KIMIA ORGANIK II
Program Studi S1 Farmasi
Disusun oleh:
Khoirun Nisyak, S.Si., M.Si.
A’yunil Hisbiyah, S.Si., M.Si.
KATA PENGANTAR
Petunjuk Praktikum Kimia Organik adalah buku petunjuk tata laksana praktikum
Kimia Organik mahasiswa Program Studi S1 Farmasi STIKes RS Anwar Medika semester
III. Petunjuk Praktikum ini bukan merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu daftar
pustaka untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan demikian praktikan diharapkan tetap
untuk mempelajari buku-buku Kimia Organik lain guna menambah pengetahuan dan
memperkuat pemahaman atas modul-modul yang dikerjakan.
Praktikum Kimia Organik yang dilaksanakan terdiri atas 8 materi percobaan meliputi
pengenalan alat, rekristalisasi, isolasi dengan soxhlet, destilasi sederhana, isolasi minyak
atsiri, isolasi kafein dengan ekstraksi cair-cair, identifikasi senyawa dengan kromatografi
lapis tipis, sintesis asetanilida, dan sintesis iodofrom. Praktikum kimia organik ini akan lebih
menjelaskan teknik-teknik dasar laboratorium untuk mengisolasi, mengindentifikasi senyawa
organik bahan alam, dan sintesis senyawa sederhana.
Penyusunan Petunjuk Praktikum Kimia Organik ini masih banyak kekurangan dan
perlu adanya penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun, sebagai bahan perbaikan di masa mendatang.
Semoga Petunjuk Praktikum Kimia Organik ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
memerlukannya.
ii
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
DAFTAR ISI
iii
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Laporan
1. Laporan dibuat sesuai petunjuk yang dilampirkan dalam buku petunjuk praktikum.
2. Laporan diserahkan paling lambat 1 hari setelah praktikum dilaksanakan.
Kehadiran
1. Semua praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum dari mulai pengarahan,
responsi, dan praktikum itu sendiri.
2. Jika tidak hadir pada saat pengarahan maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum
iv
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Penilaian
Hal yang dinilai adalah :
1. Pretest 15%
2. Keaktifan dan Keterampilan 25%
3. Laporan praktikum 30%
4. Ujian Akhir Praktikum 30%
Pemecahan Alat
1. Setiap peralatan gelas yang dipecahkan harus diganti dengan jenis, merek, dan ukuran
yang sama.
2. Penggantian alat yang dipecahkan paling lambat 2 minggu setelah pemecahan.
3. Jika hingga akhir semester peralatan gelas tidak diganti, maka nilai praktikum tidak akan
dikeluarkan (E)
v
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Laboratorium Kimia bukan tempat yang berbahaya, sepanjang kita bekerja dengan hati-hati
mengikuti teknik yang benar. Untuk itu hendaknya ditaati aturan-aturan yang berlaku.
API
Api harus dihindari, semua senyawa organik bersifat volatile (mudah menguap) dan
mudah terbakar, karena itu hindarkan pemakaian api terbuka. Pakailah waterbath atau
heating mantle.
Api di meja seringkali mudah dimatikan dengan lap basah, hati-hati jika ingin memakai
pemadam api, jangan mengenai orang lain.
Pakaian terbakar, penting sekali untuk membaringakan dan menggulirkan penderita.
Tetap berdiri akan membahayakan pernapasan dan mata penderita. Dilarang memakai
pemadam api, pakailaih shower.
BAHAN KIMIA
Selain bahaya kebakaran oleh pelarut organik, bahan – bahan kimia dianggap berbahaya
karena korosif dan beracun. Karena itu perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
Jika terkena bahan kimia korosif, baik pada kulit ataupun mata, cepat cuci dengan air
sebanyak-banyaknya, kemudian minta bantuan pengawas.
Jangan mencoba mencicipi apapun ataupun mencium langsung asap/uap dari mulut
tabung, tapi kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka anda.
