Anda di halaman 1dari 15

REVIEW ARTIKEL

RISET AKUNTANSI KEUANGAN DAN PENGAUDITAN


MAK 325

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Eka Ardhani Sisdyani, S.E., M.Com., Ak.

Oleh:

I Gede Pandita Erawan (2081611025) (25)


Putu Ayu Putri Ginanti (2081611001) (01)
Theresa Yuliana Jaeng (2081611004) (04)
Ni Putu Anindya Sarasija Prameswari (2081611005) (05)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………... 2
A. Country-Specific Factors Related to Financial Reporting and the Value Relevance
of Accounting Data (Ali dan Hwang, 1999)
1. Fenomena Penelitian……………………………………………………………………. 3
2. Masalah Penelitian……………………………………………………………………… 3
3. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………...4
4. Research Gap…………………………………………………………………………… 4
5. Kerangka Konseptual…………………………………………………………………… 5
6. Metode Penelitian……………………………………………………………………….. 6
7. Hasil Penelitian…………………………………………………………………………. 7
8. Implikasi Penelitian……………………………………………………………………... 8
9. Kritik……………………………………………………………………………………. 9
B. Audit Tenure, Auditor Rotation, and Audit Quality: The Case of Indonesia (Siregar,
Wibowo, and Amarullah, 2012)
1. Fenomena Penelitian……………………………………………………………………. 9
2. Masalah Penelitian……………………………………………………………………… 10
3. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………...10
4. Research Gap…………………………………………………………………………… 11
5. Kerangka Konseptual…………………………………………………………………… 11
6. Metode Penelitian……………………………………………………………………….. 11
7. Hasil Penelitian…………………………………………………………………………. 12
8. Implikasi Penelitian……………………………………………………………………... 13
9. Kritik……………………………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….. 15

2
A. Country-Specific Factors Related to Financial Reporting and the Value Relevance
of Accounting Data (Ali dan Hwang, 1999)

1. Fenomena Penelitian
Fenomena penelitian dalam artikel ini adalah fenomena dimana relevansi nilai ditentukan
terutama dalam hal kekuatan penjelas variabel akuntansi (pendapatan dan nilai buku
ekuitas) untuk pengembalian keamanan, relatif terhadap kekuatan penjelas untuk
perusahaan AS yang sebanding. Dalam sistem keuangan berorientasi bank, beberapa
bank memasok sebagian besar kebutuhan modal bisnis (Berglof [1990]), sedangkan dalam
sistem keuangan berorientasi pasar banyak investor yang beragam menyediakan
pembiayaan.

Contoh dalam artikel:


“Value relevance is specified primarily in terms of explanatory power of accounting
variables (earnings and book value of equity) for security returns, relative to explanatory
power for comparable U.S. firms.” (halaman 1)

“In bank-oriented financial systems a few banks supply most of the capital needs of
businesses (Berglof [1990]), whereas in market-oriented financial systems numerous
diverse investors provide financing.” (halaman 2)

2. Masalah Penelitian
Masalah penelitian dalam artikel ini peneliti menggunakan analisis faktor utama untuk
menyelidiki apakah variabel yang mewakili faktor khusus negara hanya menangkap satu
konstruksi yang mendasarinya. Selanjutnya, kesesuaian yang diperlukan antara pelaporan
keuangan dan pajak memberikan insentif untuk mengurangi pajak dengan melaporkan
laba yang lebih rendah secara sistematis, dan ini juga merusak relevansi nilai laporan
keuangan

Contoh dalam artikel:


“Given these high correlations, we use principal factor analysis to investigate whether
the variables representing the country-specific factors capture only one underlying
construct.” (halaman 8)

3
“Furthermore, required conformity between financial and tax reporting provides
incentives to reduce taxes by reporting systematically lower profits, and this too
undermines the value relevance of financial reports” (halaman 7)

3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara ukuran relevansi nilai data
akuntansi keuangan dan beberapa faktor spesifik negara yang menggunakan data 1986-
1995 dari perusahaan manufaktur dari 16 negara seperti disarankan dalam penelitian
sebelumnya.

Contoh dalam artikel:


“Using 1986-1995 data from manufacturing firms from 16 countries, this paper explores
relations between measures of the value relevance of financial accounting data and
several
country-specific factors suggested in prior research.” (halaman 1)

4. Research Gap
Penelitian ini melihat studi sebelumnya (misalnya, MGM) mempertimbangkan sistem
keuangan bank versus berorientasi pasar dan pemerintah versus swasta pembuat standar
sebagai faktor lingkungan yang mempengaruhi pengembangan akuntansi. Di sisi lain,
mereka menganggap cluster akuntansi Inggris-Amerika versus Kontinental, penyelarasan
pajak keuangan, dan pengeluaran untuk layanan audit sebagai faktor yang membedakan
praktik pelaporan keuangan nasional.
Alford, Jones, Leftwich, dan Zmijewski [1993] (selanjutnya AJLZ) melaporkan relevansi
nilai data akuntansi keuangan untuk 16 negara yang sama yang kami pertimbangkan.
Peneliti berkontribusi dengan memeriksa secara rinci hubungan antara relevansi nilai dan
faktor spesifik negara yang terkait dengan pelaporan keuangan.

Contoh dalam artikel:


“Prior studies (see, e.g., MGM) consider bank versus market-oriented financial systems
and government versus private standard setters as environmental factors that influence
accounting development. On the other hand, they consider British-American versus
Continental accounting clusters, financial-tax alignment, and spending on auditing
services as factors distinguishing national financial reporting practices.” (halaman 3)

4
“Alford, Jones, Leftwich, and Zmijewski [1993] (hereafter AJLZ) report the value
relevance of financial accounting data for the same 16 countries we consider. We
contribute by examining in detail the association between value relevance and country-
specific factors related to financial reporting.” (halaman 3)

5. Kerangka Konseptual

Kajian Teoritis: Kajian Empiris:


1. Country Spesific Factors 1. Mueller, Gernon dan Meek
a. Financial System (MGM, 1994)
- Bank oriented 2. Choi dan Mueller (1992)
- Market oriented 3. Choi dan Mueller (1991) serta
2. Financial Reporting Joos dan Lang (1994)
a. Source of GAAP 4. Alford, Jones, Leftwich dan
b. Accounting Cluster Zmijewski (ALJZ, 1993)
c. Financial Tax Alignment 5. Joos dan Lang (1994) serta
d. Spending on Auditing Services Gray, Campbell dan Shaw
e. Principal Factors (1984)
3. Value Relevance of Accounting Data 6. Kothari dan Sloan (1992) serta
a. Value Relevance of Earnings Jacobson dan Aaker (1993)
b. Value Relevance of Accruals 7. Choi, Harris, Leinsenring dan
c. Combined Value Relevance Wyatt (1992)
Earning & Book Value of Equity
4. Control for the Price Leading Financial
Report Effect

Rumusan Masalah

Hipotesis

Uji Statistik

Hasil

Simpulan dan Saran

Hubungan antar variabel:

Country-spesific
Financial reporting Value relevance
factors

5
Price leading financial
reporting effects
6. Metode Penelitian
Sampel
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari obsevasi tahun perusahaan dari 16 negara non-AS,
dimana perusahaan AS digunakan sebagai kontrol. Pengambilan sampel ini menggunakan
metode purposive sampling dengan kriteria (1) Negara tersebut harus memiliki setidaknya
60 perusahaan yang layak diobservasi pada tahun penelitian, (2) Perusahaan yang
digunakan adalah perusahaan di sektor manfuaktur. Peneliti juga menggunakan kriteria
AJLZ, ini berfokus pada perusahaan industri (SIC 2000-3999 atau 5000-5999) di setiap
Negara.

