PEDOMAN TEKNIS
PPMK
Peningkatan Penghidupan Masyarakat
berbasis Komunitas
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
KATA PENGANTAR
Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut salah satu komponen program yang dilaksanakan adalah
Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK). PPMK merupakan kelanjutan
intervensi PNPM Mandiri Perkotaan dari phase BERDAYA menuju MANDIRI.
Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) difokuskan untuk memperkuat dan
mengembangkan KSM sebagai wadah masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya secara
berkesinambungan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif.
Buku Pedoman Teknis ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan
PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat sehinggga program PPMK dapat berjalan secara efektif dan
optimal dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
sesuai amanat UUD’45.
Semoga bermanfaat,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN iv
I. PENDAHULUAN | 1
1.1
LATAR BELAKANG 1
1.2
DASAR PEMIKIRAN 2
1.3 TUJUAN 5
1.4 PRINSIP DASAR 5
1.5 KELUARAN 5
1.6 STRATEGI 5
2.2
SASARAN 9
2.2.1. Sasaran Penerima Manfaat 9
2.2.2. Sasaran Lokasi 9
2.3
KOMPONEN PROGRAM 10
2.3.1. Komponen Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui penguatan
kapasitas kelembagaan dan usaha KSM 10
2.3.2. Komponen Kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PPMK 11
2.3.3. Komponen Kegiatan Bantuan Teknis 14
V. PENUTUP 28
LAMPIRAN |
DAFTAR
ISTILAH DAN SINGKATAN
iv
viii PEDOMAN TEKNIS | PPMK
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
I. PENDAHULUAN
Intervensi PNPM Perkotaan yang dilakukan terdiri dari transformasi sosial masyarakat dari Miskin
menjadi Berdaya, kemudian menuju Mandiri dan pada akhirnya tercapai tatanan masyarakat
Madani. Saat ini, PNPM Mandiri Perkotaan berhasil membangun pondasi masyarakat berdaya
melalui perubahan sikap/perilaku/cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai
universal.
Sejalan dengan kebijakan Tim Pengendali PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2012-2014 merupakan
phase kemandirian, yang difokuskan pada upaya membangun kemandirian masyarakat.
Strategi phase kemandirian meiliputi: (1) Memperkuat kelembagaan masyarakat (BKM & UP-
UP), (2) Melaksanakan Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK),
dan (3) Mengembangkan Program Kawasan Permukiman Produktif, melalui Neighbourhood
Development. Dengan demikian, PPMK merupakan salah satu komponen program PNPM
Mandiri Perkotaan pada phase kemandirian.
Kegiatan PPMK merupakan salah satu pengembangan konsep TRIDAYA khususnya melalui
peningkatan penghidupan warga miskin dan perempuan yang terhimpun dalam KSM. Strategi
pelaksanaan PPMK melalui proses pendampingan dan fasilitasi.
Pendampingan dan fasilitasi KSM pada dasarnya menjadi bagian dari proses pembelajaran
masyarakat dalam dinamika kelompok. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memperkokoh
ikatan kebersamaan, solidaritas dan kepedulian sesama anggotanya agar mampu memecahkan
persoalan-persoalannya secara bersama, memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
kesejahteraan bersama.
Pedoman Teknis PPMK ini disusun sebagai panduan bagi seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK
sebagai salah satu strategi penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan penghidupan
masyarakat miskin berbasis komunitas.
Pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan mendorong proses
transformasi sosial dari masyarakat TIDAK BERDAYA menuju BERDAYA, MANDIRI dan menuju
MADANI. Kondisi sosial masyarakat hasil pendampingan sampai saat ini sudah pada tahap
Berdaya menuju Mandiri.
Tahap transformasi ini dicirikan oleh terjadinya kemitraan sinergis antara Pemerintah dengan
Masyarakat, yang didukung oleh dunia usaha, dan organisasi masyarakat sipil lainnya (Public
Private Partnership/PPP). Pengalaman berbagai program penanggulangan kemiskinan, diperoleh
pembelajaran bahwa untuk dapat terjadinya suatu “gerakan bersama” dalam menanggulangi
kemiskinan diperlukan keterlibatan semua komponen masyarakat dan pemerintah meliputi
pemerintah dan pemerintah daerah, dunia usaha, dan organisasi masyarakat sipil.
Intervensi program PNPM Mandiri Perkotaan dalam mewujudkan transformasi masyarakat dari
berdaya menuju mandiri, setidaknya terdiri dari dua hal:
Strategi pendampingan penguatan kelembagaan dan pengembangan usaha KSM dalam PPMK
dilakukan melalui prinsip pengembangan lima asset sumber penghidupan manusia, yakni :
modal sumberdaya manusia (human capital), modal sosial (social capital), sumberdaya alam
(natural capital), sumberdaya fisik (phisical capital) dan sumberdaya keuangan (financial
capital), sebagaimana gambar berikut:
Sumber Daya Manusia yang tangguh memerlukan dukungan modal sosial (social capital),
melalui proses inklusi dan partisipasi masyarakat. Proses ini memerlukan dukungan stakeholders
diantaranya BKM, Unit Pengelola, relawan serta pihak swasta dan pemerintah lokal, sehingga
mampu mendukung pengembangan KSM.
Asset sumberdaya fisik (phisical capital) merupakan bagian penting dalam peningkatan
penghidupan masyarakat. Sumberdaya fisik dalam bentuk pengembangan infrastruktur
produktif yang mendukung peningkatan penghidupan masyarakat, antara lain kios kerajinan,
pasar, tempat pelelangan ikan, sandaran perahu, irigasi sederhana, jalan ke sentra produksi dan
lain-lain.