Jangan memipet dengan mulut larutan-larutan korosif seperti asam-asam kuat (HCl pekat,
H2SO4 pekat, HNO3 pekat) basa-basa kuat (NaOH pekat, KOH pekat), dan larutan zat –
zat beracun (NaCN, air brom, dan lain-lain.
Jangan menggosok – gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang mungkin
sudah terkontaminasi bahan kimia.
Bahan-bahan kimia dengan uap beracun atau merangsang selalu ditempatkan di lemari
asam. Semua pekerjaan yang menggunakan bahan-baha tersebut, harus dilakukan dalam
lemari asam tersebut.
Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke dalam air, tidak sebaliknya.
Beberapa bahan kimia memerlukan penanganan khusus, seperti asam dan basa pekat,
bromine, dimetil sulfat, fenol, sianida, H2S, pelarut beracun seperti diklorometana, dan
pelarut-pelart yang mudah terbakar seperti aseton.
vi
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERALATAN GELAS
Kecelakaan karena kurang hati – hati dalam penanganan bahan gelas dihindari dengan
memperhatikan hal – hal berikut:
Ujung gelas harus tumpul tidak tajam
Sebelum memasang sumbat karet atau gabus pada pipa gelas, pastikan bahwa lubang
cukup besar dan telah dibasahi. Pegang gabus di antara ibu jari dan telunjuk, tidak telapak
tangan. Rangkum pipa gelas dekat ujungnya yang akan disumbat dan dorong pipa dengan
tekanan secukupnya. Gliserin lebih bagus sebagai pelumas dibanding air.
Jangan melepas sumbat dengan kekerasan dari pipa gelas. Jika perlu, potong sumbat atau
tarik dengan bor gabus.
Jangan coba memaksa memasukkan gabus yang terlalu besar.
Disamping hal – hal yang telah disebutkan diatas, untuk berhasilnya praktikum perlu
diperhatikan:
Alat-alat praktikum harus bersih dan kering
Pelajari dan pahami cara-cara penggunaan alat-alat.
Pada setiap praktikum harus disiapkan program kerja secara matang, termasuk cara kerja.
Bila ada kesukaran selama percobaan, dapat ditanyakan pada pengawas praktikum.
Catatlah hasil-hasil percobaan pada buku kerja dan kemudian buatlah laporan yang rapi
dan benar.
vii
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
1. Tujuan Percobaan
2. Dasar Teori : tidak sama dengan yang ada di buku petunjuk praktikum, cari referensi lain.
3. Dasar Reaksi dan Perhitungan (jika ada)
4. Tinjauan bahan
5. Metodologi percobaan
- Alat (dalam bentuk paragraf)
- Bahan (dalam bentuk paragraf)
- Prosedur kerja (dalam bentuk diagram alir dan ditulis dengan kalimat pasif)
- Rangkaian Alat
6. Data Hasil Percobaan (berisi data pengamatan yang diperoleh dan perhitungan)
7. Pembahasan
- Prinsip Percobaan
- Analisa Prosedur
- Analisa Hasil
8. Kesimpulan
9. Daftar Pustaka (minimal 5 pustaka, dilarang menggunakan pustaka Wikipedia, blogspot,
wordpress)
10. Lampiran, berisi dokumentasi hasil percobaan dan perhitungan (jika ada)
11. Jurnal
Catatan :
- Laporan ditulis di buku folio bersampul warna atau sesuai dengan kesepakatan kelas.
- Laporan dikumpulkan maksimal 2 hari setelah percobaan dilakukan.
- Keterlambatan pengumpulan laporan berakibat pada pengurangan nilai laporan sebanyak
50%.
- Laporan sifatnya perseorangan sehingga hanya metodologi percobaan yang sama dengan
orang lain. Apabila ada kesamaan laporan dengan praktikan lain, maka dianggap tidak
membuat laporan.
viii
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Silverstein, R.M., F.X. Webster, and D.J. Kiemle, 2005, Spectrometric Identification of
Organic Compounds, John Willey & Sons, Inc., New York.
Sumber pustaka Jurnal Ilmiah
Chuah, G.K., Liu, S.H., Jaenicke, S., and Harisson, L.J., 2001, Cyclisation of Citronellal to
Isopulegol Catalysed by Hydrous Zirconia and Other Solid Acids, Journal of Catalysis,
200, 352 – 359.
Tabel Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
ix
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN I
REKRISTALISASI
Tujuan Percobaan
Mempelajari metode pemurnian senyawa organik dan prinsip rekristalisasi
Landasan Teori
Pemurnian senyawa organik padat dapat dilakukan dengan kristalisasi
(rekristalisasi) menggunakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pemurnian
padatan dengan rekristalisasi berdasarkan pada perbedaan kelarutan antara padatan yang
akan dimurnikan dan pengotornya pada suatu pelarut tertentu. Prinsip umum yang berlaku
dalam proses kristalisasi adalah padatan yang dapat larut pada pelarut panas, pada
temperatur yang lebih rendah kelarutannya berkurang (menjadi kurang larut).
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada proses rekristalisasi adalah:
1. Melarutkan padatan ke dalam pelarut yang panas (mendidih).
2. Melakukan penyaringan panas (penyaringan larutan dalam keadaan panas) untuk
memisahkan padatan pengotor yang tidak terlarut.
3. Membiarkan filtrat panas menjadi dingin, sehingga terjadi pembentukan kristal
kembali.
4. Memisahkan kristal dari cairan penyaring.
5. Mengeringkan kristal dan pengujian kemurnian kristal yang diperoleh dengan
penentuan titik leleh padatan.
Keberhasilan dalam rekristalisasi sangat trgantung pada pelarut yang dipakai,
sehingga pelarut yang baik harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Pelarut tidak menimbulkan reaksi terhadap padatan organik yang dimurnikan
2. Kelarutan padatan organik cukup tinggi ke dalam pelarut pada keadaan panas (titik
didih pelarut). Sebaliknya kelarutannya relatif sangat kecil pada temperatur rendah.
3. Mudah dipisahkan dari kristal dengan cara penguapan.
4. Kelarutan pengotor ke dalam pelarut sangat kecil terutama pada temperatur tinggi.
5. Murah dan tidak berbahaya.
Metodologi Percobaan
Alat
Hot plate stirrer
Pengaduk magnet
Gelas arloji
Neraca analitik
Labu Erlenmeyer
Corong Buchner
Oven
Penangas es
Bahan
Asetanilida
1
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Karbon aktif
Aquades
Kertas saring
Prosedur Kerja
Timbang asetanilida sebanyak 2 gram
Larutkan dengan aquades panas sebanyak 100 mL
Tambahkan karbon aktif sebanyak 1 gram
Panaskan larutan tersebut pada suhu 60 oC sambil menutup bagian atas labu dengan
gelas arloji, sambil dilakukan pengadukan selama 10 menit
Saring filtrat yang terbentuk dengan corong Buchner
Dinginkan filtrate yang diperoleh dalam penangas es
Saring kristal yang terbentuk
Keringkan kristal pada suhu 80 oC hingga diperoleh massa yang konstan
Timbang kristal yang diperoleh dan hitung rendemennya
Rendemen Kristal
% kristal = massa sesudah rekristalisasi (g) x 100%
massa sebelum rekristalisasi (g)
2
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN II
ISOLASI MINYAK KEMIRI DENGAN EKSTRAKSI SOXHLET
Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik isolasi minyak kemiri dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet
Landasan Teori
Metode yang digunakan untuk isolasi minyak kemiri adalah ekstraksi padat-cair,
atau lebih dikenal dengan istilah ekstraksi soxhlet. Metode ekstraksi menggunakan
soxhlet sering digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa bahan alam.salah satu
kelebihan adalah tidak menggunakan solven atau pelarut dalam jumlah yang banyak.
Senyawa yang terkandung dalam bahan alam akan terlarut pada pelarut yang memiliki
sifat kepolaran yang sama dengan senyawa tersebut.
Metodologi Percobaan
Alat
Set alat ekstraktor soxhlet
Kertas saring
Hot plate stirrer
Magnetic stirrer
Pompa air
Bahan
Kemiri 150 gram
Pelarut n-heksana
Batu didih
Es batu
3
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Prosedur Kerja
Rajang kemiri dengan potongan kecil-kecil
Timbang sampel kencur sebanyak 50 gram
Masukkan ke dalam kertas saring dan jahit menggunakan benang, gunakan sebagai
timbel
Masukkan timbel tersebut ke dalam ekstraktor soxhlet
Masukkan pelarut n-heksana sebanyak 150 mL ke dalam labu ekstraktor
Masukkan batu didih dan pengaduk magnet ke dalam labu berisi n-heksana
Rangkai set alat ekstraktor soxhlet
Panaskan alat pada temperatur 150 oC sambil dilakukan pengadukan
Lakukan ekstraksi hingga 10 kali siklus
Matikan alat pemanas, dinginkan filtrat pada suhu ruang
Simpan filtrat ekstraksi dalam lemari pendingin
4
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN III
DISTILASI SEDERHANA
Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik-teknik distilasi sederhana beserta prinsip pemisahannya
Landasan Teori
Distilasi merupakan salah satu metode untuk memurnikan zat cair berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Suatu zat cair mengandung atom-atom atau molekul yang
tersusun berdekatan namun masih dapat bergerak bebas dengan energi yang berlainan.
Ketika suatu moelkul zat cair mendekati perbatasan fasa uap-cair, maka molekul tersebut,
jika memiliki energi yang cukup, dapat berubah dari fasa cair menjadi fasa gas. Hanya
molekul-molekul yang memiliki energetika yang cukup yang dapat mengatasi gaya yang
mengikat antar molekul dalam fasa cair sehingga dapat melepaskan diri ke dalam fasa
gas. Fasa gas yang terbentuk ini akan mengalami kondensasi menjadi fasa cair ketika
melewati kondensor. Aplikasi distilasi sederhana ini digunakan untuk memisahkan
senyawa hasil ekstraksi dengan pelarutnya.
Metodologi Percobaan
Alat
Set alat distilasi
Heating mantle
Thermometer
Gelas ukur
Refraktometer
Pompa air
Corong buchner
Bahan
Filtrat hasil ekstraksi soxhlet
Batu didih
Kertas saring
5
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Prosedur kerja
Rangkai alat distilasi sederhana
Hubungkan kondensor dengan selang air yang telah tersambung di pompa air
Masukkan filtrat hasil ekstraksi soxhlet dan batu didih ke dalam labu distilasi
Nyalakan heating mantle, set temperatur pemanasan >70 oC
Lakukan destilasi hingga seluruh pelarut n-heksana menguap
Lakukan uji indeks bias antara pelarut dan filtrat pekat
6
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN IV
ISOLASI MINYAK ATSIRI (DISTILASI UAP)
Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik isolasi minyak atsiri dari tanaman dengan metode distilasi uap
Landasan Teori
Minyak atsiri atau disebut juga minyak eteris adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri maupun komponen-komponen penyusun
minyak atsiri merupakan salah satu kimia bahan alam yang mempunyai beberapa
kegunaan, yaitu sebagai bahan farmasi, kosmetik, “flavoring agent” dalam bahan pangan
atau minuman, parfum dan sebagai pencampur rokok kretek serta kegunaan lain
tergantung dari struktur senyawa penyusun minyak atsiri.
7
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
bertingkat melaikan harus didestilasi dengan destilasi uap. Uap air yang dialirkan
kedalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dimaksudkan untuk
menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah
daripada titik didih komponen-komponennya.
Metodologi Percobaan
Alat
Labu pemanas air
Set alat distilasi sederhana
Corong pisah
refraktometer
Bahan
Daun jeruk purut atau tanaman lain yang berorama
n-heksana
natrium sulfat
aquades
Prosedur Kerja
Panaskan air pada labu pemanas
Daun jeruk purut di cincang kasar dan d kering anginkan
Timbang sampel kering sebanyak 50 gram
Rangkai set alat distilasi uap
Sambungkan aliran uap air dari labu pemanas ke labu berisi sampel
Lakukan destilasi uap selama kurang lebih 3 jam, amati kondisi air pada pemanas air,
jangan sampai kosong
Tampung destilat pada corong pisah
Pisahkan fasa organik dengan fasa cair
Keringkan dengan natrium sulfat, lakukan dekantasi
Timbang massa minyak atsiri yang diperoleh
Hitung rendemen minyak yang diperoleh
Lakukan pengujian indeks bias pada minyak yang diperoleh
8
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
9
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN V
ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH
Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik isolasi kafein dari daun teh dengan metode maserasi dan ekstraksi
cai-cair
Landasan Teori
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan
dalam tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki
sifat fisilogis aktif bagi manusia. Struktur kafein (Gambar 1) terbangun dari sistem cincin
purin, yang secara biologis penting dan di antaranya banyak ditemukan dalam asam
nukleat.
O
CH3
CH3 N
O N N
CH3
dimana KD adalah koefisien distribusi zat terlarut A, [A]O adalah konsentrasi zat terlarut
A dalam pelarut organik, dan [A]aq adalah konsentrasi zat terlarut A dalam pelarut air.
Apabila proses ekstraksi pelarut dilakukan pada temperatur dan tekanan konstan,
maka zat terlarut A semestinya akan berada pada kedua fase. Kesetimbangan dapat
tercapai di saat nilai potensial kimia (energi bebas) zat terlarut dalam dua fase adalah
sama. Kesetimbangan akan terjadi beberapa saat setelah kedua campuran dikocok kuat-
kuat. Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinyu maupun bertahap. Secara sederhana,
10
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
ekstraksi pelarut dapat dilakukan dengan menggunakan corong pemisah dan dilanjutkan
dengan proses pengocokan, sehingga lapisan yang memiliki massa jenis lebih kecil
berada pada lapisan atas.
Metodologi Percobaan
Alat
Hot plate stirrer
Beaker glass
Neraca analitik
Corong Buchner
Corong pisah
Klem dan statif
Pengaduk gelas
Labu Erlenmeyer
Corong gelas
Bahan
Daun teh kering
Natrium bikarbonat
Kalsium klorida
Kloroform
Aquades
Kertas saring
Prosedur Kerja
Masukkan 25 gram daun teh kering ke dalam beaker glass 500 mL
Tambahkan 20 gram natrium bikarbonat ke dalam beaker glass tersebut
Tambahkan 250 mL air mendidih ke dalam beaker glass
Aduk sebentar dan diamkan selama 10 menit
Saring larutan tersebut dengan corong Buchner, pisahkan filtratnya dan letakkan pada
labu Erlenmeyer
Dinginkan filtrat yang diperoleh pada suhu kamar
Pindahkan ke dalam corong pisah, tambahkan 30 mL kloroform
Kocok corong pisah selama 5 menit, sambil membuka tutup kran corong pisah untuk
mengeluarkan gas di dalamnya
Diamkan sebentar hingga terpisah menjadi dua lapisan, pisahkan bagian lapisan
kloroform
Ulangi lagi proses ekstraksi dengan 30 mL kloroform
Kumpulkan fasa organik kloroform yang terbentuk ke dalam labu erlenmeyer
Tambahkan 1 gram kalsium klorida anhidrat ke dalam labu Erlenmeyer, aduk selama 10
menit
Saring filtrat yang diperoleh dengan corong gelas
Uapkan pelarut kloroformnya hingga diperoleh kristal
Keringkan kristal yang diperoleh
11
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Rendemen Kafein
% kafein = massa kristal kafein (gram) x 100%
Massa teh (gram)
12
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN VI
IDENTIFIKASI KURKUMIN DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pemisahan senyawa organik dengan menggunakan KLT dan
identifikasinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Landasan Teori
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan ilmuwan untuk memisahkan
senyawa organik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari.
Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan
pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fasa
yang berbeda. Dua fasa ini bisa berwujud padat-cair, cair-cair, atau gas-cair. Zat terlarut
di dalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Zat terlarut yang memiliki
afinitas terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak,
sedangkan zat terlarut yang afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih
lama pada fasa diam. Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen
demi komponen akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam.
Hasil pemisahan dapat diamati seperti pada gambar diatas. Dalam kurun waktu
tertentu, komponen 1 telah menempuh jarak OX, komponen 2 menempuh jarak OY,
sedangkan pelarut sendiri menempuh jarak OP. Untuk identifikasi komponen digunakan
besaran yang dinamakan Retardation factor (Rf). Cara menghitung besaran ini digunakan
persamaan berikut:
Rf = jarak komponen
jarak gerak pelarut
Untuk gambar diatas, dapat dihitung nilai Rf sebagai berikut:
Rf(1) = OX Rf(2) = OY
OP OP
13
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
untuk setiap zat jika digunakan jenis larutan pengembang yang sama. Kesetimbangan di
antara kedua fasa tersebut bergantung pada 3 faktor:
• Kepolaran dan ukuran molekul yang akan dipisahkan
• Kepolaran fasa diam
• Kepolaran fasa gerak
Metodologi Percobaaan
Alat
Chamber
Pinset
Pipa kapiler
Lampu UV
Pensil
Penggaris
Spektrofotometer UV-Vis
Bahan
Ekstrak kunyit
Plat KLT ukuran 5 x10 cm
Eluen campuran kloroform : toluena : etanol (4,5 : 4,5 :1)
Prosedur Kerja
Ambil plat KLT ukuran 5 x 10 cm dan tandai dengan pencil 1,5 cm dari batas bawah
dan 0,5 dari batas atas.
Siapkan chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen campuran kloroform : toluena :
etanol (4,5 : 4,5 :1)
Totolkan ekstrak kunyit pada garis batas bawah dengan pipa kapiler dan masukkan ke
dalam chamber
Lakukan elusi hingga mendekati garis batas atas
Angkat plat KLT dan keringkan di udara
Ukur nilai Rf masing-masing spot hasil pemisahan
Kerok masing-masing spot tersebut
Larutkan kerokan masing-masing spot dengan etanol sebanyak 4 mL
Lakukan sentrifugasi, dan ukur panjang gelombang masing-masing kerokan dengan
spektrofotometer UV-Vis
14
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
15
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN VII
SINTESIS ASETANILIDA
Tujuan Percobaan
Mempelajari reaksi substitusi nukleofilik pada senyawa gugus karbonil dalam proses
pembentukan senyawa asetanilida
LANDASAN TEORI
Adisi nukleofil nitrogen pada atom karbon karbonil yang menghasilkan amida
karboksilat merupakan tahap awal pembentukan sintetik penting secara biologis maupun
kimia. Amida dapat ditemui sebagai penicillin V (gabungan β-laktam dan amida),
polipeptida (amino α- yang terikat oleh ikatan amida), dan imida. Asetanilida
(C6H5NHCOCH3) merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Asetanilida dapat disintesis dari reaksi asetilasi antara anilin menggunakan
asetil klorida, asetat anhidrat atau asam asetat glasial.
N CH3
H
O
Gambar 1. Struktur asetanilida
Asetanilida merupakan senyawa yang efektif sebagai analgesik dan antipiretik
dalam bidang kesehatan walaupun perannya telah tergantikan oleh asetaminofen dan
fenacetin dalam beberapa tahun terakhir.sintesis asetanilida memberikan gambaran
pembentukan amida sekunder yang melibatkan serangan amina primer pada gugus asetil
asetat anhidrat. Amonia atau amina sekunder juga dapat bereaksi dengan reaktan ini
menghasilkan amida primer dan tersier.
Metodologi Percobaan
Alat:
Seperangkat alat refluks, beaker glass, erlenmeyer, corong buchner, spatula, neraca
analitik, penangas air, bola hisap, pompa air, gelas arloji, oven, gelas ukur.
Bahan:
Anilin, Asam asetat glasial, HCl, NaOH, akudes, etanol, FeCl3, dan batu didih.
Prosedur Kerja
Sintesis Asetanilida
Masukkan 10 mL asam asetat glasial ke dalam labu alas bulat 250 mL yang telah
diberi batu didih.
Tambahkan 10 mL anilin ditambahkan ke dalam labu didih, hati-hati reaksi
eksotermis!!!
Larutan yang ada di dalam labu alas bulat ditutup rapat, kemudian direfluks selama 2
jam.
16
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Setelah 2 jam larutan hasil refluks kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass yang
berisi 75 ml aquades dingin.
Larutan didinginkan lagi di dalam air es sampai terbentuk kristal.
Kristal yang terbentuk disaring dan dicuci dengan sedikit air dingin sebanyak 2 kali.
Ambil kristal dan sebarkan di atas kertas saring yang bersih serta keringkan
Timbang asetanilida hasil percobaan dan hitung rendemen produk.
TUGAS
1. Bagaimana mekanisme reaksi pembentukan asetanilida?
2. Berapakah jumlah rendemen yang dihasilkan dari proses sintesis?
17
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
PERCOBAAN VIII
SINTESIS IODOFORM
Tujuan Percobaan
Mempelajari mekanisme reaksi halogenasi dalam pembentukan senyawa iodoform dan
metode rekristalisasi dengan pelarut campuran.
Landasan Teori
Reaksi halogenasi terhadap senyawa-senyawa aldehida dan keton (terutama
asetaldehida dan aseton) dapat berlangsung dengan menggunakan katalis asam atau basa.
Reaksi tersebut dikenal sebagai reaksi haloform, karena salah satu hasil reaksinya adalah
suatu senyawa haloform HCX3.
O O
H Asam/ Basa H
X2 HX
H H
H X
Jika reaksi tersebut menggunakn katalis basa maka akan menghasilkan suatu ion
enolat sebagai senyawa antaranya, sedangkan reaksi yang nenggunakan katalis asam akan
melibatkan senyawa enol sebagai senyawa antara. Reaksi tersebut berlangsung dengan
baik jika senyawa-senyawa karbonil yang bereaksi mengandung atom H-α. Keuntungan
ganda yang diperoleh dari sistem reaksi ini adalah selain untuk sintesis senyawa haloform
sendiri, rekasi ini juga dapat digunakan untuk mensintesis senyawa asam karboksilat dari
bahan dasar senyawa aldehida dan keton.
Metodologi Percobaan
Alat:
Erlenmeyer
Corong Buchner
Gelas arloji
Gelas beaker
Seperangkat alat refluks
Bola hisap atau pompa pipet
Pipet ukur
Bahan:
Iodine, Aseton, Etanol, NaOH 2 N, dan aquades
Prosedur Kerja:
Masukkan 1,25 g iodine dan 1,5 mL aseton ke dalam Erlenmeyer
lalu tambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH 2 N sampai warna coklat dari
larutan berubah menjadi bening.
18
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
Biarkan selama 5 menit, kemudian tambahkan 100 mL akuades, maka akan terbentuk
endapan berwarna kuning.
Saring dan kumpulkan endapan kuning yang terjadi dengan corong Buchner.
Masukkan filtratnya ke dalam botol yang berlabel filtrat iodoform.
Masukkan endapan kuning yang didapat ke dalam labu alas bulat dan tambahkan 10
ml etanol.
Lakukan refluks di atas pemanas air sampai semua endapan larut sempurna.
Saring larutan yang masih panas menggunakan penyaring panas.
Tutup erlenmeyer yang berisi filtrat dan biarkan dingin perlahan-lahan.
Ketika dingin, tambahkan 12,5 mL air, aduk-aduk dengan keras untuk mengendapkan
iodoform dengan sempurna, kemudian saring dengan corong buchner.
Kristal yang dihasilkan dicuci dengan air dingin (ingat selama pencucian, hentikan
penghisapan!!!).
Kristal yang diperoleh kemudian dikeringkan dan ditimbang sampai mendapatkan
berat yang konstan.
Tugas
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan iodoform!
2. Apakah dalam pembuatan iodoform dapat digunakan katalis asam? Jelaskan!
3. Dapatkah iodoform dibuat dari dietil keton? Jelaskan!
19
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Prodi S1 Farmasi
DAFTAR PUSTAKA
20