Contoh dalam artikel:


“Our sample consists of firm-year observations from16 non-U.S. countries; U.S. firms
are used as controls. Countries must have at least 60 usable firm-year observations.
Accounting data, stock price, and stock returns for 1986-1995 are from the 1995 Global
Vantage database. We use the criteria of AJLZ, and focus on industrial firms (SIC 2000-
3999 or 5000-5999) in each country.” [halaman 9]

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pengujian spearman correlation untuk menguji apakan ada
keterkaitan yang kuat pada sebagaian besar variabel yang berbeda, serta menggunakan
factor analysis untuk menyelidiki apakah variabel-variabel yang digunakan dapat mewakili
faktor spesifik pada Negara-negara yang diuji. Selaian melakukan pengujian terhadap
kelima hipotesis, dengan menggunakan persamaan regresi yang diestimasi dengan pooled
time series dan cross section. Namun, dilakukan juga pengujian untuk mengontrol
pengaruh price leading financial reports terhadap hubungan pengukur relevansi nilai dan
faktor spesifik Negara.

Contoh dalam artikel:


“Regression Approach. Following AJLZ, we estimate the value relevance of earnings by
using the following model:
Retit = a0 + a1 Eit/Pit-1 + a2 Eit/Pit-1 + uit (1)
Equation (1) is estimated using a pooled time-series and cross-section. [halaman 11]

Hedge Portfolio Approach. We also use AJLZ's hedge portfolio approach to measure the
value relevance of earnings. For each of the non-U.S. country samples, earnings-based
6
hedge portfolio returns are computed assuming perfect foreknowledge of future earnings.
Similarly, returnbased hedge portfolio returns are computed, assuming perfect
foreknowledge of future (15-month) market-adjusted stock returns.” [halaman 12]

“Because accounting practices primarily influence accruals and not cash, we examine
separately the association between the value relevance of accruals and country-specific
factors.” [halaman 13]

“To control for heteroscedasticity, we deflate the equation by BV to obtain the empirical
specification:
Pit/BVit = f1 + f0 1/BVit + f2 Eit/BVit + uit (4)
To consider the effect of economy-wide factors, we estimate (4) with annual intercepts.”
[halaman 14]

“Spearman correlations between the value relevance measures based on the


earningreturns regression model (DIF1), the earnings based hedge portfolio
(DIFPRET), and the price model with both earnings and book value of equity (DIF4)
range between 0.36 (p = 0.16) to 0.48 (p = 0.06). Only the correlation between DIF1 and
DIF2_3 is high, 0.88 (p = 0.00). These results suggest that the alternative value
relevance measures are distinct, underscoring the importance of examining all of them.”
[halaman 14]

7. Hasil Penelitian
Uji korelasi Spearman antara ukuran relevansi nilai, DIF1, DIFPRET, DIF2_3, dan DIF4,
dan variabel yang mewakili faktor spesifik Negara. Hasil ini mendukung hipotesis
hubungan antara relevansi nilai dan pelaporan keuangan terkait faktor spesifik negara.
Selanjutnya, untuk memeriksa besarnya perbedaan dalam relevansi nilai data akuntansi di
seluruh negara, digunakan ekspektasi peneliti yang dikembangkan sebelumnya. Kemudian
diperoleh delapan negara dengan nilai Principal Factor yang tinggi, yang ditempatkan ke
grup A, dan delapan sisanya ke grup B. Negara-negara Grup A diharapkan memiliki
relevansi nilai yang tinggi dan Grup B memiliki relevansi nilai rendah. Dari 16 relevansi
nilai data akuntansi untuk Negara-negara kelompok A dan B, peneliti memperoleh hasil
yang menunjukkan besarnya perbedaan relevansi nilai antara dua kelompok negara yang
diharapkan memiliki relevansi data akuntansi nilai tinggi versus rendah.

7
Contoh dalam artikel:
“Table 4 reports Spearman correlations between the value relevance measures, DIF1,
DIFPRET, DIF2_3, and DIF4, and the variables representing country-specific factors. All
correlations are in the predicted directions, and significant at the 0.06 level or better.
These results support the hypothesized relations between value relevance and financial
reporting related country-specific factors.” [halaman 15]

“Next, we examine the magnitude of the difference in the value relevance of accounting
data across countries, using our previously developed expectations. For this purpose,
eight countries with high values of Principal Factor, a composite measure of all the
country-specific factors, are assigned to group A, and the remaining eight to group B.
Group A (B) countries are expected to have high (low) value relevance.” [halaman 15]

