Anda di halaman 1dari 5

library.uns.ac.

id 1
digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya tanaman porang saat ini menjadi primadona di kalangan


masyarakat umum dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dikarenakan umbi
porang banyak dicari oleh industri makanan khususnya yang bergerak di bidang
industri hidrocolloid, dulu tanaman ini dianggap sebagai tanaman yang tidak ada
manfaatnya, tumbuh di kebun bahkan di Jawa tanaman ini disebut sebagai
tanaman makanan ular. Porang banyak dicari dan dibudidayakan karena
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Hasil olahan porang adalah
tepung konjac yang sangat berguna untuk beberapa industri di antaranya industri
pembuatan jelly, kulit kapsul, perekat dalam pembuatan kertas dan lain-lain.
Menurut PP R1 No 18 Tahun 2010 usaha budidaya tanaman merupakan
serangkaian kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati
melalui upaya manusia dengan modal, teknologi, dan sumber daya lainnya untuk
menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik.
Berdasarkan pemberitaan saat ini umbi porang banyak diminati pasar
dunia. Pada tahun 2017 sebesar 4,3 ton cip porang senilai Rp 61 miliar di ekspor
ke China dari Surabaya. Tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,5
ton cip porang senilai Rp 77 miliar di ekspor ke China. Pada tahun 2019 awal
pengiriman cip porang sudah mencapai 3,7 ton senilai Rp 51 miliar. Porang-
porang tersebut diambil dari daerah-daerah di Jawa Timur antara lain Madiun,
Nganjuk, Ponorogo dan daerah lainnya. Menurut Kementan (2020), ekspor
porang tahun 2020 sudah mencapai 19.800 ton dengan nilai ekspor mencapai Rp
880 miliar. Namun saat ini, permintaan ekspor porang ke luar negeri masih
belum terpenuhi secara keseluruhan.
Usaha tani porang untuk luasan 1 ha bisa ditanam sebanyak 6.000 bibit,
sehingga bisa menghasilkan 24 ton/ha, yakni dengan penghitungan 6.000 x 4 kg.
Jika 1 ha bisa menghasilkan 24 ton, dan dikalikan dengan harga Rp 2.500/kg,
kurang lebih bisa menghasilkan Rp 60.000.000/ha. Pengolahan umbi porang
commit
menjadi cip ataupun tepung dapat to user nilai tambah. Jika umbi porang
memberikan

1
library.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

dihargai sebesar Rp 2.500,00/kg, maka cip porang dihargai sekitar Rp


27.000,00/kg, dan harga tepung porang dapat mencapai Rp 250.000,00/kg.
Harga jual porang untuk satu umbi dengan berat 4 kilogram bisa mencapai
Rp2.500. Melihat prospek budidaya porang yang menguntungkan, banyak petani
dari berbagai daerah di Indonesia ingin membudidayakan tanaman tersebut.
Tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah salah satu
jenis tanaman umbi-umbian yang tumbuh dalam hutan. Porang merupakan
tumbuhan semak yang berumbi di dalam tanah. Umbi porang berpotensi
memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena mengandung glukomanan yang baik
untuk kesehatan dan dapat dengan mudah diolah menjadi bahan pangan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari (Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang
Indonesia Universitas Brawijaya, 2013). Tanaman porang dapat beradaptasi di
dataran rendah hingga ketinggian lebih dari 1.000 m diatas permukaan laut (dpl).
Tanaman ini dapat menghasilkan produksi umbi yang baik dengan ketinggian
optimal 100–600 mdpl, dengan intensitas cahaya 60 –70%.
Kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah yang berhasil
membudidayakan tanaman porang. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan
Perikanan Kabupaten Madiun, luas lahan dari tanaman porang mencapai 1.602
hektar. Adapun produksinya sebanyak 9.060,15 ton dalam sekali panen per
tahun. Di Kabupaten Madiun terdapat sembilan Kecamatan yang
membudidayakan tanaman porang. Selain melakukan pembudidayaan petani di
daerah Madiun juga menyediakan bibit porang dan pembelajaran mengenai
budidaya porang. Banyaknya peminat tanaman porang membuat permintaan
bibit dan umbi porang semakin meningkat. Petani porang di Kabupaten Madiun
sampai mengambil bibit porang dari luar Jawa untuk memenuhi permintaan
tersebut. Namun upaya petani dalam hal ini masih belum bisa memenuhi
permintaan bibit yang terus meningkat. Salah satu penyebab tidak terpenuhinya
permintaan bibit, adalah masih kurangnya antusias petani dalam pembuatan
pembibitan sendiri. Petani porang sebagian besar hanya melakukan pembibitan
dengan umbi dan katak. Ada beberapa yang melakukan pembibitan dengan biji
commit to user
library.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

namun tidak banyak, hal ini dikarenakan proses pembibitan dirasa cukup rumit
dan membutuhkan waktu cukup lama.
Menurut Hidayat (2013), perkembangbiakan tanaman porang dapat
dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum
perkembangbiakan tanaman porang dapat dilakukan melalui berbagai cara
seperti, dengan bulbil/katak, dengan biji/buah, dengan umbi, dan secara kultur
jaringan. Selama ini petani di Madiun masih belum melakukan pembibitan
sendiri. Petani hanya mengandalkan umbi porang yang dijadikan sebagai bibit
dengan cara memilih umbi berukuran kecil. Selain itu petani juga menggunakan
katak yang dikumpulkan saat panen dan saat musim hujan bisa ditanam.
Pembibitan sendiri dapat dilakukan dengan cara penyemaian dalam satu tongkol
bisa menghasilkan ± 250 butir benih. Perkembangbiakan secara kultur jaringan
memiliki banyak keuntungan seperti menghasilkan bibit dalam jumlah banyak.
Penelitian ini akan mengkaji sikap petani terhadap pembibitan dalam
budidaya tanaman porang. Menurut Mueller (1992), sikap membangun
komponen penting nomor satu dalam jiwa manusia. Sikap dikatakan sebagai
suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan
pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons
evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu. Proses tersebut
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif
negatif, menyenangkan tidak menyenangkan, yang kemudian membentuk
potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2003). Sikap petani merupakan hal
yang penting dalam budidaya porang. Tentunya sikap juga mempengaruhi petani
dalam pembibitan tanaman porang. Semakin baik sikap atau respon petani untuk
melakukan pembibitan porang akan membuat petani semakin ingin untuk
melakukan pembibitan sendiri. Hal ini akan berdampak baik untuk memenuhi
kebutuhan bibit porang bagi petani, sehingga produksi porang semakin
meningkat dan ekspor porang bisa terpenuhi.

commit to user
library.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

B. Perumusan Masalah
Kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah yang berhasil
membudidayakan porang hingga di ekspor ke luar negeri. Namun petani di
Madiun masih belum bisa memenuhi permintaan pasar, karena sebagian besar
petani masih mengandalkan perkembangbiakan porang melalui umbi dan bulbil.
Secara umum perkembangbiakan tanaman porang dapat dilakukan melalui
berbagai cara seperti, dengan bulbil/katak, dengan biji/buah, dengan umbi dan
secara kultur jaringan. Petani hanya mengandalkan umbi porang yang dijadikan
sebagai bibit dengan cara memilih umbi berukuran kecil. Selain itu petani juga
menggunakan katak yang dikumpulkan saat panen dan saat musim hujan bisa
ditanam. Jika melakukan pembibitan sendiri dengan cara penyemaian dalam satu
tongkol bisa menghasilkan ± 250 butir benih. Perkembangbiakan secara kultur
jaringan memiliki banyak keuntungan seperti menghasilkan bibit dalam jumlah
banyak. Saat ini permintaan bibit porang terus meningkat dan petani belum
mampu mencukupi sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat di identifikasi perumusan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sikap petani dalam pembibitan tanaman porang di Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun ?
2. Apa saja faktor-faktor pembentuk sikap petani dalam pembibitan tanaman
porang di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun?
3. Bagaimana pengaruh antara sikap petani dengan faktor-faktor pembentuk
sikap petani dalam pembibitan tanaman porang di Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun?

commit to user
library.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat di identifikasi tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis sikap petani dalam pembibitan tanaman porang di Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun
2. Menganalisis faktor-faktor pembentuk sikap petani dalam pembibitan
tanaman porang di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
3. Menganalisis pengaruh antara kerangka sikap petani dengan faktor-faktor
pembentuk sikap petani dalam pembibitan tanaman porang di Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
dapat menjadi sarana mengaplikasikan ilmu selama perkuliahan, serta
melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan
pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai