Disusun Oleh
YULIANA DYAH SETYOWATI
B0220074
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini guna
memenuhi Tugas Akhir Semester genap Mata Kuliah Dialektologi dengan judul “Pemakaian
Bahasa Jawa di Kelurahan Blagung, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah:
Kajian Dialektologi”.
Tentunya, proses penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu, membimbing, dan mendukung penulis sehingga laporan ini dapat
disusun dengan semaksimal mungkin. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Dra. RR Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Dialektologi yang selalu memotivasi, memberi masukan, dan mengarahkan penulis
dalam melakukan dan menyelesaikan laporan ini.
2. Orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan untuk kelancaran penelitian
ini.
3. Rekan-rekan mahasiswa Linguistik Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret
angkatan 2020 yang senantiasa memberikan semangat dan saran untuk kelancaran
dalam menyusun laporan ini.
4. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu penelitian ini dan tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu. Semoga segala bentuk dukungan, bantuan, dan doa yang telah
diberikan untuk kelancaran penelitian ini mendapatkan balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Peneliti menyadari bahwa hasil dari penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, peneliti sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk
penelitian ini agar lebih baik untuk kedepannya. Selain itu, penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa Linguistik Program Studi Sastra
Indonesia.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
2.1.5 Agama.........................................................................................................................10
2.1.6 Pendidikan..................................................................................................................10
3.2.1 Afiksasi.......................................................................................................................25
3.2.2 Reduplikasi.................................................................................................................28
3.2.4 Persandian...................................................................................................................29
BAB IV PENUTUP................................................................................................................33
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................33
4.2 Saran......................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34
LAMPIRAN.............................................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
2
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk pemakaian dialek bahasa Jawa di wilayah Blagung,
Simo, Boyolali, Jawa Tengah dari segi fonologi?
2. Mendeskripsikan bentuk pemakaian dialek bahasa Jawa di wilayah Blagung,
Simo, Boyolali, Jawa Tengah dari segi morfologi?
3. Mendeskripsikan bentuk pemakaian dialek bahasa Jawa di wilayah Blagung,
Simo, Boyolali, Jawa Tengah dari segi sintaksis?
4. Mendeskripsikan bentuk pemakaian dialek bahasa Jawa di wilayah Blagung,
Simo, Boyolali, Jawa Tengah dari segi tingkat tutur?
4
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis, maka penelitian ini
diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap ilmu linguistik, khususnya pada bidang kajian dialektologi. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan hasil riset dialektologi
yang sebelumnya pernah dilakukan, terutama penelitian yang berfokus pada
variasi bahasa yang dilihat dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan
tingkat tutur.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan sebagai upaya pemertahan dan
pelestarian dialek bahasa Jawa, khususnya di wilayah Kelurahan Blagung,
Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Tidak hanya itu,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran tentang dialek
suatu bahasa kepada masyarakat Simo khususnya warga Kelurahan Blagung.
berwibawa lainnya. Dialek juga merupakan istilah yang sering digunakan untuk
bentuk-bentuk bahasa, terutama bahasa yang tidak memiliki bentuk tulis.
9
10
2.1.5 Agama
Mayoritas penduduk Kelurahan Blagung menganut agama Islam. Namun
pada persebaran agama di wilayah Kecamatan Simo terdapat tiga tempat ibadah bagi
tiga pemeluk agama dengan mayoritas agama islam. Keberagaman tersebut
membuat masyarakat untuk saling toleransi, sehingga hidup dapat berdampingan dan
damai. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Boyolali tahun 2021 mengenai
tempat ibadah di Kecamatan Simo, terdapat 145 Masjid, 240 Mushola, 5 Gereja
Katholik, dan 2 Gereja Kristen,
https://boyolalikab.bps.go.id/statictable/2022/04/27/1403/jumlah-tempat-
peribadatan-menurut-kecamatan-di-kabupaten-boyolali-2021.html.
