No. Hasil eksplorasi penyebab Akar penyebab Analisis akar
masalah masalah penyebab masalah 1 1. Berdasarkan hasil rapor Kemampuan Kemampuan literasi pendidikan SMAN 1 Muara literasi numerasi numerasi peserta didik Samu, dapat diketahui peserta didik masih kurang, meliputi kemampuan literasi dan masih kurang. kemampuan berhitung numerasi siswa SMAN 1 sederhana, mengolah Muara Samu masih di bawah data hasil percobaan. kompetensi minimum. Padahal seharusnya 2. Pelaksanaan Program literasi siswa kelas XI menurut numerasi di sekolah kurang teori Piaget , pada usia efektif menjadi salah satu 12-17 tahun pola pikir penyebab siswa kesulitan siswa sudah berada pada materi kimia. pada tahap operasi 3. Lemahnya sistem pendidikan formal untuk memahami pada jenjang sebelumnya konsep laju reaksi menjadi faktor siswa dengan baik. kesulitan mengikuti pelajaran matematika. 4. Materi laju reaksi tergolong materi yang sedikit konsep namun bersifat abstrak, serta diperlukan kemampuan numerasi yang baik pada siswa karena ada kegiatan praktikum yang mengharuskan siswa mengolah data hasil praktikum dalam menyelesaikan soal . 5. Hasil wawancara dengan 27 siswa melalui kuisioner, sebanyak 6,7 % kurang minat terhadap mata pelajaran kimia 2 1. Rendahnya konsentrasi Guru belum Guru belum menguasai belajar kimia siswa dapat menerapkan pembelajaran disebabkan oleh minat siswa pembelajaran berdiferensiasi sehingga terhadap mata pelajaran kimia berdiferensiasi sulit memetakan juga rendah. Ketidaksesuaian karakteristik siswa pembelajaran dengan gaya berdasarkan gaya belajar siswa juga bisa menjadi belajar. Padahal, gaya salah satu faktor rendahnya belajar siswa minat siswa terhadap mata mempengaruhi motivasi pelajaran kimia. (Giono, 2022) dan minat belajar siswa 2. Konsentrasi belajar siswa di kelas. yang rendah bisa disebabkan karena guru belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. (Dewi, 2022) 3. Kesulitan siswa belajar kimia bisa juga disebabkan oleh faktor motivasi belajar kimia siswa yang rendah. (Pintaka, 2022) 4. Kesulitan belajar yang paling dirasakan adalah kemampuan dasar peserta didik dalam memahami konsep dan kemampuan dalam logika berpikir dalam alur matematika.(Sukirno, 2022) 5. Hasil wawancara dengan siswa melalui kuisioner , sebanyak 70,4 % siswa kesulitan belajar kimia karena materi kimia tergolong sulit, 14,8 % karena guru kurang berinovasi dalam pembelajaran, 14,8 % kurang minat terhadap mata pelajaran kimia. 3 1. Orangtua menganggap bahwa Orang tua meletakkan Orang tua belum dengan menyekolahkan anak, tanggung jawab memahami bahwa pendidikan anak menjadi pendidikan anaknya Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah pada sekolah menjadi tanggung jawab ,terlebih lagi di swasta. guru dan pihak sekolah, Padahal, sistem informasi dan melainkan harus ada program sekolah harus sinergitas antara orang diinformasikan ke orangtua tua, siswa dan guru di agar ketika terjadi kesulitan sekolah. pada siswa baik pihak guru maupun orangtua tidak saling menyalahkan 2. Orangtua mempercayakan sepenuhnya segala sesuatu tentang anak mereka di sekolah. 3. Sulit memberitahukan perkembangan siswa ke orangtua yang tidak memiliki alat komunikasi 4. Jika ada pemanggilan orang tua, orangtua tidak dapat hadir karena alasan siuk bekerja. 4 Hasil Wawancara : Pembelajaran masih Guru belum maksimal 1. Jika guru kurang bersifat konvensional dalam memanfaatkan menguasai strategi mengajar model pembelajaran maka siswa akan sulit dan hanya berpusat inovatif dapat menerima materi pelajaran pada satu arah. disebabkan karena guru dengan sempurna. Guru masih senang berada di dituntut untuk mengadakan zona nyaman mereka inovasi dan berkreasi dalam masing-masing. melaksanakan pembelajaran, Kurangnya pemahaman sehingga hasil belajar siswa mengenai sintaks model memuaskan. pembelajaran 2. Kebanyakan guru menyebabkan guru menggunakan model dan beranggapan model media hanya untuk pembelajaran memindahkan materi dari konvensional masih jadi buku, padahal materi kimia alternatif terbaik dalam semua abstrak dan beruntut. pembelajaran. Perlu memanfaatkan model dan media yang dapat membantu mengkonkritkan konsep yang abstrak. 3. Guru kesulitan menerapkan model pembelajaran inovatif karena kurangnya pemahaman sintaks model pembelajaran 4. Guru kurang inisiatif mengembangkan diri mencari pelatihan model pembelajaran inovatif 5 1.Siswa kesulitan menyelesaikan Guru tidak Kerangka berpikir siswa soal HOTS, karena tidak melakukan dalam menyelesaikan terbiasa. Guru harus melakukan pembiasaan soal masih di tingkat pembiasaan kepada siswa memberikan soal- LOTS. Hal ini yang untuk mengerjakan soal HOTS soal HOTS menyebabkan terkadang 2.Kesulitan guru mengajarkan guru menurunkan grade materi terkait literasi numerasi, dalam pemberian soal HOTS dan advanced material agar siswa dapat disebabkan karena kemampuan mencapai kriteria dasar peserta didik dalam ketuntasan minimal. memahami konsep dan Pemikiran seperti ini kemampuan dalam memahami terjadi terus menerus logika berpikir dalam alur dan berulang dilakukan matematika oleh guru, sehingga 3.Kerangka berpikir siswa masih secara tidak sadar , guru di tingkat LOTS sehingga sulit kurang melakukan menyelesaikan soal HOTS. pembiasaan memberikan soal HOTS.
6 1. Perlu dukungan dari Ketersediaan sarana Ketersediaan sarana
pemerintah maupun sekolah prasarana di sekolah prasarana menjadi salah untuk memfasilitasi sarana termasuk listrik , satu factor yang dan prasarana pendukung jaringan internet, menghambat penggunaan teknologi dalam masih kurang penggunaan model pembelajaran (Giono, 2022). memadai pembelajaran berbasis 2. Sebenarnya terbatasnya teknologi di sekolah. sarana dan prasarana dapat dioptimalkan menggunakan virtual lab. Dan hal ini tentu bergantung lagi kepada guru untuk mengupayakan penggunaan teknologi tersebut. Guru sendiri harus termotivasi dulu untuk mengupayakan menggunakan media pembelajaran berbasis TIK(Menik, 2022). 3. Ketersediaan listrik yang stabil di sekolah menjadi salah satu penghambat penggunaan model pembelajaran berbasis teknologi di sekolah.