Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya.
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein,
lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag
atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV),
hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki
bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa
penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot
dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah
tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri
yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.

Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau
yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik.
Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit
tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut
mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada
tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di
dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya
menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.Patogen
mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium
vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.

Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit
mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.

Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari
Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini
dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali
divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A.
Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan virus?

2. Bagaimana struktur dan anatomi virus?

3. Bagaimana virus bereproduksi?

4. Apa saja contoh-contoh virus?

5. Bagaimana peranan virus dalam kehidupan?

6. Apakah yang dimaksud anti virus?

7. Bagaimana cara mencegah dan cara pengobatannya?

3. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetehui devinisi virus

2. Untuk mengetahui struktur dan anatomi virus

3. Untuk mengetahui reproduksi virus

4. Untuk mengetahui contoh-contoh virus

5. Untuk mengetahui peranan virus dalam kehidupan

6. Untuk mengetahui anti virus

7. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatannya


BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk dan komposisi
kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA or DNA. Partikelnya secara utuh disebut
“VIRION” yang terdiri dari “Capsid” yang dapat terbungkus oleh sebuah
Glycoprotein/membrane lipid. Virus resisten terhadap antibiotics

Virus merupakan Partikel yang bersifat parasit obligat pada sel/makhluk hidup Aseluler
(bukan merupakan sel) Berukuran sangat renik Di dalam sel inang virus menunjukkan ciri
makhluk hidup, sedangkan di luar sel menunjukkan ciri bukan makhluk hidup.

Bentuk virus berbeda beda ada yang bula, batang, polihidris dan seperti huruf T.

2. Struktur Dan Anatomi Virus

Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri
sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter
hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat
dengan mikroskop cahaya.

2.1 Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang
menyusun kapsid disebut kapsomer.
2.3 Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga dapat
terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk
memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang
merugikan virus.
2.4 Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut sebagai
virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat
virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus
T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus
terdapat beberapa enzim.
2.5 Ekor
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus
bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak
mempunyai ekor.
Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus dapat terdiri dari
DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Selain itu,
asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus
bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar.
Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan
kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang menjadi lapisan
pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk
bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein
yang disandikan oleh genom virus. Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang
disebut kapsomer.

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat
langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid
terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer.
Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak,
nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan
glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian
ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan
dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20
nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk
simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik
ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B
memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks,
kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein
kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.

Seperti yang telah dijelaskan pada virus campak, beberapa jenis virus memiliki unsur
tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada hewan memiliki selubung virus,
yaitu membran menyelubungi kapsid. Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari
sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus. Selain
protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam
kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat
pada “kepala” kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel
pada suatu bakteri.

Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen,
sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme
penginfeksian sel inang.

3. Ciri-Ciri Virus
3.1 Virus berukuran sangat kecil, berkisar 0,05N m–0,2N m (1N m = 1/1000 mm). Oleh karena
itu, virus hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.

3.2 Tubuh virus terdiri atas selubung dan bahan inti. Bahan inti berupa RNA (Ribonucleic acid)
atau DNA ( Deoxiribonucleic acid).

3.3 Virus tidak mempunyai membran dan organel-organel sel yang penting bagi kehidupan.

3.4 Virus hanya dapat bereproduksi jika berada dalam sel hidup atau jaringan hidup.

3.5 Virus dapat dikristalkan layaknya benda mati. Virus tersusun dari asam nukleat, yaitu asam
deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dibungkus oleh selubung
protein yang disebut kapsid.
3.6 Bentuk virus bermacam-macam, ada yang berbentuk batang, bola atau bulat,berbentuk peluru,
dan beberapa berbentuk huruf T seperti pada virus bakteriofage.

4. Reproduksi Virus

Reproduksi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.

4.1. Siklus litik

Dalam siklus litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil melakukan
reproduksi.
Fase-fase:

4.1.1. Fase Absorbsi (Pelekatan)

Tahap absorbsi (pelekatan) adalah saat partikel virus (virion) melekat pada sel yang diinfeksi.
Tempat pelekatan virus pada sel inang terjadi pada reseptor (protein khusus pada membran
plasma sel inang yang mengenali virus).