Pengelolaan asset sumber daya alam (natural capital) adalah kemampuan KSM dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekitarnya sebagai bahan baku,
produksi, budidaya yang menunjang keberlanjutan kegiatan produktif untuk meningkatkan
penghidupan warga miskin.
Pengelolaan asset sumber daya keuangan (financial capital) pada hakekatnya mengelola
kemampuan KSM dalam pemupukan modal sendiri serta memperluas akses terhadap pelayanan
berbagai lembaga keuangan diantaranya UPK-BKM, koperasi, Baitul Mal wa Tanwil (BMT),
Lembaga Keuangan Mikro, Perbankan, Pemda, CSR dll.
1.3 TUJUAN
Menguatkan “kelembagaan dan kegiatan usaha KSM” secara mandiri dan berkesinambungan
yang berorientasi pada peningkatan penghidupan masyarakat miskin (sustainable livelihood)”
• Kemitraan. Semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan PPMK didorong untuk
mewujudkan kemitraan dan kerjasama sinergi antar pemangku kepentingan dalam rangka
optimalisasi upaya dan manfaat kegiatan bagi warga miskin.
• Kewirausahaan. Dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat memerlukan jiwa
pelaku usaha yang kuat, kukuh, kreatif dan tidak mudah terguncang dalam menghadapi
berbagai persoalan yang menghalangi usahanya, sehingga kegiatan peningkatan
penghidupannya dapat lebih produktif, tumbuh dan berkelanjutan.
• Kelembagaan. KSM menjadi wahana belajar mengukuhkan pranata social yang
memperteguh kebersamaan dalam memperjuangkan tujuan dan kepentingan anggota-
anggotanya serta memperkokoh kemandirian KSM dalam mengembangkan kapasitas sosial
ekonomi anggotanya.
• Kearifan Lokal. Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat didasarkan optimalisasi sumber daya
setempat yang ada di wilayahnya maupun sekitarnya, baik sumber daya manusia, sumber
daya material, sumber daya produksi dan pasar, sumber daya pendanaan, dan sumber daya
lainnya, dalam rangka mendukung usaha yang akan dikembangkannya.
• Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
1.5 KELUARAN
Keluaran atau hasil yang diharapkan dari kegiatan PPMK adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat melaksanakan kegiatan peningkatan penghidupan
masyarakat berorientasi tridaya
2. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat mengakses serta bekerjasama dengan berbagai pihak
dalam berbagai program tridaya untuk peningkatan penghidupan masyarakat;
3. Meningkatnya jumlah warga miskin peserta kegiatan PPMK
1.6 STRATEGI
Dalam kerangka mencapai tujuan, PPMK menerapkan 3 (tiga) strategi dasar yang satu sama lain
merupakan satu kesatuan, yaitu:
Peningkatan kapasitas usaha warga miskin (PS-2) yang terhimpun dalam KSM, dilakukan
melalui pendampingan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan KSM, mencakup aspek:
manajemen organisasi dan administrasi KSM, tingkat keaktifan pengurus dan para anggotanya,
tata kelola dalam mencapai tujuan, nilai dan prinsip dasar serta aturan dan pengaturan KSM.
Peningkatan kapasitas tersebut dimaksudkan untuk memperluas akses terhadap berbagai asset,
diantaranya kebebasan dalam menyalurkan aspirasi dalam proses pengambilan keputusan
pembangunan guna kesinambungan kualitas kehidupan keluarga miskin. Akses pendukung
peningkatan ekonomi (usaha) diantaranya berupa peningkatan kapasitas pengetahuan,
keterampilan teknis usaha, manajemen ekonomi rumah tangga, perluasan pemasaran serta
kemampuan menyampaikan aspirasi untuk mendorong perlindungan dalam berusaha agar
tingkat resiko kerentanannya berkurang.
Jenis-jenis kegiatan pelayanan sosial bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK, antara lain
meliputi pelatihan, sosialisasi, vocational & on the job training, dll.
Jenis-jenis kegiatan pelayanan Infrastruktur produktif bagi KSM dalam pelaksanaan program
PPMK, antara lain meliputi prasarana produksi bata/ paving, showroom, pasar lokal/kios,
prasarana limbah usaha, dan prasarana lainnya.
2.1.3. Jenis Kegiatan Pelayanan Ekonomi melalui dana bergulir bagi KSM;
Jenis-jenis kegiatan pelayanan ekonomi bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK dilakukan
melalui penyediaan dana bergulir bagi KSM-KSM Unggulan (yang telah terseleksi) untuk
membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi produktif untuk peningkatan penghidupan masyarakat
miskin.
2.2 SASARAN
KSM merupakan bagian dari siklus pembelajaran di tingkat masyarakat dalam PNPM Mandiri
Perkotaan. PPMK adalah salah satu komponen PNPM Mandiri Perkotaan yang difokuskan pada
penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM.
Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana bantuan langsung masyarakat (BLM) PPMK. BLM
PPMK bersifat stimulan dan disediakan untuk memberi akses kepada masyarakat miskin yang
tergabung dalam KSM peserta kegiatan PPMK. BLM PPMK dapat digunakan untuk modal kerja,
investasi dan penguatan kapasitas untuk mendukung usaha produktif yang layak berdasarkan
penilaian UPK dan mendapat persetujuan BKM yang dinyatakan dalam Berita Acara Penetapan
KSM Peserta Kegiatan PPMK.
KSM yang berhak menerima pinjaman BLM PPMK adalah KSM yang sudah tidak memiliki
pinjaman dari UPK atau lembaga keuangan lainnya.
Besarnya pagu BLM PPMK tiap kelurahan terseleksi adalah maksimal sebesar Rp 100 juta/ BKM.
Sebagian dana BLM PPMK sebesar maksimal 5% dapat digunakan untuk kegiatan peningkatan
kapasitas mengenai PPMK dan Biaya operasional yang dikelola oleh BKM beserta UP-UP-nya.
Sedangkan sisanya disalurkan kepada KSM-KSM prioritas penerima dana PPMK yang ditetapkan
dalam rembug BKM sesuai ketentuan yang ditetapkan.
Pada tahap awal, maksimal 5 (lima) KSM peserta PPMK terseleksi memperoleh dana BLM
PPMK dengan jumlah dana yang diterima setiap KSM harus ‘sesuai kebutuhan yang tercantum
dalam proposal kegiatan’ yang disetujui BKM. Pada tahap berikutnya, minimal 2 (dua) KSM baru
peserta PPMK menerima perguliran dana BLM PPMK setiap tahunnya.
Jumlah realisasi dana BLM PPMK untuk setiap KSM sepenuhnya tergantung pada kelayakan
proposal masing-masing KSM. Bagi KSM dengan seluruh anggotanya adalah warga miskin yang
baru belajar berusaha, dan memiliki kriteria usaha potensial, sebagian dana yang diterima
(maksimal 20%) dapat digunakan untuk kegiatan pelatihan ketrampilan produksi (termasuk
modal investasi peralatan) dan sisanya merupakan dana bergulir yang dikembalikan kepada
UPK-BKM. Sedangkan bagi KSM-KSM dan/atau anggota-anggotanya yang telah menjalankan
usaha, seluruh dana yang diterima merupakan dana bergulir untuk pengembangan usaha
produktif mereka.
BLM PPMK adalah dana pinjaman bergulir yang dikelola oleh UPK-BKM, khusus untuk
peningkatan pendapatan masyarakat miskin. BLM PPMK digulirkan dan dimanfaatkan hanya
untuk anggota KSM yang masuk kategori miskin (PS-2) setelah mendapat persetujuan BKM.
Jumlah dana BLM PPMK yang telah ada di rekening BKM harus diinformasikan secara luas dan
transparan kepada semua warga kelurahan dan perangkat kelurahan setempat. Demikian pula
jumlah dana BLM PPMK yang telah diterima dan ada di rekening KSM harus diinformasikan
secara transparan kepada seluruh anggotanya.
Penyampaian informasi perkembangan perguliran dana BLM PPMK secara berkala disampaikan
BKM kepada masyarakat dan perangkat kelurahan setempat, serta disampaikan KSM kepada
anggota-anggotanya secara transparan dan akuntabel.
Dana BLM disalurkan langsung kepada LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) melalui dua
tahap, yakni tahap I 60% dan tahap II 40%, dengan ketentuan sebagai berikut:
i. KSM KUBE
ii. KSM Usaha Sejenis
iii. KSM Aneka Usaha
Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan dalam PPMK mengacu pada pelayanan kegiatan
ekonomi, sosial dan infrastruktur, dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal. Beberapa
contoh jenis-jenis usaha tersebut adalah, tapi tidak terbatas pada;
D. Negative List
Kegiatan PPMK tidak memperkenankan pemanfaatan BLM PPMK untuk kegiatan yang tidak
berkaitan langsung dengan upaya pengembangan penghidupan masyarakat miskin, kegiatan yang
bersifat hibah, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi
pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma,
hukum serta peraturan yang berlaku.
Secara umum beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai (negative list) dengan dana BLM
PPMK, adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll)
2. Kegiatan militer atau semi-militer (pembelian senjata dan sejenisnya)
3. Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank
4. Kegiatan yang memanfaatkan BLM PPMK sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik
yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya.
5. Pembebasan lahan
6. Pembangunan rumah ibadah
7. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor BKM-UP-KSM
8. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan
kelestarian budaya lokal dan lain-lain yang dilarang dalam safeguard dan
9. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta
tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai universal
Prinsip utama pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat adalah proses penyadaran, pemahaman,
pembelajaran dan pelembagaan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat miskin melalui
pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif.
Siklus kegiatan masyarakat adalah siklusnya masyarakat, yang menempatkan masyarakat miskin,
KSM, relawan-relawan dan UPK-BKM sebagai pelaku utama atau subyek dari pelaksanaan kegiatan.
Posisi fasilitator bersama perangkat kelurahan setempat hanya ‘memfasilitasi’ untuk mendorong dan
menjamin masyarakat mampu melaksanakan kegiatannya sesuai kaidah pembangunan partisipatif
dan ketentuan pelaksanaan kegiatan PPMK.
Melalui upaya mendorong masyarakat sebagai pelaku utama pelaksanaan kegiatan, maka diharapkan
proses kegiatan PPMK tetap berjalan berkesinambungan setelah PNPM Mandiri Perkotaan berakhir.
Sejalan dengan prinsip di atas, tahapan kegiatan di tingkat masyarakat terdiri dari 4 (empat)
tahapan sbb:
a. Tahapan Persiapan Program, serangkaian kegiatan mulai dari seleksi lokasi hingga sosialisasi PPMK
tingkat kelurahan kepada seluruh lapisan masyarakat di lokasi terseleksi.
b. Tahapan Perencanaan, serangkaian kegiatan pelatihan tentang orientasi dan perencanaan PPMK
bagi KSM, BKM, Pengawas, UPK, relawan dan perangkat kelurahan, serta pelatihan keterampilan
usaha bagi anggota KSM.
c. Tahapan Pencairan dan Pemanfaatan BLM, serangkaian kegiatan mulai dari pencairan dana BLM
PPMK ke rekening BKM sampai akad kredit UPK-BKM dengan KSM.
d. Tahapan Penguatan dan Pengembangan, serangkaian kegiatan pelatihan dan pendampingan yang
mendukung penguatan dan pengembangan keberlanjutan KSM dan UPK-BKM serta penyiapan
KSM untuk peserta PPMK selanjutnya.
Tim Pusat terdiri dari; Project Management Unit (PMU), Satuan Kerja Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan, Advisory dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP).
Tim Pusat bertanggungjawab dalam merumuskan kebijakan dan desain kegiatan serta pedoman
PPMK, KMP mendukung PMU dalam mengendalikan kegiatan PPMK secara Nasional, antara
lain; pengembangan kapasitas, pengendalian KMW, penyusunan KAK, pelaporan, manajemen
data dll. Dalam pelaksanaannya KMP berkoordinasi dengan Advisory.
Tim Provinsi terdiri dari; Satuan Kerja Penataan Bangunan Lingkungan (Satker PBL), Pemerintah
Provinsi, dan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). KMW bertanggungjawab dalam
mengendalikan kegiatan PPMK di tingkat Provinsi, antara lain; pengembangan kapasitas
pendampingan, pengendalian Korkot, pelaporan, manajemen data dll. Dalam pelaksanaannya
KMW berkoordinasi dengan Satker PBL dan Pemerintah Provinsi serta bertanggungjawab
kepada PMU melalui KMP.
Tim Kota/ Kabupaten terdiri dari; Pemerintah Kota/ Kabupaten dan Tim Koordinator Kota
(Korkot).
Pemerintah Kota/ Kabupaten antara lain terdiri dari; Walikota/ Bupati, DPRD, SKPD, dan TKPKD
yang antara lain membantu dalam;
Tim Korkot terdiri dari Koordinator Kota/ Kabupaten yang dibantu oleh beberapa asisten seperti:
Asisten Korkot CD, MK, Infrastruktur, Manajemen Data, Urban Planner, Kemitraan. Bilamana di
Kota/ Kabupaten tidak terdapat Korkot, maka Kota/ Kabupaten tersebut difasilitasi oleh Askot
Mandiri. Adapun ruang lingkup tugas Tim Korkot antara lain;
1. Memperkuat kapasitas TKPKD, KBP, FKA BKM dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.
2. Memfasilitasi Pemerintah Kota/ Kabupaten di wilayahnya dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.
3. Bertanggungjawab terhadap pengendalian dan pencapaian tujuan, keluaran, serta substansi
dari pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayahnya.
4. Pengendalian, pendampingan dan peningkatan kapasitas Tim Fasilitator dalam pelaksanaan
kegiatan PPMK di wilayahnya.
5. Menjamin tercapainya tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di
tingkat Kota/ Kabupaten.
6. Melaksanakan monitoring, supervisi, dan evaluasi program.
7. Menjamin akurasi data SIM tepat waktu dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.
8. Membantu dan memfasilitasi pengembangan pasar usaha serta jaringan usaha yang lebih
luas.
9. Menyusun best practices kegiatan PPMK.
10. Melakukan koordinasi dan mediasi (a.l. jejaring, kemitraan, bridging, maupun linkages)
dengan para pemangku kepentingan di daerah, antara lain, Satuan Perangkat Kerja Daerah
(SKPD), Lembaga perbankan dan non perbankan, Perguruan Tinggi, swasta maupun BUMN/D
dan Pemerintah Kelurahan, LSM serta masyarakat kelurahan lainnya termasuk potensi
relawan setempat.
11. Tugas-tugas lainnya yang ditetapkan PMU.
Tim Kelurahan terdiri dari; Pemerintah Kelurahan/ Desa dan Tim Fasilitator.
Pemerintah Kelurahan/ Desa antara lain terdiri dari; Lurah/ Kepala Desa, Perangkat Kelurahan/
Desa, kelembagaan, dan tokoh masyarakat, antara lain bertanggungjawab dalam;
1. Berkoordinasi secara intensif dengan BKM, UPK dalam rangka mendukung kegiatan PPMK
2. Mensosialisasikan kegiatan PPMK bersama BKM, UPK kepada masyarakat
3. Memfasilitasi BKM, UPK, dan KSM serta masyarakat untuk menjamin kelancaran kegiatan
PPMK
4. Mensinergikan kegiatan kelurahan dengan kegiatan masyarakat dalam rangka meningkatkan
pengembangan ekonomi lokal, usaha ekonomi produktif dan kreatif
5. Monitoring Partisipatif kegiatan PPMK di tingkat masyarakat bersama dengan BKM dan UPK
6. Pemerintah kelurahan memfasilitasi kegiatan promosi produk-produk usaha KSM peserta
kegiatan PPMK melalui berbagai kegiatan, antara lain; bazar, pasar malam, pameran, dsb
7. Pemerintah Kelurahan/ Desa melaksanakan kegiatan lainnya yang mendukung kegiatan
penghidupan masyarakat
Tim Fasilitator
Pendampingan kegiatan PPMK dilakukan oleh Tim Fasilitator yang ada sebagai bagian dari
pendampingan PNPM Mandiri Perkotaan secara menyeluruh. Tim Fasilitator terdiri dari senior
fasilitator, fasiltator ekonomi, fasilitator teknik dan fasilitator sosial serta fasilitator lainnya
sesuai dengan kebutuhan. Adapun ruang lingkup tugas Tim Fasiltator antara lain;
1. Memfasiltasi BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya.
2. Bertanggungjawab terhadap pengendalian dan pencapaian tujuan, keluaran, serta substansi
dari pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya
3. Pengendalian, pendampingan dan peningkatan kapasitas BKM, Pengawas, UPK, KSM,
Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di
wilayah dampingannya.
4. Menjamin tercapainya tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di
tingkat masyarakat dampingan.
5. Melaksanakan monitoring, supervisi, dan evaluasi program.
6. Melakukan input data SIM tepat waktu dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.
7. Memperkuat kapasitas BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa
dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya.
8. Membantu dan memfasilitasi BKM, Pengawas, UPK, KSM dalam pengembangan pasar usaha
serta jaringan usaha yang lebih luas.
9. Peningkatan Kapasitas KSM dan anggota KSM agar mampu membangun kemampuan dan
implementasi akses modal usaha dari berbagai sumber daya dan mobilisasi tabungan dalam
upaya meningkatkan produk dan produktivitasnya.
10.Melaksanakan pemetaan, analisis, dan pelaporan yang dibutuhkan untuk memperkuat
implementasi UPK selaku lembaga keuangan mikro dan KSM selaku wadah pengembangan
sosial ekonomi masyarakat utamanya dalam mendukung pengembangan kegiatan
penghidupan warga miskin sebagai usaha ekonomi produktif dan kreatif di kelurahan sasaran.
11.Tugas-tugas lainnya yang ditetapkan PMU.
Pengembangan kapasitas di tingkat masyarakat miskin dan KSM diantaranya berupa pelatihan
orientasi PPMK, pelatihan perencanaan dan manajemen usaha, pelatihan keterampilan
usaha, pelatihan penguatan dan pengembangan KSM, promosi dan kemitraan usaha serta
pendampingan oleh fasilitator, relawan, UPK-BKM dan Pemerintah Daerah.
Pengembangan kapasitas di tingkat pengelola dan pengawas UPK antara lain kegiatan pelatihan
orientasi PPMK, pelatihan pengelolaan keuangan dan analisis usaha, pelatihan penguatan dan
pengembangan UPK, kemitraan usaha serta pendampingan oleh fasilitator, BKM, relawan dan
Pemerintah Daerah.
Pengembangan kapasitas di tingkat BKM, aparat kelurahan dan relawan antara lain kegiatan
pelatihan orientasi PPMK, pelatihan perencanaan dan pengelolaan BKM, pelatihan penguatan
dan pengembangan BKM, pendampingan oleh fasilitator, relawan dan aparat pemerintah,
Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan pertemuan Forum Relawan dan BKM.
Pengembangan kapasitas di tingkat fasilitator dan korkot antara lain kegiatan pelatihan dasar
PPMK, pelatihan lanjutan, Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK) serta Komunitas Belajar
Perkotaan (KBP).
Pengembangan kapasitas di tingkat konsultan (KMP dan KMW) antara lain kegiatan pelatihan
orientasi PPMK, TOT PPMK, Expert Group Meeting (EGM), Komunitas Belajar Internal Konsultan
(KBIK), rapat koordinasi dan lokakarya serta monitoring supervisi.
Pengembangan kapasitas di tingkat aparat Pemda diantaranya kegiatan pelatihan aparat dan
pemandu Pemda, Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), revitalisasi TKPKD dan reorientasi SPKD
serta lokakarya dan studi banding/tematik.
Pengertian pelayanan pengelolan pinjaman modal usaha di kegiatan PPMK adalah pelayanan
khusus kepada KSM-KSM yang berorientasi pada pengembangan penghidupan masyarakat
miskin melalui kegiatan ekonomi produktif dan kreatif.
4.3.1. Peminjam
Penerima manfaat atau peminjam adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang telah
memenuhi kriteria peserta kegiatan PPMK. Adapun jenis-jenis KSM kegiatan PPMK yang dapat
dikembangkan sebagai penerima manfaat atau peminjam adalah sebagi berikut;
a. KSM KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang
mempunyai satu usaha dan dikelola secara bersama, dengan kriteria antara lain;
b. KSM Sejenis yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai usaha sejenis
dan/ atau saling terkait dengan kriteria antara lain;
c. KSM Aneka Usaha yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai usaha
beraneka ragam dalam satu kelompok dengan kriteria antara lain;
Dari 3 (tiga) jenis pengembangan KSM di atas, prioritas yang diutamakan untuk difasilitasi BLM
PPMK adalah KSM KUBE dan KSM sejenis.
4.3.2. Tabungan
Tabungan merupakan salah satu kegiatan ekonomi KSM maupun UPK dalam rangka memperkuat
modal sendiri menuju keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat maupun lembaga. Tabungan
juga menjadi salah satu bagian skim yang dikembangkan dalam pengelolaan dana pinjaman
bergulir. Adapun besaran tabungan KSM dalam skim PPMK ditentukan sebesar 15% dari besaran
dana pinjaman bergulir yang akan diterima KSM.
KSM wajib membuka rekening bank dan tabungan anggota KSM dapat dititipkan ke pengurus
KSM/ UPK atau di Bank.
Selanjutnya jenis tabungan KSM yang dikembangkan dalam skim PPMK, antara lain;
a. Tabungan Visi adalah tabungan yang disimpan pada saat anggota KSM mulai bergabung
dalam suatu kelompok.
b. Tabungan Wajib adalah tabungan yang wajib disimpan secara rutin oleh anggota KSM
c. Tabungan Sukarela adalah tabungan yang disimpan secara sukarela oleh anggota KSM
d. Tabungan Pendidikan, Hari Raya, dll
Dari berbagai jenis tabungan di atas, maka jenis tabungan yang harus ada minimal tabungan visi
dan tabungan wajib, sedangkan tabungan sukarela, pendidikan, hari raya dll disarankan tetap
ada. Adapun besaran tabungan dan mekanismenya dapat disepakati diantara anggota KSM
masing - masing.
Mempertimbangkan keterbatasan dana BLM PPMK, UPK dalam memberikan pelayanan dana
pinjaman bergulir PPMK adalah sesuai dengan kelayakan proposal yang diajukan KSM dengan
ketentuan maksimum Rp 30.000.000,- untuk setiap KSM dan maksimum Rp 5.000.000,- untuk
setiap anggota KSM.
Guna mendorong pertumbuhan KSM di kegiatan PPMK, maka penerapan jasa pinjaman PPMK
sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan insentif yang diberikan kepada KSM oleh UPK serta
memperhitungkan tingkat kesehatan UPK. Adapun jasa pinjaman PPMK sebesar 1% - 3%
perbulan dihitung dari pokok pinjaman mula-mula (besar pinjaman yang diterima).
Penentuan besaran jasa BLM PPMK berdasarkan musyawarah BKM/ LKM dengan masyarakat
sedangkan UPK melaksanakan kebijakan/ keputusan yang sudah disepakati bersama akan
tetapi agar besaran jasa yang ditentukan tidak salah perhitungan, maka Pengawas dan UPK
dapat memberikan masukan kepada BKM/ LKM serta masyarakat, dengan harapan agar jasa
pinjaman yang ditetapkan minimal harus dapat meningkatkan penghidupan KSM dan UPK
mampu menutup semua biayanya seperti biaya dana (kalau ada), biaya operasional UPK, biaya
resiko pinjaman, memelihara nilai modal awal (inflasi), serta tingkat keuntungan tertentu yang
dapat digunakan untuk : Pemupukan modal, BOP BKM/ LKM, Dana Lingkungan dan Dana Sosial
dll.
Agar bisa menutup biaya-biaya yang mencapai 21% tersebut, maka jasa pinjaman harus
ditentukan minimal sebesar 24% setahun atau 2 % perbulan dihitung dari pokok pinjaman
mula-mula. Mengingat dalam pembayarannya kemungkinan akan terjadi tunggakan misalnya
10%, maka jasa 24% tersebut hanya akan diterima riil sebesar 90% x 24 % = 21,6%.
Semakin kecil tingkat jasa pinjaman dan semakin besar tunggakan, akan semakin kecil jasa riil
yang diperoleh UPK. Dampaknya adalah tingkat keuntungan akan semakin kecil, dan akumulasi/
pemupukan modal semakin kecil. Apabila keuntungan yang diperoleh negatif, berarti terjadi
dekapitalisasi atau pengurangan modal awal (dana BLM) yang lama kelamaan akan habis, yang
berarti kegiatan pelayanan UPK tidak bisa berkelanjutan (sustainable). Demikian sebaliknya
Untuk itu senantiasa relawan, UPK, Pengawas, LKM bersama fasilitator melakukan dampingan
secara intensif kepada para KSM dalam kegiatan PPMK, baik dari sisi organisasi, usaha,
administrasi, pembukuan dsb agar para KSM yang menjadi sasaran dalam kegiatan PPMK
tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Penentuan besar dan perlakuan jasa pinjaman dalam pengelolaan dana PPMK dapat
menggunakan 3 cara, yaitu berdasarkan Jasa Pinjaman Tetap (Flat), Jasa Pinjaman Menurun
(Efektif), dan Jasa Pinjaman Annuitas (Tahunan).
Khusus bagi UPK yang akan menerapkan pinjaman menurun (efektif) maka perlu dipastikan
kinerja UPK Tanpa PAR (Portfolio at Risk) masuk kategori “Sangat Baik” selama 6 bulan berturut-
turut serta sudah teruji kemampuan dan keterampilannya dalam pembukuan.
Jangka waktu pinjaman KSM disesuaikan dengan kondisi usaha peminjam berdasarkan kelayakan
usaha dan kemampuan membayar kembali. Jangka waktu pinjaman maksimal 2 tahun. Dengan
jangka waktu tersebut diharapkan proses pembelajaran kepada KSM dalam kegiatan PPMK
dapat tercapai. Adapun frekuensi pinjaman masing-masing peminjam ditetapkan oleh UPK/
BKM dengan mempertimbangkan perkembangan usaha KSM dan keberlanjutan perguliran
dana BLM PPMK. Untuk selanjutnya diharapkan KSM bisa menjalin kemitraan dengan pihak
lain atau dengan Lembaga Keuangan lain. Disamping itu BKM/ LKM diharapkan memfasilitasi
KSM dengan mengupayakan channelling atau mencarikan pinjaman/ pembiayaan ke Lembaga
Keuangan lainnya.
Angsuran pinjaman KSM dapat dilakukan berdasarkan perputaran dan kemampuan usaha KSM,
yaitu pembayaran angsurannya dengan cara harian, mingguan, bulanan, atau musiman seperti
peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dsb. Meskipun pembayaran angsuran pinjaman
juga diperkenankan musiman namun penggunaan dana BLM PPMK tersebut maksimal sebesar
50% dari modal awal dengan tujuan agar kebutuhan KSM terlayani dalam meningkatkan
penghidupannya dan UPK tetap hidup sehat/survive. Apabila terjadi jumlah pembayaran
PEDOMAN TEKNIS | PPMK 25
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
pinjaman yang tidak mencukupi untuk membayar keseluruhan jumlah angsuran pokok dan jasa,
maka prioritas pembayaran dilakukan menurut urutannya: jasa pinjaman, pokok pinjaman yang
tertunggak, baru untuk pokok saat pembayaran.
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dalam suatu manajemen penyelenggaraan
program. Monitoring pada dasarnya adalah upaya untuk menjamin agar seluruh kegiatan
dapat terlaksana sesuai rencana, strategi dan metodologi yang telah ditetapkan sehingga akan
menghasilkan kinerja, output dan outcome yang diharapkan. Sedangkan evaluasi secara prinsip
adalah mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai berdasarkan ketentuan indikator kinerja
yang telah ditetapkan.
Untuk itu pelaksanaan monitoring kegiatan PPMK dilakukan oleh seluruh pelaku sesuai dengan
fungsi dan tugas masing-masing, yaitu:
Dalam rangka menjamin kualitas mutu pelaksanaan program PPMK ini prinsip utama yang
harus dipegang adalah monitoring harus dilaksanakan secara rutin dan terintegrasi bersama
dengan seluruh pelaku sesuai dengan tugas pokok fungsi masing-masing. Monitoring dilakukan
berdasarkan tahapan sebagai berikut :
sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap perencanaan di kegiatan PPMK dilakukan
terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Pelatihan Orientasi dan Perencanaan PPMK bagi KSM, BKM, Pengawas, UPK, Relawan,
Perangkat Kelurahan, dll (TOR, pedoman, modul, peserta dsb).
b. Pendampingan KSM dalam penyusunan proposal usaha.
c. Penilaian kelayakan proposal KSM oleh UPK-BKM.
Monitoring lainnya dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang terkait dengan rencana,
jadwal, personil, strategi dan metodologi pada setiap tahapan yang telah ditetapkan. Hal ini
dilakukan guna menjamin terwujudnya kinerja penyelenggaraan program yang baik. Monitoring
pada setiap tahapan PPMK diharapkan dapat menghasilkan antara lain:
1. Dapat diketahuinya apakah kebijakan, konsep, indikator di PPMK dalam pelaksanaannya
sesuai di lapangan.
2. Kendala dan permasalahan yang mungkin timbul selama pelaksanaan program.
3.Tindakan-tindakan korektif yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan.
Monitoring pelaku dan stakeholder lainnya untuk mengidentifikasi kinerja pelaku maupun
stakeholders lain dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.
Evaluasi yang dilakukan meliputi kinerja akhir dari seluruh proses serta hasil dan dampak
Hasil evaluasi selanjutnya akan dibahas oleh seluruh pelaku dalam suatu rapat koordinasi
sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan korektif, perbaikan percepatan atau perubahan
strategi dan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk dilakukan.
V. PENUTUP
Pedoman Teknis ini diterbitkan sebagai panduan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
berpartisipasi mensukseskan program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis
Komunitas (PPMK) PNPM Mandiri Perkotaan.
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
No Sasaran
Peningkatan Tujuan Kegiatan
kapasitas
• Meningkatnya pengetahu- 2. Pelatihan perencanaan usaha
an pengelolaan pelayanan PPMK
UPK yang berhubungan a.Manajemen keuangan mikro
dengan peningkatan usaha (pembukuan layanan simpan
ekonomi produktif dan pinjam, perencanaan usaha
kreatif UPK, menilai kelayakan
• Meningkatnya keterampilan usaha KSM, mekanisme dan
dan kecakapan dalam prosedur layanan keuangan
pengelolaan pelayanan UPK
mikro dll)
yang berhubungan dengan
usaha ekonomi produktif b.Organisasi UPK (struktur
dan kreatif dan tupoksi pengelola UPK,
administrasi UPK)
c.Sistem pengendalian UPK
(monitoring, pelaporan dan
system penanganan kelalaian
pinjaman)
3. Pelatihan Penguatan dan Pe-
ngembangan UPK
a.Jaringan usaha
b.Kemitraan
c.Pengembangan UPK
berkelanjutan
4. Pendampingan oleh fasilita-
tor, relawan, BKM, aparat
pemerintah.
5. Komunitas Belajar Kelurahan
(KBK)
3 BKM, Aparat • Terwujudnya perubahan 1. Pelatihan orientasi PPMK
Kelurahan dan perilaku dalam men- a.Konsep dan implementasi
Relawan dampingi kegiatan pe- PPMK.
ningkatan penghidupan
masyarakat miskin. b.Pemetaan potensi usaha dan
pengembangan ekonomi
• Meningkatnya pengetahu- lokal.
an tentang kegiatan PPMK,
khususnya orientasi produk 2.Pelatihan Perencanaan
usaha ekonomi produktif a.Manajemen BKM
dan kreatif, penguatan UPK
b.Review PJM/Renta
sebagai lembaga keuangan
berorientasi PPMK
Sasaran
No Peningkatan Tujuan Kegiatan
kapasitas
mikro dan penguatan KSM c. Sistem pengendalian program
sebagai wadah peningkatan (monitoring, evaluasi, pengadu-
penghidupan an, penanganan tatakelola aset)
• Meningkatnya keterampilan 3. Pelatihan Penguatan dan Pe-
dan kecakapan dalam ngembangan BKM
memotivasi dan mem- a. Jaringan BKM
fasilitasi kegiatan masyarakat b. Kemitraan
yang berhubungan dengan c. Pengembangan KSM dan UPK
pelaksanaan kegiatan PPMK berkelanjutan
4.Pendampingan oleh fasilitator,
relawan dan aparat pemerintah
5. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK)
6. Forum BKM
4 Fasilitator • Terwujudnya perubahan 1. Pelatihan PPMK
perilaku dalam memfasilitasi 2. Coaching Tematik
dan mendampingi BKM/
UPK/ KSM/ Aparat Kelurahan 3.Komunitas Belajar Internal
dalam kegiatan peningkatan Konsultan (KBIK)
penghidupan masyarakat
miskin.
• Meningkatnya penge-tahuan
tentang usaha ekonomi
produktif dan kreatif
• Meningkatnya ketrampilan
dan kecakapan dalam
memfasilitasi kegiatan ma-
syarakat yang berhubungan
dengan usaha ekonomi
produktif dan kreatif
5 Korkot/Askot • Terwujudnya perubahan 1. Pelatihan PPMK
perilaku dalam memfasilitasi 2. Komunitas Belajar Internal
dan mendampingi Pemda, Konsultan (KBIK)
Fasilitator, BKM/ UPK/ KSM/
Aparat Kelurahan dalam 3. Komunitas Belajar Perkotaan
kegiatan peningkatan peng- (KBP) dan Koordinasi TKPKD
hidupan masyarakat miskin. 4. Monitoring dan Supervisi PPMK
Sasaran
No Peningkatan Tujuan Kegiatan
kapasitas
• Meningkatnya pengetahuan
tentang kaji tindak program
daerah, usaha ekonomi produktif
dan kreatif
• Meningkatnya ketrampilan dan
kecakapan dalam memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan siklus
kota yang mendukung kegiatan
PPMK dan pengembangan usaha
ekonomi produktif dan kreatif.
6 KMW • Terwujudnya perubahan peri- 1. TOT PPMK
laku dalam memfasilitasi dan 2. Expert Group Meeting
mendampingi Pemda, tim korkot (EGM)
dan kelompok peduli, dalam 3. Komunitas Belajar Internal
kegitan peningkatan penghidupan Konsultan (KBIK)
masyarakat miskin. 4. Lokakarya PPMK
• Meningkatnya pengetahuan 5. Monitoring dan Supervisi
tentang usaha ekonomi produktif PPMK
dan kreatif di tingkat Kota/
Kabupaten serta Provinsi
• Meningkatnya ketrampilan dan
kecakapan dalam memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan siklus
kota yang mendukung kegiatan
PPMK dan pengembangan usaha
ekonomi produktif dan kreatif.
7 KMP • Terwujudnya perubahan peri- 1. Pelatihan PPMK
laku dalam memfasilitasi 2. Komunitas Belajar Internal
dan mendampingi KMW Konsultan (KBIK)
dalam kegiatan peningkatan
penghidupan masyarakat miskin 3. Komunitas Belajar Perkotaan
(KBP) dan Koordinasi TKPKD
• Meningkatnya pengetahuan ten-
tang perencanaan, pelaksanaan 4. Monitoring dan Supervisi
dan pengendalian dalam kegiatan PPMK
PPMK serta usaha ekonomi
produktif dan kreatif
• Meningkatnya ketrampilan dan
kecakapan dalam memfasilitasi
perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian dalam kegiatan
PPMK serta usaha ekonomi
produktif dan kreatif.
Sasaran
No Peningkatan Tujuan Kegiatan
kapasitas
8 Aparat Pemda • Terwujudnya perubahan peri- 1. Lokakarya PPMK
laku dalam memfasilitasi dan 2. Komunitas Belajar Perkotaan
mengkoordinasi dalam kegitan (KBP) dan siklus kota dalam
peningkatan penghidupan masya- pengembangan PPMK
rakat miskin.
• Meningkatnya pengetahuan 3.
Reorientasi TKPK-D dan
tentang pengembangan regulasi penyusunan SPKD – PJM
dan perencanaan pembangunan pronangkis Kota/ Kab,
daerah dalam kegiatan PPMK dan penguatan Musrenbang yang
pengembangan usaha ekonomi mendukung PPMK
produktif dan kreatif 4. Studi Banding/ Studi Tematik
• Meningkatnya ketrampilan &
kecakapan dalam memfasilitasi
KBP, TKPK-D/SKPD dalam
menyusun SPKD yang
mendukung kegiatan PPMK dan
pengembangan usaha ekonomi
produktif dan kreatif.
LAMPIRAN IV
b. Tahapan Perencanaan
Kegiatan pada tahapan perencanaan dilaksanakan dengan rincian kegiatan sbb:
2 Akad Kredit UPK- PJ : UPK dan Dimulai bulan ke 8 Dana BLM PPMK Tahap II
BKM dengan KSM BKM Minggu ke 1 sd 2 (40%) masuk ke rekening
Tahap I BKM
Peserta : KSM Dan berkelanjutan
5 Akad Kredit UPK- PJ : UPK dan Dimulai bulan ke 9 Dana BLM masuk ke
BKM dengan KSM BKM Minggu ke 1 sd 2 rekening KSM sesuai de-
Tahap II Peserta : KSM •Dan berkelanjutan ngan proposal KSM yang
layak
6 Pengembalian PJ : KSM dan Dimulai bulan ke 9 • Angsuran pinjaman
angsuran pinjaman UPK-BKM atau sesuai dengan KSM tepat waktu sesuai
KSM ke UPK-BKM Peserta : KSM akad kredit antara dengan akad kredit
dan Anggota KSM dengan UPK • Usaha KSM dan anggota
KSM •Dan berkelanjutan KSM berkembang
• Pendapatan penghidup-
an meningkat
5 Penyiapan KSM PJ: UPK-BKM Dimulai bulan ke KSM baru siap menerima BLM PPMK
peserta PPMK dan relawan 8 Minggu ke 3 tahap selanjutnya
selanjutnya didampingi dan seterusnya
fasilitator Dan
Peserta: KSM berkelanjutan
baru
6 Pendampingan PJ: BKM, Dimulai bulan ke • Meningkatnya kemampuan
Penguatan dan Pengawas 8 Minggu ke 3 dalam pengembangan produk,
Pengembangan UPK,Relawan, dan seterusnya pasar, jaringan usaha, kemitraan
KSM dan UPK difasilitasi •Dan usaha & pengembangan KSM
oleh Faskel berkelanjutan berkelanjutan
Peserta: KSM, • Meningkatnya kemampuan
UPK dalam pengembangan pelayanan
keuangan mikro, jaringan,
kemitraan & pengembangan
UPK berkelanjutan.