Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu
(Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada
periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk
semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai
lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya
sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai
360 bahasa.
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di
bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah
Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada zaman Kemerdekaan
Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemudian
pada tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkan Undang-undang Dasar 1945. Dalam Pasal 36 Bab
XV UUD ’45 berbunyi : “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pada tanggal 19 Maret 1947
diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan Van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya
Ciri-ciri ejaan ini yaitu :
a. Huruf “ oe “ diganti dengan “ u “ seperti pada kata Guru, Itu, Umur, dan sebagainya.
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan K pada kata-kata Tak, Pak, Rakjat, dan
sebagainya.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d. Awal di-an kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu
bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang
mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa
yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:
Perkembangan globalisasi di abad XXI sangat pesat dibandingkan abad-abad sebelumnya. Hal
ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang juga sangat cepat, sehingga komunikasi antar
manusia di negara-negara yang terpisah jauh pun dapat dilakukan dengan praktis tanpa perlu
memakan waktu lama. Kemudahan ini membuat informasi dapat bergerak dari satu tempat ke
tempat lain dengan waktu yang relatif singkat.
Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi, terutama dengan
semakin mudahnya pembelajaran dan penggunaan bahasa. Dengan semakin tergantungnya
negara satu dengan negara yang lain, diperlukan satu bahasa umum agar komunikasi dapat
dilakukan lebih mudah tanpa memerlukan penerjemah. Bahasa Inggris biasanya menjadi bahasa
yang paling mudah memengaruhi bahasa-bahasa lain di dunia, dikarenakan penggunaannya
sebagai bahasa Internasional.[8]
Tetapi, dengan adanya globalisasi, bahasa Indonesia pun mulai terpengaruh oleh berbagai
macam bahasa lain. Bahasa Inggris, Jepang, dan Korea merupakan 3 bahasa yang paling banyak
memengaruhi pengguna bahasa Indonesia dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh pertukaran budaya
dan informasi yang begitu deras lewat internet, televisi, dan media-media lainnya, sehingga
orang-orang Indonesia cenderung terbiasa mengucapkan kata-kata asing seperti “good
morning”, “ohayou gozaimasu”, dan “annyeonghaseyo”daripada kata-kata bahasa Indonesia
seperti “selamat pagi”. Hal ini tentu akan sangat membahayakan kelangsungan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional.
Selain itu, bahasa-bahasa tren yang digunakan oleh remaja-remaja Indonesia saat ini juga
akan berdampak buruk bagi bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa-bahasa alay yang
menggabungkan huruf dan tulisan serta sebutan-sebutan yang kadang memiliki arti yang jauh
dari konotasi sebenarnya seperti “cabe-cabean” juga dapat merusak bahasa Indonesia, terutama
apabila bahasa-bahasa tren tersebut digunakan oleh banyak orang. Bahasa-bahasa ini biasanya
menyebar dari mulut ke mulut, atau menyebar melalui media sosial onlineseperti Facebook,
Twitter, sehingga hanya dalam sekejap, ratusan atau bahkan ribuan orang dapat langsung
mengetahui dan menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.