Anda di halaman 1dari 14

PEMBERDAYAAN PETANI PETERNAK MELALUI

KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS

Disusun oleh :

1. Ahmad Farlan ( 1610612208 )


2. Muhammad Iqbal ( 1610612196 )
3. Dwiki Prastio ( 1610611043 )
4. Yoga Herliand ( 1610613001 )
5. Hendra ( 1610611121 )

Dosen Pengampu : Ir. Amrizal Anas .MP

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya mewujudkan kemandirian daerah yang transparan dan akuntabilitas antara


komponen pemerintah, masyarakat, dan swasta. Relasi tersebut mencerminkan peran partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan dari awal hingga akhir hendaknya dilandasi aturan
kebijakan untuk berpartisipasi sesuai proporsi dan kompetensi yang dimiliki. Sehingga
perwujudan pembangunan di bidang peternakan terlaksana dengan baik maka diperlukan suatu
cara untuk memberdayakan petani peternak dalam meningkatkan produktivitas peternakan.

Pemberdayaan peternak merupakan sebuah metode pemberdayaan masyarakat yang


memungkinkan orang atau masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya atau suatu
usaha dalam membantu orang biasa untuk meningkatkan lingkungannya dengan melakukan aksi
kolektif dalam bidang ekonomi, penguatan social atau pengembangan sector non profit. Kegiatan
pemberdayaan peternak dimaksud adalah upaya mengubah kesadaran, memperkuat keinginan dan
perlakuan masyarakat peternak sebagai obyek atau pelaku yang berperan dalam peningkatan
produk peternakan (Hikmat, 2001).

Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan


kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan

merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan
dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek/sektor-
sektor kehidupan manusia; dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari
materiil hingga non materiil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka
panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran
yakni dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah bagaimana pemberdayaan
petani peternak melalui kelompok usaha bersama agribisnis?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemberdayaan Petani Peternak

Pemberdayaan merupakan suatu kekuatan dalam diri manusia dan merupakan suatu
sumber kreativitas yang ada dalam diri setiap orang secara luas tidak ditentukan oleh orang lain.
Menurut Hikmat (2001), bahwa pemberdayaan peternak merupakan sebuah metode
pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan orang atau masyarakat dapat meningkatkan
kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya atau suatu usaha dalam membantu orang biasa untuk meningkatkan
lingkungannya dengan melakukan aksi kolektif dalam bidang ekonomi, penguatan social atau
pengembangan sector non profit.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa


manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan
meraih hasil pembangunan. Dengan demikian maka masyarakat harus mampu meningkatkan
kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat
seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam
membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas.
Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh
aspek/sektor-sektor kehidupan manusia; dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan
kesejahteraan dari materiil hingga non materiil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek
hingga jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta
dimensi sasaran yakni dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu
menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara
antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka (Karsidi, 2008).

Selanjutnya Hendayana (2008), menyatakan bahwa pemberdayaan bertujuan untuk : a)


meningkatkan kemampuan kelompok kelompok masyarakat dalam berprakarsa untuk
menangkap berbagai peluang ekonomi, b) mendorong tumbuhnya masyarakat swadaya yang siap
berkembang sendiri dalam mengatasi berbagai kendala/ kelemahan yang dimilikinya, c)
memperkuat dan mengoptimalkan lembaga-lembaga formal dan informal di tingkat perdesaan
serta meningkatkan peran serta/pertisipasi masyarakat.
Permberdayaan petani peternak dapat dilakukan melalui pemberian pemahaman baik
melalui penyuluhan maupun komunikasi antar-peternak agar mereka mampu memperbaiki sistem
pengelolaan usaha peternakan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu
contoh bentuk pemberdayaan petani peternak ialah mengikutsertaka petani dalam pengambilan
keputusan mengenai program pemerintah yang akan dijalankan menyangkut masalah peningkatan
produktivitas peternakan seperti, mengajarkan peternak proses insiminasi buatan (IB),
pengolahan sumber daya lokal (sisa hasil pertanian) sebagai bahan pakan berkualitas, pelatihan
pemanfaatan sisa hasil peternakan menjadi pupuk dan sebagainya. (Hardiyanto, 2007).

2.2 Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA)

Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) merupakan rekayasa kelembagaan yang


kehadirannya dapat mengintegrasikan kelompok kelompok petani/peternak, pengelola
agroindustri dan agroniaga pedesaan yang menangani komoditas yang sama pada suatu skala
ekonomi. Melalui kelompok usaha agribisnis diharapkan dapat mendorong terwujudnya
kelembagaan ekonomi kerakyatan di pedesaan untuk mendukung kegiatan ekonomi petani,
antaralain menyediakan kebutuhan sarana usahatani dan menangani distribusi hasilnya (
Hendayana, 2008).

Untuk melakukan usaha bersama perlu dipahami beberapa hal :

a. Manajemen usaha, yaitu pengaturan usaha baik yang sinergis maupun yang sejenis
dikelompokkan sehingga usaha ini dapat membentuk posisi tawar yang kuat dalam memenuhi
permintaan pasar.

b. Manajemen sumberdaya, yaitu pengaturan usaha disesuaikan dengan kemampuan dasar


usaha tersebut yang meliputi sumberdaya manusia, modal, lingkungan dan sarana pendukung
lainnya.

Upaya untuk memberdayakan petani peternak melalui wahana Kelompok Usaha Bersama
Agribisnis (KUBA) dihadapkan pada berbagai permasalahan internal dan eksternal, sehingga
perlu dilakukan strategi pemberdayaannya. Strategi pemberdayaan yang dapat ditempuh adalah ;
pertama, pengembangan usaha ternak melalui optimalisasi sumber daya yang dimiliki untuk
meraih peluang ada. Penekanannya lebih difokuskan pada ekspansi (perlusan usaha). Kedua,
mendorong terjadinya konsolidasi antarpetani sehingga berbagai kelemahan yang ada dapat
diatasi. Ketiga, melakukan diversifikasi usaha, dalam hal ini petsni dianjurkan untuk melakukan
diversifikasi usaha (baik vertical maupun horizontal) sebagai langkah antisipasi dari
kamungkinan gagalnya usaha peternakan.

Strategi tersebut secara terintegrasi akan dapat diwujudkan dalam wahana organisasi Kelompok
Usaha Bersama Agribisnis (KUBA). Selanjutnya untuk lebih memberdayakan KUBA perlu
didorong terbentuknya jaringan kelembagaan scara horizontal dengan pelaku agribisnis lainnya
dan diciptakn adanya kepemilikan capital yang dikuasai petani, serta berupaya unrtuk
meningkatkan hubungan kemitraan antarpelaku agribisnis dengan landasan yang bersifat rasional
(Hendayana, 2008).

Pembentukan kelompok petani ternak merupakan salah satu solusi yang tepat dalam
meningkatkan pemberdayaan usaha peternakan rakyat di hampir seluruh wilayah kabupaten/kota.
Berbagai aspek dalam usaha peternakan seperti pengadaan sarana produksi (bibit dan pakan),
pencegahan penyakit ternak dan akses pemasaran dapat dilakukan secara berkelompok dan
bergotong royong, yang pada gilirannya meningkatkan keuntungan dan pendapatan usaha. Untuk
lebih meningkatkan keberdayaan kelompok petani peternak ini memang membutuhkan uluran
tangan dari beberapa instansi dan dinas terkait (Ahmadi, 2012).

Usaha apapun dalam masyarakat diperlukan jaringan kerjasama antara satu dengan yang lainnya.
Kerjasama tersebut dapat berupa saling member atau sebagai penyedia bahan baku ataupun
sebagai pemasar dan pembeli. Masing-masing mempunyai peran dan saling mendukung satu
sama lain.

Pembentukan Kelompok Usaha Bersama bertujuan sebagai berikut (Ekawati, 2007) :

a. Mengorganisasikan anggota dan mendorong usaha produktif

b. Mendorong adanya modal kelompok dan membangun hubungan dengan pihak lain

c. Melayani kebutuhan individu ataupun kebutuhan bersama

d. Mengenali permasalan dan memfasilitasi pemecahannya

e. Memlihara serta mengembangkan nilai-nilai kelompok dan nilai kasih dalam proses belajar
kelompok

f. Mengembangkan potensi anggota kelompok dan kegiatan sosial


Berikut ini salah satu contoh konsep Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (komoditi itik)
(Ekawati, 2007) :

KUB

Itik

Penyedia bahan baku

pemasaran

Pengelolaan pasca panen

Jasa pengangkutan

Pengusaha kemasan

Gambar 1. Konsep Dasar KUB Ternak (komoditi itik)

Pada gambar 1 terlihat bahwa KUB itik memiliki peranan sebagai wadah sinergitas untuk tiap
bagian usaha yang produktif. Usaha ini saling membutuhkan, dan saling tukar barang produksi.
Ada yang menyediakan barang baku, mengelolah, mengemas, ada jasa pengengkutan yang
menjadi perantara proses pemasaran. Sinergitas usaha tidak lain bertujuan untuk membangun
kebersamaan dalam usaha kelompok bersama (dalam hal ini studi kasus usaha peternakan itik),
sehingga dapat menjadi usaha yang mandiri.

2.3 Pemberdayaan Petani Peternak Melalui Kelompok Usaha Bersama Agribisnis

Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan


tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Menurut Sikhondze dalam
Karsidi (2008), orientasi pemberdayaan masyarakat haruslah membantu petani peternak (sasaran)
agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara
partisipatoris, yang pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan masyarakat sasaran dan
hal-hal yang bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok. Sedangkan
peran petugas pemberdayaan masyarakat sebagai outsider people dapat dibedakan menjadi 3
bagian yaitu peran konsultan, peran pembimbingan dan peran penyampai informasi. Dengan
demikian peranserta kelompok sasaran ( masyarakat itu sendiri ) menjadi sangat dominan.

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dan


produktifitas melalui pengembangan sumberdaya manusia, penguasaan teknologi dan penguatan
kelembagaan serta perbaikan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial. Upaya ini memerlukan
adanya kerjasama yang sinergis dari berbagai kekuatan pembangunan yang ada.

Karsidi (2008) menyatakan bahwa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum
dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat, sebagai
berikut :

1. Belajar Dari Masyarakat

Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat
adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti, dibangun pada pengakuan serta kepercayaan
akan nilai dan relevansi pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri.

2. Pendamping sebagai Fasilitator, Masyarakat sebagai Pelaku

Konsekuensi dari prinsip pertama adalah perlunya pendamping menyadari perannya sebagai
fasilitator dan bukannya sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta
ketersediaan untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai
narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Bahkan dalam penerapannya
masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran pendamping lebih
besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan
prakarsa kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri.

3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman

Salah satu prinsip dasar pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan
pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat
selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan
bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat
tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan
masalah-masalah yang berkembang.

Beberapa pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat (Karsidi, 2008) menuju
kemandirian petani dan nelayan, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :

a. Memulai dengan tindakan mikro dan lokal.


Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan tindakan mikro dan lokal, namun memiliki
konteks makro dan global. Dialog mikromakro harus terus menerus menjadi bagian
pembelajaran masyarakat agar berbagai pengalaman mikro dapat menjadi policy input dan policy
reform sehingga memiliki dampak yang lebih luas. Petugas pemberdayaan/pendamping
masyarakat petani peternak seyogyanya diberikan kebebasan untuk mengembangkan pendekatan
dan cara yang sesuai dengan rumusan tuntutan kebutuhan setempat/lokal di wilayah tugasnya
masing-masing.

b. Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah).

Karena masing-masing daerah potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga
berbeda antar daerah. Pemberlakuan kebijakan secara seragam untuk semua daerah harus
ditinggalkan.

c. Mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan.

Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas kewilayahan administratif. Pendekatan


kewilayahan administratif adalah pendekatan birokrasi/kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti
lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan
tertentu. Dengan pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masyarakat dalam
skala besar dan lebih lanjut akan memungkinkan terjadinya kerjasama antar kawasan yang lebih
produktif.

d. Membangun kembali kelembagaan masyarakat.

Peranserta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat,


jika tidak dibarengi munculnya kelembagaan sosial, ekonomi dan budaya yang benar-benar
diciptakan oleh masyarakat sendiri. Untuk memberdayakan kelompok usaha agribisnis perlu
didorong terbentuknya jaringan kelembagaan secara horizontal dengan pelaku agribisnis dan
diciptakan adanya kepemilikan capital yang dikuasai petani, serta berupaya untuk meningkatkan
hubungan kemitraan antar pelaku agribisnis yang bersifat rasional (Hendayana, 2000). Misalnya
lumbung desa dan organisasi lokal lainnya dipersilahkan tetap hidup.

e. Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis.

Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan dan
teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan masyarakat lokal pada input luar serta hilangnya
kepercayaan diri yang sangat serius. Temuan-temuan lokal oleh petani dan nelayan setempat
harus mendapatkan pengakuan sejajar dan dipersilahkan bebas berkompetisi dengan inovasi baru
dari luar. Pola penyuluhan yang bersifat sentralistik, topdown dan linier (Sumardjo, 1999) perlu
diubah menjadi pendekatan yang lebih dialogis dan hadap masalah.

f. Pengembangan kesadaran pelaku ekonomi.

Karena peristiwa ekonomi juga merupakan peristiwa politik atau lebih dikenal dengan politik
ekonomi, maka tindakan yang hanya ber-orientasi memberikan bantuan teknis jelas tidak
memadai. Pemberdayaan yang diperlukan adalah tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat
untuk membebaskan diri dari belenggu kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses
demokratisasi ekonomi. Komitmen para petugas pemberdayaan masyarakat dan lembaga-
lembaga terkait pada pengembangan kemandirian petani peternak merupakan sesuatu yang sangat
diperlukan.

g. Membangun jaringan ekonomi strategis.

Jaringan strategis akan berfungsi untuk mengembangkan kerjasama dalam mengatasi


keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu dengan lainnya baik dalam
bidang produksi, pemasaran, teknologi dan permodalan. Salah satu yang sudah waktunya
dibangun adalah jaringan infrastruktur telekomunikasi dan sistim informasi pendukungnya yang
memanfaatkan seperti internet untuk membuka pintu gerbang seluas-luasnya bagi petani peternak
atas informasi yang diperlukan bagi pengembangan usahanya ( setidaknya memalui mediasi para
petugas penyuluh/pendamping pemberdayaan masyarakat).

h. Kontrol kebijakan.

Agar kebijakan pemerintah benar-benar mendukung upaya pemberdayaan masyarakat, maka


kekuasaan pemerintah harus dikontrol. Sebagai contoh adalah keikutsertaan organisasi petani dan
nelayan dalam proses pengambilan keputusan tentang kebijakan pertanian dan perikanan. Dengan
memperhatikan arah tantangan pertanian dan perikanan yaitu seharusnya dikembangkan ke arah
agribisnis, maka perlu mendapat penekanan bahwa sasaran strategis pemberdayaan masyarakat
bukanlah sekedar peningkatan pendapatan semata, melainkan juga sebagai upaya membangun
basis-basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumberdaya lokal yang
handal.

Upaya untuk memberdayakan petani peternak melalui wahana Kelompok Usaha Bersama
Agribisnis masih dihadapkan pada berbagai permasalahan internal dan eksternal. Faktor internal
adalah berasal dari dalam diri peternak itu sendiri dan factor eksternal yang berasal dari luar diri
peternak. Adapun masalah yang dihadapi peternak yaitu ketersediaan pakan yang terbatas, skala
usaha relative kecil, dan modal usaha yang kurang memadai. Kelemahan internal pun bermuara
pada ketersediaan modal usaha. Artinya jika modal usaha memadai maka peternak akan mampu
memperbesar skala usahanya secara intensif dengan menyediakan pakan yang cukup, sehingga
akan mendukung pemeliharaan ternak yang berorientasi agribisnis.

Berbagai masalah yang dihadapi peternak cukup menjadi kendala dalam mengembangkan
usahanya. Adapun strategi pemberdayaan yang dapat ditempuh menurut Arifin (2009) adalah :

(a) Mengembangkan usaha ternak melalui optimalisasi sumberdaya yang dimiliki, untuk meraih
peluang yang ada berupa perluasan usaha

(b) Mendorong terjadinya konsolidasi antar peternak

(c) Melakukan diversifikasi usaha sebagai langkah antisipasi dari kemungkinan gagalnya usaha
ternak.

Dalam rangka peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan, upaya tindak lanjut yang
diperlukan meliputi (1) penumbuhan lembaga pelayanan penyuluhan dan peningkatan
penyuluhan dan pelatihan keterampilan usaha bagi masyarakat perdesaan; (2) fasilitasi penguatan
lembaga dan organisasi berbasis masyarakat di perdesaan berdasarkan identifikasi praktik terbaik
(best practices) dan pembelajaran dari program-program pemberdayaan masyarakat; (3)
pemantapan kelembagaan pemerintahan desa dalam pengelolaan pembangunan perdesaan dengan
prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik; (4) peningkatan partisipasi masyarakat perdesaan
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan perdesaan; (5)
koordinasi pengembangan kelembagaan untuk difusi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
ke kawasan perdesaan; dan (6) peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah dalam
memfasilitasi dan mengoordinasikan peran pemilik kepentingan (stakeholders) dalam
pembangunan kawasan perdesaan (Abdurrahman, 2010).

Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat
petani peternak, antara lain :

a. Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam


mendinamisir kegiatan produktif masyarakat, misalnya berfungsinya HKTI, HNSI , dan
organisasi lokal lainya .
b. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi masyarakat yang terbentuk dan
berperan dalam pengembangan masyarakat tani dan peternak, misalnya

asosiasi dari organisasi petani, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.

c. Kemampuan kelompok petani dan peternak dalam mengakses sumber-sumber

luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar,
permodalan, serta teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di
sinilah maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. Ekonomi jaringan adalah suatu
perekonomian yang menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen, service
provider, equipment provider, cargo, dan sebagainya di dalam jaringan yang terhubung baik
secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis. Ekonomi
jaringan ini harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, jaringan pembiayaan, jaringan usaha
dan perdagangan, jaringan advokasi usaha, jaringan saling belajar, serta jaringan lainnya seperti
hasil temuan riset dan teknologi/inovasi baru, jaringan pasar, infomasi kebijakan dan pendukung
lainnya yang dapat diakses oleh semua dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu ( Sasono,
2000).

d. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok-kelompok


masyarakat, sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik. Di
sini, selain masyarakat sasaran (petani peternak), juga para petugas penyuluh/pendamping
pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan

kompetensi diri sebagai petugas yang mampu memberdayakan , karena banyak diantara mereka
justru ketinggalan kemampuannya dengan kelompok sasarannya.

Untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dalam bidang peternakan maka ada beberapa
Program Pengembangan Agribisnis Peternakan ditujukan untuk mengoperasionalkan kebijakan
pembangunan sistem agribisnis agar seluruh subsistem agribisnis lebih produktif dan efisien
dalam menghasilkan berbagai produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing
baik di pasar lokal maupun pasar domestik. Kegiatan pokok pemberdayaan masyarakat yang
dapat dilakukan antara lain (Abdurrahman, 2010) :

1. Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis melalui bantuan langsung masyarakat dengan


pengusahaan ternak baik sapi, kerbau, kambing, kuda dan unggas.Tujuan utama kegiatan ini
telah bergeser dari tujuan sosial ke Development (Pengembangan) untuk pemberdayaan ekonomi
petani, dari satu paket ke lebih dari satu paket dimaksudkan semata mata untuk pemberdayaan
ekonomi rakyat dan mengembangkan usaha agribisnis.

2. Penguatan kelembagaan agribisnis peternakan dan peningkatan kualitas sumber daya


melalui kegiatan penyuluhan, pembinaan, temu usaha, pelatihan pelatihan sehingga diharapkan
terjadi perubahan pola fikir pelaku agribisnis menjadi lebih inovatif, kreatif dan mandiri.

3. Promosi Investasi dan Penggalian sumbersumber pembiayaan/ permodalan sebagai salah


satu usaha mengatasi ketergantungan anggaran pemerintah dan kemandirian usaha agribisnis
peternakan baik skala usaha kecil, menengah dan Koperasi. Substansi peningkatan layanan
pembiayaan oleh Lembaga Keuangan Mikro, sepert KSP/USP, BMT, BPR/S, bank umum, dan
PKBL-BUMN.

4. Penyederhanaan prosedur perijinan dan memperpendek rantai pemasaran dan tata niaga
komoditi peternakan dalam rangka efisiensi dan pengurangan biaya tinggi dengan memberikan
pelayanan Prima terhadap masyarakat dan Insan Agribisnis.

5. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung produksi peternakan melalui pembuatan infra
struktur pengelolaan sumber air pada kawasan peternakan khususnya lahan kering.
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai pemberdayaan petani peternak melalui kelompok usaha


bersama agribisnis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dan produktifitas melalui pengembangan sumberdaya
manusia, penguasaan teknologi dan penguatan kelembagaan serta perbaikan sarana dan prasarana
ekonomi dan sosial. Penguatan kelembagaan Agribisnis Peternakan dan peningkatan kualitas
Sumber Daya melalui Kegiatan Penyuluhan, Pembinaan, Temu Usaha, Pelatihan pelatihan
sehingga diharapkan terjadi perubahan pola fikir pelaku Agribisnis menjadi lebih inovatif, kreatif
dan mandiri. Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis melalui bantuan langsung masyarakat dengan
pengusahaan ternak baik sapi, kerbau, kambing, kuda dan unggas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 2010. Hasil Evaluasi Program Pembangunan Peternakan Dan Tinjauan Masa
Depan Melalui Perspective Analysis. Dinas pertanian dan kehutanan. http://disnaksulsel.com.
Diakses pada tanggal 23 oktober 2011.

Ahmadi. 2012. Sarjana Membangun Desa Turut Memberdayakan Usaha Peternakan Rakyat.
Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Arifin. 2009. Pemberdayaan Peternak Sapi Pesisir Garut Selatan Melalui Introduksi Pengetahuan
Dalam Kegiatan Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Bandung.

Ekawati T, dkk. 2007. Pengabdian Kepada Masyarakat. Fakultas Peternakan. Universitas


Diponegoro. Semarang.

Hardiyanto. 2007. Komunikasi Pembangunan dan Pemberdayaan. Jurnal transdisiplin


sosiologi,komunikasi, dan ekologi manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. ISSN : 1978-
4333.Vol. 01 No.03.

Hendayana. 2008. Pemberdayaan Petani-Ternak menuju Kemandirian Melalui Wahana


Kelompok Usaha Bersama Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor. Med. Pertanian vol 24 No. 1

Hikmat, Harry, 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat , Humaniora Utama. Bandung

Karsidi. 2008. Pemberdayaan Masyarakat Petani Dan Nelayan Kecil. Semiloka Pemberdayaan
Masyarakat di Jawa Tengah dalam rangka Pelaksanan Otoda, Badan Pemberdayaan Masyarakat
Jateng, di Semarang 4-6 Juni 2002.

Sasono, Adi, 1999. Ekonomi Kerakyatan dalam Dinamika Perubahan, Makalah Konferensi
Internasional Ekonomi Jaringan, Hotel Sangri-La, Jakarta 5-7 Desember.

Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian


Petani, Bogor: Disertasi Doktor Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai