Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN ENERGI OLEH MIKROORGANISME

ATP yang terbentuk melalui reaksi-reaksi disimilasi pada sel bakteri dipergunakan
melalui berbagi macam cara. Sejumlah besar energy tersebut digunakan dalam biosintesis
struktur sel seperti dinding sel, membrane sel, dan granula-granula penyimpanan energy. ATP
juga dibutuhkan untuk sintesis enzim dan substansi-substansi kimiawi lainnya, serta
pemeliharaan integritas fisika dan kimiawi sel, termasuk reparasi kerusakan sel. Proses-proses
lain yang menggunakan ATP meliputi pergerakan, produksi panas, pengangkutan solute
melintasi membrane, dan bioluminesens. (Dwidjoseputro, 1989)

1. Penggunaan Energi oleh Mikroorganisme untuk Pergerakan/Motilitas

Bagi pergerakan silia dan flagel pada mikroorganisme motil, dibutuhkan energy. Menurut
perkiraan, sebanyak 10 persen dari energy yang dipakai oleh beberapa dari mikroba ini
digunakan untuk pergerakan flagel.

Bukti yang menunjang bahwa ATP dibutuhkan untuk menggerakkan flagel berasal dari
penelitian sitokimiawi pada bakteri-bakteri motil. Hasil penelitian ini menampakkan adanya
aktivitas ATPase yang bergantung pada Mg pada situs-situs pada membrane tempat munculnya
flagella. Gambar 15-1 memperlihatkan pewarnaan negative Bacillus licheniformis yang
menampakkan deposit timbale fosfat pada tempat-tempat terdapatnya aktivitas ATPase. Dalam
melakukan percobaan ini, ATP dianggap sebagai substrat satu-satunya bagi ATPase yang
berasosiasi dengan membrane bakteri. Peruraian ATP oleh ATPase melepaskan fosfat anorganik
yang bereaksi dengan timbale nitrat terlarut yang sebelumnya ditaruh di dalam larutan bakteri,
meninggalkan area-area berwarna hitam (deposit timbale fosfat yang tidak dapat larut)
sebagaimana terlihat pada mikroskop electron. Sebagaimana diperlihatkan oleh Gambar 15-1,
area-area berwarna hitam ini terlokalisasi pada membrane pada tempat-tempat melekatnya flagel.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ATPase terlokalisasi pada area-area ini dank arena itu ATP
merupakan sumber enrgi bagi pergerakan flagella bakteri. (Tarigan, jeneng. 1988)

2. Penggunaan Energi oleh Mikroorganisme untuk Bioluminesensi

Bioluminensensi adalah emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk karena danya reaksi
kimia tertentu. Hingga saat ini, bioluminesensi telah ditemukan secara alami pada berbagai
macam makhluk hidup seperti cendawan, bakteri, dan organism di peraiaran. Namun tidak
ditemukan pada tanaman berbunga, hewan vertebrata terstrial, amfibi dan mamalia. Sebagian
besar plankton memiliki kemampuan menghasilkan pendaran, terutama plankton yang hidup di
perairan laut dalam.

Contoh Spesies

Banyak bakteri yang dapat menghasilkan bioluminesensi, umumnya diketahui kemudian


bahwa seluruh bakteri tersebut tergolong ke dalam bakteri gram negative, motil, memiliki
morfologi batng, dan bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Bakteri-bakteri itu tersebar di daerah
lautan, perairan tawar, dan tanah (terrestrial). Contoh bakteri penghasil bioluminesensi adalah:
1. Vibrio harveyi
2. V. fucheri
3. V. photobacterium
4. V. phosporeum
5. Xenorhabdus luminescens
6. Altromonas haneda
7. Shewanella

Contoh cendawan

1. Armilaria mellea
2. Panellus stripticus
3. Omphalotus nidiformis
4. Mycena spp.

Reaksi Bioluminesensi

Secara umum, reaksi bioluminesensi melibatkan enzim lusiferase dan substrat lusiferin
yang strukturnya dapat berbeda antara organism yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini
adalah beberapa jenis lusiferin yang telah diketahui mekanisme dan strukturnya.

Pendaran pada Bakteri

Reaksi yang menyebabkan terjadinya pendaran pada bakteri adalah sebagai berikut:

luciferase
FMNH2 + RCHO + O2 ----------------- FMN + RCOOH + H2O + hv

Reaksi yang terjadi bersifat spesifik dan merupakan oksidasi senyawa riboflavin fosfat
(FMNH2) (luciferin bakteri) serta rantai panjang aldehida lemak hingga menghasilkan emisi
cahaya hijau-biru yang dikatalisis oleh enzim luciferase. Luciferase adalah suatu enzim
heterodimer berukuran 77 kDa yang terdiri dari dua subunit, yaitu subunit alfa (α) dan subunit
beta (β) subunit α (~37kDa) disandikan oleh gen lux β. Selain luciferase, masih terdapat
beberapa enzim yang terlibat dalam keseluruhan reaksi ini dan ekspresi enzim-enzim tersebut
diatur oleh suatu operan yang disebut operan lux.
Enzim luciferase akan mempergunakan substrat senyawa aldehida yang disintesis di
dalam sel dengan multienzim yang disebut kompleks enzim aldehida lemak reduktase.

RCOOH + NADPH + ATP ------------- RCHO + NADP + AMP + PPi

Karakteristik dari Emisi Cahaya

Radiasi cahaya yang dihasilkan dalam rentang panjang gelombang 400 nm.
Bioluminesensi maksimum spesies laut berkisar 450-510 nm, sedangkan organism di darat telah
di dominasi warna kuning – hijau. Dalam air laut, biru- hijuau (400-500 nm) luminescen
mencapai transmisi maksimum, sedangkan spesies darat memiliki sensitivitas maksimum visual
cahaya kuning. Pigmen visual organism laut kebanyakan palaing sensitive di daerah biru – hijau.
(Hadioetomo, R.S. 1990)
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Tehnik dan Prosedur
Laboratorium. Jakarta: Gramedia

Tarigan, jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek

Anda mungkin juga menyukai