Anda di halaman 1dari 8

A.

KASUS PETRAL

Petral berdiri pada tahun 1996 dengan nama PT. Petral Group dengan dua pemegang
sahamnya dari Petra Oil Marketing Corporation Limited yang terdaftar di Bahama dengan
kantornya Hong Kong, serta Petral Oil Marketing Corporation yang terdaftar di California,
Amerika Serikat (AS). Pada tahun 1978, kedua perusahaan pemegang saham Petral tersebut
melakukan marger dengan mengubah nama perusahaanya menjadi Petra Oil Marketing Limited
yang terdaftar di Hong Kong. Kemudian pada 1979-1992, kepemilikan saham Petra Oil
Marketing Limited dimiliki oleh perusahaan Zambesi Invesments Limited yang terdaftar di Hong
Kong dan Pertamina Energy Services Pte Limited yang terdaftar di Singapura. Pada 1998,
perusahaan tersebut diakusisi oleh PT Pertamina (Persero) dan pada 2001 mengubah namanya
menjadi PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Selain Pertamina, sahamnya juga dimiliko
Zambesi Invesments Limited dan Pertamina Energy Services Pte Limited. Tugas Petral adalah
melakukan jual-beli minyak. Lebih tepatnya membeli minyak dari mana saja untuk dijual ke
Pertamina. Semua aktivitas itu dilakukan di Singapura. Pada tahun 2012, pendapatan usaha
perusahaan ini mencapai US$ 46 juta. Setelah dibubarkan pada Mei 2015, Pertamina hemat Rp
250 Miliar per hari. Dalam penyelesaian kasus ini KAP yang bertindak adalah Kordamentha,
Auditor asal Australia yang mengaudit jenis Audit Forensik dalam kasus Petral.

Berikut adalah Temuan Audit yang didapat oleh Kordamentha setelah dilakukan audit
atas kasus Petral:

1. Dalam berbagai dokumentasi Petral terbukti dan tercatat bahwa ada pihak ketiga yang
ikut campur dalam proses pengadaan dan jual beli minyak mentah dan produksi Bahan
Bakar Minyak (BBM) di Pertamina Energy Service Pte Ltd yang merupakan anak usaha
Petral yang bertugas melakukan pengadaan impor minyak dan Bahan Bakar Minyak
(BBM). Ikut campurnya dari mulai mengatur tender, memunculkan harga hasil
perhitungan sendiri. Pihak ketiga ini bukanlah pemerintah, bukan manajemen Petral,
bukan juga manajemen Pertamina,
2. Pihak ketiga berhasil mempengaruhi personel-personel di PES untuk memuluskan
mengatur tender dan harga minyak dan BBM. Pihak ketiga tersebut sangat berpengaruh
dalam perdagangan minyak mentah dan BBM serta membuat pelaku usaha dalam bidang
tersebut mengikuti permainan yang tidak transparan.
3. Akibat dari ikut campurnya pihak ketiga, Petral dan Pertamina tidak memperoleh harga
terbaik ketika melakukan pengadan minyak maupun jual beli produk BBM.

B. PENYEBAB TERJADINYA KASUS

Kasus ini terjadi dikarenakan Petral hanya dengan administrator trander bukan trading
company yang dimana tidak melakukan transaksi dengan dan ke pihak ketiga atau di Platts
Wndow Market (Bursa Minyak Singapura). Petral tidak mempunyai professional trader dan
sepenuhnya menjadi price taker. Pelaksanaan fungsi sebagai market intelligence oleh Petral tidak
dilakukan dengan baik. Siapa pemasok sebenarnya dari minyak yang dibeli Petral dari NOCs
atau MOCs tidak dipandang sebagai kewajiban petral. Dan petral tak berminat menjadi trading
company sehingga tidak punya blendding facilities dan blending speciallists sendiri.

C. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT KKN DALAM SKENARIO PETRAL


KPK menetapkan :
1. Bambang Irianto (BTO). Dia pernah menjabat Direktur Utama Petral sebelum diganti pada
2015 dan ia juga pernah memegang jabatan penting di PES  yang dilakukan Bambang
yang saat itu menjabat Vice President Marketing PES diduga mengamankan jatah untuk
Kernel Oil dalam tender pembelian atau penjualan minyak yang dilakukan perusahaannya.
PES bahkan tidak mematuhi arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012 soal
urutan prioritas rekanan, yakni National Oil Company, Refiner (produsen kilang),
penjual/pembeli potensial. Bambang diduga menerima suap sekitar 2,9 juta dolar AS lewat
rekening di luar negeri milik perusahaan Siam Group Holding Ltd. Perusahaan cangkang
yang didirikan Bambang itu berkedudukan di British Virgin Island, negara surga pajak. Di
kasus ini, KPK menjerat Bambang dengan pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b subsider
Pasal 11 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Menurut Laode, KPK menyelidiki
kasus ini sejak Juni 2014 dan sampai sekarang sudah memeriksa 53 saksi, serta menelusuri
dokumen di berbagai negara.
2. Agus Bahtiar, Mulyono, Khairul Rahmat, dan Tafkir. Empat orang ini memiliki jabatan di
level manajer, yang sebelumnya pernah bekerja di Petral. Empat orang ini diindikasikan
membocorkan informasi mengenai tender pengadaan minyak Petral kepada pihak luar.
Akibat kebocoran informasi tersebut, anak usaha Pertamina ini memperoleh minyak
dengan harga tinggi.
D. RENCANA PENGUMPULAN BUKTI AUDIT DAN AUDIT PROGRAM
INVESTIGASI

PT Petral menggunakan auditor dari KAP Kordamentha.

 Jenis audit yang dilakukan Kordamentha adalah audit forensik.


Audit forensik yang dilakukan terhadap Pertamina Energy Trading Limited (Petral) Group
menemukan adanya kebocoran informasi rahasia dalam proses pengadaan minyak dan
produk minyak perseroan. Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa
dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan
informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.

 Prosedur audit forensik yang dilakukan :


Hasil audit forensik KordaMentha, kata Wisnuntoro, mengindikasikan secara faktual
bahwa ada pertukaran informasi via e–mail dari para pegawai yang berkomunikasi
dengan vendor. Hasil audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral)
menyebutkan terjadi anomali dalam pengadaan minyak pada 2012-2014. Berdasarkan
temuan lembaga auditor KordaMentha, jaringan mafia minyak dan gas (migas)
menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama
tiga tahun. Sumber di Kementerian Energi mengatakan Petral menjadi kepanjangan
tangan pihak ketiga untuk masuk proses pengadaan minyak. Menurut dia, pihak ketiga ini
memiliki informan di tubuh Petral, yang membocorkan informasi pengadaan minyak,
memunculkan perhitungan harga serta mengatur tender.

 Audit forensik yang dilakukan KordaMentha tidak sampai menyentuh kisruh Petral
dengan Pertamina sebagai korporasi.
a) Identifikasi masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak
diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi
ruang lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.

b) Pembicaraan dengan klien


Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait
lingkup, kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini
dilakukan untuk membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap
penugasan audit.

c) Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya.
Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H
(who, what, where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan
apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how
much). Intinya, dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi
lebih lanjut diperlukan atau tidak.

d) Pengembangan rencana pemeriksaan


Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan
audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah
diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini
kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien.

e) Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan
analisa atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan
menjalankan teknik-teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan
adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.
f) Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik.
Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin
tersebut antara lain adalah:
1) Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2) Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan.
Oleh karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut
disebut sebagai temuan.
3) Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan.
Biasanya mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail
mengenai fraud tersebut.

Kesimpulan Hasil Audit :

Hasil audit Petral pada awal pekan lalu, yang salinannya dimiliki Katadata, terungkap bahwa
KordaMentha tidak menemukan bukti atau informasi adanya korupsi maupun suap yang diterima
oleh para karyawan Petral. Kesimpulan itu berdasarkan hasil peninjauan (review) dokumentasi,
data elektronik, wawancara, dan lain-lain. Pencarian bukti adanya korupsi juga sulit dilakukan
karena auditor tidak berwenang membuka data-data rekening dan aset para karyawan Petral.

Sebaliknya, hasil audit Petral selama periode Januari 2012 hingga Mei 2015 itu hanya
menemukan adanya penyimpangan dalam proses operasional perusahaan. Masalah itu berhulu
dari perubahan kebijakan pimpinan Pertamina pada tahun 2012, yaitu pembelian minyak mentah
dan produk minyak secara langsung dari perusahaan migas nasional (NOC) dan pemilik kilang.
Kebijakan itu menimbulkan potensi inefisiensi dari sisi nilai dan volume. “Berdasarkan laporan
auditor, potensi inefisiensi memang terjadi karena penambahan rantai suplai sehingga harga
menjadi lebih mahal,”.

KordaMentha tidak menyebutkan secara spesifik apakah keterlibatan pihak eksternal tersebut
adalah mafia migas atau bukan. Selain itu, hasil audit tersebut tidak menemukan bukti
keterlibatan direksi lama perusahaan. “Tidak ada laporan auditor yang menyebutkan komunikasi
secara langsung.” Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata dari beberapa sumber,
sebenarnya di internal pemerintah belum satu suara untuk membawa hasil audit Petral itu ke
ranah hukum

Terdapat dua opsi penindaklanjutan kasus Petral. Pertama, langkah dari sisi internal perusahaan,
seperti menindak para karyawan yang terbukti melakukan pelanggaran peraturan perusahaan.
"Misalnya personil Petral yang terindikasi dalam audit itu, tentu kami akan proses sesuai
ketentuan di perusahaan," ujar Dwi. Selain itu, memperbaiki sistem pembelian minyak mentah
dan produk BBM yang selama ini tidak transparan dan menimbulkan biaya yang tinggi.

Temuan Auditor:

a) Inefisiensi rantai suplai yang meningkatkan risiko mahalnya harga crude dan produk
b) Kebijakan Petral dalam proses pengadaan, kebocoran informasi rahasia, dan pengaruh
eksternal.
c) Terdapat surat elektronik (email) maupun obrolan via sosial media yang ditengarai
membocorkan informasi terkait patokan harga dan volume bahan bakar minyak (BBM).
d) Terdapat jaringan mafia minyak dan gas (migas) telah menguasai kontrak suplai minyak
senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama tiga tahun.
e) Adanya penguasaan kontrak oleh jaringan tertentu. “Hal ini menambah panjang rantai
suplai sehingga harga beli minyak kurang kompetitif,”
f) Ada pengaturan volume minyak mentah dan BBM oleh Petral kepada perusahaan minyak
nasional.
g) Kebocoran informasi rahasia dalam proses pengadaan seperti patokan harga dan volume
minyak impor di Petral.
h) Ada pihak eksternal di luar manajemen Pertamina dan Petral Group yang membuat harga
minyak ke Indonesia menjadi lebih tinggi
E. DAMPAK KASUS

Dampak yang diberikan dari kasus Petral terutama terhadap Negara dan masyarakat
Indonesia sebagai berikut :

1. kerugian Negara terhadap minyak bumi.


2. Selain itu Pemerintah mengambil langkah untuk membubarkan Petral, dan jika
dibubarkan akan menganggu hajat hidup orang banyak dikarenakan anak
perusahaan Pertamina tersebut merupakan BUMN strategis.
3. Pembisnis pembelian minyak akan jatuh ke tangan trader-trade yang lebih kecil
dan berpotensi menimbulkan mafia baru dalam dunia Migas.
4. Perbankan nasional tidak akan sanggup membiayai impor minyak, karena
kepentingan importir lain akan masuk dengan adanya pergantian importir minyak
dengan dibubarkannya Petral.

F. PENYELESAIAN KASUS

Pemerintah dan Pertamina menyiapkan dua langkah meyikapi hasil audit Pertal tersebut.
Langkah pertama dari sisi internal perusahaan, seperti menindak para karyawan yang terbukti
melakukan pelanggaran peraturan perusahaan. Contohnya : personil Pertral yang terindikas
dalam audit tersebut tentu akan diproses sesuai ketentuan perusahaan. Selain itu, memperbaiki
sistem pembelian minyak mentah dan produk BBM yang selama ini tidak transparan dan
menimbulkan biaya yang tinggi. Langkah kedua, adalah langkah hukum jika ditemukan adanya
pelanggaran dan kerugian negara maka keputusan hukum akan dibahas bersama Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral serta dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Presiden Joko Widodo.
Selain itu, PT.Pertamina (Persero) melakukan langkah untuk pengadaan minyak menteh seperti
yang dilakukan Pertamina Energi Trading Limited (Petral). Selain pada sistem dan prosedur
Pertamina juga melakukan penyisiran terhadap pegawainya yang terlbatpraktik kecurangan
Petral dimasa lalu. Petral sudah tidak berperan dalam pengadaan minyak mentah dan Bahan
Baku Minya (BBM). Dan pada akhirnya pada bulan April 2015, Pertamina Enery Trading
Limited (Petral) resmi dibubarkan oleh pemerintah. Anak perusahaan Pertamina ini dibubarkan
dengan tujuan memperbaiki tata kelola dan proses bisnis ekspor – impor minyak mentah yang
biasa digunakan untuk keperluan bahan bakar minya (BBM) bersubsidi.

Selanjutnya langkah yang diambil oleh Pemerintah dan Pertamina adalah membenahi
terkait sistem ekspor dan impor minyak bumi Indonesia dengan Gap Produksi dan pembelian
secara spot market diperbaiki. Saat ini Indonesia dinilai merugikan diri sendiri melalui ekspor
dan impor dengan menggunakan harga spot market.

Sumber :

Kasus Petral http://www.liputan6.com/tag/petral

Kasus Petral http://bisnis.liputan6.com/read/2234058/jokowi-diminta-ungkap-penyimpangan-


impor-minyak-petral

Kasus Petral http://finance.detik.com/read/2015/11/15/162533/3071566/1034/ini-alasan-


pertamina-pakai-auditor-asing-dalam-audit-petral

Anda mungkin juga menyukai