Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam
kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik, salah satu
permasalahan yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang satuan pendidikan.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional yang terus
menerus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat,
salahsatunya dengan melakukan pengembangan kurikulum nasional
dan lokal, peningkatan kompetensi pendidik, pengadaan media
pembelajaran seperti buku dan alat pembelajaran, perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah.
Untuk itu penulis merasakan pengembangan pembelajaran
perlu ditingkatkan baik dari segi perencanaan, penggunaan model,
alat peraga maupun kemampuan pendidik dalam mengembangkan
kurikulum serta kemampuan sikap percaya diri dan penguasaan
konsep pembelajaran. Secara umum di kelas X TITL SMKN 1 Padang
laweh dalam proses pembelajaran pendidik masih mengajar dengan
menggunakan metode ceramah dan diskusi, dan belum
menggunakan model pembelajaran yang variatif. Semua itu
terkendala pada metode pengajaran yang digunakan pendidik, maka
kondisi tersebut tidak akan meningkatkan kemampuan sikap percaya
diri dan hasil belajar peserta didik secara optimal. Masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran adalah keterkaitan dengan pendidik
yang berperan sangat dominan dalam kegiatan pembelajaran
(Teacher Center) sehingga peserta didik tidak diberikan kesempatan
untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik hanya
memberikan pembelajaran dan penyampaian materi dengan metode
ceramah saja tanpa memperhatikan tingkah laku dalam proses

1
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan
oleh pendidik masih terpaku pada metode ceramah. Pendidik masih
bersikap malas untuk kreatif dalam pembelajaran dengan metode lain
yang menunjang proses belajar mengajar. Hal tersebut menyebabkan
rendahnya sikap percaya diri dan hasil belajar peserta didik, sehingga
anak tidak mempunyai sikap percaya diri.
Selain itu aktivitas peserta didik tidak optimal. Hal ini terlihat
peserta didik kurang perhatian dalam kegiatan pembelajaran, peserta
didik memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, peserta didik memiliki
keyakinan lemah pada kemampuan dirinya, peserta didik memiliki
pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya,
peserta didik cenderung malu dan takut salah dalam mengutarakan
pendapatnya dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang diberi
kesempatan untuk berpartisipasi aktif dan saling berinteraksi langsung
antar teman dalam proses pembelajaran dikelas. Akibatnya hasil
pembelajaran peserta didik pun menjadi rendah, peserta didik tidak
bisa menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan harus mampu melahirkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan masyarakat,
tetapi menjadi sumber kekuatan bagi seluruh proses pembangunan
dan kehidupan masyarakat. Sekolah memberikan peran yang sangat
penting sebagai dasar pembentukan sumber daya manusia bermutu
sehingga anak belajar untuk mengetahui dan membangun keahlian
serta membangun karakteristik mereka sebagai bekal menuju
kedewasaan.
Pemilihan model pembelajaran yang ditetapkan dalam
pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika pada kurikulum 2013
antara lain : project based learning, problem based learning, dan
discovery learning dapat mengaktifkan serta menyadarkan peserta
didik bahwa pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika tidak selalu
membosankan. Selama ini metode pengajaran di sekolah cenderung

2
hanya berjalan satu arah, di mana pendidik yang lebih banyak aktif
memberikan informasi kepada peserta didik. Hal yang sama juga
terjadi dalam proses pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika di
SMKN 1 Padang Laweh, di mana pendidik lebih banyak melakukan
pengajaran dengan menggunakan metode ceramah dan
mengedepankan metode yang tidak variatif selama proses
pembelajaran sehingga masih banyak peserta didik yang bercakap-
cakap dengan teman sebangkunya, yang tidak berkaitan dengan
materi pelajaran. Hanya sebagian peserta didik yang memperhatikan
yaitu peserta didik yang duduk di depan. Sedangkan peserta didik
yang duduk di belakang lebih banyak bermain dengan teman
sebangkunya, bahkan ada yang mengganggu teman yang lain. Saat
ditanya mengenai materi yang baru disampaikan, sebagian dari
mereka tidak dapat menjawab, jika pendidik memberi kesempatan
untuk bertanya mengenai kesulitan tentang materi pelajaran, tidak ada
yang bertanya bahkan kelas menjadi hening. Hal tersebut
membuktikan bahwa aktifitas belajar mereka masih sangat rendah.
Selama pembelajaran di kelas X TITL terdapat 40% peserta didik
yang aktif dalam pembelajaran. Mengamati permasalahan tersebut,
peneliti akan menggunakan model pembelajaran discovery learning
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas peserta didik
menjadi lebih baik.
Mengatasi permasalahan tersebut peneliti sebagai pendidik
Dasar Listrik dan Elektronika yang mengajar dikelas X TITL berusaha
menemukan metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan tersebut, peneliti mencoba menggunakan model
pembelajaran kooperatif, diharapkan dengan metode tersebut peserta
didik menjadi aktif, paham konsep-konsep materi yang dipelajari
sehingga peserta didik tertarik belajar.

3
Berdasarkan masalah tersebut diatas peneliti memilih judul
penelitian “Peningkatan Aktifitas Belajar Dasar Listrik dan
Elektronika Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Discovery Learning di kelas X TITL SMKN 1 Padang
Laweh”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang timbul
dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Peserta didik SMKN 1 Padang Laweh kurang memiliki aktifitas
belajar karena adanya persepsi yang kurang positif terhadap mata
pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika.
2. Rendahnya nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas X TITL
di SMKN 1 Padang Laweh tahun 2019 dalam mata pelajaran
Dasar Listrik dan Elektronika yaitu 65 dengan ketuntasan belajar
secara klasikal sebesar 60%. Hal ini akibat dari pembelajaran
Dasar Listrik dan Elektronika yang masih bersifat tradisional, yang
disebabkan : a) seringnya pendidik melakukan pembelajaran
Dasar Listrik dan Elektronika yang pendekatannya satu arah, b)
pendidik banyak bercerita tentang Dasar Listrik dan Elektronika,
bukan pembelajaran dengan proses Memahami Dasar Listrik dan
Elektronika, c) peserta didik menganggap Dasar Listrik dan
Elektronika sebagai pelajaran hafalan., dan d) pendidik kurang
mampu mengajarkan konsep Dasar Listrik dan Elektronika
dengan menggunakan metode yang variatif.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah
penerapan model pembelajaran kooperatif discovery learning dapat

4
meningkatkan aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran
Dasar Listrik dan Elektronika di kelas X TITL SMKN 1 Padang Laweh ?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang
penggunaan Model pembelajaran discovery learning untuk
meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran dan untuk
mengkomunikasikan ide di dalam kelas.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan IPTEK, khususnya pembelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika dijenjang pendidikan SMK Kompetensi keahlian Teknik
Instalasi Tenaga Listrik antara lain :
1. Bagi Peserta didik, hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat
apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami
konsep Dasar Listrik dan Elektronika secara lebih mendalam
sehingga hal ini dapat meningkatkan Aktifitas sisa dalam belajar.
2. Bagi Pendidik yang mengajar Dasar Listrik dan Elektronika
SMKN1 Padang Laweh, selain memberi pengalaman di dalam
melakukan penelitian tindakan kelas, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan masukan di dalam mengembangkan
pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika.
3. Bagi Pendidik dan Satuan Pendidikan, hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan kajian untuk meningkatkan mutu yang
berhubungan dengan materi maupun strategi pembelajaran
sehingga produk yang dihasilkan dapat siap pakai dalam
memberikan dan mencari alternatif pemecahan yang dihadapi
dalam pembelajaran di kelas nantinya.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar Dan Pembelajaran


1. Pengertian Belajar
Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang
dilakukan adalah aktivitas belajar. Sumadi Suryabrata (2003:5)
menjelaskan pengertian belajar dengan menidentifikasikan ciri-ciri
yang disebut belajar, yaitu belajar adalah aktivitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual
maupun potensial, perubahan itu pada pokoknya adalah
diperolehnya kemampuan baru, yang berlaku dala waktu relatif
lama, perubahan itu terjadi karena usaha. Belajar merupakan
komponen dari ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan tujuan
menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan.
Sudirman (2004:380) menyatakan belajar adalah mencari makna,
makna diciptakan oleh peserta didik dari apa yang mereka lihat,
mereka dengar dan dari yang dirasakan dan alami, jadi belajar
sangat dipengaruhi oleh pengalaman objek dengan dunia fisik dan
lingkungannya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jenis-jenis belajar
sebagai berikut :
a. Belajar Bagian, dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan
pada materi belajar yang bersifat luas. Dalam hal ini individu
memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang
satu sama lain berdiri sendiri.
b. Belajar Dengan Wawasan, belajar seperti ini mereorganisasi
pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu

6
tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian
suatu persoalan.
c. Belajar Diskriminatif, suatu usaha untuk memilih beberapa
sifat dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.

