Anda di halaman 1dari 6

Toksisitas merkuri di sekitar kita

Arry Yanuar
Departemen Farmasi FMIPA -Universitas Indonesia

Merkuri (Hg) atau air raksa sering diasosiasikan sebagai polutan bagi
lingkungan. Setiap tahun berton-ton merkuri dilepaskan ke atmosfir karena
pemakaiannya yang luas baik di industri, pertanian, kedokteran gigi, rumah sakit,
laboratorium penelitan. Kontributor yang signifikan adalah pembakaran batu-bara pada
pembangkit listrik yang juga menghasilkan polutan merkuri.
Secara alami merkuri ada dimana- mana dijump ai dalam bentuk senyawa
merkuri sulfida. Merkuri sulfida bersifat tak larut dalam air, berwarna merah, digunakan
sebagai pewarna cat pada masa lalu.
Merkuri ada dalam tiga bentuk, unsur logam merkuri, garam merkuri, merkuri
organik. Unsur merkuri dalam bentuk bebas adalah logam berbentuk cair yang banyak
digunakan pada termometer, terhirupnya uap merkuri jenis ini dapat mengakibatkan
kerusakan paru-paru dan otak. Merkuri oksida bersifat hampir tidak larut dalam air,
digunakan pada antiseptik topikal. Garam merkuri atau bentuk anorganiknya sebagai
contoh adalah merkuri klorida. Merkuri organik sebagai contoh metilmerkuri yang
secara komersial digunakan sebagai fungisida, disinfektan, zat pengalkil pada sintesis
organik bagi senyawa organometalik lainnya dan sebagai pengawet cat.

Gambar 1. Berbagai jenis senyawa merkuri.


(Sumber : National Institute of Minamata Disease, NIMD - Jepang)

Toksisitas merkuri di sekitar kita 1


Limbah merkuri dari polusi industri sering dalam bentuk merkuri anorganik,
tetapi organisme atau vegetasi air selama perjalanannya di sungai, danau ataupun di
teluk, telah mengubahnya menjadi metilmerkuri yang mematikan. Merkuri dapat
mengalami metilasi biotik maupun abiotik membentuk metilmerkuri.
Senyawa merkuri organik, khususnya metilmerkuri merupakan yang
terbanyak terkonsentrasi dalam rantai makanan. Ikan mengkonsumsi tumbuhan yang
terkontaminasi dan menjadikan merkuri terakumulasi di tubuhnya. Protein ikan
mengikat dengan kuat lebih dari 90% metilmerkuri yang terkonsumsi, meski dengan
pemasakan yang lama dan kuat dengan menggoreng, merebus atau membakar tidak
dapat melepaskannya. Jika ada kecurigaan terjadinya intoksikasi metilmerkuri, perlu
diketahui jumlah ikan yang dikonsumsi, frekuensi dan jenis ikannya. Pada ikan besar
kemungkinan terakumulasi metilmerkuri akan semakin besar mengingat posisinya yang
cukup tinggi pada rantai makanan.

Toksikokinetik merkuri
1. Absorbsi
Dari beberapa data pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa
metilmerkuri segera diserap melalui saluran cerna. Aberg et. al. (1969) melaporkan bahwa
dosis tunggal metilmerkuri nitrat pada manusia 95% dapat diserap. Absorbsi yang
efiesien dari metilmerkuri ini juga ditunjukan dari penelitian lain yang menggunakan
sukarelawan manusia yang menerima dosis oral metilmerkuri terikat protein. Sampai
80% uap senyawa metilmerkuri seperti uap metilmerkuri klorida dapat diserap melalui
pernafasan. Penyerapan metilmerkuri dapat juga melalui kulit namun data kuantitatifnya
tidak tersedia.
Garam merkuri klorida absorbsinya buruk pada saluran cerna, efek serius dari
merkuri klorida adalah gastroenteritis. Logam merkuri bila tertelan tidak diserap oleh
saluran cerna, namun uapnya lebih berbahaya karena menyebabkan kerusakan paru-paru
dan otak.

2. Distribusi
Dari segi toksisitas, konsentrasi dalam darah merupakan indikator yang sesuai
dari dosis yang diserap dan jumlah yang ada secara sistemik. Metilmerkuri terikat pada
hemoglobin, dan daya ikatnya yang tinggi pada hemoglobin janin berakibat pada
tingginya kadar merkuri pada darah uri dibandingkan dengan darah ibunya. Dari
analisis, konsentrasi total merkuri termasuk bentuk merkuri anorganik, merkuri pada
darah tali uri hampir seluruhnya dalam bentuk termetilasi yang mudah masuk ke
plasenta
Metilmerkuri sangat mudah melintas batas sawar darah-otak maup un plasenta.
Toksisitas merkuri di sekitar kita 2
Hal ini lebih disebabkan oleh sifat lifopilisitas yang tinggi dari metilmerkuri.
Metilmerkuri sendiri mudah berdifusi melalui membran sel tanpa perlu sistem transport
tertentu. Kerena reaktifitasnya yang tinggi terhadap gugus sulfhidril yang terdapat pada
berbagai protein, maka jumlah metilmerkuri bebas dalam cairan biologis menjadi sangat
kecil. Suatu transpor aktif pada sawar darah otak diperkirakan membawa metilmerkuri
masuk ke dalam otak. Dalam darah, logam yang sangat neurotoksik ini terikat secara
eksklusif pada protein dan sulfhidril berbobot molekul rendah seperti sistein. Kompleks
MeHg-sistein yang terbentuk beraksi sebagai analog asam amino, mempunyai struktur
mirip metionin, sehingga dapat diangkut oleh pembawa Sistem- L untuk asam amino
bebas untuk melintas melalui sawar darah otak.
Asam amino yang penting pada rambut adalah sistein. Metilmerkuri yang
bereaksi dan terikat dengan gugus sulfhidril pada sistein kemudian terserap dalam
rambut, ketika pembentukan rambut pada folikel. Tetapi, membutuhkan waktu paling
tidak sebulan untuk dapat terdeteksi dalam sampel potongan rambut pada
pengguntingan mendekati kulit kepala. Tergantung dari panjang rambut pada sampel,
konsentrasi merkuri dapat merefleksikan pemaparan merkuri dimasa lalu. Namun,
karena waktu paruh merkuri dalam tubuh kira-kira 1,5 – 2 bulan, sampel rambut dekat
kulit kepala merefleksikan pemaparan merkuri yang baru terjadi yang juga terkait pada
konsentrasi dalam darah pada saat ini.
Kadar merkuri dalam darah dan rambut merupakan biomarker pencemaran
merkuri. Hubungan kedua biomarker tersebut sangat individual pada setiap orang
maupun kelompok umur. Menurut US EPA (2001), dalam kondisi tetap terpapar oleh
merkuri, kadar dalam rambut (µg/g) rata-rata 250 kali kadar dalam darah (µg/mL).

3. Metabolisme
Metilmerkuri dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh hati dan
ginjal. Metilmerkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++. Metilmerkuri yang ada dalam
saluran cerna akan dikonversi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus.

4. Ekskresi
Metilmerkuri dikeluarkan dari tubuh terutama melalui tinja sebagai merkuri
anorganik. Proses ini sebagai hasil dari ekskresi empedu dari senyawa dan konversi
menjadi bentuk anorganik oleh flora usus. Kebanyakan metilmerkuri yang diekskresi
empedu diserap kembali melalui sirkulasi enterohepatik dalam bentuk organiknya.
Kurang dari 1% metilmerkuri dapat dikeluarkan dari tubuh setiap harinya, hal ini karena
waktu paruh biologisnya yang kira-kira 70 hari. Metilmerkuri juga dikeluarkan melalui
ASI dengan kadar kira-kira 5% dari kadar dalam darah. Pengeluaran merkuri anorganik
melalui ekshalasi, ludah, dan keringat yang berasal dari metabolisme merkuri organik.

Toksisitas merkuri di sekitar kita 3


Toksisitas
Toksisitas senyawa merkuri tergantung dari bentuknya. Senyawa merkuri
organik lebih toksik dibanding senyawa anorganiknya, karena mudahnya menembus
sawar darah otak dan diabsorbsi sempurna pada saluran cerna. Berlin (1983) mencatat
bahwa tidak ada perbedaan antara efek akut maupun kronik ketika terjadi akumulasi
pada ambang toksik. Menurut WHO (1976), awal dari efek toksik metilmerkuri terjadi
ketika kadar dalam darah antara 200 – 500 ng/mL. Kadar dalam darah ini berkaitan
dengan beban tubuh menanggung 30-50 mg merkuri per kg berat badan yang setara
dengang asupan harian 3-7 µg/kg. Hal yang perlu dicatat bahwa kemunculan gejala
keracunan merkuri dapat tertunda beberapa minggu atau bulan tergantung dari
akumulasi senyawa merkuri dalam tubuh.
Menurut Berlin (1983), tingkat keparahan paparan akan menentukan cetusan
efek toksisitas subkronik dan toksisitas itu terjadi bila terpapar pada tingkat yang lebih
rendah dari pemaparan kronik. Pada tingkatan subkronik ini tanda dan gejala yang
terlihat adalah gangguan indera, penyempitan bidang penglihatan, ketulian dan
gangguan motorik.
Toksisitas kronik yang pernah terjadi adalah kasus keracunan di Irak,
Minamata dan Niigata Jepang. Kasus toksisitas kronik di Jepang pertama kali
dilaporkan pada Mei 1956 di daerah sekitar Teluk Minamata. Hingga akhir tahun 1956
pasien bertambah menjadi 52 orang termasuk 17 orang tewas. Di tahun 1957, penyakit
yang tidak diketahui ini disebut penyakit Minamata. Di Irak, di awal 1970, lebih dari
6000 orang dirawat di rumah sakit dan 459 tewas karena mengkonsumsi roti yang
dibuat dari tepung yang tercemar metilmerkuri yang berasal dari fungisida. Kadar
merkuri dalam tepung saat itu berkisar 4,8-14,6 µg/g.
Meskipun tak ada bukti teratogenik yang teramati, Amin- Zaki (1974)
menemukan efek yang parah pada perkembangan (gangguan motorik, fungsi mental,
kehilangan pendengaran dan kebutaan) pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terpapar
metilmerkuri pada kasus tepung di Irak. Tidak ada informasi yang pada literatur untuk
efek merkuri klorida pada tikus jantan ataupun betina pada seluruh tahapan reproduksi.
Namun sejumlah peneliti melaporkan efek para reproduksi akibat dari metilmerkuri
klorida
Toksisitas metilmerkuri secara umum berakibat pada gangguan
non-karsinogenik seperti diuraikan di atas. Belum ada informasi gangguan yang bersifat
karsinogenik pada manusia. Namun pada tikus percobaan dilaporkan terjadi tumor
ginjal hanya pada hewan jantan, tidak pada betina, pada pemberian metilmerkuri 15
ppm selama 53 minggu.

Toksisitas merkuri di sekitar kita 4


Target Organ
Metilmerkuri menyerang susunan saraf pusat dengan target organ utama adalah
otak. Data yang ada menunjukkan bahwa otak janin yang sedang berkembang
mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi dibanding orang dewasa.

Perbedaan seks sering ditemui pada studi toksisitas pada tikus dan mencit.
Akumulasi merkuri pada ginjal hewan betina secara statistik lebih tinggi dari jantan.
Konsentrasi yang tinggi pada betina diduga karena tingginya kadar metalothionein pada
ginjal betina.
Gambar 2 mengilustrasikan adanya daerah lesi di beberapa zona pada sistem
saraf yang menunjukkan gejala dari penyakit Minamata. Lesi pada cerebellum (1)
berakibat pada hilang keseimbangan (ataxia) dan gangguan bicara (dysarthria).
Gangguan penglihatan terjadi pada penyempitan bidang padang, kesulitan penglihatan
pada daerah tepi akibat dari kerusakan di daearah occipital lobe (2). Gangguan sensasi
atau stereo anesthesia terjadi karena kerusakan pada postcentral gyrus (3). Kelemahan
otot, kram atau gangguan pergerakan merupakan tanda dari kerusakan pada precentral
gyrus (4). Kesulitan pendengaran disebabkan adanya gangguan pada daerah temporal
transverse gyrus (5). Keluhan pada kesulitan dan gangguan indera perasa baik rasa
nyeri, sentuhan ataupun suhu akibat adanya gangguan pada saraf sensorik (6).

Gambar 2. Cedera pada sistem saraf akibat metilmerkuri. Daerah terjadinya perubahan patologis akibat metilmerkuri ditandai

dengan warna merah yang ditunjukkan dengan keterangan pada gejala dan tanda pada penyakit Minamata.

(Sumber : National Institute of Minamata Disease, NIMD – Jepang)

Toksisitas merkuri di sekitar kita 5


Pengobatan

Akibat secara neurologis dari penyakit Minamata adalah jelas sangat


merugikan dan bersifat permanen. Tujuan dari pengelolaan penyakit Minamata adalah
mengurangi penderitaan tubuh dari total merkuri yang masuk dan minimalisasi
kerusakan lebih jauh. Karena merkuri terikat pada gugus sulfhidril pada sel-sel tubuh,
penggunaan zat pengkhelat seharusnya diberikan pada tahap awal pengobatan. Zat ini
akan berkompetisi mengikat merkuri menggunakan gugus thiol. Saat ini, zat yang
terbaik untuk mengatasi penyakit Minamata adalah asam 2,3-dimerkaptosuksinat
(DMSA). Zat ini memiliki toksisitas rendah, pada percobaan dengan hewan
memperlihatkan hasil yang jauh lebih baik dibanding dimerkaprol (BAL) ataupun
d-penisilamin (DPCN). Bahkan dalam kasus keracunan merkuri anorganik, penggunaan
DMSA lebih disukai dibanding DCPN.

Toksisitas merkuri di sekitar kita 6

Anda mungkin juga menyukai