2.1.6 Pendidikan
Masyarakat asli Kelurahan Blagung masih tergolong ke dalam wilayah yang
berpendidikan menengah karena tidak banyak dari penduduknya yang menempuh
pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Hal tersebut dibuktikan pada data berikut.
a. Lulusan SD/Sederajat : 1057 jiwa
b. Lulusan SMP/Sederajat : 672 jiwa
c. Lulusan SMA/Sederajat : 687 jiwa
d. Lulusan Perguruan Tinggi : 94 jiwa
Di wilayah Kelurahan Blagung juga terdapat beberapa sekolah, terhitung
sebanyak 4 PAUD, 3 TK, 1 SD, 2 Marasah Ibtidaiyah, dan 1 Tsanawiyah.
11
12
13
(620)
/ͻ/ [ͻ] [ͻyͻt] ‘akar’ (414) [jͻtͻs] ‘tinju’ (124) [limͻ] ‘lima’ (5)
2. a.) Vokal /i/ tetap menjadi [i] jika berada pada suku akhir (ultima) terbuka.
Contoh:
[rai] ‘muka’ (76)
[laTi] ‘mulut’ (83)
[driji] ‘jari’ (115)
b.) Vokal /i/ tetap menjadi [i] jika berada pada suku penultima (kedua dari
belakang) dan antepenultima/prepenultima (ketiga dari belakang), baik terbuka
maupun tertutup.
[idǝp] ‘bulu mata’ (149)
[mricͻ] ‘lada’ (381)
[sǝwida?] ‘enam puluh’ (18)
c.) Vokal /i/ menjadi [I] jika terletak pada ultima penutup.
Contoh:
[wIt] ‘pohon’ (404)
[riŋIn] ‘beringin’ (436)
[sikIl] ‘kaki’ (125
3. Vokal /u/ direalisasikan menjadi [U] jika terdapat pada suku ultima tertutup
Contoh:
14
4. Vokal /u/ tetap menjadi [u] jika berada pada suku ultima terbuka atau suku
penultima terbuka atau tertutup.
Contoh:
[udǝl] ‘pusar’ (108)
[ulǝr] ‘ulat’ (285)
[dalu] ‘malam’ (32)
[gulu] ‘leher’ (96)
[siyUŋ] ‘gigi taring’ (86)
b) Vokal /ε/ terdapat pada suku ultima tertutup dan pada suku
penultima/antepenultima terbuka atau tertutup.
Contoh:
[pacεt] ‘lintah’ (284)
[durεn] ‘durian’ (417)
[tuwε?] ‘tua’ (663)
c) Vokal /ǝ/ terdapat pada suku ultima tertutup dan pada suku
penultima/antepenultima terbuka atau tertutup.
Contoh:
[sǝDǝlͻ] ‘sebentar’ (49)
[rǝmpǝlͻ] ‘empedu’ (136)
[lalǝr] ‘lalat’ (277)
15
/ŋ/[ŋ] [ŋidu] ‘berludah’ (583) [niŋali] ‘melihat’ (578) [gampaŋ] ‘gampang’ (709)
/m/[m] [mutǝr] ‘putar’ (599) [ŋͻmͻŋ] ‘berbicara’ (613) [sarǝm] ‘garam’ (468)
/n/[n] [nDuDu?] ‘menggali’ [buntUt] ‘ekor’ (350) [macan] ‘harimau’ (342)
(627)
/s/[s] [sͻŋͻ] ‘sembilan’ (9) [kusIr] ‘sopir andong’ [nDas] ‘kepala’ (73)
(274)
/r/[r] [riŋIn] ‘beringin’ (436) [parUt] ‘parut’ (493) [lahar] ‘lahar’ (460)
/w/[w] [walͻh] ‘labu’ (379) [Dawah] ‘jatuh (orang)’ [pǝgawe] ‘pegawai’ (254)
(644)
/y/ [y] [yuyu] ‘yuyu’ (298) [payͻn] ‘atap’ (474) [ŋguyu] ‘tertawa’ (615)
/j/[j] [jǝmbar] ‘luas’ (673) [ijo] ‘hijau’ (728) [wͻjͻ] ‘gigi’ (85)
[jirIh] ‘penakut’ (717) [tǝlunjU?] ‘telunjuk’
[jaŋgUt] ‘dagu’ (95) (117)
[bajIŋ] ‘tupai’ (322)
/k/[k] [kεlε?] ‘ketiak’ (110) [sǝkilan] ‘sejengkal’ (65) [mlaku] ‘berjalan’ (618)
[kulͻ] ‘saya’ (169) [caŋkǝm] ‘mulut’ (83)
[kǝsǝl] ‘letih’ (521) [tuŋka?] ‘tumit’ (132)
/?/[?] - [ambǝ?an]‘bernapas’ [masa?] ‘memasak’ (576)
(582) [tuwε?] ‘tua’ (663)
18
Fone
Data
m
/ŋk/ [sǝlaŋkUŋ] ‘dua puluh lima’ (16), [ŋkobǝŋi] ‘nanti malam’ (37),
[beŋkͻ?] ‘bengkok’ (723)
/ŋl/ [taŋlǝt] ‘bertanya’ (559), [ŋglͻdͻ?i] ‘mengelupas kulit’ (596),
[kapIŋlimͻ] ‘kelima’ (23)
/ŋg/ [maŋgar] ‘bunga kelapa’ (431), [ŋgͻdͻ?] ‘merebus’ (662), [ŋgantǝŋ]
‘tampan’ (687)
/nt/ [ñonto] ‘meniru’ (558), [ŋǝntUt] ‘kentut’ (648), [wͻntǝn] ‘ada’ (713)
/nj/ [kͻlͻmǝnjIŋ] ‘lekum’ (98), panjǝnǝŋan] ‘kamu’ (170), [ŋunjU?]
‘minum’ (661)
/nD/ [gUnDε?] ‘ratu rayap’ (288), [mǝlanDiŋ] ‘petai cina’ (385), [nDǝlͻ?]
‘melihat’ (578)
/nT/ [jǝnTI?] ‘kelingking’ (120), [gǝnTͻŋ] ‘bak mandi dari tanah (kuali)’
(489)
/mb/ [brambaŋ] ‘ bawang merah’ (378), [kǝkamban] ‘terlalu luas’ (690),
[mambu] ‘bau’ (710)
/mp/ [jǝmpͻl] ‘ibu jari’ (116), [kempͻl] ‘betis’ (129), [cǝmpe] ‘anak
kambing’ (328)
/nc/ [ͻncͻr] ‘obor’ (498), [ŋuncal] ‘melempar (tangan di bawah)’ (593)
/nd/ [mǝndǝm] ‘mabuk’ (514), [ñUndUl] ‘menikam dari bawah’ (602),
[ñundU?] ‘menikam dari depan’ (603)
Kluste
Data
r
/mb/ [mbunmbunan] ‘ubun-ubun’ (74), [lambe] ‘bibir’ (84), [simbͻ?] ‘ibu’
(178)
20
/mr/ [mricͻ] ‘lada’ (381), [tǝŋmriki] ‘di sini’ (541), [wontǝnmrikͻ] ‘di sana’
(542)
/tl/ [tlutͻh] ‘getah’ (408)
/gl/ [glǝpUŋ] ‘tepung’ (394), [glεgε?ǝn] ‘sendawa’ (565), [ŋglͻdͻ?i]
‘mengelupas kulit’ (596)
/dr/ [driji] ‘jari’ (115)
/bl/ [blekͻ?] ‘untul’ (302), [blǝŋUr] ‘anak angsa’ (316), [mblǝdͻs]
‘meletus’ (456)
/dl/ -
/br/ [brεŋͻs] ‘kumis’ (151), [brεwͻ?] ‘jambang’ (152), [brintI?] ‘rambut
ikal’ (163)
/pr/ [prIŋ] ‘buluh’ (419), [priksͻ] ‘berobat’ (524)
/pl/ [cǝple?] ‘anting’ (238), [kuplU?] ‘kopiah’ (244)
/tr/ [tiyaŋsǝtri] ‘orang perempuan’ (229), [mantri] ‘dukun sunat’ (252),
[trǝŋgilIŋ] ‘trenggiling’ (323)
/kl/ [wItklͻpͻ] ‘pohon kelapa’ (430), [kluŋsu] ‘biji asam’ (444), [klǝntǝŋ]
‘isi kapuk’ (440)
/kr/ [kranjaŋ] ‘keranjang’ (507), [kruŋu] ‘mendengar’ (580), [kramas]
‘cuci rambut’ (633)
/ml/ [mlumah] ‘berbaring’ (587), [mlaku] ‘berjalan’ (618)
/gr/ [grͻnͻ] ‘hidung’ (80), [ñǝgra?] ‘bau cabai goreng’ (740)
/sw/ [swiwi] ‘sayap’ (348)
/ky/ [kyai] ‘kyai’ (250)
/ŋr/ [ŋrǝsi?i] ‘membersihkan’ (553), [ŋrǝgǝti] ‘mengotorkan’ (554)
/ ŋl/ [ŋloTͻ?] ‘mengelupas kulit’ (596), [taŋlǝt] ‘bertanya’ (559)
Deret Data
Konsonan
Awal Tengah Akhir
21
‘kopiah’ (244)
/tr/ [trǝŋgilIŋ] ‘trenggiling’ [strεs] ‘gila’ (528) [putrͻ] ‘anak’
(323) (181),
[tiyaŋsǝtri]
‘orang
perempuan’
(229), [mantri]
‘dukun sunat’
(252),
/kl/ [klͻpͻ] ‘kelapa tua’ - -
(431), [kluŋsu] ‘biji
asam’ (444), [klǝntǝŋ]
‘isi kapuk’ (440)
/kr/ [kranjaŋ] ‘keranjang’ - -
(507), [kruŋu]
‘mendengar’ (580),
[kramas] ‘cuci rambut’
(633)
/ml/ [mlumah] ‘berbaring’ - -
(587), [mlaku]
‘berjalan’ (618),
[mleŋkUŋ] ‘bengkok’
(723)
/ky/ [kyai] ‘kyai’ (250) - -
V a-ti ‘hati’ (135), u-lͻ ‘ular’ (337), u-sUs ‘usus’ (137), a-su ‘anjing’
(329), i-su? ‘pagi’ (51)
KV pa-pat ‘empat’ (4), pi-pi ‘pipi’ (91), lu-wε ‘lapar’ (753), lə-gi
‘manis’ (743), pa-ri ‘padi’ (366); tu-mɔ ‘kutu’ (278), da-lu ‘malam’
(32), ta-pe ‘tapai’ (395), ru-pɔ ‘muka’ (76)
KVK dɔm ‘jarum’ (494), wIt ‘pohon’ (404), wɔh ‘buah’ (411), tɔh ‘warna
hitam (sebagian) pada kulit sejak lahir’ (168), lɔr ‘utara’ (531), sa?
‘kantong’ (237)
24
VK ɔm-bɔ ‘luas’ (673), ɔn-dɔ ‘tangga’ (479), u-Ip ‘hidup’ (712) is-u?
‘pagi’ (51)
KKV kra-mas ‘cuci rambut’ (633), brε-ŋͻs ‘kumis’ (151), brε-wͻ?
‘jambang’ (152)
KKVK mben-jIŋ ‘besok’ (42), plup-u?an ‘pelupuk mata’ (79); mbun-
mbunan ‘ubun-ubun’ (74); mbal-ǝsi ‘membalas’ (636)
VKV ijo ‘hijau’ (728), ayu ‘cantik’ (686), ati ‘hati’ (135), hiu ‘hiu’ (295);
asu ‘anjing’ (329); ulƆ ‘ular’ (337)
3.2.1 Afiksasi
Afiks yang digunakan pada PBJKB adalah sebagai berikut:
1) Prefiks nasal {N-}
Prefiks nasal memiliki beberapa alomorf, diantaranya: {ŋ-}, {ñ}, {ŋə-}, dan
{n-}.
a) Prefiks nasal {N-} menjadi {ŋ-} apabila mengalami proses peluluhan
maupun tidak, apabila diikuti oleh bentuk dasar yang diawali dengan
fonem: /a/, /o/ /u/, /g/, /k/, /ͻ/, /i/, /ǝ/.
Contoh:
{N-} + {astͻ} {ŋastͻ}
{N-} + {ono} {ŋono}
{N-} + {uyUh} {ŋuyUh}
{N-} + {gantǝŋ} {ŋgantǝŋ}
{N-} + {kobǝŋi} {ŋkobǝŋi}
{N-} + {ͻmͻŋ} {ŋͻmͻŋ}
{N-} + {itUŋ} {ŋitUŋ}
{N-} + {ǝntUt} {ŋǝntUt}
b) Prefiks nasal {N-} menjadi {ñ}apabila diikuti oleh kata dasar yang dimulai
dengan fonem /c/ dan /s/.
Contoh:
{N-} + {sǝbar} {ñǝbar}
{N-} + {susu} {ñusu}
{N-} + {cͻkͻt} {ñͻkͻt}
26
c) Prefiks nasal {N-} akan berbentuk {n-} baik melalui proses peluluhan
maupun tidak apabila diikuti oleh kata dasar yang dimulai dengan fonem
/t/.
Contoh:
{N-} + {tugǝl} {nugǝl}
{N-} + {tali} {nali}
{N-} + {tusu?} {nusu?}
{N-} + {tarI?} {narI?}
{N-} + {tiru} {niru}
2) a) Sufiks {-nͻ}
Berdasarkan proses morfologi dari data kosakata yang diperoleh, dapat
dijelaskan bahwa kata dasar yang berakhir dengan vokal yang dilekati dengan
sufiks {-nͻ}, maka vokal pada suku terakhir akan berubah menjadi bunyi
secara fonetis yang lebih tinggi dan berakhir dengan bunyi glottal /?/. Hal ini
menjadi ciri utama pemakaian dialek geografis, seperti pada contoh berikut.
b) Sufiks {-e}
Contoh:
{omah} + {-e} {omahe}
{sirah} + {-e} {sirahe}
{nDas} + {-e} {nDase}
{malIŋ} + {-e} {malIŋe}
{suara} + {-e} {suarane}
c) Sufiks {-ǝn}
Contoh:
27
3.2.2 Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun perubahan bunyi (Chaer,
2012). Dalam PBJK, terdapat beberapa bentuk reduplikasi, di antaranya sebagai
berikut.
1) Dwilingga
Dwiligga adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan
mengulangi seluruh kata dasar, dan tanpa mengalami perubahan. Berikut data
yang diperoleh dalam PBJKB.
- [εpε?εpε?] ‘telapak tangan’ (122)
- [anDǝŋanDǝŋ] ‘tahi lalat’ (165)
- [aliali] ‘cincin’ (235)
- [antIŋantIŋ] ‘anting’ (238)
- [kunaŋkunaŋ] ‘kunang-kunang’ (281)
- [bisI?bisI?] ‘berbisik’ (614)
- [umbahumbah] ‘cuci pakaian’ (631)
- [kumurkumur] ‘cuci mulut’ (633)
2) Dwilingga Salin Suara
Dwilingga salin suara adalah proses pengulangan morfem dasar
dengan perubahan vokal dan fonem lainnya. Berikut data yang diperoleh
dalam PBJKB.
- [solansalIn] ‘gonta-ganti’ (641)
3) Dwiwasana
Dwiwasana adalah proses pengulangan pada akhir kata. Berikut data
yang diperoleh dalam PBJKB.
- [wͻhwͻhan] ‘buah-buahan’ (412)
- [sǝgsǝgan] ‘tersedu-sedu’ (566)
3.2.3 Komposisi (pemajemukan)
Chaer (2012) mengemukakan bahwa proses penggabungan morfem dasar
dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk
sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Adapun contoh komposisi dalam PBJKB.
29
3.2.4 Persandian
Perubahan fonetis yang terjadi di dalam sebuah kata pada bagian pangkal,
ujung, atau tengahnya, karena pengaruh fonem yang ada di dekatnya, (Kridalaksana,
2008). Persandian dalam Bahasa Jawa disebut dengan tembung sandi, atau tembung
garba, yaitu gabungan dua kata atau lebih untuk memunculkan kata baru (Sudaryanto,
1991). Kata-kata yang digabung adalah kata yang memenuhi beberapa aturan dalam
persandian mengenai pembentukan dengan prefix (ke-) yang umumnya menyatakan
hal yang tidak disengaja atau tidak dikehendaki. Berikut diperoleh data pada PBJKB :
Selain itu, kalimat pasif ditandai dengan predikat berkategori verba berafiks
{mbok}, {ta?}, {di-}, {ke-}, {ke-/ka-/en} dan {-in}. Berikut contohnya:
Contoh:
a. [masa?ǝniwa?wǝDUskui]
‘Masaklah daging kambing itu!’ (832)
b. [maŋanͻtempekui]
‘Makanlah tempe itu!’ (833)
c. [adUsͻnͻbayimu]
‘Mandikanlah bayimu!’ (835)
Kalimat imperatif pasif ditandai oleh verba berafiks {-nͻ/-ͻnͻ} atau {-i}.
Contoh :
a. [pemenͻnͻklambiku]
‘Jemurlah baju saya!’ (841)
b. [patenͻnͻmanU?kui]
‘Bunuhlah burung itu!’ (845)
c. [gǝDe?nͻkaTͻ?ku]
‘Besarkanlah celana saya tempe itu!’ (846)
Contoh :
a. [ͻjͻŋgǝbUgasukui]
‘Jangan pukul anjing itu!’ (827)
b. [ͻjͻlalitukuuyahnIngpasar]
‘Jangan lupa membeli garam di pasar!’ (829)
c. [tempesInglagiDigorεŋͻjͻdipaŋan]
‘Tempe yang sedang digoreng jangan dimakan!’ (830)
32
Contoh :
4.2 Saran
33
34
sejenis. Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan maupun dikaji kembali dengan
sumber penelitian serta aspek kebahasan yang baru bagi peneliti dialektologi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2010). Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Boyolali, B. P. S. K. (2021). Kecamatan Simo 2021 (B. P. S. K. Boyolali (ed.)). Badan Pusat
Statistik Kabupaten Boyolali.
https://boyolalikab.bps.go.id/statictable/2021/02/25/1200/kepadatan-penduduk-
kabupaten-boyolali-tahun-2020-semester-ii.html.
Heryadi, T. (2014). Ragam Dialek Geografis Nama Jenis Makanan dan Minuman
Tradisional di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Widyariset, 17(1), 135–146.
https://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/download/301/289
https://www.google.com/maps/place/Blagung,+Simo,+Boyolali+Regency,+Central+Java/
data=!4m2!3m1!1s0x2e7a72cb4dd1bad1:0x5027a76e356d590?
sa=X&ved=2ahUKEwiTq4TAzZD_AhWu1jgGHRHPAK4Q8gF6BAgIEAI. Diakses
pada 10 April 2023 pukul 18:13 WIB
Mahsun. (2014). Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jawa
Barat: Rajawali Pers.
35
36
https://doi.org/10.31294/w.v12i2.8096
Sudaryanto. (1991). Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.
Sudaryanto, D. P. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Ulfah, I. H. (2019). Perbandingan Variasi Bahasa Jawa Di Daerah Pati Dan Juwana
(Kajian Dialektologi). Seminar Nasional Literasi IV, 4(1), 145–150.
http://conference.upgris.ac.id/index.php/snl/article/view/787
Wahya. (2010). Mengenal Sekilas Dialektologi: Kajian Interdisipliner Tentang Variasi Dan
Perubahan Bahasa. Lingua Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Budaya, 1–16.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_Mengenal_-
Sekilas_-Dialekteknologi.pdf.pdf
Widyastuti, C. S., Yustanto, H., & Sawardi, F. . (2022). Kamus Istilah Linguistik Historis
Komparatif & Dialektologi. Surakarta: UNS Press.
A. KATA BILANGAN
37
38
UKURAN
F. ISTILAH KEKERABATAN
24 Lurah [lurah]
6
24 Sekretaris desa [carI?]
7
24 Ulu-ulu [uluulu]
8
24 Penghulu [pǝŋhulu] [naIb]
9
25 Kyai [kyai]
0
25 Dukun [DukUn] [wͻŋpintǝr]
1
25 Dukun sunat [DukUnsunat] [mantri]
2
25 Dukun bayi [DukUnbayε?] [DukUnbayi]
3
25 Pegawai (pemerintah) [pǝgawe]
4
25 Guru [guru]
5
25 Buruh [burUh]
6
25 Pamong [amͻŋ]
7
25 Pedagang [wͻŋdͻdͻl] [wͻŋbakUl] [sadeyan]
8
25 Juragan [juragan]
9
26 Tengkulak [tǝŋkula?]
0
26 Tukang kayu [tukaŋkayu]
1
26 Tukang pahat [tukaŋwukIr]
2
44
I. BINATANG
L. ALAM
N. ALAT
Q. AKTIVITAS
S. WARNA
T. BAU
U. RASA
UNGKAPAN