Anda di halaman 1dari 12

1. Jelaskan perbedaan enzim ekstraseluler dan enzim intraseluler,dan berikan contohnya.

Jawab:
Ada dua tipe enzim, eksoenzim atau enzim eksraseluler atau enzim di luar sel
dan endoenzim atau enzim intraseluler atau enzim di dalam sel. Berdasarkan tempat
bekerjanya, bakteri memiliki juga jenis enzim yaitu endoenzim dan eksoenzim.
Endoenzim yaitu enzim yang berkerja dalam sel. Sistem endoenzim selain bersifat
anabolik dapat juga bersifat katabolik.sedangkan eksoenzim yaitu enzim yang
disekresikan ke luar sel dan berdifusi ke dalam media. (uswatun, 2012)

Pembeda Enzim Ektraseluler Enzim Intraseluler


Sebutan lain - Eksoenzim - Endoenzim
- -
Tempat - Aktifitasnya di luar sel- Aktifitasnya di dalam sel
kerjanya yang menghasilkan enzim.
-
- Sebagian besar eksoenzim- Bersifat anabolik dapat
Sifat enzim bersifat hidroliktik, yang juga bersifat katabolik
berarti bahwa eksoenzim
menguraikan molekul
kompleks menjadi molekul-
molekul yang lebih sederhana
- Atau molekul yang lebih
kecil.
-
- Melangsungkan perubahan- Enzim intraseluler
Fungsi perubahan pada nutrien di mensintesis bahan seluler
Utamanya sekitarnya sehingga dan menguraikan nutrien
memungkinkan nutrien untuk menyediakan energi
tersebut memasuki sel; yang dibutuhkan oleh sel,
dengan perkaaan lain misalnya heksokinase
mengambil zat makanan zat mengkatalisis fosforilasi
makanan yang ada di glukosa dan heksosa
sekililingnya. Misalnya, (senyawa-senyawa gula
enzim amilase menguraikan sederhana) di dalam sel.
zat pati menjadi unit-unit gula-
yang lebih kecil.
(Waluyo. 2004) (Waluyo. 2004)

Melakukan reaksi dan Melakukan reaksi oksidasi


Reaksi yang hidrolisis dan reduksi
dilakukan
Membebaskan hanya Membebaskan sejumlah
Energi yang sejumlah kecil energi. besar energi.
dibebaskan
Energi yang dibebaskan tidak Energi yang dihasilkan
Energi berguna bagi sel. berguna atau dimanfaatkan
oleh sel mikroorganisme.
2. Jelaskan dengan contoh perbedaan penghambatan enzim kompetitif dan non
kompetitif.
Jawab:
Pembeda penghambat enzim penghambat enzim non
komtetitf (Inhibitor kompetitif (Inhibitor
Kompetitif) Non-kompetitif)
Reaksi Inhibitor kompetitif akan Inhibitor nonkompetitif
terhadap bersaing dengan substrat tidak akan bersaing
substrat untuk bergabung dengan dengan substrat untuk
enzim sehingga kerja bergabung dengan
enzim akan terganggu. enzim karena memiliki
sisi ikatan yang
Inhibitor kompetitif berbeda.
mengikat enzim secara Pada Inhibitor Non-
reversibel, menghalangi kompetitif pengikatan
pengikatan substrat. substrat juga
menghalangi
pengikatan inhibitor.
Substrat dan inhibitor
berkompetisi satu sama
lainnya.

Sisi aktif Pada penghambatan ini Pada penghambatan ini,


enzim zat – zat penghambat substrat sudah tidak
mempunyai struktur yang dapat berikatan dengan
mirip dengan struktur kompleks enzim-
substrat. Dengan inhibitor, karena sisi
demikian baik substrat aktif enzim berubah.
maupun zat penghambat
berkompetisi atau
bersaing untuk bersatu
dengan sisi aktif enzim ,
jika zat penghambat lebih
dulu berikatan dengan sisi
aktif enzim , maka
substratnya tidak dapat
lagi berikatan dengan sisi
aktif enzim.