2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak
pendidik sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid (Syaiful Sagala, 2008:15). Pembelajaran
dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua
pihak, yaitu antara peserta didik dan pendidik yang melakukan
kegiatan pembelajaran. Warsita (2008:85) pembelajaran adalah
suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.

B. Aktifitas Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya
“ kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan
suatu aktifitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas peserta didik
selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan peserta didik untuk belajar. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah “ Suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek
tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan,

7
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis
atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sudirman. (2003 : 22)
menyatakan: “ Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri
manusia dengan lingkungannya yang mungkin saja adalah
berbentuk/berwujud pribadi/individu dan fakta. Dapat disimpulkan
bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi (pendidik dan peserta didik) dalam rangka
mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah
pada peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik
dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti
yang dikemukakan oleh Kurnia Igridwati dalam Depdiknas (2005 : 31),
belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek
koqnitif, afektif dan psikomotor”. Keaktifan peserta didik selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti : sering bertanya kepada pendidik atau peserta didik lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan pendidik, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Seorang pakar pendidikan, Trinandita menyatakan bahwa ” hal yang
paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah
keaktifan peserta didik”. Keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
pendidik dengan peserta didik ataupun dengan peserta didik itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing - masing peserta didik dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari
peserta didik akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan

8
dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi
peserta didik dalam mendorong terjadinya belajar. Saudirman
(2003:95) prinsip belajar adalah berbuat sesuatu untuk merubah
tingkah laku atau melakukan kegiatan untuk merubah tingkah laku.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas, sebab aktifitas merupakan
prinsip atau asas yangs angat penting didalam interaksi belajar
mengajar. Aktifitas belajar juga bersifat fisik maupun mental dan
saling terkait. Aktifitas belajar adalah segala tringkah laku atau usaha
manusia atau apa saja yang dikerjakan, diamati, oleh seseorang yang
mencakup kerja pikiran dan badan. Hal ini menunjukkan bahwa
semua yang dipikirkan dan dilakukan oleh peserta didik dalam proses
belajar merupakan aktifitas.

C. Model Pembelajaran Discovery Learning


1. Definisi / Konsep
Kaitannya dengan pendidikan, Hamalik (2001:29)
memyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang
menitik beratkan pada mental intelektual pada anak didik dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Model discovery
learningdidefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Ide dasar Bruner adalah
pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif dalam belajar di kelas. Model Discovery Learning
merupakan suatu pembelajaran dimana peserta didik harus
berperan aktip dalam suatu pembelajaran sehingga pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa peserta didik dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri,
dan peserta didik mampu mengetahui sendiri informasi yang sudah
mereka miliki. Model discovery learningadalah memahami konsep,

9
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.
Disimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu
model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas peserta
didik, sementara pendidik hanya sebagai pembimbing/fasilitator
yang mengarahkan peserta didik menemukan konsep, dalil dan
prosedur. Dengan teknik tersebut, peserta didik dibiarkan
menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri,
pendidik hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dengan
demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba
sendiri. Metode discovery learning sebagai sebuah teori belajar
dapat didefinisikan sebagai belajar yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan untuk mengorganisasi sendiri.
Jadi pengertian model discovery learningyang sudah
dibahas oleh para pendapat di atas yaitu suatu proses
pembelajaran dimana peserta didik secara aktip memperoleh
pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan, tetapi mereka menemukannya sendiri.

2. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Discovery Learning


Kelebihan penerapan discovery learning (Kemendikbud,
2013:32)
1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha

10
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya .
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan
transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4) Model ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7) Berpusat pada peserta didik dan gutu berperan sama-sama
aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan pendidikpun
dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi.
8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keraguan-
raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan
tertentu atau pasti.
9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih
baik.
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru.
11) Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif
sendiri.
12) Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang

11
15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju
pada pembentukan manusia seutuhnya.
16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.
17) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar
18) Dapat mengembangkan peserta didik belajar mengembangkan
bakat dan kecakapan individu.

3. Kekurangan penerapan discovery learning ( Kemendikbud,


2013:32)
1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan abstrak atau berpikiran mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2) Tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu
mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang tarkandung dalam model ini dapat
buyar berhadapan dengan peserta didik dan pendidik yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran dengan modeldiscovery learning lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan
aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
5) Pada beberapa disiplin ilmu, kurang fasilitas untuk mengukur
gagas yang dikemukakan oleh para peserta didik.
6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir
yang akan ditemukan oleh peserta didik karena telah dipilih
terlebih dahulu oleh pendidik.

12
D. Langkah-Langkah Penerapan Model Discovery Learning
Discovery learning adalah suatu model untuk
mengambanfgkan cara belajar peserta didik aktif dengan
menenemukan sendiri, menyelediki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan tahan lama dalam ingatan. Menurut Syah (2008:224) dalam
mengaplikasikan discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur
yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum sebagai berikut :
1. Stimulation ( Stimulasi / Pemberian Rangsangan)
Pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Disamping itu pendidik dapat memulai PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah ada persiapan pemecahan
masalah.
2. Problem Statement (Pernyataan/Identitas Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah pendidik
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah), Syah (2008:244)
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung, pendidik juga memberi
kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis, Syah (2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi

13
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi
yang relevan, membaca literatur.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Semua informasi hasil bacaan diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing
disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi
pada pembentukan konsep dan generalisasi.
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikaan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
data hasil processing, Syah (2008:244). Verificationmenurut
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang di jumpai dalam
kehidupannya.
6. Generalisation (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan verifikasi, Syah (2008:244). Setelah menarik
kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran
atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

14
E. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini berupa input, proses, dan
output. Input dari penelitian ini yaitu pendidik belum optimal dalam
penggunaan variabel model pembelajaran yang dapat melatih peserta
didik belajar secara mandiri untuk menemukan suatu konsep ataupun
prinsip. Penggunaan model pembelajaran belum optimal , pendidik
lebih mengutamakan pemberian pengetahuan secara informatif saja
dan kurang memberikan ruang yang bebas bagi peserta didik untuk
melkukan penyelidikan serta mengembangkan cara berfikir objektif
dan kritis analitis. Kurangnya pemerataan kesempatan untuk
menyampaikan pendapat mengakibatkan peserta didik yang antusias
menjadi berkurang, peserta didik juga kurang diberikan ruang untuk
mengemukakan gagasannya secara bebas dan tidak merangsang
peserta didik untuk memberikan jawaban yang beragam. Hal
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran yang sesuai dengan
penelitian ini adalah dengan menggunakan modeldiscovery learning.
Model ini sangat menarik perhatian peserta didik sehingga
menentukan hubungan interaksi sosial yang sudah dimiliki anak
dalam lingkungan sehari-hari sertadapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Dari uraian di atas, maka dapat divisualisasikan dalam
bentuk kerangka fikir, Secara skematis, kerangka pikir dapat disajikan
sebagai berikut

15
Pendidik / peneliti Peserta didik yang di
belum teliti
Input Aktifitas Belajar
memanfaatkan model
Discovery Learning peserta didik
masih rendah

SIKLUS I
Memanfaatkan model
Discovery Learning
memanfaatkan yang dijelaskan
Proses model Discovery pendidik,
Learning peserta didik
mendengarkan
dan mempraktekkan

Diharapkan melalui
SIKLUS II
Pemanfaatan Model
Memanfaatkan model
Discovery
Discovery Learning
Output Learningdapat
yang dijelaskan pendidik,
meningkatkan
peserta didik mengikuti dan
Aktifitas
mencoba dengan Bermain
belajar peserta didik

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban dengan sifat sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.
Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan
jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

16
Lain hal menurut Sugiyono (2009:64) Hipotesis sebagai suatu
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis
merupakan jawaban dengan sifat sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pernyataan.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


1. Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini di SMKN 1 Padang Laweh.

2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai tanggal 01 Agustus
sampai dengan 01 Desember 2020

B. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X TITL SMKN
1 Padang Laweh pada semester ganjil tahun pelajaran 2020 / 2021
yang berjumlah 30 orang, terdiri dari 10 peserta didik perempuan dan
20 peserta didik laki-laki.

C. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik jadi
meningkat. Penelitian akan dilakukan dalam dua siklus yang masing-
masing siklus terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Pada siklus pertama terdiri dari dua kali pelaksanaan
tindakan pembelajaran (dua kali pertemuan) dan siklus kedua juga
dua kali pelaksanaan tindakan pembelajaran (dua kali pertemuan)
tersebut dilaksanakan pada :
a. Siklus I, dilaksanakan pada kelas X TITL pada tanggal 21 dan
23 September 2020, dengan materi Perubahan listrik statis.
Diakhir pembelajaran diberikan latihan soal.

18
b. Siklus II, dilaksanakan pada kelas X TITL 30 September dan
02 Oktoberber 2020, dengan materi Muatan atom. Diakhir
pembelajaran diberikan latihan soal.
Secara lebih rinci langkah-langkah penelitian pada pertemuan
setiap siklus adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan tindakan
 Menetapkan materi bahan ajar dalam pembelajaran
 Menyusun skenario pembelajaran
 Menentukan metode pembelajaran
 Menyiapkan instrument penelitian
 Menyusun LKPD ( Lembaran Kerja Peserta Didik )
2) PelaksanaanTindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario

a. Kegiatan Pra PBM


 Pendidik menyiapkan bahan ajar sesuai Kompetensi
dasar yang akan dibahas.
 Pendidik mengkondisikan peserta didik sebelum
pembelajaran dimulai dengan cara pendidik mengajak
peserta didik berdoa menurut agama dan kepercayaan
masing-masing.
 Pendidik mengambil absensi
 Pendidik menyiapkan lembaran LKPD (lembaran kerja
Peserta Didik)
b. Kegiatan Awal
 Menjelasan tentang KD dan Tujuan Pembelajaran serta
penilaian yang akan dilakukan.
 Pendidik menyampaikan apersepsi untuk memancing
dan membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik.

19
 Pendidik membagi kelompok yang terdiri dari 5 orang
dengan kemampuan yang berbeda menjadi 6 kelompok.
c. Kegiatan Inti.
 Masing-masing Kelompok Peserta didik diminta
mencabut lot untuk menentukan materi mana yang
harus dikuasainya ( terdiri dari 3 sub materi)
 Masing-masing kelompok berdiskusi tentang materi
yang diperolehnya.
 Masing-masing kelompok membuat hasil diskusinya
pada kertas koran (Charta) yang akan di tempel di
depan saat persentasi di depan kelas.
 Peserta didik memproleh kuis individu yang mencakup
semua topik.
d. Kegiatan Akhir
 Penghitungan skor kelompok
 Pendidik memberikan reward pada kelompok
yang berhasil dengan nilai yang baik dan memotivasi
kelompok yang nilai masih dibawah ketuntasan minimal
(KKM).

3) Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung peserta didik
diamati oleh seorang pendidik teman sejawat sebagai observer,
yakni sebagai pendidik Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMKN
1 Padang Laweh. Sedangkan data aktifitas belajar peserta
didik diamati oleh observer dan dicatat pada lembar observasi
sebagai berikut.

20
Tabel 3.1. Lembar Observasi
Jumlah Peserta didik
No Aktifitas Belajar %
Pert.1 Pert.2 Rerata
Aktifitas Belajar Positif
Aktif Bekerja sama dengan teman satu
1
kelompok
Aktif Bertukar pendapat antar teman
2
dalam kelompok
Aktif mengikuti penjelasan materi yang
3
di presentasikan di depan kelas.
Aktif berpartisipasi bertanya dalam
4
diskusi
Aktif berpartisipasi menjawab
5
pertanyaan dalam diskusi .
Aktifitas Belajar Negatif
1 Sering keluar kelas
2 Menggangu teman
3 Mengerjakan pekerjaan lain
4 Mengantuk
5 Tidak memperhatikan

4) Refleksi
Pendidik dan kolaborator menganalisis dan merefleksi
pelaksanaan hasil tindakan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Discovery Learning. Untuk keperluan
analisis ini dilakukan kegiatan antara lain memeriksa lembar
observasi. Hasil analisis dan refleksi terhadap tidakan I ini
menjadi bahan pelaksanaan tindakan berikutnya.

21
Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran
siklus II dengan bertitik tolak pada hasil refleksi pada siklus I.
Kemudian menganalisis dan melakukan refleksi keseluruhan tindakan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery
Learning . Kegiatan ini merupakan akhir dari tindakan I sampai
tindakan II.

D. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dengan observasi, yaitu untuk
memperoleh informasi bagaimana pembelajaran Kimia dengan
menerapkan model pembelajaran Discovery Learning observasi
meliputi, bagaimana pelaksanaan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
pelaksanaan penerapan model pembelajaran Discovery Learning
serta kegiatan penutup pelajaran. Termasuk juga aktifitas belajar
peserta didik.
Pada penelitian ini diperlukan data dengan indikator aktifitas
yang tertera pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2. Indikator aktifitas belajar peserta didik


No
Aktifitas Positif Jumlah Aktifitas Negatif Jumlah
.
Aktif Bekerja sama dengan
1 Sering keluar kelas
teman satu kelompok
Aktif Bertukar pendapat antar
2 Menggangu teman
teman dalam kelompok
Aktif mengikuti penjelasan
Mengerjakan pekerjaan
3 materi yang di presentasikan
lain
di depan kelas.
Aktif berpartisipasi bertanya
4 Mengantuk
dalam diskusi
Aktif berpartisipasi menjawab
5 Tidak memperhatikan
pertanyaan dalam diskusi .

22
E. Analisis Data
Analisis data hasil penelitian digunakan persentase aktifitas
belajar peserta didik dengan rumus

PAS = �
x 100%

dengan keterangan :
PAS = persentase aktifitas peserta didik
A = Jumlah peserta didik yang aktif
S = Jumlah peserta didik seluruhnya

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Deskripsi Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang


berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian
ini pembelajaran ini dilakukan dalam dua siklus.

1. Data Aktifitas Belajar Positif Peserta didik

Adapun hasil perhitungan observer terhadap aktifitas


belajar positif pada siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.1 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Positif Peserta didik


Siklus I
Jumlah Peserta didik
No Aktifitas Belajar Positif %
Pert.1 Pert.2 Rerata
Aktif Bekerja sama dengan teman
1. 16 20 18 60,00
satu kelompok
Aktif Bertukar pendapat antar
2. 17 21 19 63,33
teman dalam kelompok
Aktif mengikuti penjelasan materi
3. yang di presentasikan di depan 18 24 21 70,00
kelas.
Aktif berpartisipasi bertanya dalam
4. 16 18 17 56,67
diskusi
Aktif berpartisipasi menjawab
5. 15 18 17 55,00
pertanyaan dalam diskusi .
Cat : Total jumlah peserta didik adalah 30 orang.

Pada Tabel.4.1 terlihat bahwa aktifitas belajar kimia pada siklus I


dapat dikatakan bagus pada aktifitas mengikuti penjelasan materi yang di
presentasikan di depan kelas hingga mencapai 70 %, bertukar pendapat

24
antar teman dalam kelompok 63,33 % bekerja sama dengan teman satu
kelompok 60 %, dan aktifitas berpartisipasi bertanya dalam diskusi
56,67 % , tapi tidak cukup bagus pada berpartisipasi menjawab
pertanyaan dalam diskusi 55 %

Jika digambarkan dengan menggunakan diagram, maka hasil


aktifitas di atas dapat dilihat pada Diagram 4.1 yaitu sebagai berikut :

Diagram 4.1 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Positif Peserta didik Siklus I

2. Data Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik


Adapun hasil perhitungan observer terhadap aktifitas belajar
Negatif pada siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.2 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik Siklus I
Jumlah Peserta didik
No Aktifitas Belajar Negatif Pert. %
Pert.2 Rerata
1

25
1. Sering keluar kelas 4 3 3,5 11,67

2. Menggangu teman 6 2 4 13,33

Mengerjakan pekerjaan 6 3 4,5 15,00


3.
lain

4. Mengantuk 2 1 1,5 5,00

5. Tidak memperhatikan 8 6 7 23,33

Pada Tabel.4.2 terlihat bahwa aktifitas belajar negatif pada siklus I


dapat dikatakan bagus pada aktifitas mengantuk hanya mencapai 5 %,
sering keluar kelas 11,67%, mengganggu teman 13,33 % dan
mengerjakan pekerjaan lain 15 %, tapi kurang bagus pada aktifitas tidak
memperhatikan hingga mencapai 23,33% .
Jika digambarkan dengan menggunakan diagram, maka hasil
aktifitas di atas dapat dilihat pada Diagram 4.2 yaitu sebagai berikut :

Diagram 4.2 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik


Siklus I

26
3. Refleksi Siklus I
Dengan memperhatikan data observasi dan hasil pengamatan
terhadap peserta didik kela XI. MIPA1 diproleh hal-hal sebagai berikut :

1. Prosentase rata-rata aktifitas yang termasuk partisipasi aktif


(Positif) sebesar 61 % dan aktifitas negatif 13,67 %
2. Kemampuan memberikan saran, gagasan ,memperhatikan teman
menerangkan ,memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan
kemampuan memahami materi perlu ditingkatkan. Maka langkah
pembelajaran pada siklus dua akan sedikit berubah yaitu sebelum
masuk pada kegiatan inti peserta didik disuruh membaca topik
yang akan dipelajari secara keseluruhan terlebih dahulu
3. Sebagian besar Peserta didik sangat tertarik mengikuti sistem
pembelajaran kooperatif model Discovery Learning.

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II


Siklus dua ini dilakukan karena aktifitas belajar peserta didik masih
rendah pada siklus pertama. Pada siklus II, Hasil penelitian yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Data Aktifitas Belajar Positif Peserta didik
Adapun hasil perhitungan observer terhadap aktifitas belajar positif
pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.3. Hasil Observasi Aktifitas Belajar positif Peserta didik Siklus II
Jumlah Peserta didik
No Aktifitas Belajar Positif Pert. Pert.2 Rerat %
1 a
Aktif Bekerja sama dengan teman
1. 24 26 25 83,33
satu kelompok

2. Aktif Bertukar pendapat antar 22 24 23 76,67

27
teman dalam kelompok

Aktif mengikuti penjelasan materi

3. yang di presentasikan di depan 26 28 27 90,00


kelas.

Aktif berpartisipasi bertanya


4. 21 23 22 73,33
dalam diskusi

Aktif berpartisipasi menjawab


5. 23 26 25 81,67
pertanyaan dalam diskusi .

Cat : Total jumlah peserta didik adalah 30 orang.

Pada masing-masing item aktifitas belajar peserta didik yang


diamati semuanya mengalami peningkatan, baik Bekerja sama
dengan teman satu kelompok, Bertukar pendapat antar teman
dalam kelompok, mengikuti penjelasan materi yang di presentasikan
di depan kelas, dan berpartisipasi bertanya dalam diskusi serta
berpartisipasi menjawab pertanyaan dalam diskusi .

Jika digambarkan dengan menggunakan diagram, maka hasil


aktifitas di atas dapat dilihat pada Diagram 4.3 yaitu sebagai berikut :

28
Diagram 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Positif Peserta
didik Siklus II

2. Data Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik


Adapun hasil perhitungan observer terhadap aktifitas belajar
Negatif pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.4. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik


Siklus II

Jumlah Peserta didik


No Aktifitas Belajar Negatif Pert. Rerat %
Pert.1
2 a

1. Sering keluar kelas 1 0 0,5 1,67

2. Menggangu teman 2 1 1,5 5,00

Mengerjakan pekerjaan 1 1 1 3,33


3.
lain

4. Mengantuk 1 0 0,5 1,67

29
5. Tidak memperhatikan 3 1 2 6,67

Pada masing-masing item aktifitas belajar negatif peserta didik yang


diamati semuanya mengalami penurunan, baik aktifitas tidak
memperhatikan, mengganggu teman, dan mengerjakan pekerjaan
lain serta tidak ada seorangpun peserta didik yang mengantuk dan
keluar kelas pada saat pembelajaran berlangsung di kelas.

Jika digambarkan dengan menggunakan diagram, maka hasil


aktifitas di atas dapat dilihat pada Diagram 4.4 yaitu sebagai berikut :

Diagram 4.4 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik


Siklus II

3. Refleksi Siklus II
Secara umum aktifitas peserta didik belajar kimia dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus
kedua mengalami peningkatan dibanding siklua pertama. Pada
siklus kedua ini tampak peserta didik mengalami peningkatan

30
pemahaman materi yang dipelajari. Berdasarkan pengamatan
terhadap aktifitas belajar kimia, maka pada siklus kedua ditemui hal-
hal sebagai berikut :

1. Sebagian peserta didik telah menyiapkan diri belajar kimia


dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Discovery Learning dengan menguasai materi-materi
sebelumnya.
2. Peserta didik sudah terbiasa dengan model pembelajaran
kooperati Discovery Learning, sehingga keberlangsungan
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
3. Peserta didik sudah terbiasa berdiskusi baik di dalam kelompok
kecil maupun di kelompok besar.

C. Pembahasan
1. Perbandingan Aktifitas Belajar Positif Peserta didik Siklus I
dan II
Perbandingan aktifitas belajar kimia peserta didik
menggunakan Model pembelajaran kooperatif Discovery Learning
pada siklus I dan II, dapat dilihat pada Diagram 4.5. berikut:

31
Diagram 4.5 Perbandingan Aktivitas Belajar Positif Peserta Didik
Siklus I dan II

Dari Diagram 4.5. Di atas, tampak bahwa terjadi peningkatan


aktifitas belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II, yang
mengalami peningkatan yang tajam terutama pada aktifitas
bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk bertanya dan
bertukar pendapat antar teman, beberapa peserta didik masih
terlihat enggan melakukaannnya walau sudah diberikan motivasi
oleh pendidik, tapi tetap aktif memberikan kontribusi dalam
melakukan aktifitas diskusi kelas.
Jika digambarkan dengan menggunakan diagram, maka
hasil aktifitas di atas dapat dilihat pada Diagram 4.6 yaitu sebagai
berikut :

32
Diagram 4.6 Persen kenaikan masing - masing aktifitas positif
antara siklus I dan II

Secara keseluruhan perbandingan aktifitas belajar peserta


didik meningkat sebanyak 20 % yaitu dari 61 % menjadi 81 %
dapat dilihat dari diagram 4.7 berikut.

