Disusun oleh :
Nama : 1. Ade Rizky Bagus S. H1E014041
Hari/Tanggal :
Abstrak
Praktikum Percobaan Franck-Hertz bertujuan untuk membuat kurva Franck-Hertz
dan menentukan potensial eksitasi kritis electron atom gas mercury. Percobaan
dilakukan dengan memanaskan tabung Frank-Hertz dengan suhu 180°C, mengatur
tegangan control sebesar 1 V, tegangan pengerem sebesar 3V, tegangan
pemercepat divariasikan dai 0-32 V dan mengukur arus untuk setiap variasi
tegangan pemercepatnya. Hasil pengukuran
.
Kata kunci: Franck-Hertz, Eksitasi atom, Atom Bohr.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum Tujuan dari praktikum Metode Mechanical Milling Menggunakan
Shaker Mill PPF-UG adalah:
Pada percobaannya, James Franck dan Gustav Heinrich Hertz menembaki uap
merkuri (Hg) dengan elektron yang energinya diketahui. Skema percobaan yang
dilakukan oleh franck dan hertz dapat dilihat pada gambar dibawah ini . Beda
tegangan Vo dipasang diantara kisi G1 dan G2 sehingga tiap elektron yang
mempunyai energi lebih besar dari harga minimum tertentu memberi kontribusi
pada arus Ia juga membesar.
Dalam tabung, tekanan udara relatif lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
udara pada laboratorium sehingga elektron didalam tabung dapat menumbuk atom
Hg tanpa kehilangan energi. Dengan kata lain, tumbukan pada tabung bersifat
elastik sempurna. Satu – satunya mekanisme agar elektron kehilangan energinya
setelah tumbukan ialah besar energi penumbuk telah mencapai harga tertentu
menyebabkan atom Hg melakukan transisi keluar dari keadaan dasar ke keadaan
tereksitasi (Istiqomah dkk, 2014).
2.1 Teori Atom Bohr
Teori atom Bohr dapat dikatakan cukup berhasil dalam menjelaskan
gejala spektrum atom hidrogen, bahkan dapat menentukan jari-jari atom
hidrogen dan tingkat energi atom hidrogen pada keadaan dasar berdasarkan
postulat momentum sudut elektron. Teori atom Bohr didasarkan pada empat
postulat antara lain adalah sebagai berikut.
1. Elektron-elektron dalam mengelilingi inti atom berada pada tingkat-tingkat
energi atau orbit tertentu. Tingkat-tingkat energi ini dilambangkan dengan
n = 1, n = 2, n = 3, dan seterusnya. Bilangan bulat ini dinamakan dengan
bilangan kuantum.
2. Selama elektron berada pada tingkat energi tertentu, misalnya n = 1, energi
elektron tetap. Artinya, tidak ada energi yang diemisikan (dipancarkan)
maupun diserap.
3. Elektron dapat beralih dari satu tingkat energi ke tingkat energi lain
disertai perubahan energi. Besarnya perubahan energi sesuai dengan
persamaan Planck,
4. Tingkat energi elektron yang dibolehkan memiliki momentum sudut
3.4 Flowchart
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum Metode Mechanical Milling Menggunakan
Shaker Mill PPF-UG yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Massa sampel: 15,079 gram
Ukuran awal: 80 mesh
Massa bola: 75,397 gram
4.2 Pembahasan
Pada percobaan milling, alat yang digunakan adalah shaker mill
dengan menggunakan ball mill. Metode ball mill ini berprinsip pada
penghancuran bahan menggunakan sejumlah bola penumbuk dalam sebuah tabung
horizontal yang berputar sehingga bola-bola akan terangkat pada sisi tabung
kemudian jatuh ke bahan yang ditumbuk dan menyebabkan fragmentasi pada stuktur
bahan menjadi ukuran yang sangat halus (Simon Bambang Widjanarko, 2014)
Selama proses milling, partikel campuran serbuk akan mengalami proses
pengelasan dingin dan penghancuran berulang ulang. Ketika bola saling
bertumbukan sejumlah serbuk akan terjebak di antara kedua bola tersebut. Beban
impact yang di berikan oleh bola tersebut akan membuat serbuk terdeformasi dan
akhirnya hancur. Permukaan partikel serbuk campuran yang baru terbentuk
memungkinkan terjadinya proses pengelasan dingin kembali antara sesama partikel
sehingga membentuk pertikel baru yang ukurannya lebih besar dari ukuran semula.
Kemudian partikel tersebut akan kembali mengalami tumbukan dan akhirnya
kembali hancur, begitu seterusnya hingga mencapai ukuran yang nano (Budi Amin
Simanjuntak, 2012)
Ball mill terdiri dari beberapa ukuran dan mutu bahan yang berdeda-
beda. Penggilingan kasar biasanya digunakan ball mill dengan ukuran diameter 50
mm sampai 100 mm, dan penggilingan halus dengan ball mill yang ukuran
diameternya antara 15 mm sampai 50 mm. Ukuran ball mill maksimum dan
minimum dan komposisinya tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
a. Ukuran maksimum material yang akan digiling
b. Kehalusan produk
c. Diameter dan panjang mill
d. Grindability dan struktur mineral dari umpan material
e. Sistem mill, yaitu sirkulasi terbuka/tertutup, banyaknya ruang dan beban
sirkulasi.
Pada proses penggilingan, ball mill harus dapat menahan :
a. Gaya pukul oleh bola itu sendiri, terutama pada penggilingan kasar dengan
ukuran bola besar.
b. Keausan disebabkan oleh gaya gesek antara bola dengan liner.
c. Keausan yang disebabkan oleh material abrasive
d. Korosi pada penggilingan kering (Yusuf Umardani, 2007)
Dari hasil yang diperoleh, dapat dibuat grafik hubungan antara massa
dengan mesh dan massa dengan waktu.
15.0000
14.0000
13.0000
12.0000
11.0000
10.0000
9.0000
8.0000
120 mes h 225 mes h
13.0000
12.0000
11.0000
10.0000
9.0000
8.0000
5 meni t 10 menit 15 meni t
120 mes h 225 mes h
Pada tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara massa dengan
mesh dan juga waktu milling. Pada grafik pertama terlihat bahwa pada 120
mesh, massa pasir besi yang tersaring masih terhitung sama, yaitu berkisaran
13 gr. Namun ketika sudah disaring pada 225 mesh, massa yang tersaring
telihat perbedaannya. Massa yang tersaring lebih banyak ada pada saat waktu
milling 5 menit. Hal ini berlainan dengan pemahaman kalau semakin lama
material dimilling, maka material akan semakin halus dan massa yang
tersaring akan semakin banyak. Penyebabnya karena pada saat penyaringan
sendiri banyak kesalahan sehingga mempengaruhi jumlah massa yang
tersaring.
Lalu pada grafik kedua, terlihat pada saat 120 mesh, semakin
bertambahnya waktu milling, maka tren massa yang tersaring juga mengalami
kenaikan. Namun pada saat 225 mesh, tren massa mengalami penurunan saat
10 menit, namun naik saat 15 menit. Kenaikan yang dihasilkan namun tidak
menyamai massa saat 5 menit. Hal ini berlainan dengan pemahaman kalau
semakin lama material dimilling, maka material akan semakin halus dan
massa yang tersaring akan semakin banyak. Penyebabnya karena pada saat
penyaringan sendiri banyak kesalahan sehingga mempengaruhi jumlah massa
yang tersaring.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu
milling berpengaruh terhadap kehalusan material sehingga mempengaruhi
massa yang tersaring. Massa paling besar yang bisa tersaring dihasilkan
ketika proses milling selama 5 menit sehingga efisien dalam pemanfaatan
material.
5.2 Saran
Pastikan saat proses penyaringan tidak ada kesalahan dan sebisa
mungkin meminimalisir gangguan dari luar. Selain itu, diperlukan
perlindungan seperti sarung tangan dan masker karena alasan keselamatan
kerja.
Daftar Pustaka
Beiser, A., dan Liong, T.H., 1986. Konsep Fisika Modern Edisi Ketiga. Erlangga,
Jakarta Pusat.
Sunarya, Y., dan Setiabudi, A., 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT
Grafindo Media Pratama, Bandung.
Lampiran