Kelajuan Pada inhibitor kompetitif, Karena inhibitor tidak


maksimal kelajuan maksimal reaksi dapat dilawan dengan
reaksi tidak berubah, namun peningkatan konsentrasi
memerlukan konsentrasi substrat, Vmax reaksi
substrat yang lebih tinggi berubah. Namun,
untuk mencapai kelajuan karena substrat masih
maksimal tersebut, dapat mengikat enzim,
sehingga meningkatkan Kmtetaplah sama.
Km.
)

Contoh Kegiatan enzim Sulfanida (obat sulfa)


dehidrogenase asam dapat menghambat
suksinat dihambat oleh kegiaan enzim yang
asam melonat, sebab substratnya adalah asam
molekul asam malonat paraaminobenzoat
serupa dengan asam (paraaminobenzoic
suksinat yaitu mempunyai acid) yang dalam buku
2 gugusan OH. Karena literatur disebut PABA
struktur dari kedua saja.
molekul asam ini hampir PABA merupakan
sama , maka asam nutrien esensial yang
malonat akan diikat pula digunakan oleh banyak
oleh enzim dehidrogenase bakeri dalam sintesis
asam suksinat. Akan asam folat (folat acid),
tetapi karena asam suatu vitamin yang
melonat tidak dapat berfingsi sebagai
dimetabolisir lebih lanjut, koenzim. Apabila
maka ikatan asam sulfanilamida
malonat dengan enzim diperlakukan kepada
tidak mudah dilepaskan. bakteri, maka enzim
Dengan terbentuknya yang biasa dapat
ikatan yang kuat ini, merubah PABA
menyebabkan adanya menjadi folat, akan
persaingan yang ketat bersenyawa dengan
antara asam malonat sulfanilamida dan asam
dengan asam suksinat folat tidak terbentuk
pada permukaan enzim. sehingga bakteri tidak
dapat tumbuh. Sel-sel
tubuh manusia tidak
menggunkan PABA
untuk membentuk asam
folat, sehingga
sulfanilamida
membunuh bakteri,
akan tetapi tidak
merusakkan sel-sel
tubuh manusia.

3. Jelaskan perbedaan produksi aerob dan anaerob


Jawab:
Produksi aerob
Respirasi aerob melalui daur Krebs memiliki empat tahap yaitu glikolisis,
pembentukan asetil Co-A, daur Krebs, dan sistem transpor elektron.

a) Glikolisis
Glikolisis terjadi dalam sitoplasma dan hasil akhirnya berupa senyawa asam
piruvat. Selain menghasilkan 2 molekul asam piruvat, dalam glikolisis juga dihasilkan
2 molekul NADH2 dan 2 ATP jika tumbuhan dalam keadaan normal (melalui jalur
ATP fosfofruktokinase) atau 3 ATP jika tumbuhan dalam keadaan stress atau sedang
aktif tumbuh (melalui jalur pirofosfat fosfofruktokinase). ATP yang dihasilkan dalam
reaksi glikolisis dibentuk melalui reaksi fosforilasi tingkat substrat. Bagaimanakah
reaksi kimia yang terjadi dalam glikolisis? Coba pelajari skema proses glikolisis pada
Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Rangkaian proses glikolisis, diawali dengan glukosa dan diakhiri


dengan piruvat.

Piruvat merupakan hasil akhir jalur glikolisis. Jika berlangsung respirasi


aerobik, piruvat memasuki mitokondria dan segera mengalami proses lebih lanjut.
Hasil akhir glikolisis sebagai berikut. (uswatun, 2012)

b) Pembentukan Asetil Co-A atau Reaksi Transisi


Reaksi pembentukan asetil Co-A sering disebut reaksi transisi karena
menghubungkan glikolisis dengan daur Krebs. Pembentukan asetil Co-A
pada organisme eukariotik berlangsung dalam matriks mitokondria, sedangkan pada
organisme prokariotik berlangsung dalam sitosol. Pada reaksi ini, asam piruvat
dikonversi menjadi gugus asetil (2C) yang bergabung dengan Coenzim A membentuk
asetil Co-A dan melepaskan CO2 Reaksi ini terjadi 2 kali untuk setiap 1
molekul glukosa. Perhatikan reaksi pembentukan asetil Co-A berikut.

c) Siklus Krebs
Siklus Krebs terjadi di dalam matriks mitokondria. Daur Krebs menghasilkan
senyawa antara yang berfungsi sebagai penyedia kerangka karbon untuk sintesis
senyawa lain. Selain sebagai penyedia kerangka karbon, daur Krebs juga
menghasilkan 3 NADH2, 1 FADH2 dan 1 ATP untuk setiap satu asam piruvat.
Senyawa NADH dan FADH2 selanjutnya akan dioksidasi dalam sistem transpor
elektron untuk menghasilkan ATP. Oksidasi 1 NADH menghasilkan 3 ATP,
sedangkan oksidasi 1 FADH2 menghasilkan 2 ATP. Berbeda dengan
glikolisis, pembentukan ATP pada daur Krebs terjadi melalui reaksi fosforilasi
oksidatif. Reaksi yang terjadi pada daur Krebs dapat Anda pelajari melalui Gambar
2 berikut. (uswatun, 2012)

Gambar 2. Siklus Krebs


Adapun hasil akhir siklus Krebs ditampilkan sebagai berikut.
Output Output
2 Asetil 4 CO2
2 ADP + 2 P 2 ATP
6 NAD+ 6 NADH
2 FAD 2 FADH2

d) Sistem transpor elektron


Sistem transpor elektron merupakan suatu rantai pembawa elektron yang
terdiri atas NAD, FAD, koenzim Q, dan sitokrom. Sistem transpor elektron terjadi
dalam membran mitokondria. Sistem transpor elektron ini berfungsi untuk
mengoksidasi senyawa NADH atau NADH2 dan FADH2 untuk menghasilkan ATP.
Perhatikan skema sistem transpor elektron pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Sistem transpor elektron


Mengingat oksidasi NADH atau NADPH2 dan FADH2 terjadi di dalam
membran mitokondria, sedangkan ada NADH yang dibentuk di sitoplasma (dalam
proses glikolisis), maka untuk memasukkan setiap 1 NADH dari sitoplasma ke dalam
mitokondria diperlukan 1 ATP. Keadaan ini akan mempengaruhi total hasil bersih
respirasi aerob pada organisme eukariotik. Organisme prokariotik tidak
memiliki sistem membran dalam sehingga tidak diperlukan ATP lagi untuk
memasukkan NADH ke dalam mitokondria. Akibatnya total hasil bersih ATP
yang dihasilkan respirasi aerob pada organisme prokariotik lebih tinggi daripada
eukariotik. Energi (ATP) dalam sistem transpor elektron terbentuk melalui reaksi
fosforilasi oksidatif. Energi yang dihasilkan oleh oksidasi 1 mol NADH
atau NADPH2 dapat digunakan untuk membentuk 3 mol ATP. Reaksinya sebagai
berikut. (uswatun, 2012)

NADH + H+ + 1/2 O2 + 3ADP + 3H3PO4 → NAD+ + 3ATP + 4H2O


Sementara itu, energi yang dihasilkan oleh oksidasi 1 mol FADH2 dapat
menghasilkan 2 mol ATP. Berapakah jumlah total ATP yang dihasilkan selama proses
respirasi aerob pada organisme eukariotik? Perhatikan Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Jumlah energi yang dihasilkan dari setiap molekul glukosa pada
organisme eukariotik

Berdasarkan Gambar 4 tersebut tampak bahwa pada organisme eukariotik


setiap molekul glukosa akan menghasilkan 36 ATP dalam respirasi. Hasil ini berbeda
dengan respirasi pada organisme prokariotik. Telah diketahui bahwa oksidasi NADH
atau NADPH2 dan FADH2 terjadi dalam membran mitokondria, namun ada NADH
yang dibentuk di sitoplasma (dalam proses glikolisis). Pada organisme eukariotik,
untuk memasukkan setiap 1 NADH dari sitoplasma ke dalam mitokondria diperlukan
1 ATP. Dengan demikian, 2 NADH dari glikolisis menghasilkan hasil bersih 4 ATP
setelah dikurangi 2 ATP. Sementara itu, pada organisme prokariotik, karena tidak
memiliki sistem membran dalam maka tidak diperlukan ATP lagi untuk memasukkan
NADH ke dalam mitokondria sehingga 2 NADH menghasilkan 6 ATP. Akibatnya
total hasil bersih ATP yang dihasilkan respirasi aerob pada organisme prokariotik,
yaitu 38 ATP. (uswatun, 2012)

Tahapan anaerob
Respirasi anaerob dikenal juga dengan istilah fermentasi.
Respirasi anaerob:
C6H12O6 → 2 C2 H5OH + 2 CO2 + 28 kkal + 2 ATP
Respirasi anaerob terjadi bila tidak ada oksigen. Perlu diingat, bahwa dalam
respirasi aerob oksigen berperan sebagai penerima elektron terakhir. Bila peran
oksigen digantikan oleh zat lain, terjadilah respirasi anaerob. Organelaorganela dan
reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses respirasi aerob sama dengan respirasi
anaerob. Adapun zat lain yang dapat menggantikan peran oksigen antara lain NO3 dan
SO4. Sejauh ini baru diketahui bahwa yang dapat menggunakan zat pengganti oksigen
merupakan golongan mikroorganisme. Dengan demikian, organisme tingkat tinggi
tidak dapat melakukan respirasi anaerob. Bagaimana organisme tingkat tinggi
mengubah energi potensial kimia menjadi energi kinetik jika tidak ada oksigen?
Apabila tidak tersedia oksigen, organisme tingkat tinggi mengubah energi potensial
kimia menjadi energi kinetik melalui proses fermentasi.
Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan, respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat karena
sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut melangsungkan proses fermentasi
yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya oksigen, yang disebut respirasi
anaerob. (uswatun, 2012)
Respirasi anaerob merupakan reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Perlu Anda ketahui sel jamur dan
bakteri dapat melakukan respirasi anorganik. Demikian juga apabila kita melakukan
konstraksi otot terlalu kuat misalnya berlari-lari, maka sel-sel jaringan otot kita juga
melakukan respirasi anaerob. Pada keadaan oksigen yang tidak mencukupi untuk
respirasi maka terjadi penimbunan asam laktat di dalam sel dan akan menimbulkan
kelelahan. Proses penguraian pada respirasi anaerob disebut fermentasi. Dari hasil
akhir fermentasi, jenis fermentasi dibedakan menjadi fermentasi asam laktat/asam
susu, dan fermentasi alkohol. Pada respirasi anaerob, jalur yang ditempuh meliputi:

a. Lintasan glikolisis.
b. Pembentukan alkohol (fermentasi alkohol) atau pembentukan asam laktat
(fermentasi asam laktat).
c. Akseptor elektron terakhir bukan oksigen, tetapi molekul alkohol dan atau
asam laktat.
d. Energi dihasilkan hanya 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.
4. Jelaskan mekanisme sintesis ATP
Jawab:
Seluruh energi ditubuh berasal dari molekul yang tinggi energi yaitu Adenosin
Triphosphate (ATP) yang tertimbung diotot. Selama fungsi tubuh bekerja maka
hidrolisis ATP harus terus berjalan. Diantara sel tubuh, sel otot merupakan sel yang
terbanyak menimbun ATP. ATP diotot sekitar 4-6 milimol/kg otot, yang hanya cukup
untuk aktifitas cepat dan berat selama 3-8 detik. Untuk aktifitas yang lebih lama otot
memerlukan ATP melalui 3 sistem energi. Kinerja fisik memerlukan kombinasi dari
ke 3 sistem energi, dimana kontribusinya tergantung dari intensitas dan lamanya kerja
fisik yaitu sistem ATP-CP, Sistem glikolisis anaerobic dan sistem aerobic. Tubuh
beraktifitas seperti mesin yang bergerak sendiri (automobile) dengan mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik. (uswatun, 2012)

Adenosin Triphosphate (ATP)


Semua energi dalam proses biologi berasal dari matahari. Sumber energi tidak
dapat digunakan secara langsung tapi melalui proses metabolisme yaitu pemecahan
zat gizi dari makanan (klorofil tanaman merubah energi yang diterimanya menjadi
energi kimia: KH, protein dan lemak) yang memberi hasil akhir ATP + CO2 H2O.
ATP merupakan senyawa kimia berenergi tinggi yang dapat langsung digunakan
dalam proses biologis (konduksi saraf, transportasi ion, sekresi kelenjar, kontraksi dan
rileksasi otot,dll) .ATP terbentuk dari ADP dan Pi melalui fosforilasi yang
dirangkaikan dengan proses oksidasi. Selanjutnya ATP yang terbentuk dialirkan ke
proses reaksi biologis yang membutuhkan energi untuk hidrolisis menjadi ATP dan Pi
sekaligus melepaskan energi yang dibutuhkan oleh proses biologis tersebut. Demikian
seterusnya sehingga terjadilah daur ATP-ADP secara terus menerus.

Siklus ATP
Hidrolisis

 AMP + Pi + 12.000 kalori –> ADP


 ADP + Pi + 12.000 kalori –> ATP

Berlangsung secara mendaur –> Siklus ATP –> sistem energi. (uswatun, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2006.. Proses dan produk makanan fermentasi. Jurnal mikrobiologi.


http:// ebookpangan.proses dan produk makanan fermentasi.com.diakses 30 maret
2014.
Hasanah, Uswatun. 2012. Biokimia. Medan: FMIPA UNIMED

Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press

Anda mungkin juga menyukai