Anda di halaman 1dari 14

SITUASI PANGAN DAN GIZI BERDASARKAN

ANALISIS SKPG JANUARI 2013 KABUPATEN


OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANGGIE KUSUMAWARDHANI 101611133006


DIAH ASTRI PERMATASARI 101611133024
SITI HARDIYANTI PUTRI P. 101611133067
Konten
1. Pengumpulan Data
2. Jenis Data
3. Analisis Data
4. Jenis Informasi
5. Rekomendasi
6. Laporan Surveilans
7. Umpan Balik
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada situasi pangan dan
gizi bulan januari 2013 kabupaten Ogan Ilir,
Sumatera Selatan menggunakan metode
studi pustaka dari hasil pemantauan BKP
Pertanian
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder hasil dari pemantauan situasi
pangan dan gizi bulan januari 2013 kabupaten
Ogan Ilir, Sumatera Selatan oleh BKP Pertanian
3. Analisis Data
Tujuan dari analisis data ini adalah untuk mengetahui daerah
mana saja yang mengalami rawan pangan
Berdasarkan hasil pemantauan situasi pangan dan gizi pada bulan
Januari Tahun 2013 di wilayah Kabupaten Ogan Ilir, menunjukkan
sebagian besar wilayah Kabupaten Ogan Ilir termasuk dalam
kategori rawan pangan. Daerah-daerah tersebut yaitu: (1)
Kecamatan Rambang Kuang; (2) Lubuk Keliat; (3) Tanjung Batu;
(4) Rantau Alai; (5) Kandis; (6) Tanjung Raja; (7) Rantau Panjang;
(8) Indralaya; dan (9) Indralaya Selatan. Jika ditelusuri lebih jauh,
kondisi rawan pangan pada daerah-daerah tersebut dipengaruhi
oleh aspek ketersediaan dan pemanfaatan. Sedangkan dalam
aspek akses pangan tidak mengalami kendala
4. Jenis Informasi
Jenis informasi yang didapat dari analisis data
ini adalah distribusi daerah yang mengalami
rawan pangan Januari 2013 di Kabupaten
Ogan Ilir yang dipengaruhi oleh aspek
ketersediaan dan pemanfaatan
5. Rekomendasi
1. Dinas Pertanian diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi
setempat.
Sasaran : Dinas Pertanian
Metode :Desa Mandiri Pangan memberdayakan masyarakat miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri untuk
mengurangi kemiskinan dan mewujudkan ketahanan pangan dan gizi. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 4 tahapan
(4 tahun), meliputi Tahap Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian.
Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan, melalui: (1) pemberdayaan masyarakat miskin, (2) penguatan
kelembagaan masyarakat dan pemerintah desa, (3) pengembangan sistem ketahanan pangan, dan (4)
peningkatan koordinasi lintas sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana
pedesaan.
Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui: (1) pelatihan; (2) pendampingan; dan (3) peningkatan akses
untuk pengembangan kerja sama partisipasi inklusif, peningkatan kapasitas individu dan kelembagaan
masyarakat, perubahan sosial dan ekonomi yang lebih baik, serta serta peningkatan ketahanan pangan.
Pemberdayaan ditujukan untuk rumahtangga sasaran (rumahtangga miskin khususnya) dan kelembagaan
masyarakat di pedesaan. Melalui upaya ini diharapkan terjadi perubahan dinamika masyarakat dalam
perencanaan dan berkelompok untuk menanggulangi kerawanan pangan di desanya yang difasilitasi oleh
pendamping, lembaga layanan modal dan lembaga layanan masyarakat secara berkesinambungan dalam rangka.
penguatan modal dan sosial.
Frekuensi : 1 tahun sekali
5. Rekomendasi
2. Fasilitasi pemerintah melalui pendampingan dan bantuan sosial
(bansos), diharapkan mampu mengoptimalkan input: sumber daya alam,
sumber daya manusia, dana, teknologi, dan kearifan lokal untuk
menggerakan sistem ketahanan pangan, dari aspek (1) subsistem
ketersediaan pangan dalam peningkatan produksi dan cadangan pangan
masyarakat; (2) subsistem distribusi yang menjamin kemudahan akses
fisik, peningkatan daya beli, serta menjamin stabilisasi pasokan; dan (3)
subsistem konsumsi untuk peningkatan kualitas pangan dan
pengembangan diversifikasi pangan. Bansos yang disalurkan kepada
masyarakat dikelola oleh LKD yang berfungsi sebagai layanan modal;
lembaga layanan kesehatan/posyandu bersama kader gizi dan PKK mampu
menggerakkan masyarakat dalam merubah mind set atau pola pikir
tentang pentingnya ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
5. Rekomendasi
Upaya perwujudan ketahanan pangan perlu didukung oleh berfungsinya
sistem ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan, keterjangkauan atau
distribusi, dan konsumsi pangan serta koordinasi program lintas sektor
dan subsektor untuk pembangunan sarana prasarana pedesaan.
Indikator output yang diharapkan, antara lain: (1) terbentuknya kelompok-
kelompok afinitas yang mengembangkan usaha produktif; (2)
terbentuknya LKD; dan (3) tersalurnya dana bansos untuk menambah
permodalan usaha produktif. Diharapkan upaya ini akan berdampak pada
peningkatan pendapatan dan daya beli, gerakan tabungan masyarakat,
peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, perubahan pola pikir
masyarakat tentang pentingnya pangan, serta peningkatan keterampilan
dan pengetahuan masyarakat.
6. Laporan Surveilans
Sasaran dari laporan surveilans ini ialah
Dinas Pertanian, Pemerintah dan lintas
sektor yang lain. Metode pelaporan yang
akan digunakan ialah dengan laporan
tertulis yang diberikan pada sasaran yang
dilakukan dalam rentang 1 bulan sekali.
7. Umpan Balik Surveilans
Membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan
peningkatan kualitas konsumsi melalui penganekaragaman dan
diversivikasi konsumsi pangan melalui Sosialisasi mengenai
aneka ragam dan diversivikasi konsumsi pangan kepada
masyarakat dengan memperkenalkan berbagai bahan makanan
sumber energy atau karbohidrat selain beras. Sumber makanan
tersebut dapat berupa jagung, gandum, umbi, dan lain
sebagainya sesuai dengan keadaan pertanian di daerah tersebut
disertai dengan cara penanamannya. dengan frekuensi 3 bulan
sekali.
7. Umpan Balik Surveilans
Membangun kesadaran masyarakat akan
pentingnya pemenuhan angka kecukupan gizi
buruk dan bahaya penyakit yang disebabkan
oleh faktor gizi buruk dengan metode
sosialisasi mengenai pentingnya pemenuhan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) di Puskesmas dan
posyandu dengan frekuensi 2 bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar
/file/situasi_panganSKPG.pdf

Anda mungkin juga menyukai