Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Belajar adalah sebuah
proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingakah laku.
Belajar sangat penting dalam kehidupan setiap individu terutama sebagai siswa.
Namun belajar tidak selalu menyenangkan bagi beberapa siswa.

Peserta didik yang tidak bersemangat dalam belajar, akan terlihat dari aktifitas
ia dalam belajar, ia terlihat malas-malasan, sering ngobrol dengan temannya,
perhatian tidak fokus ke pelajaran, membuka buku tapi bukan buku yang sedang
dipelajari, tidur di kelas, atau bahkan siswa tersebut pandangannya kosong.
Peserta didik sering kali memiliki masalah dalam rendahnya minat belajar
terhadap mata pelajaran kimia. Kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang
susunan, struktur, sifat, dan perubahan materi.

Mata pelajaran kimia merupakan materi yang relatif baru bagi peserta didik di
tingkat SMA karena belum pernah ia peroleh ketika SMP. Terlebih materi kimia
pada umumnya bersifat abstrak sehingga sulit dipahami oleh peserta didik. Dalam
proses pembelajaran kimia di beberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik
sehingga peserta didik merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada
pembelajaran kimia serta suasana kelas menjadi cenderung pasif dan sedikit
sekali peserta didik yang bertanya kepada guru meskipun materi yang diajarkan
belum dapat dipahami. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap ketidak
tercapaian tujuan pembelajaran kimia.

2
Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada
SMA Negeri 7 Pekanbaru, baik permasalahan yang dirasakan oleh guru, peserta
didik maupun permasalahan terkait sarana dan prasarananya. Identifikasi ini
dimaksud agar kedepannya pembelajaran kimia di sekolah dapat dioptimalkan dan
setiap permasalahn yang sering dijumpai dapat ditangani sebagaimana mestinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang diteliti dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan dalam pembelajaran kimia yang terdapat di SMA
Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1?
2. Apa penyebab terjadinya permasalahan dalam pembelajaran kimia di SMA
Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1?
3. Bagaimana cara mengatasi/solusi dari permasalahan dalam pembelajaran
kimia di SMA Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1?

1.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui permasalahan dalam pembelajaran kimia yang terdapat
di SMA Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya permasalahan dalam pembelajaran
kimia di SMA Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi/solusi dari permasalahan
dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada
kelas X Mia 1.

1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung
dengan wawancara terhadap guru dan peserta didik, serta pemberian angket
terhadap peserta didik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GAMBARAN OBJEK


A. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SMA NEGERI 7 PEKANBARU


Alamat : Jl. Kapur Gg Kapur III No. 7
Kelurahan : KAMPUNG BARU
Kecamatan : SENAPELAN
Tahun Berdiri : 1984
Rentang kelas : X IPA, X IPS, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS
Jumlah siswa : 750 Siswa
NPSN : 10404018

SMA Negeri 7 Pekanbaru, merupakan salah satu Sekolah


Menengah Atas Negeri Favorit yang ada di Provinsi Riau,
Indonesia. Sekolah ini awalnya bernama SMA 5 Pekanbaru dan berubah
menjadi SMA 7 Pekanbaru. Adapun jumlah kelasnya yaitu sebanyak 21
kelas dengan 2 jurusan yaitu IPA dan IPS.
SMAN 7 Pekanbaru memiliki segudang prestasi . Baik akademi
maupun non-akademik . SMAN 7 Pekanbaru juga merupakan salah satu
sekolah disiplin dikota Pekabaru . Peraturan Di SMAN 7 ini sangat ketat.
Mulai dari pakaian,prilaku,sikap,dan lain lain.

4
B. Identitas Guru (Narasumber 1)
Nama : Imelda Sandra JS, S.Si
Masa kerja : 13 Tahun
Guru bidang studi : Kimia Kelas X

C. Identitas Peseta Didik (Narasumber 2)


Nama : 1. Aulia Rahmadiva Wardana
2. Dinopati Ahmad Zulfikar
Kelas : X MIA 1

D. Pelaksanaan Observasi
Tempat : SMA Negeri 7 Pekanbaru
Tanggal : - Rabu, 28 Agustus 2019
(Pemberian Surat permohonan Observasi)
- Rabu, 4 September 2019
(Pelaksanaan Wawancara)
Waktu : 07.30 – 11.00 WIB

2.2 PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


Permasalahan pembelajaran kimia dapat berasal dari guru, peserta
didik maupun berasal dari sarana dan prasarana di sekolah yang tidak
memadai. Penulis telah melakukan observasi dan wawancara di
SMA Negeri 7 Pekanbaru dengan beberapa narasumber dan ternyata
ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran kimia, yang dihadapi
oleh guru, peserta didik, lingkungan sekolah. Sedangkan, untuk sarana dan
prasarana di SMA Negeri 7 Pekanbaru sudah cukup baik. Ruang belajar
sudah cukup nyaman, di lengkapi dengan
proyektor di setiap kelas. Laboratoriumnya juga sudah cukup baik, namun
terdapat beberapa hal yang harus diperbaharui lagi baik dari tata letaknya
maupun manajemen dari laboratorium itu sendiri.

5
2.2.1 Permasalahan dalam pembelajaran kimia yang terdapat di SMA
Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1
Menurut observasi yang telah dilakukan, berikut rincian
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran kimia adalah
sebagai berikut :
a. Permasalahan guru
1) Pendekatan terhadap peserta didik yang dilakukan pada
proses pembelajaran terlalu berlebihan, sehingga peserta
didik menganggap remeh guru.
2) Guru lebih sering mengobrol pada saat jam pelajaran
daripada memberikan materi ajar.
b. Permasalahan peserta didik
1) Karakter peserta didik terhadap guru masih kurang.
2) Sebagian peserta didik kurang memiliki minat belajar.
3) Peserta didik yang kurang menaati peraturan sekolah.
c. Permasalahan sarana dan prasarana
1) Tata letak peralatan praktikum kurang tertata dengan tepat.
Selain itu, laboratorium kimia memilki penerangan yang
kurang memadai.
2) Kipas yang terdapat di dalam kelas tidak berfungsi dengan
baik.
3) Sumber buku-buku (bahan bacaan kimia) yang belum
lengkap diperpustakaan.
d. Permasalahan pada lingkungan dan peraturan sekolah
1) Jarak antara kelas dengan lapangan terlalu dekat, sehingga
apabila jam pelajaran olahraga, suara dari lapangan terdengar
keras dan mengganggu proses pembelajaran.
2) Peraturan mengenai keterlambatan yang kurang baik
diterapkan.

6
2.2.2 Penyebab terjadinya permasalahan dalam pembelajaran kimia di
SMA Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1
a. Permasalahan guru
1) Pendekatan terhadap peserta didik yang dilakukan pada
proses pembelajaran terlalu berlebihan, sehingga peserta
didik menganggap remeh guru.
Analisis Penyebab :
Hal itu dapat terjadi karena guru tersebut menganggap
peserta didiknya masih dalam fase remaja sehingga guru
tersebut pun ikut bersikap layaknya seorang remaja.Padahal,
guru seharusnya bersikap secara dewasa dan harusnya
mengarahkan peserta didik tersebut kearah fase dewasa
(mendewasakan peserta didik). Akibatnya peserta didik
tersebut menganggap remeh terhadap guru. Menurut kami ini
ada kaitannya dengan kompetensi dari guru tersebut.
Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan
yang jelas. Ini berarti, proses mengajar itu tidak begitu
bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas
maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak
mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus
menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman
belajar, metode, dan bahkan cara mengukur perubahan atau
kemajuan yang dicapai. kegitan mengajar meliputi
pengetahuan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan
yang diatur sesuai dengan lingkungan dan
menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ini
sesuai dengan yang dikemukakan Nana Sudjana (2009: 19)
yaitu: Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar,
maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak
hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil

7
belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni:
1) Merencanakan program belajar mengajar. 2) Melaksnakan
dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 3)
Menilai kemajuan proses belajar mengajar. 4) Menguasai
bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi
atau mata pelajaran yang dipegangnya.
Kualifikasi dan kompetensi guru menjadi seorang guru
menjadi satu syarat penting untuk menunjukkan bahwa
pekerjaan profesional itu memiliki basis keilmuan dan teori
tertentu13 istilah kompetensi guru mempunyai banyak
makna, broken and stone (1995) mengemukakan bahwa
kompetensi guru sebagai ... descriptive of qualitive nature of
teacher behavior appears to be entirely meaningful.
Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang
hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles
(1994) mengemumkakan bahwa : competency as rational
performance which satisfactorily meets the objective for a
desired condition ( kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan ).
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak. Kompetensi profesional guru
dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya, guru yang
piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai
guru yang kompeten dan profesional. Namun disini, menurut
kami kompetensi yang dominan terhadap pendekatan yang
dilakukan oleh seorang guru yakni kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
berkaitan dengan pemahaman siswa dan pengolahan

8
pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Melalui peran ini,
para guru secara spesifik haruslah menjadi orang tua yang
dapat membuat siswa bisa belajar. Kompetensi pedagogik
juga terkait dengan kemampuan diktatik dan metodik yang
harus guru miliki sehingga dia dapat berperan sebagai
pendidik dan pembimbing yang baik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru telah
menggaris bawahi 10 kompetensi inti yang harus dimiliki
oleh guru terkait dengan standar kompetensi pedagogik.
Salah satunya yakni memahami terhadap karakteristik peserta
didik. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah
satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.
Karakteristik ini terkait aspek fisik intelektual, sosial
emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya. Hal ini
penting karena guru merupakan seorang manajer dalam
pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau
perbaikan program pembelajaran.
Selanjutnya kompetensi tersebut pastinya berpengaruh
pada pendekatan yang dilakukan guru tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan
pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan
perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”.
Sedangkan Syaiful Sagala (2005:68) berpendapat bahwa
”pendekatan pembelajaran merupakan jalan 14 yang akan
ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan
instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”
Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan
kepada siswa, maka harus diterapkan pendekatan

9
pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang
diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah
dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah
tersebut merupakan pendekatan yang membantu tercapainya
dengan mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran
yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang
telah dirumuskan. Pendekatan pembelajaran merupakan salah
satu bagian integral yang dapat mempengaruhi pencapaian
hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran
dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Penerapan metode pembelajaran yang
dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode
pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi
belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil
belajar lebih optimal.

2) Guru sedikit mengalami kesulitan dalam memulai


mengajarkan mata pelajaran kimia pada peserta didik kelas X
karena ilmu kimia merupakan hal yang baru bagi peserta
didik
Analisis Penyebab :
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, pada saat
memulai mengajarkan ilmu kimia pada siswa kelas X guru
sedikit mengalami kesulitan, karena ilmu kimia merupakan
hal yang baru bagi peserta didik. Atau dapat dikatakan guru
sedikit kebingungan bagaimana seharusnya membuka
kegiatan pembelajaran kimia di awal pembelajaran terutama
untuk kelas X, agar kedepannya peserta didik itu dapat
tertarik dan menyukai mata pelajaran kimia

10
3) Guru lebih sering mengobrol pada saat jam pelajaran
daripada memberikan materi ajar
Analisis Penyebab :
Guru mungkin memiliki cara dan gaya mengajar
tersendiri. Hal ini mungkin terjadi karena sifat guru yang
ramah dan supel, ataupun ini merupakan salah satu cara dari
guru untuk melakukan pendekatan dan melakukan
komunikasi dengan peserta didik, mengingat bahwa peserta
didik memiliki karakter yang berbeda-beda, dan yang sering
menjadi masalah pada proses pembelajaran.
Dampak yang ditimbukan dari seringnya guru
mengobrol ketika mengajar adalah :
1. Peserta didik cenderung acuh dan tidak menghargai guru
yang berbicara di depan karena menganggap yang
dibicarakan guru tidak ada korelasinya dengan mereka,hal ini
dapat memicu semakin berkembangnya dekadensi moral
peserta didik.
2. Peserta didik tidak serius atau bersungguh-sungguh dalam
proses pembelajaran, tidak peduli terhadap mata pelajaran
kimia. Sehingga konsep dari bahan ajar yang diajarkan oleh
guru pun jadi kurang dipahami atau bahkan ada peserta didik
yang sama sekali tidak paham konsep.
Menurut kami, kebiasaan mengobrol ini berkaitan
dengan sikap dan perilaku dari seseorang. Dimana, Menurut
Walgito (1987: 52) sikap merupakan keadaan dari dalam diri
manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyertakan
dengan perasaanperasaan tertentu dalam menghadapi objek
dan terbentuk atas dasar pengalaman. Poerbajtaraka (1990:
182) menyatakan bahwa individu yang menpunyai sikap
terhadap sesuatu maka akan mempunyai minat terhadap
sesuatu tersebut.Walgito (1990: 11) menyatakan bahwa

11
perilaku sebagai manifestasi hidup kejiwaan yang didorong
oleh motif tertentu, hingga manusia itu berperilaku atau
berbuat. Menurutnya perilaku atau aktivitas yang ada pada
individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya,
tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh
organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal
maupun stimulus internal.
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud sikap dan perilaku adalah pandangan,
perasaan, pemikiran, dan wujud tindakan atau perbuatan
seseorang mengenai objek atau situasi tertentu. Sikap dan
perilaku pengajar dalam hal ini seorang dosen adalah
pandangan, perasaan, pemikiran, dan wujud tindakan atau
perbuatan dosen mengenai siswa dan mata pelajaran dalam
rangka proses belajar mengajar. Erat kaitannya dengan sikap
dan perilaku pendidik Arikunto (1993: 194) menyatakan:
“…. suara yang cukup keras, intonasi naik turun yang teratur,
pandangan mata yang menunjukkan kegairahan besar dalam
mengabdikan diri demi ilmu pengetahuan, serta penguasaan
terhadap siswa orang demi orang akan banyak membantu
guru dalam menarik perhatian siswa pada apa yang sedang
diajarkannya. Selain itu, guru yang mempunyai ketrampilan
dalam melibatkan siswa-siswa yang diajarkan dapat
menimbulkan situasi yang memukau terhadap pelajaran....”.
Sejalan dengan hal tersebut Arikunto meneruskan
bahwa sikap guru terhadap keyakinan untuk mensukseskan
hasil prestasi belajar siswa dan sikap bagaimana memotivasi
siswa sangat mempengaruhi kelas. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa didalam proses pembelajaran, guru memegang
peranan yang sangat penting. Untuk hasil yang maksimal dari
peran guru, guru perlu dicermati perilakunya, baik yang

