2. TEKTONIKA
Geologi struktur merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
segala aspek bentuk atau arsitektur kerak bumi yang mengalami segala macam
bentuk deformasi sebagai akibat dari pergerakan tektonik sebagai penyebabnya.
Ilmu tektonika ialah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi. Geologi struktur
menceritakan tentang keterjadian struktur geologi yang menjadi hasil dari aktifitas
tektonik yang dicirikan tanda-tandanya oleh deformasi pada zona-zona tertentu.
Pergerakan tektonik merupakan pemicu keterbentukan struktur geologi kerak
bumi. Pergerakan tektonik dihasilkan dari arus koveksi di bawah kerak bumi, arus
konveksi tersebut menggerakan beberapa lempeng ke arah tertentu. Sebagaimana
teori apungan benua milik Alfred Wegener, bahwa pada awalnya bumi berupa satu
daratan yang bernama Pangaea dengan satu samudera yang luas. Seiring zaman,
lempeng-lempeng yang saling menempel dengan lempeng lainnya tersebut pun
bergerak akibat dari arus konveksi tadi.
(Sumber: http://www.classroomatsea.net/general_science/images/tectonic_theory_lge.jpg)
Gambar 1
Arus Konveksi
Lempeng-lempeng tersebut terbagi menjadi dua jenis, diantaranya lempeng
samudera dan lempeng benua. Lempeng benua memiliki komposisi material silika
dan alumunium, sedangkan lempeng samudera mengandung material silika dan
magnesium. Lempeng samudera memiliki tubuh yang lebih tipis daripada lempeng
benua yang tubuhnya cenderung tebal, namun berat jenis lempeng samudera lebih
berat ketimbang lempeng benua.
(Sumber: http://creationwiki.org/pool/images/8/87/Continental_drift.jpg)
Gambar 2
Teori pergerakan benua
Pergerakan lempeng ini ada yang saling menjauh sehingga Pangaea pun
terpecah menjadi benua-benua besar yang terpisahkan oleh samudera, perististiwa
ini terjadi pada zona divergen. Zona divergen pada kerak bumi terdapat pada dasar
laut samudera atlantik yang memisahkan benua Afrika dengan benua Amerika
Selatan, karena sebagaimana teori apungan benua, bahwa dahulunya benua Afrika
dan benua Amerika Selatan merupakan satu benua yang utuh. Zona divergen bawah
laut ini merupakan zona penyebaran lempeng karena pada zona itu, terdapat
lempeng yang bergerak saling menjauh. Ada pula lempeng-lempeng yang saling
bertubrukan sehingga membentuk beberapa gunung api. Peristiwa ini terjadi pada
zona kovergen. Pada zona konvergen, lempeng samudera yang mengalami
penyebaran menabrak lempeng benua sehingga terjadi subduksi, yaitu peristiwa
lempeng samudera menyusup kebawah lempeng benua karena terpengaruh oleh
gaya tekan dari arus konveksi dan sifat fisik lempeng samudera itu sendiri yang
menyebabkan lempeng tersebut menyusup ke bawah lempeng benua. Zona
subduksi di kerak bumi ditandai oleh busur-busur gunung api contohnya pada pulau
Sumatera dan kepulauan Jepang.
Pada pertemuan antar lempeng inilah deformasi terjadi menciptakan beberapa
bentuk deformasi seperti lipatan, kekar, bahkan sesar. Deformasi merupakan
perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan. Deformasi pada ilmu geologi
lebih dikaitkan dengan lempeng-lempeng pada kerak bumi yang terkena gaya-gaya
atau tekanan dari pergerakan tektonik. Deformasi menyebabkan muka kerak buimi
berubah bentuk.
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-3oNKALvTDps/Td4ALLtlSTI/AAAAAAAAALc/YJKvlarGkOk/s1600/800-08220055.jpg)
Foto 1
Lipatan
Terdapat tiga tahapan deformasi pada kerak bumi diantaranya tahapan elastis,
tahapan plastis dan tahapan rekah. Tahapan elastis merupakan tahapan yang dilalui
oleh lapisan pada lempeng bumi yang mengalami tekanan yang tidak terlalu besar
dan temperatur tinggi sehingga menyebabkan lapisan tersebut berubah bentuk atau
membentuk lipatan. Tahapan elastis tidak dapat ditemukan di lapangan sebab
lapisan tersebut sudah kembali bentuknya seperti semula ketika tekanan dan
temperatur tidak kembali bekerja. Pada tahapan elastis, terdapat batas dimana
lapisan yang melipat akan melewati batas tersebut ketika tekanan dan temperatur
tinggi. Batas ini dinamakan batas elastisitas. Ketika lapisan meilipat hingga
melewati batas elastisitas maka lapisan ini sudah termasuk tahapan plastis. Ketika
lapisan dapat melipat pada tahapan ini maka lapisan tersebut tidak akan menjadi
bentuk semula. Tahapan plastis dapat dittemukan di lapangan berupa struktur
lipatan. Ketika lapisan mengalami tekanan yang sangat tinggi namun temperatur
rendah sehingga lapisan tersebut melebihi batas elastisitas dan plastis, maka lapisan
tersebut akan patah atau merekah. Inilah sebabnya contoh struktur rekahan atau
patahan di lapangan.
3. STRESS ELLIPSOID
Pengertian mengenai sumbu-sumbu keterakan dan tegasan dan elip tegasan
dalam Struktur. Bila berada dalam ditekan secara konstan, maka dalam benda itu
selalu mungkin untuk menarik 3 buah bidang yang akan saling berpotongan tegak
lurus satu samalainnya pada suatu titik .
Ketiga garis perpotongan dari bidang – bidang tersebut akan membentuk
susunan “ principle exes of stress ( sumbu / poros tegasan utama ) dan tegasan yang
berkerja melaui poros-poros tersebut disebut tegasan utama Principle stress pada
titik itu. pada umumnya tegasan-tegasan yang berkerja pada suatu titik bersarnya
tidak sama. Maka salah satu poros akan searah dengan yang terkecil, dan yang
terkecil dan yang lain lagi dengan yang sedang.
(Sumber: https://thejugul.wordpress.com/category/geologi-struktur//)
Gambar 3
Tegangan-tegangan yang bekerja pada arah tertentu untuk membentuk sesar
(Sumber: https://www.academia.edu/8676478/gejala_sesar)
Gambar 4
Tegangan-tegangan akan mempengaruhi jenis sesar
(Sumber: https://zahrosofie.wordpress.com/2010/03/19/morfologi-patahan-lipatan/)
Gambar 5
Perbedaan kekar dengan sesar
Adanya lipatan, selain dikarenakan tegangan-tegangan yang
mempengaruhinya, lipatan terbentuk dikarenakan adanya pengaruh dari material
lain, seperti halnya intrusi magma ataupun adanya cebakan minyak bumi dan gas.
Material-material tersebut memiliki pergerakan yang bebas karena memiliki
tekanan yang tinggi pada kondisi tertentu. Akibat pergerakan fluida-fluida ini
memaksa lapisan yang berada diatasnya melengkung dan fluida tersebut terjebak
dibawah lengkungan lapisan tersebut. Proses perlipatan yang diakibatkan oleh
gaya-gaya horisontal disebut bending.
(Sumber http://www.zambia-mining.com/gold%20vein.jpg)
Gambar 6
Minyak bumi dan gas terjebak dibawah lipatan
(Sumber: http://www.tulane.edu/~sanelson/eens212/intro&textures.htm)
Gambar 7
Struktur batuan beku lakolit mengisi ruang dibawah lipatan bidang
Lipatan yang mencapai titik patahannya, akan merekah dan dapat bergeser
hingga beberapa meter menjadi sesar naik. Berikut ilustrasi tegangan-tegangan
yang terjadi
(Sumber: http://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geos-2123/Stress/Microstruct2.gif)
Gambar 8
Gaya tarik tidak langsung yang berasal dari tegangan vertikal menyebabkan kekar tarik
terjadi
(Sumber: http://i536.photobucket.com/albums/ff321/capullet/sesarrdankekar-1.jpg)
Gambar 9
Perbedaan kekar dengan sesar
Kekar pada umumnya dapat dicirikan dengan adanya lapisan batuan yang
terpisah dengan jarak yang relatif dekat sehingga terlihat seperti ada rongga rekahan
atau retakan jika dilihat secara vertikal dari atas kebawah. Namun kekar juga dapat
terlihat jika sudah terisi dengan mineral-mineral yang sudah mengisi rekahan
tersebut. Untuk itu dibutuhkan pengklasifikasian kekar, berikut macam-macam
bentuk kekar diantaranya: (1) Kekar Gerus, Kekar yang terbentuk akibat adanya
gaya tekan sehingga terjadi saling gerus antar dua bidang yang dipisahkan oleh
bidang lemahnya. Adanya tegangan horisontal yang sangat kuat menyebabkan
kekar ini memiliki arah kekar membentuk perpotongan vertikal yang lurus dan rata.
Kekar gerus juga menyebabkan lapisan pada bidang lemah rapuh dan koyak. Kekar
ini dapat berkembang menjadi sesar naik jika gaya horisontal dapat menyebabkan rekahan
melebar secara signifikan
(Sumber: http://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geos-2123/Stress/Microstruct1.jpg)
Gambar 10
Gaya tekan horisontal yang menyebabkan kekar gerus terjadi
(2) Kekar Tarik, kekar tarik merupakan kekar yang terbentuk akibat dari gaya
tarik sehingga terjadi gaya saling tarik antar dua bidang yang dipisahkan oleh
bidang lemahnya. Pada kekar ini biasanya membentuk retakan-retakan yang tidak
beraturan. Kekar tarik menyebabkan lapisan merekah dan membuat rongga
didalamya seperti jurang yang jarak antar bidang relatif pendek. Kekar ini dapat
berkembang menjadi sesar normal jika gaya horisontal dapat menyebabkan rekahan
melebar secara signifikan.
Umumnya pada sesar geser mendatar, sepanjang jejaknya bergeometri
panjang, lurus atau lengkung yang cenderung berdaerah lebar dengan kecuraman
yang beragam. Lebarnya jalur penggerusan ini mencapai beberapa ratus ribu meter
diatas permukaan. Biasanya terdapat struktur penyerta yang khas dalam sesar ini
seperti rekahan, lipatan (umumnya lipatan merencong atau en echelon fold), dan
struktur bunga. Struktur penyerta ini umumnya pertama kali tebentuk dan sejajar
dengan poros panjang elips keterakan dimana pada jalur-jalur sesar mendatar terjadi
proses yang di bagian dalam batuan dasarnya akan terlibat sesar mendatar ke atas
melalui sedimen-sedimen tertutup. Pada sesar ini, jalurnya teranyam dengan gouge
atau mylonite dan gores-gores garisnya horizontal yang diikuti oleh sembul dan
terban yang tidak sistematis. Jenis lipatan-lipatan seretan yang menujam ataupun
tataan stratigrafi yang saling menindaih dan tidak sama merupakan ciri lainnya.
Selain itu, nyatanya sesar ini merupakan jalur yanh peka terhadap erosi.
Jenis sesar jurus mendatar dibedakan dengan sesar transform. Sesar transform
ini sendiri diartikan sebagai sesar yang tegaknya berakhir secara mendadak pada
bentuk struktur lainnya dan umumnya terjadi di pematang samudra dengan cara
memotong pematang dan menggesernya dengan arah mendatar yang berlawanan
dengan arah pergeseran pematang (slip dan separation berlawanan arah).
Pergeseran yang terjadi sepanjang pematang ini biasanya tetap konstan walaupun
slip terus berjalan, tetapi slip dapat berakhir secara tiba-tiba pada ujung pematang.
Hasil deformasi yang dihasilkan oleh sesar ini hanya menimbulkan sedikit
deformasi pada lempeng yang mengakibatkan kegempaan yang terjadi hanya
sebagian dengan diiringi pergerakan lempeng yang sejajar terhadap arah transform.
Sesar jurus-mendatar ini dibedadakan dari sesar transform berdasarkan
beberapa kejadian. Sesar ini adalah sesar dengan pergerakan sejajar dimana blok
bagian kiri relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan blok bagian kanannya.
Berdasarkan arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi menjadi 2 (dua)
jenis sesar, yaitu: (1). Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) dan (2).
Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri). Sesar Mendatar Dextral adalah
sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah perputaran jarum jam sedangkan
Sesar Mendatar Sinistral adalah sesar yang arah pergeserannya berlawanan arah
dengan arah perputaran jarum jam. Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar
dengan permukaan sesar atau pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip
/ oblique). Sedangkan bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut
dengan bidang horisontal. Sesar jurus-mendatar ini biasa terjadi di kerak benua
dimana selama pergerakannya menghasilkan slip dan separation dengan arah yang
sama dimana pergeseran akan meningkat dengan meningkatnya slip fan
oergerakannya berlangsung secara ellipsoid dimana arahnya menyilang dari arah
transform. Berbeda dengan sesar transform, sesar jenis ini menghasilkan banyak
deformasi yang mengakibatkan tingginya unsur kegempaan pada setiap batas sesar
atau pada ujung sesar
6. SESAR NORMAL
Secara umum, sesar merupakan struktur geologi rekahan yang sudah
mengalami pergerseran yang signifikan. Pada awalnya, struktur hanyalah sebuah
rekahan/kekar yang yang belum tergeser. Ketika tegangan-tegangan yang timbul
disebabkan gaya-gaya dalam bumi terlalu besar, sehingga merubah susunan
struktur geologi tersebut menjadi sesar. Pergeseran suatu blok rekahan sebelum
terjadinya sesar dapat mengarah pada zona rekahan/menumbuk blok lainnya,
menjauh dari zona rekahannya/blok lainnya ataupun hanya bergesekan dengan blok
lainnya. Arah pergeseran sesar tegantung dari tegangan-tegangan yang
mempengaruhinya.
Keterbentukan sesar dapat dipicu oleh adanya gaya-gaya dalam bumi yang
bekerja terhadap suatu bidang tanah atau lapisan batuan sehingga menghasilkan
tegangan-tegangan yang memiliki bermacam-macam arah. Tegangan-tegangan
sama seperti tegangan-tegangan yang memicu adanya struktur geologi lainnya
seperti lipatan dan kekar. Sebagaimana tiga tahapan deformasi, sesar merupakan
tahapan terakhir yaitu patahan. Patahan terjadi ketika tegangan bekerja melebihi
batas elastisitas dan plastisitas, sehingga sesar pun terbentuk.
8. KESIMPULAN
Pergerakan tektonik merupakan pemicu keterbentukan struktur geologi kerak
bumi. Pergerakan tektonik dihasilkan dari arus koveksi di bawah kerak bumi, arus
konveksi tersebut menggerakan beberapa lempeng ke arah tertentu. Sebagaimana
teori apungan benua milik Alfred Wegener, bahwa pada awalnya bumi berupa satu
daratan yang bernama Pangaea dengan satu samudera yang luas. Seiring zaman,
lempeng-lempeng yang saling menempel dengan lempeng lainnya tersebut pun
bergerak akibat dari arus konveksi tadi.
Pengertian mengenai sumbu-sumbu keterakan dan tegasan dan elip tegasan
dalam Struktur. Bila berada dalam ditekan secara konstan, maka dalam benda itu
selalu mungkin untuk menarik 3 buah bidang yang akan saling berpotongan tegak
lurus satu samalainnya pada suatu titik .
Keterbentukan lipatan dipicu oleh beberapa tegangan diantaranya tegangan
horisontal dan vertikal. Biasanya tegangan horisontalnya lebih kuat ketimbang
tegangan vertikalnya. Tegangan horisontal ini bekerja pada struktur bidang yang
relatif kuat sehingga tidak mampu dipatahkan, hanya dapat melengkung saja.
Namun tidak hanya parameter tegangan saja yang mempengaruhi perubahan
struktur geologi menjadi lipatan.
Keterbentukan lipatan dipicu oleh beberapa tegangan diantaranya tegangan
horisontal dan vertikal. Biasanya tegangan horisontalnya lebih kuat ketimbang
tegangan vertikalnya. Tegangan horisontal ini bekerja pada struktur bidang yang
relatif kuat sehingga tidak mampu dipatahkan, hanya dapat melengkung saja.
Namun tidak hanya parameter tegangan saja yang mempengaruhi perubahan
struktur geologi menjadi lipatan.
Keterajadian kekar disebabkan oleh gaya-gaya saling berinteraksi,
diantaranya gaya tarik dan tekan. Sebagaimana tiga tahapan deformasi bahwa kekar
merupakan hasil yang terbentuk akibat dari batuan bersifat plastis pada saat gaya
tarik terjadi. Batuan sudah melewati batas elastisnya namun batuan tidak
bergeser/patah. Kekar merupakan awal dari keterjadian sesar. Jika kekar terlampau
relatif jauh pergeserannya sehingga mengakibatkan lapisan tidak menerus atau
terjadi patahan, maka hal ini dapat dinamakan sesar.
Keterbentukan sesar dapat dipicu oleh adanya gaya-gaya dalam bumi yang
bekerja terhadap suatu bidang tanah atau lapisan batuan sehingga menghasilkan
tegangan-tegangan yang memiliki bermacam-macam arah. Tegangan-tegangan
sama seperti tegangan-tegangan yang memicu adanya struktur geologi lainnya
seperti lipatan dan kekar. Sebagaimana tiga tahapan deformasi, sesar merupakan
tahapan terakhir yaitu patahan. Patahan terjadi ketika tegangan bekerja melebihi
batas elastisitas dan plastisitas, sehingga sesar pun terbentuk.
Dari sudut pandang ilmu kebumian, daerah Jawa Barat sangat menarik untuk
dipelajari karena geologi daerah ini dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua
lempeng yang berbeda jenis. Lempeng yang pertama berada di bagian utara
berkomposisi granitis yang selanjutnya dinamakan sebagai Lempeng Benua
Eurasia, selanjutnya lempeng yang kedua berada di selatan berkomposisi basaltis
yang selanjutnya dinamakan sebagai Lempeng Samudra Hindia-Australia. Kedua
lempeng ini saling bertumbukan yang mengakibatkan Lempeng Samudra
menunjam di bawah Lempeng Benua. Zona tumbukan (subduction zone),
membentuk morfologi menyerupai lembah curam yang dinamakan sebagai palung
laut (trench).
9. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, “Gejala Sesar” https://www.academia.edu/8676478/gejala_sesar. Diakses
pada tanggal 3 April 2015.
Anonim, “Sesar Normal” https://thejugul.wordpress.com/category/geologi-
struktur/. Diakses pada tanggal 3 April 2015
Anonim, “Sesar” http://dynosidiq.blogspot.com/p/sesar.html. Diakses pada tanggal
3 April 2015
Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The
Haque, Nederland.
Hamilton, W., 1979. Tectonics of The Indonesian Region, United State of
Geological Survey.
Pulunggono dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene – Neogene
Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceeding Geologi dan
Geotektonik Pulau Jawa, Percetakan NAFIRI, Yogya.
Stephen, A. Nelson, 2015, “Introduction & Textures & Structures of Igneous
Rocks”. http://www.tulane.edu/~sanelson/eens212/intro&textures.htm.
Diak-ses pada tanggal 26 Maret 2015