“Thus, the value relevance of accounting data for group A countries is, on average, 6.3%
(= 0.010/0.158) less, and that of group B countries is 70.2% (= 0.094/0.134) less than that
for the U.S. The difference between the two groups is 63.9% (= 70.2%-6.3%). Differences
that are similarly computed using DIFPRET, DIF2_3, and DIF4, instead of DIF1, are
23.3%, 63.0%, and 72.5%, respectively. These results indicate the magnitude of the
difference in value relevance between two groups of countries expected to have high
versus low value relevance of accounting data.” [halaman 15]

8. Implikasi Penelitian
Implikasi penelitian menunjukkan bahwa price leading financial report yang lebih besar
berpengaruh terhadap bank-berorientasi Negara, yang mana bahwa ukuran relevansi nilai
berbasis pengembalian kontemporer diremehkan untuk negara-negara ini. Efek ini
mungkin berkontribusi pada relevansi nilai yang relatif rendah yang diamati negara-negara
ini. Tindakan khusus negara lainnya, yang dipertimbangkan dalam studi ini, adalah
berkorelasi dengan ukuran sistem keuangan. Jadi, efek price leading financial report juga
dapat mempengaruhi korelasi antara nilai berbasis pengembalian kontemporer relevansi
dan ukuran khusus negara lainnya.

Contoh dalam artikel:


“One implication of a greater price leading financial reports effect for bank-oriented
countries is that the contemporaneous-returns-based value relevance measures are
understated for these countries. This effect may contribute to the relatively low value
8
relevance observed for these countries (tables 3 and 4). Other country-specific measures,
considered in this study, are correlated with the financial system measures (see table 2).
Thus, the price leading financial reports effect may also influence the correlations
between contemporaneous-returns-based value relevance measures and the other
country-specific measures.” [halaman 18]

9. Kritik
Penelitian ini memberikan informasi mengenai hubungan antara ukuran relevansi nilai data
akuntansi dan beberapa faktor spesifik dari Negara. Penelitian ini juga dapat menjadi
pertimbangan perusahaan untuk dapat menerapkan sistem pelaporan keuangan yang tepat
agar memperoleh relevansi nilai yang baik.

Contoh dalam artikel:


“These results support the hypothesized relations between value relevance and financial
reporting related country-specific factors.” [halaman 15]

B. Audit Tenure, Auditor Rotation, and Audit Quality: The Case of Indonesia (Siregar,
Wibowo, and Amarullah, 2012)

1. Fenomena Penelitian
Runtuhnya perusahaan besar di Amerika Serikat seperti Enron dan WorldCom dikaitkan
dengan kualitas audit yang buruk terkait kurangnya independensi auditor yang dirasakan.
Begitu pula dalam kasus Indonesia, runtuhnya banyak perusahaan dan bank selama krisis
Asia tahun 1997-1998 juga telah menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas audit yang
buruk terkait dengan kurangnya independensi auditor pula. Kegagalan audit diduga terjadi
karena auditor gagal mendeteksi atau melaporkan kesalahan atau salah saji material dalam
laporan keuangan. Adanya rotasi auditor wajib ini disarankan sebagai sarana untuk
memperkuat independensi dan mengurangi kejadian kegagalan audit. Regulator Indonesia
sendiri telah mewajibkan untuk merotasi penunjukan akuntan publik setiap 3 tahun dan
penunjukan akuntan publik setiap 5 tahun, sejak akhir tahun 2002.

9
Contoh dalam artikel:
“The Indonesian regulators have made it compulsory to rotate the appointments of
public accountants every 3 years and the appointment of public accounting firms every 5
years, since the end of 2002.” [halaman 55]

“Many major corporate collapses, such as Enron and WorldCom in the United States,
have been attributed to poor audit quality associated with a perceived lack of auditor
independence. These alleged “audit failures” were deemed to have occurred because
auditors failed to either detect or report material errors/misstatements in the financial
statements. Mandatory auditor rotation has frequently been suggested as a means of
strengthening independence and reducing the incidence of audit failure (Catanach &
Walker, 1999).” [halaman 55]

“In the case of Indonesia, collapses of many companies and banks during the Asian
crisis in 1997-1998 have also raised concerns about the poor audit quality associated
with a perceived lack of auditor independence.” [halaman 57]

2. Masalah penelitian
Masalah penelitian dalam artikel ini adalah dimana dalam kasus Indonesia, runtuhnya
banyak perusahaan dan bank selama krisis Asia tahun 1997-1998 telah menimbulkan
kekhawatiran tentang kualitas audit yang buruk terkait dengan kurangnya independensi
auditor.

Contoh dalam artikel:


“In the case of Indonesia, collapses of many companies and banks during the Asian crisis
in 1997-1998 have also raised concerns about the poor audit quality associated with a
perceived lack of auditor independence.” (halaman 57)

3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rotasi auditor dan masa kerja
audit. Studi ini menemukan bahwa aturan rotasi tidak meningkatkan kualitas audit dan
bahwa pemerintah (dalam hal ini Kementerian Keuangan) perlu mempertimbangkan
kembali apakah keputusannya tentang wajib rotasi auditor telah mencapai tujuannya.

10
Contoh dalam artikel:
“….. This study tell that the rotation rule does not improve audit quality and that the
government (in this case the Ministry of Finance) needs to reconsider whether its decision
on mandatory auditor rotation is achieving its purpose(s).” (halaman 59)

4. Research Gap
Sebagian besar studi tenurial audit dan rotasi auditor dilakukan di negara lain (misalnya
Ghosh & Moon (2005), Nagy (2005), Myers et al. (2003), Geiger & Raghunandan (2002),
Johnson, Khurana & Reynolds (2002) di AS; Cameran, Livatino, Pecchiari, & Vigano
(2002) di Italia; Chi & Huang (2005) di Taiwan; Chung (2004) di Korea). Studi
sebelumnya ini memberikan bukti empiris mengenai efektivitas pembatasan masa audit
(rotasi auditor) di beberapa negara. Namun, tidak pasti apakah temuan tersebut dapat
diterapkan di Indonesia karena penegakan hukum di Indonesia masih buruk.

Contoh dalam artikel:


“Most studies on audit tenure and auditor rotation are conducted in other countries (e.g.
Ghosh & Moon (2005), Nagy (2005), Myers et al. (2003), Geiger & Raghunandan (2002),
Johnson, Khurana & Reynolds (2002) in US; Cameran, Livatino, Pecchiari, & Vigano
(2002) in Italy; Chi & Huang (2005) in Taiwan; Chung (2004) in Korea). These previous
studies provide empirical evidence regarding the efficacy of restricting audit tenure
(auditor rotation) in several countries. However, it is uncertain whether such findings are
applicable in Indonesia as Indonesia still has poor law enforcement.” (halaman 59)

5. Kerangka konseptual

Rotasi audit Masa kerja audit

Kualitas audit

Akrual diskresioner

6. Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis penelitian dalam artikel ini, penulis menggunakan model riset:

11
Definisi operasional terkait variabel dalam model dapat dilihat dalam artikel, halaman 65.

Penulis menggunakan variabel SPEC, BIG4, LEV, GROWTH, dan SIZE sebagai variabel
kontrol. SPEC, BIG4, GROWTH, dan SIZE diharapkan memiliki hubungan negatif dengan
akrual diskresioner, sementara LEV diharapkan memiliki hubungan positif.

Periode observasi penelitian dibagi menjadi dua, yakni: tahun 1999-2001 untuk
merepresentasikan tahun sebelum regulasi rotasi auditor (KMK No. 423/KMK.06/2002),
dan tahun 2004-2008 untuk tahun setelah regulasi ini diterapkan. Penulis mengecualikan
tahun 2002-2003 karena merupakan tahun pertama implementasi regulasi tersebut.