12
sehari-hari ataupun yang diidealkan. Sikap dan perilaku
pendidik berbeda-beda. Hal ini karena sikap dan perilaku
guru dalam proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh
keunikan guru (Arikunto, 1993: 258).
b. Permasalahan peserta didik
1) Karakter peserta didik terhadap guru masih kurang.
Analisis Penyebab :
Karakter Peserta didik yang masih kurang dapat
disebabkan oleh rendahnya penerapan pendidikan karakter
peserta didik ataupun sikap peserta didik yang masih terbawa
sifat ketika SMP yang menyebabkan rasa segan dan taat atas
perintah guru kurang dapat terlaksana.
Masalah pendidikan di Indonesia sangatlah kom-pleks
karena di semua aspeknya terdapat persoalan yang perlu
diselesaikan. Deka-densi moral telah merajalela dalam dunia
pendidikan sehingga menjadi potret bu-ram dalam dunia
pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari maraknya perkelahian
antar-pelajar, banyaknya kasus narkoba yang menjerat siswa,
Siswa yang menunjukkan sikap kurang hormat kepada orang
de-wasa, kasus menyontek yang sudah men-jadi kebiasaan.
Persoalan budaya dan karakter bangsa saat ini menjadi
sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai
aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media
cetak,wawancara, dialog, dan gelar wicara di media
elektronik (Utomo, 2017: 23).
Alex Agboola dalam jurnal yang ber-judul Bring
Character Education into Classroom (2012:168) menyatakan
bahwa kebijakan pendidikan harus mengambil inisiatif untuk
mengaktualisasikan pen-didikan moral dalam sistem sekolah.
Dil-akukan bersama-sama, orang tua, guru, dan administrator
sebagai pemangku kepentingan, harus bersama-sama

13
bergabung untuk mendorong para siswa mewujudkan nilai-
nilai baik dalam hidup mereka, untuk itulah perlu
implementasi pendidikan karakter di sekolah atau madrasah
sehingga pembentukan karakter tidak hanya dipupuk dari
keluarga tetapi juga di bina di sekolah. Karena sekolah
merupakan rumah kedua peserta didik da-lam hal
pembiasaan. Pentingnya pendidi-kan karakter tidak lepas dari
munculnya beberapa fenomena sosial saat ini, yang di-
tunjukkan dengan perilaku yang tidak berkarakter serta
adanya gejala-gejala yang menandakan tergerusnya karakter
sebuah bangsa.

2) Sebagian peserta didik kurang memiliki minat belajar.


Analisis Penyebab :
Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama
kuatnya, ada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik dimana
kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada
faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi
belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat
tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di
dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak
terjadi, terutama pada anakanak dan remaja dalam proses
belajar. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru
perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan
penerapan prinsip belajar, pada prinsipnya harus memandang
bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan suatu
motivasi belajar yang datang dari siswa.
Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-
unsur dinamis dalam pembelajaran, karena dalam proses

14
belajar, seorang siswa terkadang dapat terhambat oleh adanya
berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena
kelelahan jasmani ataupun mental siswa, sehingga seorang
guru harus berupaya untuk membangkitkan kembali keinginan
siswa dalam belajar.

3) Peserta didik yang kurang menaati peraturan sekolah.


Analisis Penyebab :
Perilaku peserta didik yang kurang menaati aturan
disebabkan oleh kerapuhan karakter yang disebabkan oleh
lunturnya nilai-nilai karakter bangsa. Dalam konteks ini,
karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujudnya dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya dan adat istiadat. Lunturnya nilai-nilai
tersebut, hakikatnya merupakan bagian dari karakter individu.
Individu yang memiliki karakter baik adalah individu yang
bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan
setiap akibat dari perbuatannya. Demikian sebaliknya,
individu yang berkarakter jelek jauh dari perbuatan terpuji.
Terjadinya dekadensi moral peserta didik merupakan hal
yang menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan sekarang.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya rasa tanggung jawab dan
kemandirian peserta didik dimana kedua poin tersebut
merupakan pilar kedua dalam pendidikan karakter adalah
kemandirian dan tanggung jawab. Setiap orang harus
mempunyai rasa tanggung jawab ini minimal bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri. Setelah seseorang mempunyai
jiwa kemandirian dan bertanggung jawab, pilar karakter yang

15
harus dibangun dalam diri anak didik adalah kejujuran dan
sekaligus berjiwa amanah. Kejujuran dan berjiwa amanah ini
adalah kunci sukses seseorang dalam menjalin hubungan
dengan siapa pun.

c. Permasalahan sarana dan prasarana


1) Tata letak peralatan praktikum kurang tertata dengan tepat.
Selain itu, laboratorium kimia memilki penerangan yang
kurang memadai.
Analisis Penyebab :
Laboratorium kimia di SMAN 7 Pekanabaru memiliki
peralatan kimia yang cukup lengkap. Akan tetapi, beberapa
alat-alat lab untuk praktikum kimia terdapat di laboratorium
biologi yang baru dibangun. Bahkan, alat di lab biologi lebih
lengkap daripada di lab kimia itu sendiri. Hal tersebut
disebabkan karena laboratorium biologi yang baru dibangun
masih memilki ruang-ruang yang kosong dan lemari tempat
alat-alat praktikum juga masih kosong. Sehingga membuat
pihak sekolah memindahkan alat-alat kimia yang lumayan
lengkap ke lab biologi, sehingga lab tersebut lebih terisi
dengan alat-alat praktikum. Dampak dari hal tersebut adalah
alat praktikum di lab kimia menjadi berkurang, dan di lab
biologi alat tersebut juga tidak digunakan.
Selain itu, pada laboratorium kimia di SMAN 7
Pekanbaru memiliki penerangan yang tidak memadai atau
tidak terang. Sehingga di dalam ruangan lab kimia terlihat
gelap. Hal tersebut disebabkan karena lab tersebut tidak
optimal digunakan atau jarang digunakan untuk prakatikum
kimia, sehingga bola lampu sudah tidak berfungsi dengan
optimal dan dibiarkan begitu saja oleh pihak sekolah. Hal
tersebut berdampak bagi keberlangsungan praktikum yang

16
akan diadakan di lab kimia tersebut, praktikum tidak akan
berjaan dengan baik jika penerangan pada lab masih tidak
optimal.

2) Kipas yang terdapat di dalam kelas tidak berfungsi dengan


baik.
Analisis Penyebab :
Sarana dan prasarana yang terdapat di dalam kelas X
IPA 1 sudah lengkap dan bagus. Akan tetapi, untuk kipas
yanng terdapat di dalam kelas tersebut tidak berfungsi dengan
baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain yaitu warga sekolah yang tidak menjaga fasilitas sekolah
dengan baik, dan kurangnya kesadaran setiap warga sekolah
mengenai pentingnya peran sarana dan prasarana yang
terdapat di kelas. Dampak yang ditimbulkan akibat masalah
ini antara lain adalah tidak terciptanya proses pembelajaran
yang kondusif, membuat guru dan peserta didik tidak nyaman
dalam melakukan proses pembelajaran.

3) Sumber buku-buku (bahan bacaan kimia) yang belum


lengkap diperpustakaan.
Analisis Penyebab :
Kurangnya kelengkapan tersebut bisa saja disebabkan
karena terbatasnya dana bos yang ada disekolah tersebut.
Bahkan buku-buku terbitan terbaru hanya ada beberapa saja.
Khususnya untuk buku materi ajar kimia masih banyak yang
kurang

17
d. Permasalahan pada lingkungan dan peraturan sekolah
1) Jarak antara kelas dengan lapangan terlalu dekat, sehingga
apabila jam pelajaran olahraga, suara dari lapangan terdengar
keras dan mengganggu proses pembelajaran.
Analisis Penyebab : Terbatasnya luas lahan Sekolah SMA
Negeri 7 Pekanbaru membuat penataan ruang kelas atau ruang
belajar menjadi kurang efisien. Luas ukuran yang tidak terlalu
besar, sehingga jarak antara ruang kelas dengan bangunan lain
sangat dekat. Apalagi jarak dengan lapangan yang digunakan
ketika jam pelajaran olahraga dengan ruang kelas sangat dekat.

2) Peraturan mengenai keterlambatan yang kurang baik diterapkan


Analisis Penyebab :
Di setiap sekolah pasti mempunyai aturan-aturan yang telah
disepakati antara peserta didik dan guru. Dan tujuan dari
peraturan itu sendiri adalah untuk menertibkan peserta didik agar
lebih disiplin. Namun, pada kenyataanya, peraturan yang telah
dibuat dan disepakati bersama tidak berjalan dengan semestinya.
Hal ini disebabkan karena kurang tegasnya pihak sekolah kepada
peserta didik dalam mengawasi dan menertibkan peserta didik
yang terlambat. Contoh nya saja, ketika jam pelajaran pertama
akan dimulai, masih saja terdapat peserta didik yang terlambat
dan dengan santai masuk kedalam kelas untuk mengikuti proses
pembelajaran tanpa ditindak lanjut oleh guru piket. Selain itu,
kurang ketatnya pengawasan pintu masuk sekolah oleh Satpam,
sehingga membiarkan saja peserta didik yang terlambat dapat
masuk ke dalam Sekolah.

15
2.2.3 Cara mengatasi/solusi dari permasalahan dalam pembelajaran
kimia di SMA Negeri 7 Pekanbaru khususnya pada kelas X Mia 1
a. Permasalahan guru
1) Pendekatan terhadap peserta didik yang dilakukan pada proses
pembelajaran terlalu berlebihan, sehingga peserta didik
menganggap remeh guru
Solusi:
Sehingga, solusi dari permasalahan guru ini ialah guru
tersebut perlu melakukan refleksi terhadap dirinya yang mana
hal tersebut pun akan berguna untuk mengevaluasi dirinya
sendiri. Dengan melakukan refleksi maka seorang guru dapat
menilai sudah sejauh mana kompetensi yang dimilikinya
sebagai seorang guru dan bagaimana pendekatan yang selama
ini ia terapkan pada peserta didiknya. Apakah dengan
pendekatan yang dilakukan sudah tepat atau belum. Dan
apakah dengan pendekatannya itu karakter si peserta didiknya
dapat lebih terarah menjadi peserta didik yang menghargai dan
menghormati gurunya. Untuk itu seorang guru harus memiliki
beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar agar
tujuan pengajaran dapat tercapai. Hal yang terpenting dan
harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu
menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu
membelajarkan siswa manjadi aktif melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru.

2) Guru sedikit mengalami kesulitan dalam memulai mengajarkan


mata pelajaran kimia pada peserta didik kelas X karena ilmu
kimia merupakan hal yang baru bagi peserta didik.
Solusi:
Latar belakang pendidikan siswa kelas X SMA
sebelumnya ialah siswa SMP. Di SMP ilmu kimia sudah

16
dipelajari namun masih sangat sederhana dan juga termasuk
kedalam mata pelajaran IPA. Oleh karena itu, pada saat
memulai mengajarkan mata pelajaran kimia di kelas X, guru
bisa mengenalkan ilmu kimia pada peserta didik melalui hal-
hal sederhana yang ada di sekitarnya yang kemudian dikaitkan
dengan ilmu kimia agar peserta didik tertarik dengan ilmu
kimia dan menyadari bahwa sebenarnya kimia itu sangat dekat
dengan dirinya dan ada di lingkungannya. Contohnya tanpa
kita sadari ilmu kimia berada dekat dengan kita, seperti baju
yang kita pakai saat ini termasuk dalam ilmu kimia, bahkan
udara yang kita hirup pun termasuk bahan kimia, dan obat juga
termasuk dalam bahan kimia, tapi yang tidak berbahaya. Selain
itu, ilmu kimia berperan penting dalam kehidupan sehari hari
karena manusia tidak dapat lepas dari bahan kimia contohnya :
pada saat kita makan, lalu makanan tersebut kita telan, di
dalam lambung terjadi reaksi kimia antara zat asam di lambung
dengan makanan yang kita telan tadi.
Dengan kata lain guru harus dapat memberikan apersepsi
yang dapat menjembatani hal-hal yang telah diketahui siswa
saat di SMP mengenai kimia dengan ilmu kimia yang akan
dipelajari di SMA nantinya. Menurut Nurhasnawati, apersepsi
bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip
di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro
yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru
perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa
atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta
sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.

3) Guru lebih sering mengobrol pada saat jam pelajaran daripada


memberikan materi ajar

17
Solusi:
Guru sebaiknya lebih memahami kondisi kelas dan
peserta didik yang akan diajar sehingga memiliki solusi atas
masalah kelas dan materi yang akan diajar. Terlebih lagi
kebiasaan mengobrol dalam proses pembelajarannya lebih
dikondisikan lagi. Sebab sesuai dengan beberapa teori yang
telah disebutkan diatas tadi menyangkut kebiasaan mengobrol
tersebut tidak dapat dikatakan sepenuhnya salah karena hal itu
dipengaruhi oleh keunikan dari guru tersebut. Jadi, untuk
kedepannya guru harus bisa mengkondisikan kebiasaan
mengobrolnya tersebut.

b. Permasalahan peserta didik


1) Karakter peserta didik terhadap guru masih kurang.
Solusi: Menurut (E. Mulyasa, 2012) Guru dalam
pembelajaran seharusnya menanamkan Sembilan pilar
karakter yang berasal dari nilai luhur universal, yaitu :
a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
b. Kemandirian dan tanggung jawab
c. Kejujuran/amanah
d. Hormat dan santun
e. Dermawan, suka menolong, dan kerja sama
f. Percaya diri dan pekerja keras
g. Kepemimpinan dan keadilan
h. Baik dan rendah hati
i. Toleransi, dan cinta damai.
Kesembilan pilar karakter tersebut diatas hendaknya
diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan yang
holistic. Di antara karakter baik yang hendaknya dibangun
dalam kepribadian peserta didik adalah bisa bertanggung

18
jawab, jujur, dapat dipercaya, menepati janji, ramah, peduli
kepada orang lain, percaya diri, pekerja keras, bersemangat,
tekun, tak mudah putus asa, bisa berpikir secara rasional dan
kritis, kreatif dan inovatif, dinamis, bersahaja, rendah hati,
tidak sombong, sabar, cinta ilmu dan kebenaran, rela
berkorban, berhati-hati, bisa mengendalikan diri, tidak mudah
terpengaruh oleh informasi yang buruk, mempunyai inisiatif,
setia, menghargai waktu, dan bisa bersikap adil

2) Sebagian peserta didik kurang memiliki minat belajar.


Solusi : Upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru
menurut Dimyati (2002:95) yaitu dengan cara :
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan belajar yang di alaminya
b. Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
beraktualisasi diri dalam belajar.
c. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong
belajar.
d. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana
gembira terpusat pada perilaku belajar.
e. Merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya
diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti
berhasil.
f. Guru mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan
kemampuan siswa. Perilaku belajar yang ditunjukkan
siswa merupakan suatu rangkaian perilaku yang
ditunjukkan pada kesehariannya. Untuk itu, maka
pengalaman yang diberikan oleh guru terhadap siswa
dalam meningkatkan motivasi belajar.

19
3) Peserta didik yang kurang menaati peraturan sekolah.
Solusi :
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk
membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur dan
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras
dan sebagainnya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu
erat kaitannya dengan kebiasaan yang dimanifestasikan
dalam tingkah laku (Gunawan, 2014:23). Lebih lanjut
dijelaskan pendidikan karakter adalah sesuatu yang dilakukan
oleh guru/pendidik yang mampu mempengaruhi peserta
didik. pendidik membantu membentuk watak peserta didik.
Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik,
cara pendidik berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana pendidik bertoleransi dan berbagai hal terkait
lainnya.

c. Permasalahan sarana dan prasarana


1) Tata letak peralatan praktikum kurang tertata dengan tepat.
Selain itu, laboratorium kimia memilki penerangan yang
kurang memadai.
Solusi :
Solusi untuk permasalahan ini adalah alat-alat
praktikum kimia yang terdapat di lab biologi sebaiknya
dipindahkan ke lab kimia sesuai dengan fungsinya dan
sebaiknya pihak sekolah mengganti penerangan di
laboratorium kimia yang sudah tidak berfungsi dengan
optimal dengan membeli lampu untuk penerangan yang
optimal.

20
Menurut Drs. Riandi, M.Si mengenai tata letak
laboratorium yang tepat yaitu pemakai laboratorium
hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan
laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak
dipercayakan begitu saja kepada seorang arsitektur bangunan.
Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan
kelas. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum
membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain
lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.
Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain
tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain
atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak
berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan
laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan lainnya.
Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk
pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya misalnya
apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat
menjangkau bangunan laboratorium. Selain persyaratan
lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai peralatan
laboratorium dan kenyamanan para pengguna laboratorium.
Penyimpanan alat-alat di dalam gudang tidak boleh disatukan
dengan bahan kimia.
Demikian pula penyimpanan alat-alat gelas tidak boleh
disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam. Ukuran
ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan
dan ruang penyimpanan. Demikian juga ruang persiapan,
harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan
penyiapan bahan-bahan atau alat-alat untuk percobaan.

21
2) Kipas yang terdapat di dalam kelas tidak berfungsi dengan
baik.
Solusi :
Solusi untuk permasalahan ini adalah pihak sekolah
lebih peka terhadap keadaan ruangan kelas dan mengganti
atau memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak atau tidak
dapat digunakan dengan baik, setiap warga sekolah lebih
menjaga sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

3) Sumber buku-buku (bahan bacaan kimia) yang belum


lengkap diperpustakaan.
Solusi :
Beberapa solusi yang dapat diberikan untuk
permasalahan ini yaitu :
 Manajemen keuangan disekolah tersebut harus lebih diatur
dengan baik kedepannya dan dana untuk pembelian buku
menjadi lebih terarah sehingga pembelian buku-buku
untuk perpustakaan menjadi agenda dalam tiap tahun.
 Sekolah meminta keikhlasan kepada setiap peserta didik
Kelas XII atau alumni untuk dapat meminjamkan atau
menghibahkan buku-buku yang tidak dipakai lagi kepada
perpustakaan sekolah.
 Guru berinisiatif mengembangkan kompetensinya yakni
dalam hal menambah sumber buku-buku (bahan bacaan
kimia) atau dengan kata lain menggalangkan produktivitas
karya tulis.
d. Permasalahan pada lingkungan dan peraturan sekolah
1) Jarak antara kelas dengan lapangan terlalu dekat, sehingga
apabila jam pelajaran olahraga, suara dari lapangan terdengar
keras dan mengganggu proses pembelajaran.
Solusi :

22
Cara agar dapat mengurangi kebisingan dari lapangan
ketika jam olahraga berlangsung ialah kelas kelas yang berada
didekat lapangan hendaknya menutup pintu kelas agar suara
dari luar tidak kedengaran dan konsentrasi belajar siswa tidak
terganggu.
Konsentrasi belajar pada saat proses pembelajaran dapat
ditingkatkan apabila (Satyawadaningtyas, 2009):
1. Terdapat jarak tertentu antara zona aktif dan zona tenang.
2. Terdapat pembatas vertikal yang mencegah tembusnya
pandangan dan gerakan ke luar ruang kelas.
3. Penataan perabot memungkinkan terbentuknya fokus
orientasi ke arah yang dikehendaki. Penataan ini dapat
diubah-ubah sesuai kebutuhan.
4. Penataan dan desain perabot diatur sedemikian sehingga
dapat menghalangi gerakan dan pandangan anak-anak ke
tempat-tempat atau area-area yang tidak dikehendaki

2) Peraturan mengenai keterlambatan yang kurang baik


diterapkan
Solusi :
Dalam upaya peningkatan kedisiplinan peserta didik,
diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat.
Khususnya peserta didik itu sendiri. Guru harus lebih
mempertegas peserta didik yang terlambat dengan cara
mensosialisasikan berbagai peraturan-peraturan sekolah,
memajang spanduk yang berisikan peraturan-peraturan di
sekolah beserta sanksi yang didapatkan. Dengan cara seperti
itu dapat menyadarkan peserta didik mengenai aturan-aturan
yang ada disekolah. Selain itu juga pihak sekolah dapat
menerapkan peraturan baru yang lebih ketat agar peserta didik
tidak melanggar aturan lagi. Contohnya dengan penerapan

23
sanksi sistem point. Jika point yang dikenakan sudah melebihi
batas, guru dapat memberikan surat panggilan orang tua dan
bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Permasalahan pembelajaran kimia dapat berasal dari guru, peserta didik
maupun berasal dari sarana dan prasarana di sekolah yang tidak memadai.
Penulis telah melakukan observasi dan wawancara di
SMA Negeri 7 Pekanbaru dengan beberapa narasumber dan ternyata
ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran kimia, yang dihadapi
oleh guru, peserta didik, lingkungan sekolah.
Adapun permasalah yang dihadapi oleh guru diantaranya pendekatan
terhadap peserta didik yang dilakukan pada proses pembelajaran terlalu
berlebihan, sehingga peserta didik menganggap remeh guru. Pada
permasalahan ini solusi yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan
refleksi. Dengan melakukan refleksi, maka seorang guru dapat menilai sudah
sejauh mana kompetensi yang dimilikinya sebagai seorang guru. Selain
permasalahan dari guru, juga terdapat permasalahan pada peserta didik salah
satunya, yaitu sebagian peserta didik kurang memiliki minat belajar. Sehingga
solusi yang dapat diberikan yaitu dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan hambatan belajar yang di alaminya. Selanjutnya
permasalah dari segi sarana dan prasaran sekolah, salah satunya yaitu Sumber
buku-buku (bahan bacaan kimia) yang belum lengkap diperpustakaan. Solusi
yang dapat diberikan yaitu, Manajemen keuangan disekolah tersebut harus
lebih diatur dengan baik kedepannya dan dana untuk pembelian buku menjadi
lebih terarah sehingga pembelian buku-buku untuk perpustakaan menjadi
agenda dalam tiap tahun. Dari segi dari sekolah pun juga memiliki
permasalahan yaitu Jarak antara kelas dengan lapangan terlalu dekat,
sehingga apabila jam pelajaran olahraga, suara dari lapangan terdengar keras
dan mengganggu proses pembelajaran.

25
3.2 SARAN
1. Berdasarkan paparan permasalahan, analisis penyebab dan solusi tersebut
dapat bermanfaat bagi pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja dan
kualitas pendidikan di SMA Negeri 7 Pekanbaru
2. Pihak sekolah dapat lebih terbuka dalam menyampaikan
gejala/permasalahan yang dihadapi

26
DAFTAR PUSTAKA
Agboola, Alex.dkk. 2012. Bring Character Educa-tion into Classroom. European
Journal Of Educational Research: Vol. 1, No. 2.
Akhmad Muhaimin Azzet,2011, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Ar-
Ruzz Media, Jogjakarta
Arikunto. S, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta.
Broke and Stone,1995, Competency Based Education andTtraining. London,
Newyork,Philadelphia: The Falmer Press.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
E. Mulyasa, 2012, Manajemen Pendidikan Karakter, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Gunawan. H, 2014. Pendidikan Karakter (konsep dan implementasi).
Alfabeta Bandung, Bandung
Nana Sudjana, 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Poerbatjaraka Soegarda, 1990, Ensiklopedi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta.
Riandi, 2010, Tata Letak Laboratorium, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Siti Suprihatin, 2015, UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol.3.No.1
(2015) 73-82 ISSN: 2442-9449Syaiful Sagala, 2005, Konsep dan Makna
Pembelajaran, CV. Alvabeta, Bandung.
Triandriani M., Noviani S., Ema Yunita T, 2014, Penataan Ruang Kelas Yang
Sesuai Dengan Aktivitas Belajar Kasus: PAUD Kuncup Matahari dan
PG/RA Mutiara Bhima Sakti Sidoarjo, Jurnal RUAS, Volume 12 No 1.
Utomo, Cahyo Budi dkk. 2017. Peranan Pembelajaran Sejarah Dalam Penanaman
Nilai Karakter Religius dan Nasionalisme di MAN Temanggung. Jurnal
Paramitha . Vol 5. No 2. Universitas Negeri Semarang.
Wahjoedi, 1999, Jurnal Iptek Olahraga Pusat pengkajian dan Pengembangan
IPTEK (PPPITOR), Kantor Menteri Negara dan Olahraga, Jakarta.
Walgito Bimo, 1990, Pengantar Psikologi Umum, Andi Offset, Yogyakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai