Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Anas /Analisis Ultimate dan Sifat Struktur Arang Aktifdari Kulit Biji Mete: Pengaruh Temperatur Aktivasi

21

Analisis Ultimate dan Sifat Struktur Arang Aktif dari Kulit Biji Mete:
Pengaruh Temperatur Aktivasi
Muhammad Anas1,*, Muhammad Jahiding2, Ratna3, Auliaul Hasanah1, Dedi Kurniadi1
1

Pendidikan Fisika FKIP Universitas Haluoleo


Fisika FMIPA Universitas Haluoleo
3
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Aduonohu Kendari 93231
Southeast Sulawesi Indonesia
corresponding author: HP. 081341513589 atau anas_colle@yahoo.com
2

Abstrak Karbon aktif dari kulit biji mete telah disiapkan melalui aktivasi fisik. Sebelum dikarbonasi minyak laka
dipisahkan dari kulit pada temperatur sekitar 170oC kemudian dikarbonasi pada temperatur sekitar 350oC. Karbon yang
dihasilkan lalu digerus dan diayak dengan ukuran 60 mesh. Selama aktivasi dalam tanur listrik dialiri nitrogen dengan
kecepatan alir konstan, temperatur aktivasi divariasi dari 500oC sampai 900oC. Sampel selanjutnya dikarakterisasi
dengan analisis ultimate meliputi kandungan C, H, N dan S serta struktur dengan difraksi sinar X (XRD). Hasil analisis
ultimate menunjukkan bahwa kandungan karbon naik seiring dengan naiknya temperature aktivasi sampai mencapai
sebesar 79,80% pada temperature aktivasi 700oC dan turun sampai sebesar 79,14% pada temperature aktivasi 900oC.
Hasil XRD memperlihatkan bahwa puncak melebar terliha sekitar 2 = 24o sampel memiliki struktur amorf. Kenaikan
temperature aktivasi memperlihatkan kecenderungan terjadinya proses grafitisasi.
Kata kunci: arang aktif kulit biji mete
Abstract The activated carbon from cashew nut shell has been prepared by physical activation. The cashew nut shell
liquid is primarily extracted from shell by using handed-rotary roaster kiln at temperature around 170oC. The
carbonization is done by augmenting temperature up to 350oC without taking out the cashew nut shell from kiln. The
carbonized cashew nut shell is crushed and sieved of 60 mesh. While activation process, nitrogen gas is flowed through
the electric furnace with constant flow rate and the activation temperature is varied from 500oC to 900oC with interval of
150oC. Sample then is characterized using ultimate analysis to determine composition of activated carbon including C,
H, N and S and X-ray diffraction to know the structural properties of activated carbon from cashew nut shell. Ultimate
analysis shows that carbon element in sample increases as activation temperature increases up to 700oC of 79,80% and
then decreases to 79,14% at 900oC. X-Ray diffraction shows that it appears a broaden peak about 2 = 24oindicating an
amorphous structure. The increment of activation temperature tends to graphitization process of activated carbon.
Key words: cashew nut shell activated carbon

I. PENDAHULUAN
Penelitian tentang karbon aktif telah banyak dilakukan
oleh para peneliti disebakan aplikasinya yang beragam
melipti penyerap dan superkapasitor. Sejauh ini
pemanfaatan biomassa dari sampah pertanian sebagai
bahan baku pembuatan karbon aktif telah menarik
perhatian para peneliti. Limbah pertanian seperti kulit biji
mete [1], sekam padi[2], kulit durian [3], kulit batang
tebu dan tongkol jagung[4] telah dimanfaatkan untuk
pembuatan arang aktif.
Produksi mete gelondongan dalam skala nasional
berada di kisaran 95.000 ton per tahun, jumlah ini tidak
mengalami peningkatan berarti selama 10 tahun terakhir.
Penghasil mete utama adalah Sultra (35 % produksi
nasional), Sulsel (25 %), Lombok, Flores dan Sumbawa
(30 %) serta Jawa-Madura (10 %) [5]. Sekitar 35% berat
mete gelondongan berupa minyakl aka (Cashew Nut Shell
Liquid CNSL), 25% adalah kacang dan sisanya
merupakan kulit. Sejuah ini kulit biji mete merupakan
sampah di daerah Sulawesi Tenggara.
Secara umum, terdapat dua metode dalam menyiapkan
karbon aktif dari material siswa pertanian yakni metode

kimia dan metode fisik. Aktivasi kimia dilakukan dengan


merendam bahan baku dalam larutan kimia tertentu
seperti ZnCl2, H3PO4. Aktivasi fisik dilakukan melalui 2
(dua) langkah yaitu proses karbonasi bahan baku dan
aktivasi karbon dengan pemanasan sampai temperatur
tinggi.
Para peneliti telah melakukan berbagai penelitian
dalam menyiapkan dan aplikasi karbon aktif, tetapi masih
sedikit yang melakukan penelitian karbon aktif dari kulit
biji mete. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan
penelitian preparasi karbon aktif dari kulit biji mete. Pada
penelitian terdahulu, kami mengaktivasi arang kulit biji
mete dengan metode pemanasan fisik saja tanpa
menggunakan agen aktivasi[6][7]. Pada penelitian ini
kami mengalirkan nitrogen sebagai agen aktivasi
(activating agent) selama proses aktivasi. Agen aktivasi
untuk aktivasi fisik yang biasa digunakan adalah H2O,
CO2 dan N2[8].
II. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Bahan baku berupa kulit biji mete dalam penelitian ini
diperoleh dari Lombe Kabupaten Buton. Untuk

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823

22

Muhammad Anas /Analisis Ultimate dan Sifat Struktur Arang Aktif dari Kulit Biji Mete: Pengaruh Temperatur Aktivas

menghilangkan sisa kotoran, kulit biji mete dicuci dengan


aquades lalu dikeringkan dengan sinar matahari selama 1
hari. Karbonasi dilakukan melalui 2 (dua) tahap. Tahap
pertama, pemisahan minyak laka dari kulit biji mete
dengan menggunakan alat penggorengan (Anas, dkk,
2003) pada temperatur sekitar 170oC. Tahap kedua,
pembakaran tak langsung pada temperature sekitar 350oC
selama 4 jam. Lalu, sampel digerus dan disaring dengan
ayakan 60 mesh. Akativasi dilakukan dengan cara fisis,
yaitu pemanasan sampai temperature tinggi dalam tanur
listrik selama 30 menit dengan mengalirkan gas nitrogen
dimana laju aliran nitrogen dipertahanlan konstan.
Temperatur aktivasi divariasi dari 500oC 900oC dengan
selang 150oC. Analisis proksimat dilakukan untuk
menentukan kadar air, kadar abu, zat mudah menguap
dan karbon terikat. Sedangkan, analisis ultimat
diagunakan untuk menentukan kandungan karbon,
oksigen, hidrogen dan sulfur. Analisis ultimat dilakukan
di Laboratorium Mineral dan Batubara Bandung.Sifat
struktur dikarakterisasi dengam XRD.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil analisis ultimate dan analisis proksimat
Tabel 1 menampilkan hasil analisis ultimate karbon
aktif kulit biji mete untuk temperature aktivasi yang
berbeda. Tabel ini memberikan informasi persentase
kandungan karbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N), sulfur
(S) dan oksigen (O) dari karbon aktif kulit biji mete
dengan perbedaan perlakuan temperatur.
Unsur C
mendominasi kandungan karbon aktif kulit biji mete baik
sebelum aktivasi maupun setelah aktivasi. Kandungan
unsur C sekitar 70,25% sebelum diaktivasi naik menjadi
79,80% pada temperature aktivasi 700oC dan turun
menjadi 79,14% pada temperature aktivasi 900oC.
Naiknya unsure C dibarengi dengan turunnya prosentae
unsur H dan O. Hasil yang diperoleh dari analisis
ultimate ini memenuhi standar mutu arang aktif
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-37301995 khususnya unsur karbon (C) yaitu 65%. Tabel 2
menampilkan hasil analisis proksimat karbon aktif kulit
biji mete untuk temperature aktivasi yang berbeda. Tabel
ini memberikan informasi persentase kadar air, kadar
abu, kadar zat menguap dan kadar karbon terikat. Kadar
karbon terikat dalam karbon aktif dipengaruhi oleh kadar
air, kadar zat mudah menguap dan kadar abu. Dalam
penelitian ini diperoleh peningkatan kadar karbon terikat
pada sampel karbon aktif dari kulit biji mete seiring
dengan peningkatan suhu aktivasi. Karbon aktif kulit biji
mete memiliki kandungan karbon terikat yang sangat
tinggi mencapai 88,99% sebelum aktivasi dan naik secara
regular dan mencapai 96,56% pada tempertur aktivasi
900oC.

Tabel 2. Hasil Analisis proksimat karbon aktif kulit biji mete.


Kadar
Kadar
Kadar zat
Kadar
air
abu
menguap
karbon
terikat
Sebelum
4,00
3,67
3,34
88,99
Aktivasi
o
Ta = 500 C
1,40
1,85
1,42
95,33
2,40
1,04
1,02
95,54
Ta= 700oC
Ta= 900oC
1,60
0,82
1,02
96,56

Secara teori, semakin tinggi temperature aktivasi


semakin tinggi kadar abu. Namun pada penelitian ini
kadar abu semakin rendah seiring dengan peningkatan
temperatur aktivasi. Hal ini disebabkan karena pengaruh
aliran gas nitrogenselamaaktivasi yang mana gas nitrogen
berperan sebagai gas inert yang membersihkan
permukaan arang aktif dari kotoran dan abu.
2.

Karakterisasi Struktur dengan XRD


Gambar 1 menunjukkan pola difraksi sinar-X karbon
aktif kulit biji mete. Hasil ini memperlihatkan bahwa pola
difraksi sampel yang belum diaktivasi dimana puncak
melebar sekitar 2 = 24 yang mengindikasikan struktur
amorf. Kehadiran puncak ini dan puncak sekitar 2 = 43
mengindikasikan puncak yang mirip dengan struktur
grafit. Puncak 2 = 43 ini semakin melebar dengan
naiknya temperature aktivasi dibarengi dengan
muncuknya puncak baru sekitar 2 = 29 dan 2 = 32.
Hasil inimemberikan kemungkinan terjadinya proses
grafitisas imelalui treatment temperatur. Zhao dkk. [10]
melaporkan bahwa berdasarkan evolusi intensitas puncak
hasil XRD, proses grafitisasi dapat dibedakanp ada tiga
daerah. Daerah non grafitisasi, daerah hampir grafitisasi
dan daerah grafitisasi untuk aktivasi di bawah 900oC,
1000 1100oC dan di atas 1200oC secara berurutan.

(a)

Tabel 1. Hasil Analisis ultimate karbon aktif kulit biji


mete
Sebelum
Aktivasi
Ta = 500oC
Ta= 700oC
Ta= 900oC

C
70,25

H
4,61

N
0,94

S
0,01

O
20,13

74,90
79,80
79,14

3,21
1,93
1,02

1,00
1,03
1,18

0,02
0,01
0,02

15,10
9,22
8,93

(b)

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823

Muhammad Anas /Analisis Ultimate dan Sifat Struktur Arang Aktifdari Kulit Biji Mete: Pengaruh Temperatur Aktivasi

23

PUSTAKA

(c)

(d)
Gambar 1. Poladifraksisinar-X karbonaktifkulitbiji mete (a)
sebelum aktivasi, (b) temperature aktivasi 500oC,
(c)temperature aktivasi 700oC dan (d) temperature
aktivasi 900oC

V. KESIMPULAN
Hasil analisis ultimate dan analisis proximat
menunjukkan bahwa karbon aktif kulit biji mete
memenuhi
standar
mutu
SNI.
Hasil
XRD
memperlihatkan bahwa kenaikan temperature aktivas
imemungkin anterjadinya proses grafitisasi karbon aktif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada DP2M
Dirjen Dikti atas biaya peneltian. Juga, LABMIRA
Bandung atas analisis ultimat sampel dan Laboratorium
Kristalografi IPB atas analisis XRD.

[1] Tangjuank, S., N. Insuk, V. Udeyedan J. Tontrakoon,


Chromium (III) Sorption From Aqueous Solutions Using
Activated Carbon Prepared From Cashew Nut Shells, Int.
J. of Phys. Sci. Vol. 4 (8), 2009, 412 417
[2] Yahayaa, N.K.E.M, M. F. P. M. Latiff, I. Abustan, O. S.
Bellob, M. A. Ahmad, Effect of Preparation Conditions of
Activated Carbon Prepared from Rice Husk by CO2
Activation for Removal of Cu (II) from Aqueous
Solution, IJET-IJENS Vol:10 No:06, 2010,
[3] Jun, T.Y., S. D. Arumugam, N. H. A. Latip, A. M.
Abdullah dan P. A. Latif, Effect of Activation
Temperature and Heating Duration on Physical
Characteristics of Activated Carbon Prepared from
Agriculture Waste, Environment Asia 3(special issue),
2010,143 148
[4] Jadhav, A.S., S. Salwe, M. Tambedan N.H. Shinde,
Chemical Characterisation of Biomass Waste by
Proximate Analysis Method using Catalyst, IJAET, Vol.II
(2), 2011, 1 19
[5] Anonim, Seluruh Daerah Sultra Memiliki Perkebunan
Jambu
Mete
Yang
Potensial,
2010,
http://metecelebes.blogspot.com/2010/01/seluruh-daerahsultra-memiliki.html diakses 20 April 2014
[6] Muzakkar, M. Z., M. Anas, Ratna, Kualitas Karbon Aktif
dari Kulit Mete dan Penentuaan Konduktivitas Listriknya,
Laporan Penelitian Ilmu Dasar DIKTI , 2004
[7] Anas, M., Muh. Zakir Muzakkar dan Ratna, Aplikasi
Arang Aktif dari Kulit Biji Mete untuk Penyerapan
Logam Berat Fe, Ni, Cd, Pb dan Hg, Laporan Penelitian
Fundamental DIKTI, 2007.
[8] Khezami, L., AissaOuld-Dris and Richard Capart,
Activated Carbon fron Thermo-compressed Wood and
Other Lignocellulosic Precursors, BioResources, 2(2),
2007, 193 203.
[9] Anas, M., Ariifin dan Rahman Baco, Pemanfaatan Limbah
Kulit Mete untuk Pembuatan Minyak Cashewnut (CNSL),
Laporan Penelitian FK8PT Universitas Haluoleo, 2003.
[10] Zhao, J., L. Yang, F. Li, R. Yu, C. Jin, Structural
Evolution in The Graphitization Process of Activated
Carbon by High-Pressure Sintering, Carbon47, 2009,
744 751

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823

Anda mungkin juga menyukai