Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II


PERCOBAAN FRANCK-HERTZ
(ACARA–5)

Disusun oleh :
Nama : 1. Ade Rizky Bagus S. H1E014041

2. Gilang Azhar H1E014045

Asisten : Bakhtiyar Ghozi

Hari/Tanggal :

Pelaksanaan Praktikum : Selasa, 06 Juni 2017

Pengumpulan Laporan : Selasa, 13 Juni 2017

LABORATORIUM FISIKA INTI DAN MATERIAL


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
PERCOBAAN FRANCK-HERTZ

Ade Rizky Bagus S. (H1E014041), Gilang Azhar (H1E014045)


Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jenderal Soedirman
Email: gilazhar@gmail.com

Abstrak
Praktikum Percobaan Franck-Hertz bertujuan untuk membuat kurva Franck-Hertz
dan menentukan potensial eksitasi kritis electron atom gas mercury. Percobaan
dilakukan dengan memanaskan tabung Frank-Hertz dengan suhu 180°C, mengatur
tegangan control sebesar 1 V, tegangan pengerem sebesar 3V, tegangan
pemercepat divariasikan dai 0-32 V dan mengukur arus untuk setiap variasi
tegangan pemercepatnya. Hasil pengukuran
.
Kata kunci: Franck-Hertz, Eksitasi atom, Atom Bohr.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi yang pesat terus menerus mengedepankan
tuntutan material yang memiliki suhu tinggi dan dalam lingkungan yang lebih
agresif daripada yang memunngkinkan dengan material tradisional dan secara
komersil tersedia. Hal tersebut telah mengakibatkan rancangan dan
pengembangan dari keuntungan material yang lebih kuat, lebih kaku, lebih
panas dan lebih ringan dari material yang ada. Sintesis dan pengembangan
beberapa material telah terfasilitasi dengan mengeksplorasi keterkaitan antara
pemprosesan, struktur. Sifat dan kinerja material merupakan tema mendasar
dari pengetahuan dan teknik material (Al-Azzawi, 2015).
Metode sintesa yang sering digunakan adalah menggunakan metode
mechanical alloying / pemaduan mekanik. Ball Mill adalah salah satu metode
alloying dengan memanfaatkan tumbukan bola dengan serbuk yang
mengakibatkan serbuk mengalami deformasi. Serbuk yang telah mengalami
deformasi akan hancur menjadi partikel nano.

Pada praktikum kali ini, praktikan mencoba untuk mengetahui


seberapa besar pengaruh waktu milling terhadap ukuran partikel yang akan
mempengaruhi besar massa yang tersaring.

1.2 Tujuan
Praktikum Tujuan dari praktikum Metode Mechanical Milling Menggunakan
Shaker Mill PPF-UG adalah:

1. Menentukan perubahan ukuran partikel dan lama waktu milling yang


efesien setelah di-milling dengan variasi waktu yang sudah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada percobaannya, James Franck dan Gustav Heinrich Hertz menembaki uap
merkuri (Hg) dengan elektron yang energinya diketahui. Skema percobaan yang
dilakukan oleh franck dan hertz dapat dilihat pada gambar dibawah ini . Beda
tegangan Vo dipasang diantara kisi G1 dan G2 sehingga tiap elektron yang
mempunyai energi lebih besar dari harga minimum tertentu memberi kontribusi
pada arus Ia juga membesar.

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan Franck-Hertz

Dalam tabung, tekanan udara relatif lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
udara pada laboratorium sehingga elektron didalam tabung dapat menumbuk atom
Hg tanpa kehilangan energi. Dengan kata lain, tumbukan pada tabung bersifat
elastik sempurna. Satu – satunya mekanisme agar elektron kehilangan energinya
setelah tumbukan ialah besar energi penumbuk telah mencapai harga tertentu
menyebabkan atom Hg melakukan transisi keluar dari keadaan dasar ke keadaan
tereksitasi (Istiqomah dkk, 2014).
2.1 Teori Atom Bohr
Teori atom Bohr dapat dikatakan cukup berhasil dalam menjelaskan
gejala spektrum atom hidrogen, bahkan dapat menentukan jari-jari atom
hidrogen dan tingkat energi atom hidrogen pada keadaan dasar berdasarkan
postulat momentum sudut elektron. Teori atom Bohr didasarkan pada empat
postulat antara lain adalah sebagai berikut.
1. Elektron-elektron dalam mengelilingi inti atom berada pada tingkat-tingkat
energi atau orbit tertentu. Tingkat-tingkat energi ini dilambangkan dengan
n = 1, n = 2, n = 3, dan seterusnya. Bilangan bulat ini dinamakan dengan
bilangan kuantum.
2. Selama elektron berada pada tingkat energi tertentu, misalnya n = 1, energi
elektron tetap. Artinya, tidak ada energi yang diemisikan (dipancarkan)
maupun diserap.
3. Elektron dapat beralih dari satu tingkat energi ke tingkat energi lain
disertai perubahan energi. Besarnya perubahan energi sesuai dengan

persamaan Planck,
4. Tingkat energi elektron yang dibolehkan memiliki momentum sudut

tertentu. Besar momentum sudut ini merupakan kelipatan dari atau

, n adalah bilangan kuantum dan h adalah tetapan Planck (Sunarya dan


Setiabudi, 2007).
Model atom yang dikemukakan oleh Neils Bohr dikenal dengan
model atom yang menyerupai tata surya. Neils Bohr berpendapat bahwa
energi elektron itu bersifat diskrit. Jadi elektron hanya menempati jalur atau
tingkatan-tingkatan tertentu dan tidak akan berpindah dari lintasannya jika
tidak diberi energi ataupun elektron itu meradiasi.
Elektron dapat berpindah dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih
tinggi jika diberi energi dan berpindah dari tingkat tinggi ke tingkat rendah
dengan meradiasi. Perpindahan ini dikenal sebagai eksitasi atom.

2.2 Eksitasi Atom


Terdapat dua mekanisme utama yang dapat mengeksitasi sebuah
atom ke tingkat energi di atas tingkat dasar, sehingga dapat menyebabkan
atom itu memancarkan radiasi. Salah satu mekanisme ialah tumbukan dengan
partikel lain, pada waktu itu sebagian dari energi kinetik bersamanya diserap
oleh atom. Atom yang tereksitasi dengan cara lain ini akan kembali ke tingkat
dasar dalam waktu rata-rata 10-8 s dengan memancarkan satu atau lebih foton.
Cara lain ialah dengan menimbulkan lucutan listrik dalam gas bertekanan
rendah, sehingga timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion
atomik sampai energi kinetiknya cukup untuk mengeksitasikan atom ketika
terjadi tumbukan. Karena transfer energi maksimum jika partikel yang
bertumbukan mempunyai massa yang sama elektron dalam pelucutan listrik
semacam itu jauh lebih efektif daripada ion dalam pemberian energi pada
elektron atomik. Lampu neon dan uap air-raksa merupakan contoh yang biasa
dijumpai dari mekanisme bagaimana medan listrik kuat yang dipasang antara
elektrode dalam tabung berisi gas menimbulkan emisi radiasi spektral
karakteristik dari gas itu yang ternyata merupakan cahaya berwarna kemerah-
merahan dalam kasus neon dan cahaya kebiru-biruan dalam kasus uap air-
raksa. Mekanisme eksitasi yang berbeda terpaut jika sebuah atom menyerap
sebuah foton cahaya yang energinya cukup untuk menaikkan atom itu ke
tingkat energi yang lebih tinggi (Beiser dan Liong, 1986).
Di tahun 1914 James Franck dan Gustav Hertz keduanya secara
khusus tertarik pada peristiwa ionisasi. Untuk mengetahui berapa besar energi
ionisasi, Franck dan Hertz membuat sebuah alat yang dapat mereka gunakan
mempelajari ionisasi yang dihasilkan dalam atom-atom sebuah gas atau uap
oleh elektron yang dipancarkan dari sebuah kawat panas melalui proses emisi
termionik (Fitrah dkk, 2016).
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Percobaan Franck-Hertz dilaksanakan pada hari Selasa
tangal 6 Juni 2017 pukul 15.30-16.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisika
Eksperimen Fakultas MIPA Universitas Jenderal Soedirman.

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum Percobaan
Franck-Hertz ini adalah:
1. Franck-Hertz supply unit 230 V (seri 555 88, Leybold Didactic
Jerman)
2. Tabung Franck-Hertz (555 85)
3. Soket untuk tabung Franck-Hertz Tube gas Hg (555 861)
4. Oven elektrik 230 V (555 81)
5. Sensor temperature NiCr-Ni (666 183)

3.3 Prosedur Perobaan


1. Menyusun peralatan seperti Gambar 3.1.
2. Menyalakan Franck-Hertz supply unit.
3. Memasukan tabung Franck-Hertz pada kerangkanya.
4. Memanaskan tabung oven sampai 180 0C.
5. Mengatur U1 sebesar 1 V dan U3 sebesar 3 V dengan suhu 180 0C.
6. Mengatur U2 sebesar 0 V dan mengamati serta mencatat besarnya
arus I.
7. Mengulangi langkah 6 untuk variasi U2 pada nilai tegangan 1-32 V.
Gambar 3.1 Susunan alat percobaan Franck-Hertz

3.4 Flowchart
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum Metode Mechanical Milling Menggunakan
Shaker Mill PPF-UG yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Massa sampel: 15,079 gram
Ukuran awal: 80 mesh
Massa bola: 75,397 gram

Variasi Waktu 120 mesh 225 mesh


No
Milling gram % gram %

1 5 menit 13,255 99.91209629 11,891 99.92114199

2 10 menit 13,407 99.91108827 9,307 99.9382784

3 15 menit 13,390 99.91120101 9,852 99.9346641

4.2 Pembahasan
Pada percobaan milling, alat yang digunakan adalah shaker mill
dengan menggunakan ball mill. Metode ball mill ini berprinsip pada
penghancuran bahan menggunakan sejumlah bola penumbuk dalam sebuah tabung
horizontal yang berputar sehingga bola-bola akan terangkat pada sisi tabung
kemudian jatuh ke bahan yang ditumbuk dan menyebabkan fragmentasi pada stuktur
bahan menjadi ukuran yang sangat halus (Simon Bambang Widjanarko, 2014)
Selama proses milling, partikel campuran serbuk akan mengalami proses
pengelasan dingin dan penghancuran berulang ulang. Ketika bola saling
bertumbukan sejumlah serbuk akan terjebak di antara kedua bola tersebut. Beban
impact yang di berikan oleh bola tersebut akan membuat serbuk terdeformasi dan
akhirnya hancur. Permukaan partikel serbuk campuran yang baru terbentuk
memungkinkan terjadinya proses pengelasan dingin kembali antara sesama partikel
sehingga membentuk pertikel baru yang ukurannya lebih besar dari ukuran semula.
Kemudian partikel tersebut akan kembali mengalami tumbukan dan akhirnya
kembali hancur, begitu seterusnya hingga mencapai ukuran yang nano (Budi Amin
Simanjuntak, 2012)
Ball mill terdiri dari beberapa ukuran dan mutu bahan yang berdeda-
beda. Penggilingan kasar biasanya digunakan ball mill dengan ukuran diameter 50
mm sampai 100 mm, dan penggilingan halus dengan ball mill yang ukuran
diameternya antara 15 mm sampai 50 mm. Ukuran ball mill maksimum dan
minimum dan komposisinya tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
a. Ukuran maksimum material yang akan digiling
b. Kehalusan produk
c. Diameter dan panjang mill
d. Grindability dan struktur mineral dari umpan material
e. Sistem mill, yaitu sirkulasi terbuka/tertutup, banyaknya ruang dan beban
sirkulasi.
Pada proses penggilingan, ball mill harus dapat menahan :
a. Gaya pukul oleh bola itu sendiri, terutama pada penggilingan kasar dengan
ukuran bola besar.
b. Keausan disebabkan oleh gaya gesek antara bola dengan liner.
c. Keausan yang disebabkan oleh material abrasive
d. Korosi pada penggilingan kering (Yusuf Umardani, 2007)

Dari hasil yang diperoleh, dapat dibuat grafik hubungan antara massa
dengan mesh dan massa dengan waktu.

15.0000

14.0000

13.0000

12.0000

11.0000

10.0000

9.0000

8.0000
120 mes h 225 mes h

5 meni t Li near (5 meni t)


10 meni t 15 meni t

Gambar 4.1 grafik antara massa dengan mesh


14.0000

13.0000

12.0000

11.0000

10.0000

9.0000

8.0000
5 meni t 10 menit 15 meni t
120 mes h 225 mes h

Gambar 4.2 grafik antara massa dengan waktu milling

Pada tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara massa dengan
mesh dan juga waktu milling. Pada grafik pertama terlihat bahwa pada 120
mesh, massa pasir besi yang tersaring masih terhitung sama, yaitu berkisaran
13 gr. Namun ketika sudah disaring pada 225 mesh, massa yang tersaring
telihat perbedaannya. Massa yang tersaring lebih banyak ada pada saat waktu
milling 5 menit. Hal ini berlainan dengan pemahaman kalau semakin lama
material dimilling, maka material akan semakin halus dan massa yang
tersaring akan semakin banyak. Penyebabnya karena pada saat penyaringan
sendiri banyak kesalahan sehingga mempengaruhi jumlah massa yang
tersaring.
Lalu pada grafik kedua, terlihat pada saat 120 mesh, semakin
bertambahnya waktu milling, maka tren massa yang tersaring juga mengalami
kenaikan. Namun pada saat 225 mesh, tren massa mengalami penurunan saat
10 menit, namun naik saat 15 menit. Kenaikan yang dihasilkan namun tidak
menyamai massa saat 5 menit. Hal ini berlainan dengan pemahaman kalau
semakin lama material dimilling, maka material akan semakin halus dan
massa yang tersaring akan semakin banyak. Penyebabnya karena pada saat
penyaringan sendiri banyak kesalahan sehingga mempengaruhi jumlah massa
yang tersaring.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu
milling berpengaruh terhadap kehalusan material sehingga mempengaruhi
massa yang tersaring. Massa paling besar yang bisa tersaring dihasilkan
ketika proses milling selama 5 menit sehingga efisien dalam pemanfaatan
material.

5.2 Saran
Pastikan saat proses penyaringan tidak ada kesalahan dan sebisa
mungkin meminimalisir gangguan dari luar. Selain itu, diperlukan
perlindungan seperti sarung tangan dan masker karena alasan keselamatan
kerja.
Daftar Pustaka

Beiser, A., dan Liong, T.H., 1986. Konsep Fisika Modern Edisi Ketiga. Erlangga,
Jakarta Pusat.

Fitrah, Muh. Arief dkk. 2016. Percobaan Franck-Hertz. Universitas Negeri


Makasar, Makasar.

Istiqomah, dkk. 2014. Pengukuran Energi Eksitasi dan Panjang Gelombang


Foton Menggunakan Percobaan Franck - Hertz. Universitas Airlangga,
Surabaya.

Sunarya, Y., dan Setiabudi, A., 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT
Grafindo Media Pratama, Bandung.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai