TINJAUAN PUSTAKA
yang memberikan manfaat sosial bagi manusia yang berinteraksi. Aset seperti
inilah yang disebut sebagai modal sosial. Uphoff (1999) menyatakan bahwa
modal sosial adalah akumulasi aset berbagai jenis kognitif sosial, psikologis,
menggambarkan perilaku yang produktif bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Hal lain, modal sosial juga mengacu pada potensi kelompok atau antar kelompok
istilah modal bukan saja mengacu pada modal manusia, modal alam, modal
ekonomi, dan modal fisik tetapi juga modal sosial sebagai kekuatan dalam
pembangunan.
Istilah modal sosial pertama kali dikemukakan pada tahun 1916 oleh Linda
simpati, hubungan sosial antar individu, hubungan sosial dalam keluarga, dan
7
8
tercermin dari perilaku baik, rasa bersahabat, saling simpati, hubungan baik dan
kerjasama yang erat di antara individu dalam keluarga untuk membentuk suatu
Pengertian modal sosial ditelusuri lebih luas oleh sosiolog Pierre Bourdieu
(Ottebjer, 2005) pada tahun 1986 dengan memberikan pengertian modal sosial
sebagai agregat sumber daya potensial yang terkait dalam suatu jaringan ataupun
dari individu anggota dalam jaringan tersebut (Magliola, 2005). Dipertegas oleh
serta didasarkan pada saling kenal dan saling mengakui dipandang sebagai modal
sosial dalam masyarakat. Dua komponen penting modal sosial yaitu (1) adanya
sumber daya yang dihubungkan dengan anggota kelompok dan jaringan sosial dan
(2) adanya kesadaran dan pengakuan yang saling bersama diantara anggota
Konsep modal sosial ditelaah lebih lanjut oleh Coleman (1990) yang
memberikan pengertian modal sosial atas dasar fungsinya. Modal sosial bukan
entitas tunggal tetapi berbagai entitas yang berbeda dengan dua unsur yang sama.
Pengertian modal sosial tersebut menyiratkan bahwa, kedua unsur yang sama
tersebut akan bergabung dalam satu struktur sosial guna menfasilitasi aktivitas
9
Terdapat dua hal penting dari aspek struktur sosial (Kushandajani, 2006)
yaitu (1) aspek struktur sosial yang menciptakan pengukuhan dalam sebuah
pengukuhan dalam jaringan sosial menuntut setiap orang dalam jaringan tersebut
harus melaksanakan kewajiban dan menerima sanksi (2) struktur sosial yang
Dikemukakan pula oleh Lin (1999) bahwa, setiap individu dapat menggunakan
sosio struktural atas dasar kepercayaan, norma, dan sanksi dengan cara diskusi
modal sosial yaitu kewajiban, harapan, saluran informasi, norma dan sanksi yang
timbul dari rasa percaya, adanya arus informasi yang lancar di dalam struktur
sosial, dan adanya norma-norma yang harus ditaati dengan sanksi yang jelas.
difasilitasi oleh adanya koordinasi dan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Modal sosial bukan sebatas hubungan interaksi yang melibatkan faktor perilaku
orang tertentu saja, tetapi juga dapat melibatkan individu dalam kelompok-
kelompok yang membentuk suatu jaringan sosial (Putnam, 1995). Hal ini berarti
10
bahwa, modal sosial mencirikan dua dimensi yaitu (1) komponen struktural
terdiri dari jaringan sosial, assoasiasi, partisipasi dan (2) komponen kognitif
terdiri dari norma bersama, kepercayaan, hubungan timbal balik (Wu at al., 2012).
Definisi modal sosial oleh Putnam (1995) mengacu pada tiga komponen
sebagai komponen penting dari norma-norma yang dibangun dari jaringan sosial
(Qianhong, 2004). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Coleman (1990) bahwa
sebuah kelompok ada kepercayaan yang luas dan lebih dipercaya mampu
kepercayaan yang luas. Oleh karenanya inti daripada modal sosial adalah
kepercayaan yang didasarkan oleh norma-norma yang timbal balik secara umum
balik” dan akan mewujudkan jaringan sosial dan asosiasi dalam suatu kelompok.
Hal yang sama, dikemukakan oleh Woolcock and Narayan (1999) bahwa ciri
penting modal sosial adalah kepercayaan dan hubungan timbal balik yang
keberadaan tertentu suatu set nilai-nilai atau norma bersama diantara anggota
11
kelompok masyarakat yang sama. Modal sosial akan menjadi semakin kuat
apabila dalam satu masyarakat berlaku norma saling balas membantu dan
untuk mengharapkan bahwa orang lain akan berperilaku jujur dan terpecaya, maka
mereka akan datang untuk percaya satu dengan lainnya. Faktor kepercayaan
lebih effisien.
jaringan sosial tersebut diibatkan sebagai lem pengikat antar individu yang
pencapaian tujuan bersama, oleh karenanya modal sosial bersifat produktif yaitu
(Coleman, 1988).
daya sosial untuk aksi kolektif. Aksi kolektif menyiratkan bahwa modal sosial
tidak hanya dibangun oleh satu individu, melainkan terletak pada individu-
12
individu yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk berasosiasi sebagai bagian
penting dari nilai-nilai yang dipegangnya. Modal sosial akan bergantung pada
kapasitas yang ada dalam kelompok untuk membangun sejumlah asosiasi beserta
(2000) memberikan beberapa pendapat para ahli tentang modal sosial, disajikan
Tabel 2.1
Pendapat Para Ahli tentang Modal Sosial
Pendapat Definisi Maksud/tujuan Analisa
ahli
Bourdieu Sumber daya yang Mendapatkan Individu pada
menyediakan Individu modal ekonomi kompetensi
sebagai modal ekonomi ekonomi.
dalam kompetisi ekonomi.
James Aspek struktur sosial untuk Mendapatkan Individu dalam
Coleman menyediakan Individu modal manusia keluarga dan
sebagai modal manusia dalam pelaksana yang
keluarga dan masyarakat. mengembangkan
masyarakat.
Putnam Kepercayaan, norma dan Mendapatkan Wilayah nasional
jaringan untuk menyediakan wilayah effektif
daerah yang efektif yang pada tingkat
memfasilitasi kerjasama nasional yang
demokrasi dan ekonomi. difasilitasi
demograsi dan
ekonomi
Sumber: Winter (2000)
Dasar utama modal sosial terdiri atas empat elemen yaitu (1) difasilitasi
adanya arus informasi, (2) adanya pengaruh satu dengan lainnya, (3) hubungan
sosial, dan (4) interaksi yang terjalin dalam jaringan sosial memberikan
menguatan dan mengukuhan (Lin, 1999). Pada konsep pemikiran ini, penekanan
modal sosial pada struktur hubungan yang saling terikat yang didasarkan oleh
13
elemen utama modal sosial antara lain (1) jumlah orang yang siap untuk
berinteraksi, (2) sejauh mana mereka siap untuk berinteraksi (kekuatan mengikat),
dan (3) apa yang akan dilakukan dari sumber daya yang diakses. Penekanan
menjalin struktur hubungan sosial tersebut. Mengacu pada pendapat Lin (1999)
yang menekankan konsep modal sosial pada struktur hubungan yang saling
terikat, selanjutnya dikembangkan lebih luas lagi oleh Lin and Erickson (2008)
Flassy dkk. (2009) yang menegaskan bahwa acuan nilai dan unsur yang
merupakan roh modal sosial antara lain; sikap partisipatif (kerjasama), sikap
nilai, dan norma. Di samping itu, unsur lain yang penting juga adalah kemauan
membentuk jaringan kerjasama maupun penciptaan kreasi dan ide-ide baru. Atas
dasar pemikiran tersebut, dapat dikatakan bahwa dasar utama modal sosial adalah
struktur hubungan interaksi yang memiliki roh berupa nilai-nilai, norma, saling
14
aspek yaitu nilai, institusi, dan mekanisme. Selengkapnya tiga aspek modal sosial
Gambar 2.1
Aspek Modal Sosial (Suryono, 2012)
oleh perasaan simpati, percaya, kewajiban, norma, yang saling dipertukarkan, dan
tingkah laku, kerjasama, sinergis suatu jaringan sosial untuk mencapai tujuan.
individu dan atau kelompok yang muncul dalam struktur hubungan sosial, dimana
yang timbal balik, adanya kepercayaan, harapan, dan kewajiban pihak-pihak yang
kerjasama dalam bentuk tindakan produktif dalam suatu jaringan sosial untuk
dua komponen penting modal sosial yaitu (1) komponen struktural hubungan
sosial yaitu interaksi sosial yang membentuk jaringan sosial dan (2) komponen
kognitif yaitu kondisi psykis orang yang melakukan interaksi sosial baik berupa
modal sosial dalam pembangunan sangat penting. Hal ini dikarenakan (1) modal
(2) modal sosial sebagai roda yang memungkinkan masyarakat untuk lebih lancar
bergerak, dan (3) modal sosial mengacu pada kehidupan masyarakat. Hal yang
sama disampaikan oleh Coleman (1988) bahwa modal sosial merupakan sumber
bertindak dan memberikan kualitas hidup yang baik. Oleh karenanya, modal
memperlancar upaya komunitas untuk dapat maju, (3) modal sosial dapat
bersama. Oleh karenanya, modal sosial harus didistribusikan antar individu dalam
adanya peran modal sosial dalam pembangunan. Bulu dkk. (2009) menemukan
bahwa modal sosial merupakan faktor utama yang perlu mendapatkan perlakuan
inovasi. Oleh karenanya, untuk meningkatkan kapasitas petani dan tingkat adopsi
inovasi pertanian maka diperlukan revitalisasi modal sosial yaitu penguatan modal
sosial.
peran modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang
sumberdaya yang dimiliki. Di samping itu, setiap individu akan terlibat belajar
pada hubungan antar perilaku manusia dan organisasi, termasuk aturan, jaringan
kognitif lebih berfokus pada sisi psikologis individu, yaitu merunjuk pada norma,
keyakinan. Hal yang sama, disampaikan oleh Ottebjer (2005) bahwa komponen
hubungan antar anggota dalam jaringan kerja baik secara langsung maupun tidak
lain seperti rekan kerja dan pimpinan. Ariani (2008) menyatakan bahwa, akibat
anggota dalam suatu organisasi terhadap individu lain seperti rekan ataupun
pimpinan.
18
penyebaran, interpretasi, dan pemberian arti dari seseorang kepada orang lain.
kesamaan nilai atau paradigma yang sama dengan orang lain sehingga terwujud
hubungan kerjasama.
Tabel 2.2
Kategori Modal sosial
Kelompok Struktur/Organisasi Kognitif/Perilaku
Bentuk Peran Nilai
Jaringan sosial Sikap
Hubungan interpersonal Keyakinan/kepercayaan
Aturan
Prosedur
Jenjang Organisasi sosial Masyarakat
(informal dan formal)
Faktor Hubungan horisontal Solidaritas
Hubungan vertikal Kepercayaan
Aktivitas bersama Nilai/norma
Sumber: Carrol (2001)
Kategori struktural berupa hal-hal yang dapat dilihat secara langsung dan
dapat dilihat (mentalitas) dan berada pada diri individu. Oleh karenanya, kategori
kognitif sangat sulit untuk dapat dirubah melalui intervensi, hal ini disebabkan
pembentukkannya dari akumulasi norma, nilai, sikap yang dipegang erat oleh
Kategori struktur dan kategori kognitif sangat berkaitan dan saling terkait,
tujuan. Walaupun kedua kategori tersebut berbeda, tetapi keduanya saling terkait,
sama mempengaruhi perilaku seseorang baik secara individu dan kelompok dalam
saling berkaitan dan memberikan penguatan satu sama lainnya (Hjøllund and
Svendsen, 2000).
bahwa bidang kajian modal sosial dapat di telaah dalam dua tingkatan yaitu;
tingkat makro dan tingkat mikro. Tingkat makro mengarah pada kelembagaan
suatu organisasi. Tingkatan makro meliputi hubungan formal dan struktur seperti
Kognitif terdiri atas: nilai (kepercayaan, solidaritas, hubungan timbal balik yang
meliputi komposisi dan praktek lembaga tingkat lokal, baik formal maupun
20
praktek tindakan kolektif dan saling jawab. Selengkapnya tingkatan modal sosial
Makro
Hukum
Partisipasi Mikro
Struktural
Kognitif
Peraturan
Desentralisasi
Tipe kelompok
Gambar 2.2
Tingkatan Modal Sosial (Shrader and Krishna, 1999)
kelompok (1) Bonding social capital, (2) Bridging social capital, dan (3) Linking
social capital. Bonding social capital yaitu ikatan modal sosial yang
dekat, kelompok etnik, kelompok keagamaan, teman dekat dan tetangga. Pada
situasi ini, hubungannya sangat tertutup, kuat, dan interaksi hubungan berkali-
kepercayaan kuat, serta latar belakang sosial sama. Oleh karenanya, proses
hubungan diantara orang-orang yang tidak dekat dan berbeda. Bentuk ikatan
tersebut, seperti persahabatan yang tidak erat, dan rekan kerja. Pada hubungan
ini, kekuatan hubungan tidak terlalu kuat namun ada kesempatan untuk dapat
berbeda maka kegiatan dan pemecahan masalah harus dilakukan secara bersama-
Linking social capital, yaitu ikatan modal sosial yang menjangkau orang-
orang yang sangat berbeda, bahkan berada di luar komunitasnya. Bentuk ini
biasanya memberikan akses kepada organisasi atau sistim yang akan membantu
bank, ataupun lembaga penyandang dana yang ada di dalam atau luar masyarakat.
Pada kelompok ini, kepercayaan terhadap pimpinan, akan sangat berdampak pada
Ciri-ciri pada dua dimensi modal sosial yaitu bonding social capital dan
Tabel 2.3
Dimensi Modal Sosial
Bonding social capital Bridging social capital
1. Terikat/ketat, saingan yang 1. Terbuka.
eksklusif. 2. Memiliki jaringan yang lebih
2. Perbedaan yang kuat antara fleksibel.
’orang kami’ dan ’orang luar’. 3. Toleran.
3. Hanya ada satu alternatif 4. Memungkinkan untuk memilki
jawaban. banyak alternatif jawaban dan
4. Sulit menerima arus perubahan. penyelesaian masalah.
5. Kurang akomodatif terhadap 5. Akomodatif untuk menerima
pihak luar. perubahan.
6. Mengutamakan kepentingan 6. Cenderung memiliki sikap yang
kelompok altruistik, humanitaristik, dan
7. Mengutamakan solidaritas universal.
8. Kelompok
Sumber: Flassy dkk. (2009)
dimana pada ikatan yang demikian sangatlah sulit untuk menerima arus perubahan
Menurut Stone (2000) modal sosial dapat diketahui sebagai (1) konsep
norma-norma timbal balik. (2) memahami modal sosial sebagai sumber daya
untuk bertindak dalam suatu proses interaksi, (3) secara empiris dapat
membedakan antara modal sosial dan hasil-hasilnya akibat modal sosial. Konsep
modal sosial tersebut terletak pada struktur hubungan sosial (jaringan sosial) dan
Selanjutnya dipertegas pula oleh Stone (2000) bahwa, inti dan karakteristik modal
23
sosial terdiri atas dua komponen yaitu struktur hubungan sosial dan kualitas
Tabel 2.4
Inti dan Karakteristik Modal Sosial
Struktur hubungan sosial: jaringan Kualitas hubungan sosial: norma-norma
Tipe : Informal - Formal Norma kepercayaan : Kepercayaan
sosial, kepercayaan lembaga.
Ukuran : Batasan yang tertentu
beberapa ahli antara lain; Coleman (1990), Putnam (1995), Fukuyama (1997),
Stone (2000), Ottebjer (2005), Lin dan Erickson (2008), maka terdapat tiga unsur
penting modal sosial yaitu kepercayaan, norma sosial, dan jaringan sosial. Ketiga
2.5.1 Kepercayaan
kepada orang lain untuk bertindak atau memberikan respon seperti yang
harapan bahwa orang atau organisasi akan bertindak dengan cara yang diharapkan
akan berperilaku kepadanya pada beberapa kesempatan (Qianhong, 2004). Hal ini
menunjukkan kesediaan untuk menjadi peduli terhadap orang lain sebagai salah
satu pihak akibat dari konsekuensi dari keyakinan yang dibangun, supaya niat
struktur hubungan sosial didasarkan oleh adanya perasaan tanggung jawab untuk
melakukan hubungan timbal balik atas dasar kepercayaan guna mencapai tujuan
sebuah sistem yang menghubungkan interaksi. Hal ini didasarkan pada harapan
bahwa orang atau organisasi akan bertindak dengan cara yang diharapkan atau
sosial dan pembentukkan harapan sosial kepada orang lain di dalam suatu
25
kelompok atau lembaga orang tersebut hadir, serta sebagai suatu set dasar untuk
mengerti orang lain. Pemahaman orang lain melalui proses pembelajaran sosial
lain yang dipelajari sebagai teladan atau contoh yang perlu ditiru.
dari norma timbal balik dan jaringan sosial. Keterikatan dan kepatuhan anggota-
anggota masyarakat pada norma sosial memberikan hubungan timbal balik dalam
satu kesepakatan aturan yang dipedomani dan dilakukan. Hal ini akan
sosial. Hal yang sama dikemukakan oleh Coleman (1988) bahwa kepercayaan
merupakan salah satu kunci komponen modal sosial. Modal sosial terbentuk
norma timbal balik, keadilan, kerjasama, dan manfaat yang diperoleh pada
modal sosial yang paling penting sebagai landasan dalam membina kemitraan.
Hal lainpun, kepercayaan bersifat dinamis karena kepercayaan dapat tumbuh dan
26
Ada tiga hal penting dalam kepercayaan yaitu (1) hubungan antara dua
orang atau lebih, (2) harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang
kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak, dan
(3) interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud
(Saifuddin, 2008).
yang merupakan patokan perilaku yang mendorong dan mengatur individu atau
biasanya diberikan sanksi yang telah disepakati dalam masyarakat, dimana sanksi
dapat berbentuk material maupun tindakan sosial. Di sisi lain, norma merupakan
penjabaran nilai-nilai secara terinci ke dalam bentuk tata aturan atau tata kelakuan
seseorang atau masyarakat yang bersumber pada nilai. Sedangkan, nilai adalah
merupakan hal yang dianggap baik atau buruk atau sebagai penghargaan yang
diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang mempunyai daya guna bagi
kehidupan bersama. Dengan kata lain, norma adalah wujud konkrit dari nilai yang
merupakan pedoman, berisi suatu keharusan bagi individu atau masyarakat, dapat
27
juga norma dikatakan sebagai cara untuk melakukan tindakan dan perilaku yang
Pengelompokkan norma sosial atas dasar (1) daya ikat, (2) aturan perilaku
tertentu, (3) resmi tidaknya, dan (4) pola hubungan (Lawang, 1986). Norma
sosial atas dasar daya ikat terbagi atas (1) cara, yaitu norma yang paling lemah
daya ikatnya karena orang yang melanggar akan mendapatkan sanksi cemoohan
atau ejekan, (2) kebiasaan, yaitu aturan dengan kekuaran mengikat yang lebih kuat
menyadari perbuatannya, (3) tata kelakuan, yaitu secara sadar atau tidak sadar
biasanya mendapatkan sanksi masyarakat, dan (4) adat istiadat, yaitu tata
kelakuan yang kekal serta terintegrasi kuat dengan pola perilaku masyarakat.
Anggota masyarakat yang melanggar norma adat akan mendapatkan sanksi tegas.
Norma sosial atas dasar perilaku tertentu terbagi atas, (1) norma agama,
yaitu ketentuan hidup yang biasanya bersumber dari agama, (2) norma kesusilaan,
yaitu petunjuk atau ketentuan yang berasal dari hati nurani, moral, (3) kesopanan,
yaitu tata krama aturan sopan santun menyangkut kehidupan dalam masyarakat,
(4) norma kebiasaan, yaitu petunjuk hidup dan perilaku yang diulang ulang dalam
bentuk yang sama, dan (5) norma hukum, yaitu ketentuan tertulis yang mengatur
Atas dasar resmi atau tidaknya, norma sosial terbagi atas (1) norma formal,
yaitu aturan yang berisikan perintah atau larangan yang dirumuskan dan
28
diwajibkan dengan jelas dan tegas oleh pihak berwenang kepada seluruh warga
Norma atas dasar pola hubungan terbagi atas (1) norma yang mengatur
pribadi manusia, yaitu menyangkut pengendalian diri individu yang terdiri atas
kepercayaan dan norma kesusilaan, dan (2) norma hubungan antar pribadi, yaitu
masyarakat (Inayah, 2012). Oleh karenanya, norma sosial sebagai salah satu
masyarakat harus terbagi oleh lebih dari satu orang sebagai aturan perilaku atau
standar perilaku yang diharapkan dapat dipahami, dibagi dan atau dipegang oleh
yang merupakan nilai-nilai budaya yang melekat pada masyarakat. Sisi lain,
adanya seperangkat nilai-nilai moral yang memadai, dipegang dan dianut dalam
Sifat norma sosial menurut Saifuddin (2008) antara lain: (1) norma muncul
memberikan keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran
sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu, norma yang muncul disini,
bukan terjadi melalui satu pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali
pertukaran yang saling menguntungkan dan ini dipegang terus menerus menjadi
sebuah kewajiban yang harus dipelihara. (2) norma bersifat resiprokal, artinya isi
norma menyangkut hak dan kewajiban kedua belah pihak yang dapat menjamin
keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar
norma ini yang berdampak pada berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak,
akan diberi sanksi negatif yang sangat keras, dan (3) jaringan yang terbina lama
dan menjamin keuntungan kedua belah pihak secara merata, akan memunculkan
norma keadilan, dan akan melanggar prinsip keadilan akan dikenakan sanksi yang
keras juga.
bertujuan untuk terjalin interaksi antar individu dan atau kelompok guna
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Adanya interaksi antar individu dan atau
sosial ini tercipta melalui jaringan sosial. Dengan kata lain, adanya jaringan sosial
Jaringan sosial didefinisikan sebagai suatu set hubungan antar individu dan
atau kelompok (Kadushin, 2004). Jaringan sosial juga dapat dilihat sebagai
hubungan pribadi yang dikumpulkan ketika sesorang berinteraksi satu sama lain
dalam keluarga, tempat kerja, lingkungan, asosiasi lokal dan berbagai tempat
diantara individu (kawan akrab, hubungan romantis, dan sahabat), (2) jaringan
atau kelompok (hubungan pemimpin dan bawahan serta hubungan antar tenaga
kerja), dan (4) jaringan hubungan yang melibatkan keanggotaan dalam suatu
terbagi atas (1) ego-centric networks, yaitu jaringan sosial yang menghubungkan
individu dengan individu, (2) socio-centric networks, yaitu jaringan sosial yang
bersifat tertutup bagi anggota-anggota kelompok tertentu saja, dan (3) open-
system networks, yaitu jaringan sosial yang tidak memiliki batasan dalam
jaringan sosial apabila terdapat kepadatan, isi sesuai konteks, rentang, frekuensi,
Jaringan informal terbentuk secara spontan, tidak diatur pertukaran informasi dan
horizontal dan vertikal hubungan dan dibentuk oleh berbagai faktor lingkungan,
kepercayaan dan norma. Konsep jaringan sosial dalam modal sosial lebih
menfokuskan pada aspek ikatan antar simpul yang bisa berupa hubungan antar
Komponen jaringan sosial sangat berkaitan dengan modal sosial, hal ini
dapat diindikasikan bahwa modal sosial sebagai kombinasi dari ukuran jaringan,
hubungan kekuatan, dan sumber daya yang dimiliki oleh orang-orang dalam
32
Flassy dkk. (2009) menyatakan bahwa dimensi inti telaah modal sosial
suatu jaringan guna mencapai tujuan bersama. Kerjasama diwarnai oleh pola inter
relasi yang timbal balik dan saling menguntungkan serta dibangun diatas
kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif
dan kuat. Oleh karenanya, jaringan sosial menjadi fasilitator dalam mendukung
kerjasama yang kuat. Semakin kuat jaringan sosial yang terbentuk maka semakin
kuat pula kerjasama dan kepercayaan yang ada di dalamnya, dan selanjutnya akan
2.6 Pengetahuan
menimbulkan hasrat keinginan untuk mencari tahu. Proses mencari tahu inilah
sebagai hasil dari proses usaha manusia untuk tahu, atau isi pikiran manusia dari
menterjemahkan obyek pengamatan tersebut. Atas dasar hasil kerja otak, maka
subyek yang mengetahui, obyek yang diketahui, dan kegiatan pengetahuan itu
rasio untuk dapat menangkap obyek. Obyek yang diketahui merupakan segala
sesuatu yang dapat diamati dan ditanggap oleh indera sebagai stimulus yang hadir.
dimensi pengetahuan terbagi atas, (1) pengetahuan faktual, yaitu elemen dasar
besar. Pengetahuan ini terdiri dari pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori,
34
prinsip dan generalisasi, serta teori, model dan struktur, (3) pengetahuan
lengkap. Pengetahuan ini terdiri dari pengetahuan strategi, operasi kognitif, serta
kritikan atas obyek, dan (6) membuat, yaitu merumuskan, merencanakan atau
merancang sesuatu hal tentang obyek yang diamati (Krathwohl, 2002). Tingkatan
tinggi yaitu membuat atau merancang sesuatu obyek untuk dipergunakan dalam
2.7 Sikap
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap obyek tersebut. Hal ini berarti,
penekanan sikap pada bentuk atau reaksi perasaan yang diberikan individu
menyiratkan bahwa Thurstone (1932) melihat sikap hanya pada tingkatan afektif
saja, dan belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Obyek psikologis dapat
berupa symbol, slogan, kelembagaan, orang, ide, frase dimana melalui interaksi
kondisi mental dan kesiapan mental yang diperoleh dari pengalaman pribadi yang
semua obyek dan situasi yang terkait. Pendapat Allport (1935) menekankan
bahwa, sikap merupakan proses psykologis (mental) yang dialami seseorang dan
obyek. Hal lainpun, sikap merupakan disposisi untuk bertindak yang dibangun
oleh adanya integrasi berbagai tanggapan yang dimulai oleh kerja “jendela set
36
saraf” yang diaktifkan akibat stimulus tertentu yang hadir dalam lingkungan.
Pada kondisi ini, sikap menggambarkan pola pikir atau kecenderungan untuk
memberikan respon, atau dengan kata lain sikap baru jadi persiapan dan bukan
orang, benda ataupun peristiwa yang berada di sekitar lingkungannya. Hal ini
berarti bahwa, sikap sebagai reaksi evaluatif yang diberikan seseorang terhadap
pengamatan yang dilalui melalui proses kognitif, afektif, dan perilaku. Sikap
Respon kognitif
Respon perilaku
Gambar 2.3
Sikap Sebagai Hasil Evaluasi (Byrka, 2009)
37
Proses sikap dimulai dengan adanya stimulus yang dihadirkan dari obyek,
respon atas obyek tersebut. Wujud respon terdiri atas respon kognitif, respon
afektif, dan respon perilaku. Respon kognitif merupakan keyakinan yang dimiliki
individu terhadap obyek yang telah dipikirkan melalui proses pemikiran (otak).
keyakinan dan ide terhadap obyek sikap. Respon kognitif berorientasikan pada
(Maio and Haddock, 2010). Fazio and Olson (2003) menyatakan bahwa, respon
kognitif merupakan nilai harapan yang hadir dari atribut obyek pengamatan. Hal
dimanifestasikan dalam bentuk perasaan atau emosional. Fasio and Olson (2003)
emosional biasanya merupakan aspek sikap yang berakar paling dalam dan
bertahan lama pada diri seseorang. Sebagai akibatnya terkadang respon afektif
sebagai akumulasi dari respon kognitif setelah melalui pemikiran dan respon
diambil seseorang secara utuh dalam menanggapi stimulus yang diberikan obyek
obyek sikap. Ketiga komponen respon sikap tersebut, menunjukkan bahwa sikap
tentang tiga komponen model sikap yaitu perasaan, pikiran, dan tindakan.
PERASAAN
PIKIRAN TINDAKAN
Gambar 2.4
Tiga Komponen Model dari Sikap (Pickens, 2005)
komponen sikap harusnya selaras dan konsisten untuk membentuk pola arah sikap
yang seragam menuju wujud perilaku tindakan nyata. Apabila salah satu dari
komponen sikap tidak konsisten satu sama lain, maka akan terjadi
Ketiga komponen sikap menurut Olson and Maio (2003) mencirikan sifat
belum tentu kebenarannya dan akan ditunjukkan oleh keputusan akhir yang
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal
psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses
kesadaran yang sifatnya individual. Hal ini berarti, proses sikap terjadi secara
subyektif dan unik pada diri setiap individu. Adanya sikap subyektif dari setiap
individu dikarenakan setiap individu memiliki norma dan nilai yang melekat pada
memberikan penegasan bahwa dua hal penting daripada sikap yaitu (1) berbeda
dalam arah sikap yaitu arah positif/negatif/netral dan (2) berbeda dalam kekuatan
Hal ini menunjukkan bahwa sikap sangatlah subyektif dan sangat bergantung dari
terhadap objek yaitu menyenangkan atau tidak, (2) Intensitas yaitu mengacu pada
perasaannya, (4) Sikap tidak diwarisi oleh individu tetapi diperoleh selama proses
interaksi dengan obyek, (5) Sikap menjadi stabil selama jangka waktu tertentu,
namun juga dapat permanen dan menentukan perilaku masa depan dari seseorang,
(6) Sikap tidak terbentuk dalam ruang hampa yaitu sikap terbentuk dalam
hubungan dengan beberapa objek, orang atau situasi, (7) Wujud sikap terdiri atas
afektif mengacu pada perasaan, kognitif untuk pengetahuan dan perilaku untuk
bertindak, dan (8) Sikap seseorang tidak dapat diketahui secara langsung tetapi
pendapat.
Olson and Maio (2003) mengemukakan fungsi sikap, yaitu (1) penilaian
terhadap obyek pengamatan. Fungsi sikap ini mengacu pada kemampuan sikap
mengidentifikasi orang lain dalam sistim sosial, dan (3) eksternalisasi. Fungsi
Sebaliknya, Maio and Haddock (2010) mengemukakan fungsi sikap, antara lain:
41
(1) pengetahuan yaitu kemampuan sikap untuk mengatur informasi tentang obyek
meminimalkan konsekuensi negative dari obyek sikap, (3) ego yaitu sikap dapat
berfungsi melindungi harga diri seseorang atau sikap berfungsi dalam ekspresi
diri, dan (4) nilai ekspresi yaitu sikap dapat melayani fungsi nilai ekspresi
ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal individu berupa daya pilih
seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh yang datang dari luar), dan
faktor eksternal berupa interaksi sosial yang terjadi di dalam lingkungan sosial.