir juga

karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku

tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan

keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.


12

5) Laporan

Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang

dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang

ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran,

laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang

akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.

Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran (output) sistem

akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan

tayangan pada layar monitor komputer.

c. Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi

Menurut Mulyadi (2016:15) tujuan penyusunan sistem akuntansi

adalah sebagai berikut:

1) Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.

2) Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah

ada baik mengenai mutu, kecepatan penyajian maupun struktur

informasinya.

3) Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern

yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi akuntansi dan

untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban

dan perlindungan kekayaan perusahaan.


13

4) Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan

akuntansi.

2. Penerimaan Kas

a. Pengertian Penerimaan Kas

Menurut Sujarweni (2015:96) penerimaan kas adalah suatu

prosedur catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan

uang yang berasal dari berbagai macam sumber yaitu dari penjualan tunai,

penjualan aktiva tetap, pinjaman dan setoran modal baru.

Menurut Mulyadi (2016:379) penerimaan kas adalah kas yang

diterima perusahaan baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat

berharga yang mempunyai sifat dapat segera digunakan, yang berasal dari

transaksi perusahaan maupun penjualan tunai, pelunasan piutang atau

transaksi lainnya yang dapat menambah kas perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan penerimaan kas

adalah proses penerimaan dana yang berasal dari hasil transaksi penjualan

maupun setoran modal baru yang dapat menambahkan kas pada

perusahaan.

b. Sumber Penerimaan Kas

Menurut Mulyadi (2016:379) bahwa penerimaan kas perusahaan

berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai

dan penerimaan kas dari piutang yang dijelaskan sebagai berikut:


14

1) Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai

Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara

mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih

dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli.

Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan

kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh

perusahaan.

a) Prosedur Penerimaan Kas Penjualan Tunai

Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga

prosedur berikut ini (Mulyadi, 2016:380):

(1) Prosedur penerimaan kas over-the-counter sales.

Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan,

melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli,

melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian menerima

barang yang dibeli. Dalam over-the-conter sale ini, perusahaan

menerima uang tunai, cek pribadi (personal check), atau

pembayaran langsung dari pembeli dengan kartu kredit atau

kartu debit, sebelum barang diserahkan kepada pembeli.

Penerimaan kas dari over-the counter sales dilaksanakan

melalui prosedur berikut ini:


15

(a) Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga

(sales person) di Bagian Penjualan.

(b) Bagian Kasa menerima pembayaran dari pembeli, yang

dapat berupa uang tunai, cek pribadi (personal check),

kartu kredit, atau kartu debit.

(c) Bagian Penjualan memerintahkan Bagian Pengiriman

untuk menyerahkan barang kepada pembeli.

(d) Bagian Pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.

(e) Bagian Kasa menyetorkan kas yang diterima ke bank.

(f) Bagian Akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam

jurnal penjualan.

(g) Bagian Akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan

tunai dalam jurnal penerimaan kas.

(2) Prosedur Penerimaan Kas dari cash-on-delivery sales (COD

sales)

Cash-on-delivery sales (CODsales) adalah transaksi penjualan

yang melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum, atau

angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas dari

hasil penjualan. COD sales merupakan sarana untuk

memperluas daerah pemasaran dan untuk memberikan jaminan

penyerahan barang bagi pembeli dan jaminan penerimaan kas


16

bagi perusahaan penjual COD sales melalui pos belum

merupakan sistem penjualan yang umum berlaku di Indonesia.

COD sales melalui pos dilaksanakan dengan prosedur berikut

ini:

(a) Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui

kantor pos.

(b) Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim

dengan cara mengisi formulir COD sales di kantor pos.

(c) Kantor pos pengirim mengirim barang dan formulir COD

sales sesuai dengan instruksi penjual kepada kantor pos

penerima.

(d) Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dan

formulir COD sales, memberitahukan kepada pembeli

tentang diterimanya kiriman barang COD sales.

(e) Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima

dan melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum

dalam formulir COD sales. Kantor pos penerima

menyerahkan barang kepada pembeli, dengan diterimanya

kas dari pembeli.

(f) Kantor pos penerima memberi tahu kantor pos pengirim

bahwa COD sales dilaksanakan.


17

(g) Kantor pos pengirim memberi tahu penjual bahwa COD

sales telah selesai dilaksanakan, sehingga penjual dapat

mengambil kas yang diterima dari pembeli.

Jika lokasi pembeli berada di kota yang sama dengan lokasi

perusahaan penyerahan barang biasanya dilaksanakan sendiri

oleh fungsi pengiriman perusahaan. Jika COD sale dilakukan

oleh perusahaan kepada pembeli luar kota atau luar pulau,

pengiriman dan penagihan harga barang dapat dilakukan lewat

kantor pos atau perusahaan angkutan umum.

(3) Prosedur Penerimaan Kas dari credit card sales

Sebenarnya kartu kredit bukan merupakan suatu tipe penjualan

namun merupakan salah satu cara pembayaran bagi pembeli

dan sarana penagihan bagi penjual, yang memberikan

kemudahan baik bagi pembeli maupun bagi penjual. Kartu

kredit dapat merupakan sarana pembayaran bagi pembeli baik

dalam over-the-counter sale maupun dalam penjualan yang

pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau

angkutan umum. Dalam over-the-counter sale, pembeli datang

ke perusahaan, melakukan pemilihan barang atau produk yang

akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir dengan

menggunakan kartu kredit. Dalam penjualan tunai yang


18

melibatkan pos atau perusahaan angkutan umum, pembeli tidak

perlu datang ke perusahaan penjual. Pembeli memberikan

persetujuan tertulis penggunaan kartu kredit dalam pembayaran

harga barang, sehingga memungkinkan perusahaan penjual

melakukan penagihan kepada bank atau perusahaan penerbit

kartu kredit. Kartu kredit dapat digolongkan, menjadi tiga

kelompok:

(a) Kartu kredit bank (bank cards)

(b) Kartu kredit perusahaan (company cards)

(c) Kartu kredit bepergian dan hiburan (travel and

entertainment cards)

b) Fungsi yang Terkait

Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan

tunai adalah:

(1) Fungsi Penjualan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi

ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli,

mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur

tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga

barang ke fungsi kas. Dalam Struktur organisasi, fungsi ini

berada di tangan Bagian Order Penjualan.


19

(2) Fungsi Kas

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi

ini bertanggung jawab atas penerimaan kas dari pembeli.

Dalam struktur organisasi, fungsi ini berada di tangan Bagian

Kasa.

(3) Fungsi Gudang

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi

ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan

Oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi

pengiriman. Dalam struktur organisasi, fungsi ini berada di

tangan Bagian Gudang.

(4) Fungsi Pengiriman

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi

ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan

menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada

pembeli. Dalam struktur organisasi, fungsi ini berada di tangan

Bagian Pengiriman.

(5) Fungsi Akuntansi

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi

ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan


20

penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan. Dalam

struktur organisasi, fungsi ini berada di tangan Bagian Jurnal.

c) Informasi yang diperlukan oleh Manajemen

Informasi yang umumnya diperlukan oleh manajemen dari

penerimaan kas dari penjualan tunai adalah:

(1) Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau

kelompok produk selama jangka waktu tertentu.

(2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.

(3) Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu

tertentu.

(4) Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam

penjualan produk tertentu, namun pada umumnya informasi

nama dan alamat pembeli ini tidak diperlukan oleh manajemen

dari kegiatan penjualan tunai.

(5) Kuantitas produk yang dijual.

(6) Nama wiraniaga yang melakukan penjualan.

(7) Otorisasi pejabat yang berwenang.

d) Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari

penjualan tunai adalah:

(1) Faktur penjualan tunai.


21

(2) Pita register kas (cash register tape).

(3) Credit card sales slip.

(4) Bill of lading.

(5) Faktur penjualan COD.

(6) Bukti setor bank.

(7) Rekapitulasi beban pokok penjualan.

e) Catatan Akuntansi yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas

dari penjualan tunai adalah:

(1) Jurnal penjualan.

(2) Jurnal penerimaan kas.

(3) Jurnal umum

(4) Kartu persediaan.

(5) Kartu gudang.

f) Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem

Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas dari

penjualan tunai adalah sebagai berikut:

(1) Prosedur order penjualan.

(2) Prosedur penerimaan kas.

(3) Prosedur penyerahan barang.

(4) Prosedur pencatatan penjualan tunai.


22

(5) Prosedur penyetoran kas ke bank.

(6) Prosedur pencatatan penerimaan kas.

(7) Prosedur pencatatan beban pokok penjualan.

2) Penerimaan Kas dari Piutang

a) Deskripsi Kegiatan

Pada perusahaan dagang, seperti toko pengecer, sumber

penerimaan kas terbesar berasal dari transaksi penjualan tunai.

Berdasarkan Sistem pengendalian internal yang baik, sistem

penerimaan kas dari piutang harus menjamin diterimanya kas dari

debitur oleh perusahaan, bukan oleh karyawan yang tidak berhak

menerimanya. Untuk menjamin penerimaan kas oleh perusahaan,

sistem penerimaan kas dari piutang mengharuskan: (1) Debitur

melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara

pemindahbukuan melalui rekening bank (giro bilyet). Jika

perusahaan hanya menerima kas dalam bentuk cek dari debitur,

yang ceknya atas nama perusahaan (bukan atas unjuk), akan

menjamin kas yang diterima oleh perusahaan masuk ke rekening

giro bank perusahaan. Pemindahbukuan juga akan memberikan

jaminan penerimaan kas masuk ke rekening giro bank perusahaan.

(2) Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera

disetor ke bank dalam jumlah penuh.


23

Penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melalui

berbagai cara: (1) melalui penagih perusahaan, (2) melalui pos,

dan (3) melalui lock-box collection plan. Di antara berbagai cara

penagihan utang tersebut, penerimaan kas dari piutang seharusnya

mewajibkan debitur pembayaran dengan menggunakan cek atas

nama, yang secara jelas mencantumkan nama perusahaan yang

berhak menerima pembayaran di atas cek. Dengan cek atas nama

ini, perusahaan akan terjamin menerima kas dari debitur, sehingga

kecil kemungkinan orang yang tidak berhak dapat menguangkan

cek yang diterima dari debitur untuk kepentingan pribadinya.

b) Cancelled Check

Perlakuan terhadap cancelled check mempunyai dampak

besar terhadap arus perpindahan kas dalam masyarakat. Dalam

Sistem perbankan di Amerika Serikat, cancelled check

dikembalikan kepada nasabah yang mengeluarkan cek dan

digunakan oleh nasabah sebagai bukti telah diterimanya

pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak yang namanya

tercantum pada cek. Sistem perbankan di Indonesia tidak

mengembalikan cancelled check kepada nasabah yang

mengeluarkan cek. Karena sistem perbankan tidak menyediakan

bukti pembayaran berupa cancelled check, pihak yang menerima


24

pembayaran berkewajiban untuk membuat bukti dokumenter yang

menunjukkan telah diterimanya kas dari pembayar. Oleh karena

itu, sering kali dalam menagih piutang, kreditur diwajibkan untuk

menyerahkan kuitansi lebih dulu sebelum cek diserahkan atau

dikirimkan oleh debitur kepada kreditur. Hal ini dilakukan karena

dalam transaksi pembayaran dengan cek, pihak pembayar tidak

memperoleh jaminan akan menerima tanda terima pembayaran

dari pihak yang menerima cek.

c) Fungsi yang Terkait

Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari

piutang adalah:

(1) Fungsi Sekretariat

Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi sekretariat

bertanggung jawab dalam penerimaan cek surat pemberitahuan

(remittance advice) melalui pos dari para debitur perusahaan.

Fungsi sekretariat bertugas untuk membuat daftar surat

pemberitahuan atas dasar surat pemberitahuan yang diterima

bersama cek dari para debitur. Dalam struktur organisasi,

fungsi sekretariat berada di tangan Bagian Sekretariat.

(2) Fungsi Penagihan


25

Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung

kepada debitur melalui penagih perusahaan, fungsi penagihan

bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para

debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih

yang dibuat oleh fungsi akuntansi. Dalam struktur organisasi,

fungsi sekretariat berada di tangan Bagian Penagihan.

(3) Fungsi Kas

Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi

sekretariat (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan

melalui pos) atau dari fungsi penagihan (jika penerimaan kas

dari Piutang dilaksanakan melalui penagih perusahaan). Fungsi

kas bertanggung jawab untuk menyetorkan kas yang diterima

dari berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah

penuh. Dalam struktur organisasi, fungsi kas berada di tangan

Bagian Kasa.

(4) Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan

penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas

dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang. Dalam

struktur organisasi, fungsi akuntansi berada di tangan Bagian

Jurnal dan bagian Piutang.


26

(5) Fungsi Pemeriksa Intern

Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi pemeriksa

intern bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan

kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik. Di samping

itu, fungsi pemeriksa intern bertanggung jawab dalam

melakukan rekonsiliasi bank, untuk mengecek ketelitian

catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi. Dalam

struktur organisasi, fungsi pemeriksa intern berada di tangan

Bagian Pemeriksa Intern.

d) Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas

dari piutang adalah:

(1) Surat pemberitahuan

(2) Daftar surat pemberitahuan

(3) Bukti setor bank

(4) Kuitansi

3) Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Penerimaan Kas

Unsur pengendalian internal yang seharusnya ada dalam sistem

penerimaan kas yaitu:

a) Organisasi

(1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.


27

(2) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

(3) Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi

penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi.

b) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

(1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi

penjualan dengan menggunakan faktur penjualan tunai.

(2) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara

membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan

penempelan pita register kas pada faktur tersebut.

(3) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan

permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.

(4) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan

cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur

penjualan tunai.

(5) Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi

akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur

penjualan tunai.

(6) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh

karyawan yang diberi wewenang untuk itu.

c) Praktik yang Sehat


28

(1) Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan

pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.

(2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor

seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi

penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.

(3) Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara

periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.

d) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawab

(1) Manajemen telah melakukan analisis jabatan yang ada dan

terpenuhinya syarat-syarat untuk jabatan tersebut.

(2) Manajemen telah melakukan pengembangan pendidikan

karyawan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.

3. Pengeluaran Kas

a. Pengertian Pengeluaran Kas

Menurut Sujarweni (2015:123) pengeluaran kas merupakan sistem

yang membahas keluarnya dana yang digunakan untuk pembelian secara

tunai maupun kredit. Pengeluaran kas berupa pembayaran dengan

menggunakan cek maupun uang tunai.

Menurut Mulyadi (2016:425) Pengeluaran kas adalah suatu

catatan, formulir dan laporan yang dibuat oleh perusahaan untuk


29

melaksanakan kegiatan perusahaan baik menggunakan cek maupun tunai

guna mempermudah setiap pembiyaan operasional perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pengeluaran kas

adalah suatu proses keluarnya dana yang digunakan untuk pembelian,

pembayaran/pembiayaan operasional perusahaan menggunakan cek

maupun tunai.

b. Pelaksanaan Pengeluaran Kas

Menurut Mulyadi (2016:425) bahwa sistem akuntansi pokok yang

digunakan untuk melaksanakan pengeluaran kas adalah sistem akuntansi

pengeluaran kas dengan cek dan sistem akuntansi pengeluaran kas dengan

uang tunai melalui sistem dana kas kecil yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan Cek

Pengeluaran kas dengan cek memiliki kebaikan ditinjau dari

pengendalian intern yaitu: a) Dengan digunakannya cek atas nama,

pengeluaran cek akan dapat diterima oleh pihak yang namanya sesuai

dengan yang ditulis pada formulir cek. Dengan demikian, pengeluaran

kas dengan cek menjamin diterimanya cek tersebut oleh pihak yang

dimaksud oleh pihak pembayar; b) Dilibatkannya pihak luar, dalam

hal ini bank, dalam pencatatan transaksi pengeluaran kas perusahaan.

Dengan digunakannya cek dalam setiap pengeluaran kas perusahaan,

transaksi pengeluaran kas direkam juga oleh bank, yang secara


30

periodik mengirimkan rekening koran bank (bank statements) kepada

perusahaan nasabahnya; c) Jika sistem perbankan mengembalikan

cancelled check kepada check issuer, pengeluaran dengan cek

memberikan manfaat tambahan bagi perusahaan yang mengeluarkan

cek dengan dapat digunakannya cancelled check sebagai tanda terima

kas dari pihak yang menerima pembayaran.

a) Dokumen yang Digunakan

Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah bukti kas

keluar, cek, dan permintaan cek (check request).

(1) Bukti Kas Keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas

kepada Bagian Kasa sebesar yang tercantum dalam dokumen

tersebut. Di samping itu, dokumen ini berfungsi sebagai surat

pemberitahuan (remittance advice) yang dikirim kepada

kreditur dan berfungsi pula sebagai dokumen sumber bagi

pencatatan berkurangnya utang.

(2) Cek

Dari sudut sistem informasi akuntansi, cek merupakan

dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank

melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau

organisasi yang namanya tercantum pada cek.


31

(3) Permintaan Cek (check request)

Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang

memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk

membuat bukti kas keluar. Dalam transaksi pengeluaran kas

yang tidak berupa pembayaran utang yang timbul dari transaksi

pembelian, fungsi yang memerlukan kas menulis permintaan

cek kepada fungsi akuntansi (Bagian Utang) untuk kepentingan

pembuatan bukti kas keluar. Bukti kas keluar ini dibuat sebagai

perintah kepada fungsi keuangan untuk membuat cek sebesar

jumlah yang tercantum di dalam dokumen tersebut.

b) Catatan Akuntansi yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam Sistem akuntansi

pengeluaran kas dengan cek adalah:

(1) Jurnal pengeluaran kas (cash disbursement journal).

(2) Register cek (check register)

c) Fungsi yang Terkait

Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas

dengan cek adalah:

(1) Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas

(2) Fungsi kas

(3) Fungsi akuntansi


32

(4) Fungsi pemeriksa intern

2) Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan Uang Tunai melalui Sistem

Dana Kas Kecil.

Penyelenggaraan dana kas kecil untuk memungkinkan pengeluaran

kas dengan uang tunai dapat diselenggarakan dengan dua cara yaitu

sistem saldo berfluktuasi (fluctuating fund-balanced system) dan

imprest system yang dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi, 2016:529):

a) Fluctuating fund-balanced system

Dalam sistem saldo berfluktuasi, penyelenggaraan dana kas kecil

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

(1) Pembentukan dana kas kecil dicatat dengan mendebit rekening

dana kas kecil.

(2) Pengeluaran dana kas kecil dicatat dengan mengkredit

rekening dana kas kecil, sehingga setiap saat saldo rekening ini

berfluktuasi.

(3) Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan dengan jumlah

sesuai dengan keperluan dan dicatat dengan mendebit rekening

dana kas kecil. Dalam sistem ini saldo rekening dana kas kecil

berfluktuasi dari waktu ke waktu.


33

b) Imprest system

(1) Deskripsi Kegiatan

Dalam sistem imprest, penyelenggaraan dana kas kecil

dilakukan sebagai berikut:

(a) Pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cek dan

dicatat dengan mendebit rekening dana kas kecil

(b) Pengeluaran dana kas kecil tidak dicatat dalam jurnal

(c) Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan sejumlah

rupiah yang tercantum dalam kumpulan bukti pengeluaran

kas kecil.

(2) Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran

kas dengan dana kas kecil yaitu:

(a) Bukti Kas Keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas

dari fungsi akuntansi kepada fungsi kas sebesar yang

tercantum dalam dokumen tersebut. Dalam sistem dana kas

kecil, dokumen ini diperlukan pada saat pembentukan dana

kas kecil dan pada saat pengisian kembali dana kas kecil.
34

(b) Cek

Dari sudut sistem informasi akuntansi, cek merupakan

dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank

melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau

organisasi yang namanya tercantum pada cek.

(c) Permintaan Pengeluaran Kas Kecil

Dokumen ini digunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk

meminta uang ke pemegang dana kas kecil. Bagi pemegang

dana kas kecil, dokumen ini berfungsi sebagai bukti telah

dikeluarkannya kas kecil olehnya. Dokumen ini diarsipkan

oleh pemegang dana kas kecil menurut nama pemakai dana

kas kecil.

(d) Bukti Pengeluaran Kas Kecil

Dokumen ini dibuat oleh pemakai dana kas kecil untuk

mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas kecil.

Dokumen ini dilampiri dengan bukti-bukti pengeluaran kas

kecil dan diserahkan oleh pemakai dana kas kecil kepada

pemegang dana kas kecil. Dalam sistem dana kas kecil

dengan imprest system, bukti pengeluaran kas kecil

dilampiri dengan dokumen pendukungnya disimpan dalam

arsip sementara oleh pemegang dana kas kecil untuk


35

keperluan pengisian kembali dana kas kecil. Dalam imprest

system tidak dilakukan pencatatan bukti pengeluaran kas

kecil dalam catatan akuntansi. Dalam fluctuating-fund-

balance system, bukti pengeluaran kas kecil dilampiri

dengan dokumen pendukungnya diserahkan oleh pemegang

dana kas kecil kepada fungsi akuntansi untuk dicatat dalam

jurnal pengeluaran dana kas kecil.

(e) Permintaan Pengisian Kembali Kas Kecil

Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk

meminta kepada Bagian Utang agar dibuatkan bukti kas

keluar untuk pengisian Kembali dana kas kecil. Dalam

sistem dana kas kecil dengan imprest system, jumlah yang

diminta untuk pengisian kembali dana kas kecil adalah

sebesar jumlah uang tunai yang telah dikeluarkan sesuai

yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil yang

dikumpulkan dalam arsip pemegang dana kas kecil. Dalam

sistem dana kas kecil dengan fluctuating-fund-balance

system, pengisian kembali dana kas kecil tidak didasarkan

pada jumlah uang tunai yang telah dikeluarkan sesuai

dengan bukti pengeluaran kas kecil, namun sesuai dengan

kebutuhan pengeluaran uang tunai yang diperkirakan oleh


36

pemegang dana kas kecil. Dengan demikian, jumlah

pengisian kembali dana kas kecil dalam fluctuating-fund-

balance system dapat lebih besar atau lebih kecil daripada

jumlah dana kas kecil yang telah dikeluarkan sesuai dengan

jumlah yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil.

(3) Catatan Akuntansi yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem dana kas kecil

adalah:

(a) Jurnal Pengeluaran Kas (cash disbursement journal)

Dalam sistem dana kas kecil, jurnal pengeluaran kas

digunakan untuk mencatat kas dalam pembentukan dana

kecil dan dalam pengisian kembali dana kas kecil,

Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan

dalam jurnal pengeluaran kas adalah bukti kas keluar yang

telah dicap “lunas” oleh fungsi kas.

(b) Register Cek (check register)

Dalam sistem dana kas kecil, catatan akuntansi ini

digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang

dikeluarkan untuk pembentukan dan pengisian kembali

dana kas kecil.


37

(c) Jurnal Pengeluaran Dana Kas Kecil

Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil

diperlukan jurnal khusus. Jurnal ini sekaligus berfungsi

sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul sebagai

akibat pengeluaran dana kas kecil.

(4) Fungsi yang Terkait

Fungsi yang terkait dalam sistem dana kas kecil adalah:

(a) Fungsi Kas

Dalam sistem dana kas kecil, fungsi kas bertanggung jawab

dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek, dan

menyerahkan cek kepada pemegang dana kas kecil pada

saat pembentukan dana kas kecil dan pada saat pengisian

kembali dana kas kecil.

(b) Fungsi Akuntansi

Dalam sistem dana kas kecil, fungsi akuntansi bertanggung

jawab atas: pencatatan pengeluaran kas kecil yang

menyangkut beban dan persediaan, pencatatan transaksi

pembentukan dana kas kecil, pencatatan pengisian kembali

dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran kas atau register

cek, pencatatan pengeluaran dana kas kecil dalam jurnal

pengeluaran dana kas kecil (dalam fluctuating-fund-


38

balance system), pembuatan bukti kas keluar yang

memberikan otorisasi kepada fungsi kas dalam

mengeluarkan cek sebesar yang tercantum dalam dokumen

tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk

melakukan verifikasi kelengkapan dan kesahihan dokumen

pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan bukti

kas keluar.

(c) Fungsi Pemegang Dana Kas Kecil

Fungsi ini bertanggung jawab atas penyimpanan dan kas

kecil, pengeluaran dana kas kecil sesuai dengan otorisasi

dari pejabat tertentu yang ditunjuk, dan permintaan

pengisian kembali dana kas kecil.

(d) Fungsi yang Memerlukan Pembayaran Tunai

(e) Fungsi Pemeriksa Intern

Dalam sistem kas fungsi ini bertanggung jawab atas

penghitungan dana kas kecil (cash count) secara periodik

dan pencocokan hasil perhitungannya dengan catatan kas,

Fungsi ini juga bertanggung jawab atas pemeriksaan secara

mendadak (surprised audit) terhadap saldo dana kas kecil

yang ada di pemegang dana kas kecil.


39

3) Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Pengeluaran Kas

Unsur pengendalian internal dalam sistem pengeluaran kas adalah

sebagai berikut (Mulyadi, 2016:471-474):

a) Organisasi

(1) Fungsi penyimpanan kas terpisah dari fungsi akuntansi

(2) Transaksi pengeluaran kas tidak dilaksanakan sendiri oleh

bagian kasir dari awal sampai akhir.

b) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

(1) Pengeluaran kas mendapat otorisasi dari pejabat yang

berwenang.

(2) Penginputan dalam sistem didasarkan pada bukti pengeluaran

kas yang telah mendapat otorisasi dari masing-masing kepala

bagian.

(3) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (atau dalam metode

pencatatan tertentu dalam register cek) harus didasarkan bukti

kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang

berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen pendukung

yang lengkap.
40

c) Praktik yang Sehat

(1) Saldo kas yang disimpan di perusahaan harus dilindungi dari

kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak

semestinya.

(2) Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi

pengeluaran kas harus dibubuhi Cap “lunas” oleh Bagian Kasa

setelah transaksi pengeluaran kas.

(3) Penggunaan rekening koran bank (bank statement), yang

merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk mengecek

ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksa intern (internal

audit function) yang merupakan fungsi yang tidak terlibat

dalam pencatatan dan penyimpanan kas.

(4) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama

perusahaan penerima pembayaran atau dengan

pemindahbukuan.

(5) Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil,

pengeluaran ini dilakukan sistem akuntansi pengeluaran kas

melalui dana kas kecil, yang pencatatan akuntansinya

diselenggarakan dengan imprest system.


41

(6) Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang

ada di perusahaan dengan jumlah kas menurut catatan

akuntansi.

(7) Kas yang ada di perusahaan (cash in safe) dan kas yang ada di

perjalanan (cash in transit) diasuransikan dari kerugian.

(8) Kasir diasuransikan (fidelity bond insurance).

(9) Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya

pencurian terhadap kas yang disimpan di perusahaan (misalnya

mesin register kas, lemari besi, dan strong room).

(10) Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh Bagian

Kasa.

d) Karyawan yang Mutunya sesuai dengan Tanggung Jawab

(1) Manajemen telah melakukan analisis jabatan yang ada dan

terpenuhinya syarat-syarat untuk jabatan tersebut.

(2) Manajemen telah melakukan pengembangan pendidikan

karyawan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.

B. Publikasi Penelitian Sebelumnya

Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas, dapat dilihat

pada Tabel 1.
42

Tabel 1
Publikasi Penelitian Sebelumnya

Keterangan Penelitian I Penelitian II Penelitian III Penelitian


Sekarang
Nama Ni Made Ari Saifudin dan Firda Pri Ayu Tutik Wulandari, Kadek Wanda
Anggarini, (2016) Ardani, (2017) (2019) Pangesti,
(2020)
Judul Evaluasi Sistem Sistem Informasi Akuntansi Analisis Sistem Evaluasi Sistem
Akuntansi Penerimaan Penerimaan dan Pengeluaran Akuntansi Penerimaan Akuntansi
dan Pengeluaran Kas Kas dalam Meningkatkan dan Pengeluaran Kas Penerimaan dan
pada LPD Desa Pengendalian Internal atas dalam Meningkatkan Pengeluaran
Pekraman Jero Kuta Pendapatan pada RSUP Dr. Pengendalian Intern Kas pada PT.
Batubulan Kariadi Semarang pada PT. Amerta Abadi Citra Sedayuh
Group di Badung di Denpasar
Rumusan Apakah rancangan 1. Bagaimana cara 1. Apakah sistem Apakah sistem
Masalah sistem akuntansi mengetahui peranan akuntansi penerimaan dan
penerimaan dan sistem informasi penerimaan kas pengeluaran
pengeluaran kas pada akuntansi pada pelayanan memadai dilihat kas yang
tabungan pada LPD publik, yang berperan dari pengendalian diterapkan pada
Desa Pekraman Jero dalam menunjang intern pada PT. PT. Citra
Kuta Batubulan pengendalian internal Amerta Abadi Sedayuh
Gianyar sudah pendapatan rumah sakit? Group di Badung? berdasarkan
memadai? 2. Bagaimana cara 2. Apakah sistem unsur-unsur
mengetahui seberapa akuntansi sistem
besar efektifnya pengeluaran kas akuntansi sudah
pengendalian internal memadai dilihat memadai?
43

Lanjutan Tabel 1.
pendapatan yang dari pengendalian
dijalankan rumah sakit? intern pada PT.
3. Bagaimana cara Amerta Abadi
mengetahui sistem Group di Badung?
informasi akuntansi
penerimaan dan
pengeluaran kas pc ada
RSUP Dr. Kariadi
Semarang?
Teknik Analisis Teknik Analisis Teknik Analisis Deskriptif Teknik Analisis Teknik Analisis
Data Kualitatif Deskriptif Deskriptif
Variabel Sistem penerimaan dan Sistem pengendalian internal, Sistem pengendalian Sistem
pengeluaran kas sistem penerimaan kas, dan internal, sistem akuntansi
sistem pengeluaran kas penerimaan kas, dan penerimaan dan
sistem pengeluaran kas pengeluaran
kas
Hasil Penelitian Atas evaluasi sistem Sistem Informasi Akuntansi Unsur-unsur Masih diteliti
akuntansi penerimaan Penerimaan dan Pengeluaran pengendalian intern
kas dilihat dari Kas sudah dilaksanakan dalam sistem akuntansi
prosedur, formulir- secara sistematis, masing- penerimaan dan
formulir, buku-buku masing bagian dalam bagian pengeluaran kas pada
catatan dan alat-alat keuangan ini mempunyai PT. Amerta Group di
belum memadai Pengendalian Internal Badung yaitu
sedangkan sistem pendapatan sudah efektif dan organisasi, sistem
akuntansi pengeluaran efisien sesuai dengan unsur- otoritas, dan prosedur
kas sudah memadai unsur sistem pengendalian pencatatan, praktik
44

Lanjutan Tabel 1.
Intern yang sehat, dan mutu
karyawan belum
memadai
Sumber: Publikasi penelitian sebelumnya (data diolah, 2020).
45

C. Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Evaluasi Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas
pada PT. Citra Sedayuh di Denpasar

Evaluasi Penerimaan dan


Pengeluaran Kas

Sistem Akuntansi Sistem Akuntansi


Penerimaan dan Penerimaan dan
Pengeluaran Kas Pengeluaran Kas
PT. Citra Sedayuh secara Teori

Unsur-unsur Sistem Akuntansi:


1. Formulir
2. Jurnal
3. Buku Besar
4. Buku Pembantu
5. Laporan

Belum Memadai Memadai

Direvisi Dilanjutkan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Obyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Citra Sedayuh yang beralamat di Jl.

Belimbing No. 59, Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota

Denpasar, Bali 80231.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah sistem

akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Citra Sedayuh.

B. Identifikasi Variabel

Menurut Sugiyono (2015:38), variabel penelitian adalah atribut atau objek

yang memiliki variasi antara satu sama lainnya. Identifikasi variabel dalam

penelitian ini digunakan untuk membantu dalam menentukan alat pengumpulan

data dan teknik analisis data yang digunakan. Variabel dalam penelitian ini adalah

sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas.

46
47

C. Definisi Operasional Variabel

1. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu prosedur pencatatan

melalui formulir, jurnal, buku besar dan buku pembantu yang dibuat untuk

melaksanakan kegiatan penerimaan dana yang berasal dari berbagai macam

sumber sehingga menghasilkan informasi berupa laporan keuangan. Alur

penerimaan kas sebagai berikut:

a. Membuat form surat pesanan.

b. Melakukan pembayaran menggunakan form berupa kuitansi, cek dan

Bilyet Giro (BG).

c. Menerbitkan form faktur penjualan.

d. Pencatatan transaksi pada jurnal diantaranya:

1) Jurnal penjualan.

2) Jurnal penerimaan kas.

3) Jurnal umum.

e. Pencatatan pada buku besar.

f. Pencatatan pada buku pembantu.

g. Menghasilkan laporan keuangan berupa neraca, laporan rugi laba, laporan

perubahan laba yang ditahan, laporan biaya pemasaran, laporan harga

pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar,
48

kartu persediaan, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga

pokok produksi, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya

2. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Sistem akuntansi pengeluaran kas adalah sistem yang membahas

keluarnya uang yang digunakan untuk pembelian dan pembayaran tunai atau

kredit. Alur pengeluaran kas sebagai berikut:

a. Membuat form surat pesanan.

b. Melakukan pembayaran menggunakan form berupa kuitansi, cek dan

Bilyet Giro (BG).

c. Menerbitkan form faktur pembelian.

d. Pencatatan transaksi pada jurnal pembelian dan jurnal umum.

e. Pencatatan pada buku besar.

f. Pencatatan pada buku pembantu.

g. Menghasilkan laporan keuangan berupa neraca, laporan harga pokok

produksi, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, kartu

persediaan.
49

D. Jenis Data

1. Jenis data yang digunakan menurut sifatnya adalah:

a. Data Kuantitatif

Data yang berupa angka-angka atau data yang dapat dihitung seperti data

penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Citra Sedayuh.

b. Data Kualitatif

Data yang berupa uraian seperti sejarah perusahaan dan struktur organisasi

perusahaan pada PT. Citra Sedayuh.

2. Jenis data yang digunakan menurut sumbernya adalah:

a. Data Primer

Data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya, contohnya

data jawaban hasil wawancara kepada narasumber atau pihak-pihak terkait

mengenai sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dalam bentuk dokumen jadi, seperti laporan

keuangan, bukti kuitansi penerimaan dan pengeluaran kas, sejarah dan

struktur organisasi perusahaan PT. Citra Sedayuh.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang

dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan akan digunakan sebagai


50

hipotesis yang dirumuskan. Adapun metode yang digunakan dalam

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Tahap observasi pada penelitian ini melakukan pengamatan

langsung ke PT. Citra Sedayuh untuk pengecekan mengenai sistem

akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam melakukan

pengamatan, peneliti berperan sebagai pengamat partisipatif, yaitu terlibat

dalam kegiatan sehari-hari pada perusahaan yang diteliti atau sebagai

sumber data penelitian.

2. Wawancara

Dalam tahap ini melakukan wawancara dengan tatap muka dan

tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam penerimaan

dan pengeluaran kas untuk memperoleh informasi yang berhubungan

dengan penelitian. Pihak yang dimaksud yaitu: Direktur Utama, Direktur,

Staf Keuangan dan Staf Pembelian/Penjualan.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yang

menguraikan pelaksanaan sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas

pada PT. Citra Sedayuh kemudian membandingkan dengan sistem akuntansi

penerimaan dan pengeluaran kas yang seharusnya (sesuai teori Mulyadi). Dari
51

hasil perbandingan sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas

berdasarkan teori dengan yang ada pada pelaksanannya, dapat disimpulkan

memadai atau tidak memadainya sistem akuntansi penerimaan dan

pengeluaran kas pada PT. Citra Sedayuh.


52

BAB IV

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Singkat PT. Citra Sedayuh

PT. Citra Sedayuh merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

bidang farmasi, laboratorium dan alat Kesehatan. Perusahaan ini telah berdiri

sejak 30 Nopember 2000. PT. Citra Sedayuh merupakan perusahaan lokal yang

berpusat di Kota Denpasar, Bali.

PT. Citra Sedayuh menyediakan obat-obatan, bahan dan peralatan

laboratorium serta alat kesehatan untuk keperluan rumah sakit, dinas kesehatan,

apotek, toko obat dan instansi lainnya sepanjang instansi tersebut memiliki tenaga

penanggung jawab baik penanggung jawab farmasi maupun penanggung jawab

alat kesehatan.

Sebagai penyedia barang yang mengutamakan kenyamanan dan kepuasan

pelanggan, PT. Citra Sedayuh senantiasa memberikan kualitas pelayanan yang

prima serta menjamin kualitas barang dengan harga yang kompetitif.

Kenyamanan dan kepuasan pelanggan merupakan komitmen yang ingin dicapai

demi menciptakan pelanggan yang loyal dengan didukung karyawan yang sangat

kompeten dibidangnya.
53

B. Visi dan Misi PT. Citra Sedayuh

1. Visi

Sebagai distributor Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memiliki komitmen

untuk selalu mendistribusikan produk farmasi yang berkualitas serta memiliki

citra kuat di pasar lokal maupun nasional.

2. Misi

Berlandaskan semangat kekeluargaan, PT. Citra Sedayuh berkeinginan untuk

ikut berperan dalam penyediaan obat-obatan dengan fasilitas-fasilitas sesuai

standar CDOB (Cara Distribusi Obat Yang Baik) yang mengutamakan mutu

untuk peningkatan kesehatan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

C. Struktur Organisasi PT. Citra Sedayuh

Dalam perusahaan wajib memiliki struktur organisasi agar mempermudah

pengintegrasian fungsi-fungsi dalam perusahaan menjadi efektif dan efisien. PT.

Citra Sedayuh di Denpasar memiliki 2 (dua) struktur organisasi yaitu Struktur

Organisasi Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Struktur Organisasi Alat

Kesehatan (Alkes) dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 sebagai berikut.
54

Gambar 2
Struktur Organisasi Pedagang Besar Farmasi PT. Citra Sedayuh

APOTEKER
DIREKTUR UTAMA PENANGGUNG
JAWAB

DIREKTUR

STAF STAF STAF STAF STAF STAF


KEUANGAN PENJUALAN PEMBELIAN UMUM LOGISTIK/ EKSPEDISI
GUDANG

Sumber: PT. Citra Sedayuh di Denpasar (2020)


55

Gambar 3
Struktur Organisasi Alat KesehatanPT. Citra Sedayuh

PENANGGUNG
DIREKTUR UTAMA JAWAB TEKNIS
ALAT KESEHATAN

DIREKTUR

STAF STAF STAF STAF STAF STAF


KEUANGAN PENJUALAN PEMBELIAN UMUM LOGISTIK/ EKSPEDISI
GUDANG

Sumber: PT. Citra Sedayuh di Denpasar (2020)


56

D. Diskripsi Jabatan

Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian yang ditunjukkan dalam

struktur organisasi PT. Citra Sedayuh di Denpasar sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Direktur Utama adalah pimpinan tertinggi dalam sebuah perusahaan. Adapun

uraian tugas dari direktur utama, yaitu:

a. Mengatur dan mengendalikan jalannya Organisasi, Manajemen dan Personalia

sesuai peraturan, regulasi dan perundangan yang ditetapkan.

b. Menyusun program kerja dan budget pasar sesuai dengan target perusahaan.

c. Mengembangkan pasar dengan memperhatikan masukan dari APJ PBF, PJT

Alkes dan marketing.

d. Sebagai Pimpinan Fasilitas Distribusi bertanggung jawab atas penerapan

CDOB dan CDAKB.

e. Memfasilitasi dan melaksanakan pelatihan seluruh personil untuk penerapan

CDOB dan CDAKB di perusahaan.

f. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban keuangan pada RUPS.

2. Direktur

Direktur adalah orang yang bertugas membantu dan mewakilkan direktur utama

dalam operasional perusahaan. Adapun uraian tugas dari direktur, yaitu:

a. Membantu Direktur Utama dalam menata dan melaksanakan program kerja

perusahaan.
57

b. Mewakili Direktur Utama keluar ataupun internal perusahaan bilaman

berhalangan atau sedang berada diluar daerah.

c. Secara bersama-sama dengan APJ Fasilitas Distribusi dan PJT Alat Kesehatan

senantiasa mengupayakan penerapan CDOB dan CDAKB secara

berkesinambungan.

3. Apoteker Penanggung Jawab (APJ)

Apoteker Penanggung Jawab (APJ) adalah orang yang bertanggung jawab dalam

aktivitas distribusi obat-obatan. Adapun uraian tugas dari Apoteker Penanggung

Jawab (APJ), yaitu:

a. Bertanggung jawab secara moral dan hukum atas pengelolaan PBF.

b. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem manajemen

mutu.

c. Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangannya serta menjaga

akurasi dan mutu dokumentasi.

d. Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan pelatihan

lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan

distribusi.

e. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan penarikan

obat/recall.

f. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif.

g. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan pelanggan.


58

h. Meluluskan obat dan/atau bahan obat kembalian untuk dikembalikan ke

dalam stok obat dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual.

i. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan penerima

kontrak yang menjelaskan mengenai tanggung jawab masing-masing pihak

yang berkaitan dengan distribusi dan/atau transportasi obat dan/atau bahan

obat.

j. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program dan

tersedia tindakan.

k. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina atau

memusnahkan obat kembalian, rusak, hasil penarikan kembali/recall, atau

diduga palsu.

l. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk obat dan/atau

bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.

m. Melakukan skrining terhadap surat pesanan obat-obatan.

n. Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker/Tenaga Kefarmasian yang telah

mendapatkan persetujuan dari Instansi berwenang ketika sedang tidak berada

di tempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang terkait

dengan setiap pendelegasian yang dilakukan.


59

4. Penanggung Jawab Teknis Alat Kesehatan

Penanggung Jawab Teknis (PJT) Alat Kesehatan adalah orang yang bertanggung

jawab dalam aktivitas distribusi alat kesehatan. Adapun uraian tugas Penanggung

Jawab Teknis (PJT), yaitu:

a. Mengelola pengadaan dan/atau penjualan Alkes sesuai Ijin PAK yang

dimiliki, berupa:

1) Alat Kesehatan Elektromedik non radiasi.

2) Alat Kesehatan Non Elektromedik Non Steril.

3) Alat Kesehatan Non Elektromedik Steril.

4) Produk Diagnostik In Vitro.

b. Bertanggung jawab secara teknis sebagai tenaga ahli atas Alkes yang dikelola

perusahaan.

c. Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan pelatihan

lanjutan mengenai Cara Distribusi Alat Kesehatan Yang Baik (CDAKB)

untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan distribusi.

d. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan penarikan

barang/recall.

e. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif.

f. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan pelanggan.

g. Melakukan skrining terhadap surat pesanan alat Kesehatan.


60

h. Menyampaikan laporan Alkes (E-Report) setiap semester dalam 1 (satu)

tahun.

5. Staf Keuangan

Adapun uraian tugas dari staf keuangan, yaitu:

a. Mengatur cash flow perusahaan.

b. Mengelola urusan perpajakan perusahaan, termasuk melaporkan Pajak Masa

dan Tahunan.

c. Melakukan pembayaran barang-barang kepada pemasok.

d. Menerima pembayaran dari pelanggan.

e. Menyusun laporan keuangan secara periodik.

f. Menyusun neraca perusahaan secara berkala.

6. Staf Penjualan

Adapun uraian tugas dari staf penjuala, yaitu:

a. Melakukan penjualan obat dan/atau bahan obat berdasar surat pesanan dari

pelanggan.

b. Membuat daftar dan kualifikasi pelanggan sesuai dengan izin dari yang

berwenang serta penerapan CDOB.

c. Membuat Surat Penyerahan Barang (SPB) dan Faktur Penjualan (FP).

d. Penanganan keluhan, produk obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu,

penarikan kembali, rusak, retur, dan obat kembalian.


61

e. Memperkenalkan produk obat dan/atau bahan obat yang dapat di supply

kepada pelanggan.

f. Memastikan bahwa pengiriman obat kepada pelanggan sudah sesuai dengan

CDOB.

7. Staf Pembelian

Adapun uraian tugas dari staf pembelian, yaitu:

a. Pengadaan, pemesenan dan penerimaan barang.

b. Membuat daftar dan kualifikasi pemasok sesuai dengan izin dari yang

berwenang serta penerapan CDOB.

c. Membuat surat pesanan obat yang ditanda tangani oleh APJ PB.

d. Penanganan produk obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu, penarikan

kembali, rusak, retur dan obat kembalian.

8. Staf Umum

Bagian umum adalah staf yang menyelenggarakan administrasi perusahaan

meliputi:

a. Penyelenggaraan administrasi umum.

b. Membantu Pimpinan, APJ dan staf lainnya dalam pengelolaan administrasi

yang menyangkut teknis.

c. Membuat registrasi dokumen yang dikeluarkan dan/atau yang diterima

perusahaan.
62

d. Bertanggung jawab untuk penyimpanan dan menemukan kembali dokumen

perusahaan setiap waktu diperlukan.

9. Staf Logistik/Gudang

Staf logistik/gudang bertanggung jawab untuk pelaksanaan:

a. Protap Penerimaan Barang.

b. Protap Penyimpanan Barang.

c. Protap Pengeluaran Barang.

d. Protap Penanganan Obat Palsu atau Diduga Palsu.

e. Protap Pemusnahan Obat.

f. Protap Penanganan Obat Kadaluwarsa/Rusak.

g. Protap Obat Kembalian.

h. Protap Pencatatan Suhu dan Kelembaban.

i. Protap Stok Opname.

j. Protap Kebersihan Gudang.

k. Protap Penanganan Pencurian Obat.

l. Protap Akses Personil.

m. Protap Penanganan Pengiriman Obat yang Tidak Sesuai Pesanan.

n. Protap Penanganan Obat Tanpa Izin Edar.

10. Staf Ekspedisi

Staf ekspedisi bertanggung jawab untuk pelaksanaan:

a. Pengiriman barang kepada pelanggan.


63

b. Pemeliharaan atau perawatan kendaraan perusahaan.

c. Pengiriman barang berpedoman ketentuan CDOB.

d. Barang-barang yang dikirim harus sesuai dengan surat pesanan.

e. Penerimaan barang harus sepengetahuan atau tanda tangan APJ pemesan.


Daftar Pustaka

Saifudin dan Firda Pri Ardani, (2017). Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan
Pengeluaran Kas dalam Meningkatkan Pengendalian Internal atas Pendapatan
pada RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, Vol.2,
No.2, hal.123-137.

Ni Made Ari Anggarini, (2016). Evaluasi Sistem Akuntansi Penerimaan dan


Pengeluaran Kas pada LPD Desa Pekraman Jero Kuta Batubulan. Skripsi.
Universitas Warmadewa.

Ayu Tutik Wulandari, (2019). Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan dan


Pengeluaran Kas dalam Meningkatkan Pengendalian Intern pada PT. Amerta
Abadi Group di Badung. Skripsi. Universitas Warmadewa.

Sari, Parlina Iin, (2014). Analisa Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan
Pengeluaran Kas pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijawa. Skripsi. Universitas Palembang.

Sujarweni, Wiratna, (2015), Sistem Akuntansi, Penerbit Pustaka Baru Press,


Yogyakarta.

Sugiyono, (2015). Metode Penelitian kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Mulyadi, (2016). Sistem Akuntansi. Edisi Keempat. Salemba Empat. Jakarta.

64

Anda mungkin juga menyukai