Disusun oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan
dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek/sektor-
sektor kehidupan manusia; dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari
materiil hingga non materiil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka
panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran
yakni dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat.
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah bagaimana pemberdayaan
petani peternak melalui kelompok usaha bersama agribisnis?
BAB II
PEMBAHASAN
Pemberdayaan merupakan suatu kekuatan dalam diri manusia dan merupakan suatu
sumber kreativitas yang ada dalam diri setiap orang secara luas tidak ditentukan oleh orang lain.
Menurut Hikmat (2001), bahwa pemberdayaan peternak merupakan sebuah metode
pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan orang atau masyarakat dapat meningkatkan
kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya atau suatu usaha dalam membantu orang biasa untuk meningkatkan
lingkungannya dengan melakukan aksi kolektif dalam bidang ekonomi, penguatan social atau
pengembangan sector non profit.
a. Manajemen usaha, yaitu pengaturan usaha baik yang sinergis maupun yang sejenis
dikelompokkan sehingga usaha ini dapat membentuk posisi tawar yang kuat dalam memenuhi
permintaan pasar.
Upaya untuk memberdayakan petani peternak melalui wahana Kelompok Usaha Bersama
Agribisnis (KUBA) dihadapkan pada berbagai permasalahan internal dan eksternal, sehingga
perlu dilakukan strategi pemberdayaannya. Strategi pemberdayaan yang dapat ditempuh adalah ;
pertama, pengembangan usaha ternak melalui optimalisasi sumber daya yang dimiliki untuk
meraih peluang ada. Penekanannya lebih difokuskan pada ekspansi (perlusan usaha). Kedua,
mendorong terjadinya konsolidasi antarpetani sehingga berbagai kelemahan yang ada dapat
diatasi. Ketiga, melakukan diversifikasi usaha, dalam hal ini petsni dianjurkan untuk melakukan
diversifikasi usaha (baik vertical maupun horizontal) sebagai langkah antisipasi dari
kamungkinan gagalnya usaha peternakan.
Strategi tersebut secara terintegrasi akan dapat diwujudkan dalam wahana organisasi Kelompok
Usaha Bersama Agribisnis (KUBA). Selanjutnya untuk lebih memberdayakan KUBA perlu
didorong terbentuknya jaringan kelembagaan scara horizontal dengan pelaku agribisnis lainnya
dan diciptakn adanya kepemilikan capital yang dikuasai petani, serta berupaya unrtuk
meningkatkan hubungan kemitraan antarpelaku agribisnis dengan landasan yang bersifat rasional
(Hendayana, 2008).
Pembentukan kelompok petani ternak merupakan salah satu solusi yang tepat dalam
meningkatkan pemberdayaan usaha peternakan rakyat di hampir seluruh wilayah kabupaten/kota.
Berbagai aspek dalam usaha peternakan seperti pengadaan sarana produksi (bibit dan pakan),
pencegahan penyakit ternak dan akses pemasaran dapat dilakukan secara berkelompok dan
bergotong royong, yang pada gilirannya meningkatkan keuntungan dan pendapatan usaha. Untuk
lebih meningkatkan keberdayaan kelompok petani peternak ini memang membutuhkan uluran
tangan dari beberapa instansi dan dinas terkait (Ahmadi, 2012).
Usaha apapun dalam masyarakat diperlukan jaringan kerjasama antara satu dengan yang lainnya.
Kerjasama tersebut dapat berupa saling member atau sebagai penyedia bahan baku ataupun
sebagai pemasar dan pembeli. Masing-masing mempunyai peran dan saling mendukung satu
sama lain.
b. Mendorong adanya modal kelompok dan membangun hubungan dengan pihak lain
e. Memlihara serta mengembangkan nilai-nilai kelompok dan nilai kasih dalam proses belajar
kelompok
KUB
Itik
pemasaran
Jasa pengangkutan
Pengusaha kemasan
Pada gambar 1 terlihat bahwa KUB itik memiliki peranan sebagai wadah sinergitas untuk tiap
bagian usaha yang produktif. Usaha ini saling membutuhkan, dan saling tukar barang produksi.
Ada yang menyediakan barang baku, mengelolah, mengemas, ada jasa pengengkutan yang
menjadi perantara proses pemasaran. Sinergitas usaha tidak lain bertujuan untuk membangun
kebersamaan dalam usaha kelompok bersama (dalam hal ini studi kasus usaha peternakan itik),
sehingga dapat menjadi usaha yang mandiri.
Karsidi (2008) menyatakan bahwa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum
dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat, sebagai
berikut :
Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat
adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti, dibangun pada pengakuan serta kepercayaan
akan nilai dan relevansi pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri.
Konsekuensi dari prinsip pertama adalah perlunya pendamping menyadari perannya sebagai
fasilitator dan bukannya sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta
ketersediaan untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai
narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Bahkan dalam penerapannya
masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran pendamping lebih
besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan
prakarsa kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri.
Salah satu prinsip dasar pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan
pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat
selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan
bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat
tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan
masalah-masalah yang berkembang.
Beberapa pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat (Karsidi, 2008) menuju
kemandirian petani dan nelayan, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :
Karena masing-masing daerah potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga
berbeda antar daerah. Pemberlakuan kebijakan secara seragam untuk semua daerah harus
ditinggalkan.
Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan dan
teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan masyarakat lokal pada input luar serta hilangnya
kepercayaan diri yang sangat serius. Temuan-temuan lokal oleh petani dan nelayan setempat
harus mendapatkan pengakuan sejajar dan dipersilahkan bebas berkompetisi dengan inovasi baru
dari luar. Pola penyuluhan yang bersifat sentralistik, topdown dan linier (Sumardjo, 1999) perlu
diubah menjadi pendekatan yang lebih dialogis dan hadap masalah.
Karena peristiwa ekonomi juga merupakan peristiwa politik atau lebih dikenal dengan politik
ekonomi, maka tindakan yang hanya ber-orientasi memberikan bantuan teknis jelas tidak
memadai. Pemberdayaan yang diperlukan adalah tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat
untuk membebaskan diri dari belenggu kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses
demokratisasi ekonomi. Komitmen para petugas pemberdayaan masyarakat dan lembaga-
lembaga terkait pada pengembangan kemandirian petani peternak merupakan sesuatu yang sangat
diperlukan.
h. Kontrol kebijakan.
Upaya untuk memberdayakan petani peternak melalui wahana Kelompok Usaha Bersama
Agribisnis masih dihadapkan pada berbagai permasalahan internal dan eksternal. Faktor internal
adalah berasal dari dalam diri peternak itu sendiri dan factor eksternal yang berasal dari luar diri
peternak. Adapun masalah yang dihadapi peternak yaitu ketersediaan pakan yang terbatas, skala
usaha relative kecil, dan modal usaha yang kurang memadai. Kelemahan internal pun bermuara
pada ketersediaan modal usaha. Artinya jika modal usaha memadai maka peternak akan mampu
memperbesar skala usahanya secara intensif dengan menyediakan pakan yang cukup, sehingga
akan mendukung pemeliharaan ternak yang berorientasi agribisnis.
Berbagai masalah yang dihadapi peternak cukup menjadi kendala dalam mengembangkan
usahanya. Adapun strategi pemberdayaan yang dapat ditempuh menurut Arifin (2009) adalah :
(a) Mengembangkan usaha ternak melalui optimalisasi sumberdaya yang dimiliki, untuk meraih
peluang yang ada berupa perluasan usaha
(c) Melakukan diversifikasi usaha sebagai langkah antisipasi dari kemungkinan gagalnya usaha
ternak.
Dalam rangka peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan, upaya tindak lanjut yang
diperlukan meliputi (1) penumbuhan lembaga pelayanan penyuluhan dan peningkatan
penyuluhan dan pelatihan keterampilan usaha bagi masyarakat perdesaan; (2) fasilitasi penguatan
lembaga dan organisasi berbasis masyarakat di perdesaan berdasarkan identifikasi praktik terbaik
(best practices) dan pembelajaran dari program-program pemberdayaan masyarakat; (3)
pemantapan kelembagaan pemerintahan desa dalam pengelolaan pembangunan perdesaan dengan
prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik; (4) peningkatan partisipasi masyarakat perdesaan
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan perdesaan; (5)
koordinasi pengembangan kelembagaan untuk difusi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
ke kawasan perdesaan; dan (6) peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah dalam
memfasilitasi dan mengoordinasikan peran pemilik kepentingan (stakeholders) dalam
pembangunan kawasan perdesaan (Abdurrahman, 2010).
Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat
petani peternak, antara lain :
asosiasi dari organisasi petani, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.
luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar,
permodalan, serta teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di
sinilah maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. Ekonomi jaringan adalah suatu
perekonomian yang menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen, service
provider, equipment provider, cargo, dan sebagainya di dalam jaringan yang terhubung baik
secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis. Ekonomi
jaringan ini harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, jaringan pembiayaan, jaringan usaha
dan perdagangan, jaringan advokasi usaha, jaringan saling belajar, serta jaringan lainnya seperti
hasil temuan riset dan teknologi/inovasi baru, jaringan pasar, infomasi kebijakan dan pendukung
lainnya yang dapat diakses oleh semua dan tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu ( Sasono,
2000).
kompetensi diri sebagai petugas yang mampu memberdayakan , karena banyak diantara mereka
justru ketinggalan kemampuannya dengan kelompok sasarannya.
Untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dalam bidang peternakan maka ada beberapa
Program Pengembangan Agribisnis Peternakan ditujukan untuk mengoperasionalkan kebijakan
pembangunan sistem agribisnis agar seluruh subsistem agribisnis lebih produktif dan efisien
dalam menghasilkan berbagai produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing
baik di pasar lokal maupun pasar domestik. Kegiatan pokok pemberdayaan masyarakat yang
dapat dilakukan antara lain (Abdurrahman, 2010) :
4. Penyederhanaan prosedur perijinan dan memperpendek rantai pemasaran dan tata niaga
komoditi peternakan dalam rangka efisiensi dan pengurangan biaya tinggi dengan memberikan
pelayanan Prima terhadap masyarakat dan Insan Agribisnis.
5. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung produksi peternakan melalui pembuatan infra
struktur pengelolaan sumber air pada kawasan peternakan khususnya lahan kering.
PENUTUP
Kesimpulan
Abdurrahman, 2010. Hasil Evaluasi Program Pembangunan Peternakan Dan Tinjauan Masa
Depan Melalui Perspective Analysis. Dinas pertanian dan kehutanan. http://disnaksulsel.com.
Diakses pada tanggal 23 oktober 2011.
Ahmadi. 2012. Sarjana Membangun Desa Turut Memberdayakan Usaha Peternakan Rakyat.
Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Arifin. 2009. Pemberdayaan Peternak Sapi Pesisir Garut Selatan Melalui Introduksi Pengetahuan
Dalam Kegiatan Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Bandung.
Karsidi. 2008. Pemberdayaan Masyarakat Petani Dan Nelayan Kecil. Semiloka Pemberdayaan
Masyarakat di Jawa Tengah dalam rangka Pelaksanan Otoda, Badan Pemberdayaan Masyarakat
Jateng, di Semarang 4-6 Juni 2002.
Sasono, Adi, 1999. Ekonomi Kerakyatan dalam Dinamika Perubahan, Makalah Konferensi
Internasional Ekonomi Jaringan, Hotel Sangri-La, Jakarta 5-7 Desember.