Anda di halaman 1dari 65

PERATURAN TENTANG

NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR
Oleh :
Kelompok 4

Nurani
Putri nahdatul fatwa
Riza lutfia sari
sharifah shaniyah
vina ardhya .k
welny noverianti

UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA

DAS
AR

ASAS

Produksi
Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau
digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengawasan produksi Narkotika Golongan I untuk


kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Obat

Prekursor narkotika
Pengaturan
prekursor
Undang ini bertujuan

dalam

Undang-

KETENTUAN
PIDANA

Pasal 111
(1)Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00
(delapan miliar rupiah).
(2)Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada

Pasal 127
1.Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
2. Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1),
hakim
wajib
memperhatikan
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal
103.
3.
Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban
penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Pasal 113

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(limabelas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).

Pasal 114

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan


untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual
beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling
sedikitRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah

Pasal 115

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,


mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 12 (duabelas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

Pasal 116

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Pasal 117

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah
Pasal 118
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12
(dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).

Pasal 129
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
setiap orang
yang tanpa hak atau melawan hukum:
a. memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
b.
memproduksi,
mengimpor,
mengekspor,
atau
menyalurkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan
Narkotika;
c. menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
atau menyerahkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan
Narkotika;
d. membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito

UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 1997
TENTANG
PSIKOTROPIKA

Pemusnahan
Pemusnahan psikotropika
dilaksanakan dalam hal :
1.berhubungan dengan tindak
pidana;
2.diproduksi tanpa memenuhi
standar dan persyaratan yang
berlaku dan/atau tidak dapat
digunakan
3.dalam
proses
produksi
psikotropika;
4.kadaluwarsa;
5.tidak
memenuhi
syarat
untuk
digunakan
pada
pelayanan kesehatan dan/atau
untuk kepentingan
6.ilmu pengetahuan.

khusus
golongan I,
wajib
dilaksanakan
paling lambat
7 (tujuh) hari
setelah
dilakukan
penyitaana

Ketentuan pidana
Pasal 59

Barangsiapa :
a.menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) ; atau
b.memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses
produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6; atau
c.mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3); atau
d.mengimpor
psikotropika
golongan
I
selain
untuk
kepentingan ilmu pengetahuan; atau
e.secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa
psikotropika golongan I.dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah), dan paling banyak Rp.750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Barangsiapa :
a.memproduksi psikotropika selain yang ditetapkan
dalam ketentuan Pasal 5; atau
b.memproduksi atau mengedarkan psikotropika dalam
bentuk obat yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;
atau
c.memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang
berupa obat yang tidak terdaftar pada departemen
yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9ayat (1);
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
PEREDARAN, PENYIMPANAN,
PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI

Dilakukan jika:

PENCATATAN DAN
PELAPORAN
Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi
Pemerintah, Apotek, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau
dokter praktik perorangan yang melakukan
produksi, Penyaluran, atau Penyerahan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi
wajib
membuat
pencatatan
mengenai
pemasukan
dan/atau
pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan

Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dan ayat (2) paling sedikit terdiri atas:
1.nama, bentuk sediaan, dan kekuatan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
2.jumlah persediaan;
3. tanggal, nomor dokumen, dan sumber
penerimaan
4.jumlah yang diterima;
5.tanggal, nomor dokumen, dan tujuan
penyaluran/penyerahan;
6.jumlah yang disalurkan/diserahkan;
7.nomor batch dan kadaluarsa setiap
penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
8.paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.

Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sampai dengan ayat (4) paling sedikit terdiri atas:
1.nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
2.jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
3.tanggal, nomor dokumen, dan sumber
penerimaan;
4.jumlah yang diterima;
5.tanggal, nomor dokumen, dan tujuan
penyaluran;
6.jumlah yang disalurkan; dan
7.nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan
atau penyaluran dan persediaan awal dan akhir.

Anda mungkin juga menyukai