Contoh dalam artikel:


“We used the following research model to test above hypotheses…” (halaman 64)

Contoh dalam artikel:


“We use SPEC, BIG4, LEV, GROWTH, and SIZE as control variables. SPEC, BIG4,
GROWTH, and SIZE are expected to have negative relationships with discretionary
accruals, whereas LEV is expected to have positive relationships.” (halaman 65)

Contoh dalam artikel:


“We used two observation periods in this study: year 1999 – 2001 to represent years
before mandatory auditor rotation regulation (KMK No. 423/KMK.06/2002) and year
2004-2008 for years after the mandatory auditor rotation regulation. We excluded years
2002 and 2003, because those were the first years of implementating the regulation.”
(halaman 66)

7. Hasil Penelitian
1) masa kerja audit yang lebih lama berasosiasi dengan kualitas audit yang lebih
rendah untuk periode setelah rotasi auditor diwajibkan, tetapi sebaliknya untuk
periode sebelum diwajibkan, masa kerja audit yang lebih lama meningkatkan
kualitas audit.

12
2) Rotasi auditor sebelum regulasi (rotasi sukarela) memang meningkatkan kualitas
audit, sedangkan rotasi auditor wajib tidak menunjukkan pengaruh positif terhadap
kualitas audit.
3) Penelitian tidak menemukan bukti yang kuat untuk mendukung anggapan bahwa
rotasi auditor wajib yang ada efektif untuk meningkatkan kualitas audit. Hasil yang
bertentangan mungkin disebabkan oleh rendahnya penegakan hukum di Indonesia.
Selain itu, terdapat celah dalam regulasi rotasi yang memungkinkan KAP
melakukan kuasi rotasi.

Contoh dalam artikel:


“Our results show that longer audit tenure became associated with lower audit quality for
the period after mandataory auditor rotation, but conversely for the period before it
became mandatory, longer audit tenure increased audit quality.” (halaman 70)

Contoh dalam artikel:


“The results also show that auditor rotation before regulation (voluntary rotation) did
increase audit quality, whereas mandatory auditor rotation does not show having positive
effects on audit quality.” (halaman 70)

Contoh dalam artikel:


“Overall, we do not find strong evidence to support the notion that the existing
mandatory auditor rotation is effective to increase audit quality. The conflicting results
are probably due to the low law enforcement in Indonesia. Besides, there is a loophole in
the rotation regulation that allows audit firms to do quasi rotation.” (halaman 70)

8. Implikasi Penelitian
1) Penurunan kualitas audit yang mengikuti aturan rotasi mengindikasikan perlunya
mekanisme lain yang diciptakan oleh lembaga akuntan publik Indonesia (IAPI)
seperti peer review dan pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi
auditor.
2) Penelitian ini memperkaya literatur Indonesia tentang hubungan antara rotasi
auditor, masa kerja audit, dan kualitas audit dalam konteks negara berkembang, dan
mendukung kemungkinan penelitian di masa depan.

13
Contoh dalam artikel:
“The decline in audit quality following the rules of rotation indicates the need for other
mechanisms created by the institutions of public accountants Indonesia (IAPI) such as peer
review and effective training to improve the competence of auditors.” (halaman 71)

Contoh dalam artikel:


”The other implication is the desirability of enriching Indonesia’s literature on the
relationship between the auditor rotation, audit tenure, and audit quality in the context of
developing countries, and supporting future possible research.” (halaman 71)

9. Kritik:
1) Peneliti tidak memisahkan rotasi audit kuasi dan riil untuk menguji dampaknya
terhadap kualitas audit.
2) Peneliti tidak memeriksa hubungan antara masa kerja audit dan rotasi auditor
terhadap kualitas audit untuk setiap industri.
3) Peneliti belum mempertimbangkan variabel tata kelola perusahaan sebagai variabel
yang dapat mempengaruhi hubungan antara masa kerja audit dan rotasi audit
dengan kualitas audit.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Ashiq and Lee-Seok Hwang. 1999. Country-Specific Factors Related to Financial
Reporting and the Value Relevance of Accounting Data.

Siregar, Slyvia Veronica, Fitriany Amarullah, Arie Wibowo, and Viska Anggraita. 2012.
Audit Tenure, Auditor Rotation, and Audit Quality: The Case of Indonesia. Asian
Journal of Business and Accounting. 5(1). 55-74.

15

Anda mungkin juga menyukai