4.1.2. Fase Penetrasi

Tahap penetrasi adalah tahap virus atau materi genetik virus masuk ke dalam sitoplasma sel
inang.

4.1.3. Fase Replikasi dan Sintesis

Tahap replikasi dan sintesis adalah tahap terjadinya perbanyakan partikel virus di dalam sel
inang. Sel inang akan dikendalikan oleh materi genetik dari virus sehingga sel dapat membuat
komponen virus, yaitu asam nukleat dan protein untuk kapsid.

4.1.4. Fase Perakitan (Pematangan)

Tahap perakitan (pemasangan) adalah tahap penyusunan asam nukleat dan protein virus
menjadi partikel virus yang utuh.

4.1.5. Fase Pelepasan (Pembebasan)

Tahap pelepasan (perakitan) adalah tahap partikel virus keluar dari sel inang dengan
memecahkan sel tersebut. Dengan begitu, sel inang menjadi mati.

4.2. Infeksi Secara Lisogenik

Dalam siklus lisogenik, virus tidak menghancurkan sel, tetapi berintegrasi dengan DNA sel
induk.

Fase-fase:

4.2.1. Fase Absorbsi dan Infeksi

Virus (fag/fage) menempel di tempat yang spesifik pada sel bakteri.

4.2.2. Fase Penetrasi

DNA virus masuk ke dalam sel bakteri.

4.2.3. Fase Penggabungan

DNA virus bergabung dengan DNA bakteri membentuk profag.

4.2.4. Fase Replikasi


DNA virus (dalam profag) akan terus bertambah banyak jika sel bakteri terus menerus
membelah. Dalam kasus yang jarang terjadi, DNA virus akan terpisah dari profag dan akan
memasuki siklus litik.

4.2.5.Habitat Virus

Virus menunjukkan ciri kehidupan hanya jika berada pada sel organisme lain (sel inang). Sel
inang virus berupa bakteri, mikroorganisme eukariot (seperti Protozoa dan jamur), sel
tumbuhan, sel hewan, dan sel manusia. Virus yang menyerang tumbuhan dapat masuk ke
dalam tumbuhan lain, terutama melalui perantara serangga. Virus yang menyerang hewan
atau manusia dapat masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia lain misalnya melalui
makanan, minuman, udara, darah, luka, atau gigitan.

5. Klasifikasi Virus

Virus dapat diklasifikasi menurut kandungan jenis asam nukleatnya. Pada virus RNA, dapat
berunting tunggal (umpamanya pikornavirus yang menyebabkan polio dan influenza) atau
berunting ganda (misalnya revirus penyebab diare); demikian pula virus DNA (misalnya
berunting tunggal oada fase φ × 174 dan parvorirus berunting ganda pada adenovirus,
herpesvirus dan pokvirus). Virus RNA terdiri atas tiga jenis utama: virus RNA berunting
positif (+), yang genomnya bertindak sebagai mRNA dalam sel inang dan bertindak sebagai
cetakan untuk intermediat RNA unting minus (-); virus RNA berunting negatif (-) yang tidak
dapat secara langsung bertindak sebagai mRNA, tetapi sebagai cetakan untuk sintesis mRNA
melalui virion transkriptase; dan retrovirus, yang berunting + dan dapat bertindak sebagai
mRNA, tetapi pada waktu infeksi segera bertindak sebagai cetakan sintesis DNA berunting
ganda (segera berintegrasi ke dalam kromosom inang ) melalui suatu transkriptase balik yang
terkandung atau tersandi. Setiap virus imunodefisiensi manusia (HIV) merupakan bagian dari
subkelompok lentivirus dari kelompok retrovirus RNA. Virus ini merupakan penyebab AIDS
pada manusia, menginfeksi setiap sel yang mengekspresikan tanda permukaan sel CD4,
seperti pembentuk T-sel yang matang.

5.1 Tingkat klasifikasi virus:

ordo – famili – subfamili – genus – species – strain/tipe


Untuk saat ini, klasifikasi virus yang penting hanya dari tingkat famili ke bawah. Semua
famili virus memiliki akhiran – viridae , misalnya

 Poxviridae
 Herpesviridae
 Parvoviridae
 Retroviridae

Anggota-anggota famili Picornaviridae umumnya ditularkan melalui jalur faecal/oral dan


melalui udara.

Genus memiliki nama dengan akhiran – virus . Misalnya, famili Picornaviridae terdiri dari 5
genus:

 Genus Enterovirus misalnya poliovirus 1, 2, 3


 Genus Cardiovirus misalnya mengovirus
 Genus Rhinovirus misalnya Rhinovirus 1a
 Genus Apthovirus misalnya FMDV-C
 Genus Hepatovirus misalnya virus Hepatitits A

Definisi `spesies’ merupakan hal yang paling penting, namun sulit dilakukan untuk virus.
Penentuan spesies virus mengandung unsur subyektif. Sebagai contoh, genus Lentivirus
terdiri dari banyak spesies yang berbeda, termasuk:

 HIV-1, Human Immunodeficiency Virus 1


 HIV-2, Human Immunodeficiency Virus 2
 SIV, Simian Immunodeficiency Virus
 FIV, Feline Immunodeficiency Virus
 BIV, Bovine Immunodeficiency Virus
 Visna (domba)
 EIAV (kuda)
 CAEV (kambing)

5.2 Dasar-dasar klasifikasi secara taksonomi.


Ciri khas seperti morfologi (ukuran, bentuk, ada tidaknya selubung), sifat-sifat fisika-kimia
(berat molekul, densitas, pH, stabilitas terhadap temperatur dan konsentrasi ion), genom
(RNA, DNA, urutan materi genetik yang tersegmentasi ( segmented sequence ), pemetaan
posisi restriksi ( restriction map ), modifikasi, dsb.), makromolekul (komposisi dan fungsi
protein), sifat-sifat antigenik, sifat-sifat biologis (organisme apa saja yang menjadi inangnya,
cara penularan, cara perpindahan, dsb.), semuanya dipertimbangkan dalam menentukan
klasifikasi virus.

6. Jenis-Jenis Virus

6.1.Virus Bakteri

Virus bakteri adalah virus yang sel inangnya adalah sel bakteri. Virus bakteri disebut juga
bakteriofage atau fage (Latin, phage = memakan). Virus bakteri mengandung materi genetik
berupa DNA.

6.2. Virus Mikroorganisme Eukariot

Virus mikroorganisme eukariot adalah virus yang sel inangnya berupa mikroorganisme yang
tergolong eukariot. Virus ini terutama mengandung RNA. Virus yang menyerang jamur
disebut Mycovirus.

6.3. Virus Tumbuhan

Virus tumbuhan adalah virus yang sel inangnya adalah sel tumbuhan. Virus tumbuhan
sebagian besar mengandung RNA.

6.4. Virus Hewan

Virus hewan adalah virus yang sel inangnya adalah sel hewan atau sel manusia. Virus hewan
mengandung RNA atau DNA.

7. Mutasi Virus
7.1. Mutasi spontan : perubahan replikasi dari viral genome
7.2. Mutasi balik : sifat mutan berbalik ke sifat asli strain liar virus (wild strain)
7.3. Mutasi virulensi : dipengaruhi kultivasi virus
7.4. Adaptasi : pengaruh dari kultur pada jaringan

8. Contoh – Contoh Virus


8.1.HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T).
Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut
mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN
(sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung
dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami
replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

8.2. Virus herpes

Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi
mARN.

.8.3. Virus influenza

Siklus replikasi virus influenza hampir sama dengan siklus replikasi virus herpes. Hanya saja,
pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai tunggal ARN yang kemudian
mengalami replikasi menjadi mARN.

8.4. Paramyxovirus
Paramyxovirus adalah semacam virus ARN yang selanjutnya mengalami replikasi menjadi
mARN. Paramyxovirus merupakan penyebab penyakit campak dan gondong.

9.Peranan Virus Dalam Kehidupan

9.1 Virus yang menguntungkan, berfungsi untuk:


- Membuat antitoksin
-Melemahkan bakteri
-Memproduksi vaksin
-Menyerang patogen

9.2 Virus yang merugikan, penyakit-penyakit yang disebabkan virus antara lain:
- Pada Tumbuh-tumbuhan
Mozaik pada daun tembakau Tobacco Mozaic Virus
Mozaik pada kentang Potato Mozaic Virus
- Mozaik pada tomat Tomato Aucuba Mozaic Virus
Kerusakan floem pada jeruk Citrus Vein Phloem Degeneration
- Pada Hewan
Tetelo pada Unggas New Castle Disease Virus
Cacar pada sapi Vicinia Virus
Lidah biru pada biri-biri Orbivirus
Tumor kelenjar susu monyet Monkey Mammary Tumor Virus
- Pada Manusia
Influensa Influenzavirus
AIDS Retrovirus
SARS Coronavirus
Flu burung Avianvirus
10.Macam-Macam Infeksi Virus
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya. ada yang
berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat
yang dihasilkan tidak terlalu besar.
10.1 Infeksi Akut
infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat namun dapat
juga berakibat fatal. Akibat dari infeksi akut adalah :
* Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)
* Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio
* Berlanjut kepada infeksi kronis
* Kematian
10.2 Infeksi Kronis
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada resiko gejala
penyakit muncul kembali. Contoh dari infeksi kronis adalah :
* Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)
* Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV
* Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles
* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV
* Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.
11. Anti Virus

Pengembangan obat anti virus atau obat anti viral sebagai pencegahan atau pengobatan belum
mencapai hasil seperti yang diinginkan oleh umat manusia. Karena obat anti virus atau obat
anti viral yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel hospes
dimana virus itu berada dalam Tubuh manusia.

Pemilihan obat anti virus / obat anti viral pada infeksi virus tertentu

11.1. Infeksi HIV atau AIDS

Pengobatan anti-viral pada dasarnya menyerang virus HIV di salah satu dari dua tempat:

a). menjaga virus tetap berada di luar sel-T yang sehat

b). mencegah sel-T yang terinfeksi untuk melepaskan sel virus baru.

Perawatan lain adalah termasuk meningkatkan sistem kekebalan alami, supaya bisa melawan
HIV. Ini disebut ‘modulasi kekebalan.

Alasan mengapa gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun, itu karena sistem
kekebalan dalam menjalankan tugas yang hebat selama melawan HIV. Obat-obat anti-viral
terutama diperuntukkan bagi mereka yang sistem kekebalannya sudah kewalahan terhadap
virus.
Obat anti virus / anti viral untuk HIV atau AIDS terbagi 4 kelas yaitu :

 Penghambat Fusi seperti Enfuvirtide


 Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase seperti Didanosine, Lamivudine,
Stavudine, Zidovudine
 Penghambat HIV Protease seperti Ritonavir
 Penghambat Non-Nukleosida pengubah Transciptase seperti Nevirapine

Terapi tunggal dari obat virus untuk HIV dan AIDS sangat tidak direkomendasikan.
Kombinasi terapi dari obat anti viral adalah sangat mendasar dan penting.

Gunakanlah selalu obat anti virus ganda (tiga macam obat anti irus), termasuk ‘penghambat
HIV protease’. Strategi ini disebut HAART, singkatan dari ‘highly active anti-retroviral
therapy’ (pengobatan anti-retroviral yang sangat aktif).

Ada beberapa kombinasi yaitu :

3 macam obat anti virus kelas “Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase”.

2 obat anti virus kelas Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti
virus kelas Penghambat HIV Protease

2 obat anti virus kelas Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti
virus kelas Penghambat Non-Nukleosida pengubah Transciptase

Penghambat Fusi boleh ditambahkan untuk mengoptimalkan kerja dari tiga kelas di atas.

11.2. Infeksi virus Herpes

Infeksi HSV(virus herpes simpleks) tipe 1 : obat anti virus Asiklovir memberikan hasil yang
baik untuk infeksi oral-labial. Pada HSV ensefalitis, pemberian anti virus asikovir injeksi
dapat meningkatkan survival rate.

Untuk HSV tipe 1 yang menimbulkan kerato-konjungtivitis, dapat diberikan an virus lokal
pada mata seperti idoksuridin 0.15.

Infeksi HSV tipe 2 ; tipe ini biasanya menimbulkan herpes genitalis. Bentuk primer dari
herpse genitalis dapat diobati dengan obat anti virus asiklovir yang menghasilkan
penyembuhan dan hilangnya rasa nyeri lebih cepat.

Bentuk herpes genitalis kambuhan/rekuren tidak dapat dihambat oleh obat anti virus asikovir.
Pemberian oral memberikan efek sedang.
11.3. Infeksi virus Varicella-zoster

Bentuk lazim pada anak-anak biasanya ringan dan tidak membutuhkan obat anti virus. Ada
kalanya penyakitnya memberat, tertutama pada pasien yang disertai defisiensi imunologis.
Untuk ini diberikan obat nti virus asiklovir secara injeksi selama 5-7 hari.

11.4. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)

Retinitis karena CMV pada pasieAIDS diberi obat anti virus gansikovir.

11.5. Hepatitis

Untuk infeksi hepatitis B kronis digunakan obat anti virus Entecavir untuk perawatannya.

Untuk infeksi kronis hepatitis C menggunakan obat anti virus interferon-a. Yang sekarang
sudah berkembang dengan penambahan PEG agar lebih efektif PEG interferon dan
pemakaiannya dipermudah dengan peralatan khusus pula.

Untuk pemilihan obat anti virus yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan
konsultasi ke dokter.

12. Pengobatan Dan Pencegahan


12.1. Kemoterapi : penggunaan obat-obaant zat kimia yang digunakan untuk memperlambat
penyebaran atau bahkan membunuh sel kanker.
12.2. Thiosemicarbonbazone : per oral, cacar, menghanbat translasi virus.
12.3. Amantadine (symmetrel) : dengan cara menghambat penembusan virus untuk beberapa
strain influenza.
12.4. Iododeoksiuridin (stoxil, IUdR, idoxuridine) : menghanbat sintesis asam nukleat virus
untuk infeksi korne oleh virus herpes simpleks tipe 1.
12.5. Arabinosil : menghambat sintesis asam nukleat, untuk herpes dan vaccinia
12.6. Asikloguaosin (acyclovir, zovirax) : anti herpes manghambat kegiatan DNA polymerase
virus.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dunia mikroba adalah dunia organisma yang sangat kecil, sehingga tidak dapat kita lihat
dengan mata telanjang. Walupun sudah agak lama dikenal, namun dunia mikroba baru mulai
terbuka secara luas sejak manusia menemukan sebuah alat yang disebut mikroskop, hasil
temuan Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723). Mikroskop tersebut sangat sederhana,
hanya memiliki satu lensa, dan mencapai pembesaran kurang dari 200 kali. Tetapi dengan
mikroskop sederhana tersebut misteri tentang bentuk mikroba yang sebelumnya masih
merupakan rahasia besar mulai terungkap.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage
atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri
danorganisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein
yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, 2008. Virus. http://id.wikipedia.org/wiki/Virus (Diakses pada tanggal 28


November 2008).
http://rahma02.wordpress.com/2007/10/31/virologi/ (Diakses pada tanggal 28
November 2008).
Sumarsih, 2007. Buku Ajar Mikrobiologi.
http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.pdf
(Diakses pada tanggal 28 November 2008).
Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839 (lihat di
Penelusuran Buku Google)
Campbell et al. (2002), hlm. 342. Diakses pada 26 Maret 2009.
Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of Viral Protein and Nucleic Acid in
Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36: 39–56.

Anda mungkin juga menyukai