Diagram 4.7 Perbandingan Kemajuan Aktifitas Belajar Positif


Peserta didik Siklus I dan II

33
2. Perbandingan Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik Siklus I
dan II
Perbandingan aktifitas belajar kimia peserta didik
menggunakan Model pembelajaran kooperatif Discovery learning
pada siklus I dan II, dapat dilihat pada Diagram 4.8 berikut:

Diagram 4.8 Perbandingan Aktivitas Belajar Negatif Peserta Didik


Siklus I dan II

Dari Diagram 4.8 Di atas, tampak bahwa terjadi penurunan aktifitas


belajar negatif peserta didik dari siklus I ke siklus II, terjadi
penurunan yang tajam terutama pada aktifitas tidak memperhatikan,
sering keluar kelas, mengganggu teman, dan pada saat
pembelajaran berlangsung masih ada peserta didik yang
mengantuk dan mengerjakan pekerjaan lainnya.
Jika digambarkan dengan menggunakan diagram, maka
hasil aktifitas di atas dapat dilihat pada Diagram 4.9 yaitu sebagai
berikut :

34
Diagram 4.9 Persen Penurunan masing - masing aktifitas
Negatif antara siklus I dan II

Secara keseluruhan perbandingan aktifitas belajar negatif peserta


didik menurun sebanyak 10 % yaitu dari 13,67 % menjadi 3,67 %
dapat dilihat dari Diagram 4.10 berikut.

Diagram 4.10. Perbandingan Aktifitas Belajar Negatif Peserta didik


Siklus I dan II

Peningkatan aktifitas belajar positif dan penurunan aktifitas belajar


Negatif dari siklus I ke siklus II memungkinkan karena proses
pembelajaran kooperatif Discovery Learning yang telah dilaksanakan
sangat menarik bagi peserta didik karena semua peserta didik dituntut

35
serius dalam menguasai materi yang nantinya akan ia presentasikan
didepan peserta didik lainnya.

BAB V
PENUTUP
.

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian, maka penelitian
tindakan kelas dapat ditarik kesimpulan : “Jika pada peserta didik
kelas X TITL SMKN 1 Padang Laweh Kabupaten Dharmasraya
dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan Model
pembelajaran kooperatif Discovery Learning maka terjadi peningkatan
aktifitas belajar kimia dan sebagai dampaknya nilai hasil
belajarnyapun akan meningkat”.

B. Saran

36
Berdasarkan kesimpulan dan temuan di lapangan, maka kami
mengajukan beberapa saran berikut ini:
1. Model pembelajaran kooperatif Discovery Learning agar
dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang
digunakan pendidik di sekolah.
2. Kepada peserta didik agar dapat membiasakan diri belajar
berkelompok untuk menambah pemahaman materi.
3. Peserta didik harus berani mengungkapkan
pendapat,menjelaskan kepada teman dan mampu mengambil
kesimpulan dari pembelajaran yang sedang berlangsung.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk kelas yang sama atau
berbeda dengan materi yang berbeda atau sama guna
menghasilkan hasil yang lebih optimal.
5. Perlu dilakukan pemantauan yang lebih banyak sehingga
peserta didik mempunyai kesempatan untuk bertanya hal-hal
yang tidak atau belum mereka mengerti selama proses
pembelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anni. 2004. MKDK-IKIP Semarang. Psikologi Belajar : IKIP Semarang.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka


Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001, Proses Belajar Mengajar. Jakarta : P.T. Bumi


Aksara.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru


Implementasi Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.

Kurnia, Igridwati dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Dirjen


Dikti Depdiknas. Jakarta.

37
Mulyono, Anton M. 2001. Kamus Besar Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Sudirman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT


Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,


Kulaitatif dan
R & D). Bandung : Alfabeta

Sumadi suryabrata, 2003, proses Belajar Mengajar di Perguruan


Tinggi,Yogyakarta,Andi Ofset.

Syah, Muhibbin.2008.Psikologi Belajar.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Syaiful Sagala. 2008. Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung :


Alphabeta.

Warsita.2008. Teknologi Pembelajaran landasan dan


aplikasinya.Jakarta:Rineka Cipta.

38
DOKUMENTASI KEGIATAN

39

Anda mungkin juga menyukai