Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KELOMPOK

FISIOLOGI PLASENTA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Fetomaternal


Dosen Pembimbing
Dr. Jenny Sondakh, M Clin.Mid

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Devi Amalia 7. Nur Aini Atika
2. Darti Lestari
8. Desira Prajasti
3. Retno Kusdiansah
4. Rahma Ayu Yusnita 9. Luk Luil Ma’nun
5. Desy Halimunanda Sari
10. Cindy Virdiana Aisyah
6. Arina Fahrun Nisak
11. Donna Febri Syafitri Lubis

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas penyusunan makalah yang berjudul “ Fisiologi Plasenta” ini telah dibaca,
diperiksa dan disetujui oleh:

Malang, Agustus 2019


Dosen Pembimbing,

Dr. Jenny Sondakh, M Clin.Mid


NIP 19580110 199303 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fisiologi Plasenta” makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Patofisiologi Dalam Kasus
Kebidanan.
Dengan selesainya makalah ini disampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Jenny Sondakh, M Clin.Mid sebagai pembimbing makalah yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun
materi serta doa yang tak henti.
3. Semua pihak yang telah membantu demi selesainya penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini, dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi
pembaca.

Malang, Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ......................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................ii
Daftar Isi ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.2 Tujuan ..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................3
2.1 Implantasi dan Perkembangan Plasenta ..............................................3
2.2 Endokrinologi Plasenta .......................................................................6
2.3 Nutrisi Janin dan Transfer Plasenta ...................................................14
2.4 Dinamika Cairan Amnion .................................................................22
2.5 Sistem Komunikasi Janin-Ibu ...........................................................25
BAB III PENUTUP ........................................................................................28
3.1 Kesimpulan .......................................................................................28
3.2 Saran ..................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan janin diawali dengan proses fertilisasi yang terjadi
di tuba falopi pada bagian ampula. Zigot bergerak menuju uterus dengan
mengalami serangkaian pembelahan. Zigot yang sampai diuterus berupa
blastosista, zigot kemudian akan menempel pada dinding endometrium
uterus. Selama menempel pada uterus, zigot mengalami perkembangan
mulai dengan proses blastulasi yang akan menghasilkan blastula dan
selanjutnya mengalam gastrulasi yang akan membentuk tiga lapisan yang
disebut dengan lapisan germinal embrio. Selanjutnya lapisan germinal
embrio tersebut akan berkembang. Untuk berkembang embrio tersebut
membutuhkan nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh embrio didapatkan
dari nutrisi ibunya/induknya melalui suatu saluran yang disebut dengan
plasenta. Plasenta adalah sebuah organ sementara yang menghubungkan
ibu dan fetus dan mengirim oksigen dan nutrisi nutrisi ibu ke fetus.
Plasenta berbentuk cakram dengan ukuran kira-kira tujuh inci yang
melekat pada dinding uterus (Prawirohardjo, 2015).
Plasenta berasal dari sel trofoblas yang mulai terbentuk pada
stadium morula dan akhirnya berdiferensiasi sehingga membentuk satu
lapisan sel trofoblas yang mengelilingi blastosis dan berlangsung sampai
12-18 minggu setelah fertilisasi terjadi. Sehingga kehamilan menjadi
matang, trofoblas memainkan peranan penting dalam hubungan antara
fetomaternal. Trofoblas memamerkan pelbagai struktur, fungsi, dan bentuk
pertumbuhan pada semua komponen plasenta (John, et all. 2010).
Dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang fisiologi
plasenta meliputi implantasi dan perkembangan plasenta, endokrinologi
plasenta, nutrisi janin dan transfer plasenta, dinamika cairan amnion, dan
system komunikasi janin-ibu.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud fisiologi plasenta?
2. Bagaimana implantasi dan perkembangan plasenta?
3. Bagaimana endokrinologi plasenta?
4. Bagaimana proses nutrisi janin dan transfer plasenta?
5. Bagaimana proses dinamika cairan amnion?
6. Bagaimana sistem komunikasi janin-ibu?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari fisiologi plasenta.
2. Untuk mengetahui bagaimana implantasi dan perkembangan plasenta.
3. Untuk mengetahui bagaimana endokrinologi plasenta.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses nutrisi janin dan transfer
plasenta.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses dinamika cairan amnion.
6. Untuk mengetahui bagaimana sistem komunikasi janin-ibu
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implantasi dan Perkembangan Plasenta
2.1.1 Implantasi
Proses ini membutuhkan perkembangan yang sinkron antara hasil
konsepsi, uterus, transformasi endometrium menjadi desidua dan akhirnya
pembentukan plasenta yang definitive. Proses terjadinya implantasi, meliputi
beberapa proses yaitu : penghancuran zona pelusida, aposisi dengan
endometrium dan perkembangan dini tropoblas.
a. Zona Pelusida
Zona pelusida mengalami kehancuran sebelum mulainya implantasi
akibat adanya faktor litik yang terdapat dalam kavum uteri. Hancurnya
zoba oelusida menyebabkan terjadinya reduksi muatan elektrostatik.
Kondisi ini memudahkan perlengketan blatosis (lapisan tropektoderm)
dengan epitel endometrium, yang terjadi pada kripti endometrium.Faktor
litik ini (diduga adalah plasmin) berasal dari prekursor yang berada pada
reseptor di uterus, menjadi aktif akibat pengaruh dari sejenis zat yang
dihasilkan oleh blastosis
b. Aposisi dengan Endometrium
Terjadi pada hari ke 6 setelah fertilisasi. Sel-sel bagian luar blastosis
berproliforasi membentuk trophoblast primer. Trophoblast berproliferasi
dan berdifferensiasi menjadi 2 bentuk yaitu sitotrophoblas di bagian dalam
dan sinsitiotrophoblas di bagian luar. Proses yang terjadi pada
sinsitiotrophoblas meluas melewati epitel endometrium, untuk kemudian
menginvasi stroma endometrium. Sinsitiotrophoblas mengandung zat yang
dapat menghancurkan jaringan maternal dan memudahkan invasi ke
endometrium dan miometrium, sehingga akhirnya blastosis menancap
(embedded) secara sempurna dalam desidua. Proses implantasi sempurna
pada hari ke 10 – 11 pasca ovulasi.
c. Perkembangan Dini Troboplas
Sel trophoblas berproliferasi menghasilkan 2 lapis trophoblas.
Lapisan dalam disebut sititrophoblas, merupakan sel mononuclear dengan
batas sel yang tegas, disebut juga dengan sel Langhan. Lapisan luar
5

disebut sinsitiotrophoblas, berupa sel multinuklear dengan batas sel yang


tidak tegas, berasal dari lapisan sitotrophoblas. Lapisan sinsititophoblas
berproliferasi dengan cepat, membentuk massa yang solid dana menebal.
Periode perkembangan ini disebut prelacunar stage Wiskocki dan Streeter.
2.1.2 Perkembangan Plasenta
Pada hari ke 10-13 pasca ovulasi vakuola kecul muncul dalam lapisan
sinsitiotrophoblas,dan merupakan awallacunar stage. Vakuola tumbuh
dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna, yang merupakan
prekursor pembentukan ruang intervillosa. Lakuna dipisahkan oleh pita
trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya villi berkembang.
Pembentukan lakuna membagi triphoblas kedalam 3 lapisan yaitu primary
chorionic plate (sebelah dalam), sistim lakuna bersama trabekula dan
trophoblastic shell (sebelah luar). Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrophoblas
menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium (kapiler, arteriole
dan arteria spiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah –
pembuluh darah ini dilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah
ibu. Pada perkembangan selanjutnya lakuna yang baru terbentuk dan
bergabung dengan lakuna yang telah ada dan dengan demikian terjadi
sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai terbentuknya
“hemochorial” placenta, dimana darah ibu secara langsung meliputi
trophoblast.
Peningkatan proliferasi sinsitiotrophoblas diikuti dengan fusi
sinsitium, akibatnya trabekula yang tumbuh dan cabang-cabang sinsitium
menonjol ke dalam lacuna membentuk villi primer. Selain terjadi
peningkatan dalam hal panjang dan diameter, primary villi juga diinvasi
oleh sitotrophoblas. Dengan proliferasi lebih lanjut terbentuk percabangan
primary villi, yang merupakan awal pembentukan villous tree primitive, dan
pada saat yang bersamaan sistim lakuna berubah menjadi ruang
intervillus.Kedua proses ini menandai mulainya villous stage dari
perkembangan plasenta. Bila pembuluh darah pada villi ini telah
berhubungan dengan pembuluh darah embrio, maka akan terciptalah
sirkulasi fetoplasenta yang komplit. Pada minggu-minggu selanjutnya
6

terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut cabang-cabang villi dengan


penanaman mesenkim pada cabang-cabang baru yang diikuti oleh
angiogenesis.
Pada perkembangan plasenta yang telah sempurna terdapat 2 sistim
sirkulasi darah yaitu sirkulasi uteroplasental (sirkulasi maternal) dan
sirkulasi fetoplasental. Kedua sirkulasi ini dipisahkan oleh membrana
plasenta (placental berrier) yang terdiri dari lapisan sinsitiotrophoblas,
sitotrophoblas, membrana basalis, stroma villi dan endotel kapiler. Sirkulasi
utero plasental yaitu sirkulasi darah ibu di ruang intervilus. Diperkirakan
aliran darah ini sebesar 500-600 ml permenit pada plasenta yang matur.
Sirkulasi fetoplasental adalah sirkulasi darah janin dalam villi-villi. Setelah
mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan, ditandai dengan
terjadinya proses degeneratif pada plasenta.
Proses ini meliputi komponen ibu maupun janin. Perubahan pada villi
meliputi :
a. Pengurangan ketebalan sinsitium dan munculnya simpul sinsitium
(agregasi sinsitium pada daerah kecil pada sisi villi,
b. Hilangnya sebagian sel-sel Langhan’s,
c. Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel Hofbauer,
d. Obliterasi beberapa pembuluh darah dan dilatasi kapiler,
e. Penebalan membrana basalis endotel janin dan sitotrophoblas,
f. Deposit fibrin pada permukaan villi. Perubahan pada desidua berupa
deposit fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch pada bagian luar
sinsitiotrophoblas, sehingga menghalangi invasi desidua selanjutnya
oleh trophoblas.
2.1.3 Fungsi Plasenta
Fungsi utama plasenta adalah transfer nutrien dan zat sisa antara ibu
dan janin (meliputi fungsi respirasi, ekskresi dan nutritif), menghasilkan
hormon dan enzim yang dibutuhkan untuk memelihara kehamilan, sebagai
barier dan imunologis. Fungsi transfer tergantung kepada sifat fisik zat yang
mengalami transfer dalam darah ibu maupun janin, integritas fungsi
membrana plasenta (exchange membrane) dan kecepatan aliran darah pada
kedua sisi exchang membrane (ibu dan janin).
2.2 Endokrin Plasenta
7

2.2.1 Kompartemen Plasenta


Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif antara ibu
dengan janin yang tengah berkembang sementara tetap memelihara
keutuhan imun dan genetik dari kedua individu. Pada awalnya plasenta
berfungsi secara otonom. Namun pada akhir kehamilan, sistem endokrin
janin telah cukup berkembang untuk mempengaruhi fungsi plasenta dan
menyediakan prekursor-prekursor hormon untuk plasenta.
KADAR
PUNCAK
SISTEM HORMON POLA
RATA-RATA
(WAKTU)
Plasenta dan Progesteron Meningkat hingga aterm 190 ng/mL (552
korpus nmol/L)
luteum (aterm)
17-Hidroksi- Puncak pada 5 minggu 6 ng/mL (19 nmol/L)
Progesterone kemudian (5 minggu)
menurun

KADAR
SISTEM HORMON POLA PUNCAK RATA-
RATA (WAKTU)
Adrenal Kortisol Meningkat hingga 3 kali 300 ng/mL (0,83
angka pra- □mol/L)
kehamilan pada aterm (aterm)
Aldosteron Plateau pada 34 minggu 100 ng/mL (277
dengan sedikit nmoVL)
peningkatan menjelang aterm
DOC Meningkat hingga 10 kali 1200 pg/mL (3,48
angka pra- nmol/L)
kehamilan pada aterm (aterm)
8

KADAR
PUNCAK
SISTEM HORMON POLA
RATA-RATA
(WAKTU)
Tiroid T4 total Meningkat pada trimester 150 ng/mL (193
pertama, pmol/L)
kemudian melandai (plateau)
T4 bebas Tidak berubah 30 pg/mL (38,8
pmol/L)
T3 total Meningkat pada 2 ng/mL (3,1 nmo/lL)
trimester pertama kemudian
melandai.
T3 bebas Tidak berubah 4 pg/mL (5,1 pmoUl)

KADAR PUNCAK
SISTEM HORMON POLA RATA-RATA
(WAKTU)
9

Hipofisis GH Tidak berubah


anterior
LH, FSH Rendah, kadar basal
ACTH Tidak berubah
TSH Tidak berubah
PRL Meningkat hingga aterm ~ 200 ng/mL (200
□g/L)
(aterm)

KADAR
SISTEM HORMON POLA PUNCAK RATA-
RATA (WAKTU)
Protein- hCG Mencapai puncak pada 5 pg/mL (5 □g/L
protein minggu kesepuluh (akhir trimester
plasenta kemudian menurun pertama)
mencapai suatu
plateau yang lebih rendah
hPL Meningkat dengan 5-25 □g/mL (5-25
pertambahan berat plasenta □g/L)
(aterm)
10

KADAR
SISTEM HORMON POLA PUNCAK RATA-
RATA (WAKTU)
Estrogen Estradiol Meningkat hingga aterm 15-17 ng/mL (55-
fetoplasenta 62 nmol/L) (aterm)
Estriol Meningkat hingga aterm 12-15 ng/mL (42-52
nmol/L)
(aterm)
Estron Meningkat hingga aterm 5-7 ng/mL (18,5-26
nmol/L)
(aterm)
11

KADAR
SISTEM HORMON POLA PUNCAK RATA-
RATA (WAKTU)
~ 2000 pg/mL
Androgen Meningkat hingga 10
Testosteron (6,9 nmol/L)
fetoplasental kali nilai pra-kehamilan
(aterm)
5 ng/mL (17,3
DHEA Turun selama kehamilan nmol/L)
(prakehamilan)
2,6 ng/mL (9,0
Androtenedion Sedikit meningkat
nmol/L) (aterm)

Gambar 5. Perubahan Hormon Serum Ibu Selama Kehamilan

2.2.2 Hormon-Hormon Polipeptida Plasenta


a. Gonadotropin Korion Manusia
Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta
pertama yang dapat terukur adalah gonadotropin korion (hCG). hCG
adalah suatu glikoprotein yang terdiri dari 237 asam amino.
Strukturnya hampir serupa dengan glikoprotein- glikoprotein hipofisis
yaitu terdiri dari dua rantai; suatu rantai alfa yang bersifat spesifik
spesies; dan suatu rantai beta yang menentukan interaksi reseptor dan
efek biologik akhir. Rangkaian rantai alfa hampir identik dengan
rangkaian rantai alfa hormon glikoprotein TSH, FSH dan LH. Rantai
beta memiliki homologi rangkaian dengan LH tetapi tidak identik; dari
145 asam amino -hCG, 97 (67%) adalah identik dengan asam amino
-LH. Di samping itu hormon plasenta memiliki suatu segmen
karboksil terminal yang terdiri dari 30 asam amino, yang tidak
dijumpai dalam molekul LH hipofisis. Karbohidrat menyusun 30%
12

dari berat masing-masing subunit. Asam sialat saja merupakan 10%


dari berat molekul dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap
degradasi.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, kadar hCG meningkat
dua kali lipat setiap 1,7-2 hari, dan pengukuran serial akan
memberikan suatu indeks yang peka untuk fungsi trofoblas. Kadar hCG
plasma ibu akan memuncak sekitar 100.000 mIU/mL pada kehamilan
sepuluh minggu dan kemudian lahan-lahan menurun hingga 10.000
mIU/mL pada trimester ketiga. Semua sifat-sifat khas hCG ini
memungkinkan diagnosis kehamilan beberapa hari sebelum gejala
pertama muncul atau menstruasi terlambat. Kadar hCG plasma yang
serendah 5 mIU/mL (1 ng/mL) dapat terdeteksi tanpa terganggu kadar
LH, FSH, dan TSH yang lebih tinggi. Seperti juga LH, maka
hCG berisfat luteotropik, dan korpus ul teummemiliki reseptor
afinitas tinggi untuk hCG. Stimulasi produksi progesteron dalam
jumlah besar oleh sel-sel korpus luteum dipacu oleh kadar hCG yang
makin meningkat. hCG telah dibuktikan dapat meningkatkan konversi
kolesterol lipid densitas rendah ibu menjadi pregnenolon dan
progesteron.
Kadar hCG dalam sirkulasi janin kurang dari 1% , yang dijumpai
dalam kompartemen ibu. Namun demikian, terdapat bukti bahwa kadar
hCG janin merupakan suatu regulator penting perkembangan adrenal
dan gonad janin selama trimester pertama. HCG juga diproduksi oleh
neoplasma trofoblastik seperti mola hidatidosa dan koriokarsinoma,
dan kadar hCG ataupun subunit betanya dimanfaatkan sebagai
pertanda tumor untuk diagnosis dan pemantauan berhasil tidaknya
kemoterapi. Wanita-wanita dengan kadar hCG yang sangat tinggi
akibat penyakit trofoblastik dapat mengalami hipertiroid klinis namun
kembali eutiroid bila hCG berkurang selama kemoterapi.
b. Laktogen Plasenta Manusia
Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog
dengan suatu protein hipofisis, disebut laktogen plasenta (hPL) atau
somatomamotropin korion (hCS). hPL terdeteksi pada trofoblas
13

muda, namun kadar serum yang dapat dideteksi belum tercapai


hingga minggu kehamilan ke-4-5. hPL adalah suatu protein yang
tersusun dari sekitar 190 asam amino di mana srtuktur primer,
sekunder dan tersier serupa dengan hormon pertumbuhan (GH).
Seperti GH, maka hPL bersifat diabetogenik. hPL juga memiliki ciri-
ciri struktural yang mirip dengan prolaktin (PRL).
Meskipun tidak jelas terbukti sebagai agen mamotropik, hPL
ikut berperan dalam perubahan metabolisme glukosa dan mobilisasi
asam lemak bebas; menye- babkan respons hiperinsulinemik
terhadap beban glukosa; dan berperan dalam terjadinya resistensi
insulin perifer yang khas pada kehamilan. Produksi hPL secara kasar
sebanding dengan massa plasenta. Laju produksi sesungguhnya
dapat mencapai 1-1,5 g/hari dengan waktu paruh serum sekitar 15-30
menit. Pengukuran hPL untuk menilai kesejahteraan janin telah
banyak digantikan oleh profil biofisik yang merupakan indikator
yang lebih peka, akan adanya bahaya pada janin.
2.2.3 Hormon-Hormon Steroid Plasenta
Sangat berbeda dengan kemampuan sintesis yang mengagumkan
dalam produksi protein plasenta, maka plasenta tidak terlihat memiliki
kemampuan mensintesis steroid secara mandiri. Semua steroid yang
dihasilkan plasenta berasal dari prekursor steroid ibu atau janin.
Namun begitu, tidak ada jaringan yang dapat menyerupai
sinsitiotrofoblas dalam kapasitasnya mengubah steroid secara efisien.
Aktivitas ini dapat terlihat bahkan pada blastokista muda, dan pada
minggu ketujuh kehamilan, yaitu saat korpus luteum mengalami penuaan
relatif, maka plasenta menjadi sumber hormon-hormon steroid yang
dominan.
a. Progesteron
Plasenta bergantung pada kolesterol ibu sebagai substratnya untuk
produksi progesteron. Enzim-enzim plasenta memisahkan rantai samping
kolesterol, menghasilkan pregnenolon yang selanjutnya mengalami
isomerisasi parsial menjadi progesteron; 250-350 mg progesteron
14

diproduksi setiap harinya sebelum trimester ketiga dan sebagian besar akan
masuk ke dalam sirkulasi ibu. Kadar progesteron plasma ibu meningkat
progresif selama kehamilan dan tampaknya tidak tergantung pada faktor-
faktor yang normalnya mengatur sintesis dan sekresi steroid.
Jika hCG eksogen meningkatkan produksi progesteron pada
kehamilan, maka hipofisektomi tidak memiliki efek. Pemberian ACTH
atau kortisol tidak mempengaruhi kadar progesteron, demikian juga
adrenalektomi atau ooforektomi setelah minggu ketujuh. Progesteron perlu
untuk pemeliharaan kehamilan. Produksi progesteron dari korpus luteum
yang tidak mencukupi turut berperan dalam kegagalan implantasi dan
defisiensi fase luteal telah dikaitkan dengan beberapa kasus infertilitas
dan keguguranberulang. Lebih jau,h progesteron juga berperanan dalam
mempertahankan keadaan miometrium yang relatif tenang. Progesteron
juga dapat berperan sebagai obat imunosupresif pada beberapa sistem dan
menghambat penolakan jaringan perantara sel T. Jadi kadar progesteron
lokal yang tinggi dapat membantu toleransi imunologik uterus terhadap
jaringan trofoblas embrio yang menginvasinya.
b. Estrogen
Produksi estrogen oleh plasenta juga bergantung pada prekursor-
prekursor dalam sirkulasi, namun pada keadaan ini baik steroid
janin taaupun ibu merupakan sumber-sumber yang penting. Kebanyakan
estrogen berasal dari androgen janin, terutama dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEA sulfat). DHEA sulfat janin terutama dihasilkan oleh adrenal
janin, kemudian diubah oleh sulfatase plasenta menjadi
dehidroepiandrosteron bebas (DHEA), dan selanjutnya melalui jalur-jalur
enzimatik yang lazim untuk jaringan-jaringan penghasil steroid, menjadi
androstenedion dan testosteron. Androgen-androgen ini akhirnya
mengalami aromatisasi dalam plasenta menjadi berturut-turut estron dan
estradiol.
Sebagian besar DHEA sulfat janin dimetabolisir membentuk suatu
estrogen ketiga : estriol. Langkah kunci dalam sni tesis estriol
adalah reaksi 16-- hidroksilasi molekul steroid. Bahan untuk reaksi ini
15

terutama DHEA sulfat janin dan sebagian besar produksi 16--hidroksi-


DHEA sulfat terjadi dalam hati dan adrenal janin, tidak pada plasenta
ataupun jaringan ibu. Langkah-langkah akhir yaitu desulfasi dan
aromatisasi menjadi estriol berlangsung di plasenta. Tidak seperti
pengukuran kadar progesteron ataupun hPL, maka pengukuran kadar
estriol serum atau kemih mencerminkan tidak saja fungsi plasenta, namun
juga fungsi janin. Dengan demikian, produksi estriol normal
mencerminkan keutuhan sirkulasi dan metabolisme janin serta plasenta.
Kadar estriol serum atau kemih yang meninggi merupakan petunjuk
biokimia terbaik dari kesejahteraan janin. Jika assay estriol dilakukan
setiap hari, maka suatu penurunan bermakna (> 50%) dapat menjadi suatu
petunjuk dini yang peka adanya gangguan pada janin.
Terdapat keadaan-keadaan di mana perubahan produksi
estriol tidak menandai gangguan pada janin, tetapi merupakan akibat
kecacatan kongenital ataupun intervensi iatrogenik. Estriol ibu tetap rendah
pada kehamilan dengan defisiensi sulfatase dan pada kasus-kasus janin
anensefali. Pada kasus pertama, DHEA sulfat tak dapat dihidrolisis; pada
yang kedua, hanya sedikit DHEA yang diproduksi janin karena tidak
adanya rangsang adrenal janin oleh ACTH.

2.3 Nutrisi janin dan Transfer plasenta


2.3.1 Nutrisi janin
Karena sedikitnya jumlah vitelus dalam ovum manusia, pertumbuhan
embriofetus pada dua bulan pertama bergantung pada nutrien dari ibu.
Selama beberapa hari pertama pascaimplantasi, nutrisi blastokista berasal
dari cairan interstitial, endometrium dan jaringan maternal di
sekelilingnya.
Adaptasi maternal dari makanan ibu diubah bentuk simpanan untuk
memenuhi kebutuhan energi, perbaikan jaringan dan pertumbuhan baru.
Tiga tempat penyimpanan utama dalam tubuh ibu yaitu hati, otot dan
jaringan lemak dan hormon penyimpanan, insulin berkaitan erat dengan
metabolisme nutrien yang diserap dari usus ibu.
Sekresi insulin dipertahankan oleh peningkatan kadar glukosa dalam
asam amino dalam serum. Hasil bersihnya adalah penyimpanan glukosa,
16

terutama sebagai glikogen, dalam otot dan hati, retensi sebagian asam
amino sebagai protein dan penyimpanan sisanya sebagai lemak. Simpanan
lemak ibu memuncak pada trimester kedua, kemudian menurun seiring
dengan meningkatnya kebutuhan janin pada kehamilan lanjut
(Cunningham, 2015).
Oleh karena itu nutrisi yang paling penting bagi janin yang diwakili
oleh glukosa, asam amino dan asam lemak bersama-sama dengan banyak
mikronutrien seperti vitamin dan ion.
a. Glukosa dan Pertumbuhan Janin
Meski bergantung pada ibu untuk nutrisi, janin juga berperan aktif
dalam menyediakan nutrisinya sendiri. Glukosa merupakan nutrien utama
untuk pertumbuhan dan energi janin. Jelas diperlukan mekanisme untuk
meminimalkan penggunaan glukosa oleh ibu selama kehamilan sehingga
tersedia pasokan maternal dalam jumlah terbatas untuk janin. Dipercaya
bahwa lactogen plasenta (hPL), hormon yang normalnya terdapat dalam
jumlah besar pada ibu, tetapi tidak pada janin, hPL juga meningkatkan
mobilisasi dan penggunaan asam lemak bebas oleh jaringan maternal
(Cunningham, 2015).
b. Transpor Glukosa
Perpindahan D-Glukosa melewati membran sel dapat terlaksana
berkat suatu proses, yang dimediasi-carrier, stereospesifik dan tidak
memusat yang dinamakan difusi terfasilitasi. Sedikitnya 14 protein
pengangkat glukosa (GLUT) yang berbeda telah ditemukan. Mereka
termasuk dalam superfamili transporter segmen transmembran-12 dan
dicirikan lebih lanjut oleh distribusi yang khas untuk jaringan. GLUT-1
dan GLUT-3 terutama memfasilitasi ambilan glukosa oleh plasenta dan
terletak dalam membran plasma mikrovili sinsitiotrofoblas. Ekspresi
GLUT-1 meningkat seiring berlanjutnya kehamilan dan diinduksi oleh
hampir semua faktor pertumbuhan (Cunningham, 2015).
c. Leptin
Leptin awalnya dikenal sebagai produk adiposit dan sebagai
pengatur homeostatis energi. Namun, polipeptida ini juga berperan dalam
angiogenesis., hematopiesis, osteogenesis, pematangan paru dan fungsi
neuroendokrin, imun dan reproduksi. Selama kehamilan, leptin dihasilkan
oleh ibu, janin dan plsenta. Leptin diekspresikan dalam sinsitiotrofoblas
17

dan sel endotel vaskular janin. Dari seluruh leptin yang dihasilkan
plasenta, 5 persen memasuki sirkulasi janin., sedangkan 95 persen
ditransfer ke ibu. Sebagai akibatnya, plasenta berkontribusi besar pada
kadar leptin ibu.
Kadar leptin janin mulai meningkat sekitar minggu ke 34,
berhubungan dengan berat janin. Kadar yang abnormal telah dikaitkan
dengan gangguan pertumbuhan dan preeklamsia. Pascapartum, kadar
leptin menurun baik pada neonatus maupun ibu (Cunningham, 2015).
d. Laktat
Laktat diangkut melewati plasenta melalui difusi terfasilitasi melalui
mekanisme ko-transportasi bersama ion hidrogen, laktat memungkinkan
diangkut sebagai asam laktat.
e. Asam Lemak Bebas dan Trigliserida
Neonatus memiliki proporsi lemak tubuh yang tinggi, yaitu rata-rata
15 persen berat tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa pada kehamilan lanjut,
suatu bagian yang signifikan dari substrat yang dihantarkan ke janin akan
disimpan sebagai lemak. Lemak netral dalam bentuk triasilgliserol tidak
melewati plasenta, tetapi gliserol dapat melewati plasenta dan asam lemak
disintesis di plasenta. Lipoprotein lipase terdapat dalam sisi maternal,
tetapi tidak dalam sisi fetal plasenta. Susunan ini mendukung terjadinya
hidrolisis triasilgliserol dalam ruang intervilus maternal, sekaligus
menghemat lipid netral dalam darah janin. Asam lemak yang dihantarkan
ke janin dapat diubah menjadi triasilgliserol dalam hati janin.
Pemanfaatan lipoprotein berdensitas rendah (LDL) oleh plasenta
merupakan mekanisme alternatif bagi janin untuk memperoleh asam
lemak dan asam amino esensial. Partikel LDL dari plasma ibu berkaitan
dengan reseptor LDL spesifik dalam regio yang dipenuhi lekukan pada
mikrovili sinsiotrofoblas di sisi yang menghadap bagian maternal. Partikel
LDL yang besar hampir 250.000 Da-diambil oleh suatu proses endositas
yang dimediasi reseptor. Apoprotein dan ester kolesterol LDL dihidrolisis
oleh enzim lisosomal dalam sinsitium untuk menghasilkan (1) kolesterol
untuk sintesis progesteron; (2) asam amino bebas, termasuk asam amino
esensial; (3) asam lemak esensial khususnya asam linoleat. Bahkan kadar
asam arakidonat yang disintesis dari asam linoleat dalam plasma janin
18

lebih besar dibandingkan kadarnya dalam plasma ibu. Asam linoleat atau
asam karbonat atau keduanya harus didapatkan dari asupan diet ibu
(Cunningham, 2015).
g. Asam Amino
Plasenta mengumpulkan sejumlah besar asam amino. Asam amino
netral dari plasma ibu diambil oleh trofoblas melalui sedikitnya tiga proses
khusus. Diduga, asam amino dipekatkan dalam sinsitiotrofoblas kemudian
dibawa ke sisi fetal secara difusi. Berdasarkan data dari sampel darah
kordosentesis, kadar asam amino dalam plasma tali pusat lebih tinggi
kadarnya dalam plasma arteri ataupun vena ibu. Aktivitas sistem
pengangkutan dipengaruhi oleh oleh usia gestasional dan faktor
lingkungan, termasuk stress panas, hipoksia, kelebihan dan kekurangan
nutrisi serta hormon-hormon seperti glukokortiroid, hormon pertumbuhan
dan leptin. Penelitian in vivo terbaru menunjukkan terjadinya peningkatan
transpor beberapa asam amino dan peningkatan penghantaran nutrien ke
janin pada perempuan dengan diabetes gestasional hal ini terkait dengan
pertumbuhan berlebihan janin (Cunningham, 2015).
h. Protein
Umumnya sedikit sekali terjadi pengangkutan protein berukuran
besar melewati plasenta. Namun, terdapat beberapa pengecualian penting
misalnya imunoglobulin G (IgG) yang melewati plasenta dalam jumlah
besar melalui endositosis yang diantarani reseptor Fc fibroblas. IgG
terdapat dalam kadar yang kurang lebih sama di dalam serum ibu dan di
tali pusat, tetapi IgA dan IgM ibu secara efektif dihambat
pengangkutannya sehingga tidak dapat mencapai janin (Cunningham,
2015).
i. Ion dan Unsur Logam Renik
Transpor yodida jelas dilakukan melalui proses aktif yang
memerlukan energi dan dimediasi carrier. Dan memang, plsenta
mengonsentrasikan yodida. Kadar seng (zinc) dalam plasma janin juga
lebih tinggi dibandingkan kadarnya dalam plasma ibu. Sebaliknya, kadar
tembaga dalam plasma janin lebih rendah dibandingkan kadarnya dalam
plasma ibu. Kenyataan ini menarik karena enzim penting yang
19

memerlukan tembaga mutlak diperlukan untuk perkembangan janin


(Cunningham, 2015).
j. Kalsium dan Fosfat
Mineral ini juga ditransportasi aktif dari ibu ke janin. Protein
pengikat kalsium ditemukan dalam plsenta. Protein terkait hormon
paratiroid (PTH-rP), seperti yang ditunjukkan oleh namanya, bekerja
sebagai pengganti PTH dalam banyak sistem, termasuk aktivasi adenilat
siklase dan perpindahan ion kalsium. PTH-rP dihasilkan oleh plasenta dan
oleh kelenjar paratiroid janin, ginjal janin dan berbagai jaringan janin
lainnya. Lebih lanjut dalam plasma janin, tidak ditentukan PTH tetapi
ditemukan PTH-rP karena merupakan parathormon janin. Terdapat
reseptor pengindera Ca2+ dalam trofoblas serta dalam kelenjar paratiroid.
Ekspresi PTH-rP dalam sitotrofoblas ini diatur oleh kadar Ca 2+ ekstrasel.
Dengan demikian mungkin saja PTH-rP yang disintesis dalam desidua,
plasenta dan jaringan lain janin, penting dalam transfer dan homeostasis
Ca2+ janin (Cunningham, 2015).
k. Vitamin
Kadar vitamin A (retinol) lebih tinggi dalam plasma janin
dibandingkan plasma ibu, retinol diikat oleh protein pengikat retinol dan
prealbumin. Protein pengikat retinol diangkut dari kompartemen ibu
melewati sinsitium. Transportasi vitamin C-asam askorbat –dari ibu ke
janin tercapai melalui proses yang bergantung energi dan diantarai
senyawa pembawa. Kadar metabolit utama vitamin D-kolekalsiferol
termasuk 1,25 dihidroksikolekalsiferol lebih tinggi dalam plasma ibu
dibandingkan plasma janin, proses hidroksilasi-1 β pada 25
hidroksivitamin-D3 diketahui terjadi dalam plsenta desidua (Cunningham,
2015).
2.3.2 Transfer Plasenta
a. Vilus Korionik
Zat yang berpindah dari darah ibu ke darah janin terlebih dahulu harus
melewati sinsitiotrofoblas kemudian stroma ruang intravilus, dan akhirnya
dinding kapiler janin. Sinsitiotrofoblas secara aktif atau pasif memungkinkan
lewatnya, memfasilitasi serta mengatur jumlah dan kecepatan penghantaran
berbagai zat ke janin (Cunningham, 2015).
b. Pengaturan Transfer Melalui Plasenta
20

Sinsitiotrofoblas merupakan permukaan luar jaringan fetal. Permukaan


yang menghadap ke bagian maternal ditandai dengan struktur mikrovilus yang
kompleks. Membran sel basal trofoblas yang menghadap ke janin merupakan
tempat terjadinya perpindahan zat ke ruang intervilus, tempat lewatnya kapiler
janin. Kapiler-kapiler ini merupakan lokasi tambahan untuk pengangkutan zat
dari ruang intravilus ke dalam darah janin atau sebaliknya.
Dalam menentukan efektifitas plasenta manusia sebagai organ transfer,
terdapat sedikitnya 10 variabel penting :
1. Kadar subtansi dalam plasma ibu dan banyaknya substansi tersebut yang
terkait ke senyawa lain misalnya protein karier.
2. Kecepatan aliran darah ibu melalui ruang intervilus.
3. Luasnya daerah yang tersedia untuk pertukaran zat melewati epitel
trofoblas vilus.
4. Jika zat dipindahkan melalui difusi sederhana, sifat fisik jaringan
trofoblastik.
5. Untuk setiap zat yang dipindahkan secara aktif, kapasitas perlengkapan
biokimiawi milik plasenta yang memungkinkan terjadinya transfer aktif
misalnya reseptor spesifik pada membran plasma trofoblas.
6. Jumlah zat yang dimetabolisme oleh plasenta selama terjadinya
perpindahan zat.
7. Daerah untuk pertukaran melewati kapiler intervilus janin.
8. Kadar zat dalam darah janin.
9. Protein pembawa atau protein pengikat khusus dalam sirkulasi janin atau
ibu.
10. Kecepatan aliran darah janin saat melewati kapiler vilus.
c. Mekanisme Transfer
Sebagian besar zat yang memiliki masa molekul kurang dari 500 Da
dapat dengan mudah melewati jaringan plasenta melalui difusi sederhana.
Selain itu, beberapa senyawa berberat molekul rendah dipindahkan dengan
bantuan sinsitiotrofoblas. Senyawa yang difasilitasi ini umumnya merupakan
senyawa yang terdapat dalam konsentrasi rendah dalam plasma ibu, tetapi
esensial untuk perkembangan normal janin. Difusi sederhana tampaknya
merupakan mekanisme yang berperan dalam perpindahan oksigen, karbon
dioksida, air dan kebanyakan elektrolit. Gas anestesi juga melewati plasenta
dengan cepat melalui difusi sederhana.
Insulin, hormon steroid dan hormon tiroid dapat melewati plasenta,
tetapi dengan kecepatan yang sangat lambat. Hormon yang disintesis in situ
21

dalam trofoblas memasuki sirkulasi ibu sekaligus janin tetapi tidak dalam
jumlah yang setara (Cunningham, 2015).
d. Transfer Oksigen dan Karbon Dioksida
Telah lama diketahui bahwa
plasenta berfungsi sebagai paru-
paru janin. Transfer oksigen
melalui plasenta dibatasi oleh
aliran darah, dengan
menggunakan hasil perkiraan
aliran darah uteroplasental,
diperkirakan laju penghantaran
oksigen sekitar 8 Ml
O2/menit/kg berat janin. Karena
oksigen dalam darah janin hanya
cukup untuk 1 hingga 2 menit,
pasokan ini harus terus berlanjut.
Nilai normal oksigen, karbon
dioksida dan pH dalam darah
janin diperlihatkan pada gambar
sebagai berikut.
karena oksigen terus memasuki
sirkulasi janin dari arah ibu di ruang intervilus, saturasi oksigen janin serupa
dengan saturasi dalam kapiler ibu. Saturasi oksigen rerata pada pada darah
intervilus diperkirakan sebesar 65 hingga 75 persen dengan tekanan parsial
(Po2) sebesar 30 hingga 35 mm Hg. Saturasi oksigen dalam darah vena
umbilikalis hampir sama besarnya. Tetapi tekanan parsial oksigen dalam darah
vena umbilikalis lebih rendah.
Secara umum perpindahan karbon dioksida janin tercapai melalui difusi.
Plasenta sangat permeabel terhadap karbon dioksida yang melewati vilus
korionik lebih cepat daripada oksigen. Mendekati aterm, tekanan parsial
karbon dioksida (Po2) dalam arteri umbilikalis memiliki nilai rata-rata 50 mm
Hg atau sekitar 5 mm Hg lebih tinggi dari tekanan dalam darah ibu di
intervilus. Darah janin memiliki afinitas yang lebih rendah untuk karbon
dioksida dibandingkan darah maternal sehingga karbon dioksida cenderung
22

berpindah dari darah janin ke ibu. Selain itu, hiperventilasi ringan pada ibu
menyebabkan penurunan tingkat PCO2 yang memudahkan perpindahan
karbon dioksida dari kompartemen janin ke darah ibu (Cunningham, 2015).
e. Transfer Selektif dan Difusi Terfasilitasi
Meskipun difusi sederhana merupakan metode penting transfer plsental,
komponen trofoblas dan vilus korionik menunjukkan selektivitas yang tinggi
untuk perpindahan zat. Selektivitas ini menimbulkan perbedaan kadar
berbagai metabolit pada kedua sisi vilus. Kadar sejumlah zat yang tidak
disintesis oleh janin ternyata beberapa kali lebih tinggi dalam darah janin
dibandingkan darah ibu. Contoh yang baik adalah asam askorbat. Asam
askorbat yang memiliki berat molekul relatif rendah ini memiliki struktur yang
menyerupai gula pentosa dan heksosa serta diduga mungkin akan melewati
plasenta secara difusi sederhana. Namun, kadar asam askorbat dua hingga
empat kali lebih tinggi dalam plasma janin dibandingkan plasma ibu. Contoh
lain adalah perpindahan besi secara searah melewati plasenta. Lazimnya kadar
besi dalam plasma ibu jauh lebih rendah dari kadar besi dalam plasma lain
yang dikandungnya. Bahkan dalam kondisi anemia defisiensi besi yang berat
pada ibu, massa hemoglobin janin tetap normal (Cunningham, 2015).
f. Aliran Darah Plasenta
Darah janin mencapai sistem darah plasenta melalui dua arteri umbilikalis
yang berjalan mengikuti vena umbilikalis. Setelah mencapai korion, tiap-tiap
pembuluh biasanya memperdarahi separuh plasenta. Arteri yaitu pembulih
yang menyalurkan darah menjauhi jantung janon sehingga membawa darah
terdeoksigenasi, bercabang-cabang untuk membentuk jaringan percabangan
arteri yang lebih kecil dan kapiler yang berjalan di seluruh ruang antarvilus.
Aliran darah janin melalui plasenta memiliki kecepatan sekitar 500 ml/menit
didorong oleh jantung janin. Serat otot polos yang berkontraksi di vilus dapat
membantu memompa darah kembali dari plasenta ke janin.
Darah ibu masuk ke ruang antarvilus melalui sekitar 50-100 arteri spiralis
yang telah mengalami remodelling . terdapat gradien tekanan dari arteri ibu ke
ruang antarvillus ke vena ibu. Darah meninggalkan ruang antarvilus melalui
vena endometrium, sebagian besar organ memperlihatkan penurunan progresif
garis tengah arteri seiring dengan mendekatnya darah ke jaringan sasaran. Di
pembuluh uteroplasenta, arteri spiralis yang telah mengalami remodelling
23

malah bertambah besar garis tengahnya sewaktu mendekati ruang antarvilus.


Dengan demikian, ruang antarvilus adalah suatu sistem bertekanan rendah,
darah secara perlahan mengalir melalui dan membasuh jaringan plasenta janin.
Resistensi plasenta terhadap aliran darah ibu rendah, sedangkan konduktansi
vaskularnya tinggi sehingga tidak banyak terjadi penurunan tekanan di ruang
antarvilus. Penentu utama kecepatan aliran darah ibu adalah resistensi
vaskular di arteri miometrium. Kontraksi miometrium dapat menurunkan atau
menghentikan aliran darah aferen ke ruang antarvilus, efek ini mungkin
disebabkan oleh penekanan atau oklusi vena yang mendapat aliran darah dari
ruang ini. Selama kontraksi, ruang antar vilus melebar sehingga janin tidak
secara total kekurangan oksigen (Dunstall, 2006).

2.4 Dinamika Cairan


Pengaturan volume cairan amnion adalah proses dinamis yang mencerminkan
keseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
2.4.1 Produksi Cairan
Pada usia < 8 minggu, cairan amnion dihasilkan oleh transudasi cairan
melalui amnion dan kulit janin. Pada usia 8 minggu, janin mulai
menghasilkan urine yang masuk kedalam rongga amnion. Urine janin
secara cepat menjadi sumber utama produksi cairan amnion. Saat
menjelang aterm, janin menghasilkan 800 – 1000 ml urine. Paru janin
menghasilkan sejumlah cairan ± 300 ml per hari saat aterm, namun
sebagian besar ditelan sebelum masuk ruang amnion.

2.4.2 Absorbsi Cairan


24

Pada usia kehamilan < 8 minggu, cairan amnion transudatif direabsorbsi


secara pasif. Pada usia kehamilan 8 minggu, janin mulai melakukan proses
menelan. Proses ini secara cepat akan menjadi mekanisme utama absorbsi
cairan amnion. Menjelang aterm, melalui proses menelan terjadi absorbsi
cairan sebesar 500 – 100 mL per hari. Absorbsi cairan amnion dalam
jumlah sedikit juga terjadi melalui selaput amnion dan masuk kedalam
aliran darah janin. Menjelang aterm , jalur ini melakukan absorbsi sebesar
250 ml. Sejumlah kecil cairan amnion melintas membran amnion dan
masuk ke aliran darah ibu sebesar 10 ml per hari pada usia kehamilan
menjelang aterm.
2.4.3 Perubahan Volume Cairan Amnion Selama Kehamilan
Pada usia kehamilan 34 minggu, volume cairan amnion mencapai
maksmial ( 750 -800 mL) dan setelah itu akan menurun sehingga pada usia
kehamilan 40 minggu, volume cairan amnion ± 600 ml. Dan melewati usia
40 minggu, jumlah cairan amnion akan terus menurun.

2.4.4 Fungsi dan Peranan Cairan Amnion


a. Sebagai pelindung bagi janin terhadap trauma darim luar
b. Melindungi talipusat dari tekanan
c. Memungkinkan pergerakan janin secara bebas sehingga mendukung
perkembangan sistem muskuloskeletal janin
25

d. Berperan dalam perkembangan paru janin


e. Melumasi kulit janin
f. Mencegah korioamnionitis pada ibu dan infeksi janin melalui sifat
bakteriostatik
g. Membantu mengendalikan suhu tubuh janin
2.4.5 Pengukuran Volume Cairan Amnion
Pemeriksaan dengan ultrasonografi adalah metode akurat untuk
memperkirakan volume cairan amnion dibandingkan pengukuran tinggi
fundus uteri. Penentuan AFI – amniotic fluid indexadalah metode
semikuantitatif untuk memperkirakan volume cairan amnion.
AFI adalah jumlah dari kantung amnion vertikal maksimum dalam cm
pada masing-masing empat kuadran uterus. AFI normal pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu : 5 – 20cm.

2.4.6 Arti Klinik Volume Cairan Amnion


Volume cairan amnion merupakan penanda kesehatan janin. Volume cairan
amnion normal menunjukkan bahwa perfusi uteroplasenta dalam keadaan
memadai. Jumlah volume cairan amnion abnormal berkaitan
dengan “outcome”perinatal yang buruk

2.5 System Komunikasi Janin-Ibu


Penyaluran oksigen dan beragam zat gizi dari lbu kepada janin dan
sebaliknya penyaluran karbon dioksida dan zat sisa metabolik lainnya dari
janin kepada Ibu, dilaksanakan oleh komponen nutritif sisi plasenta pada
26

sistem komunikasi fetomaternal. Plasenta adalah organ penyalur antara ibu


dan janin. Plasenta dan pada tingkat yang lebih kecil, membran-membran
yang melekat padanya. menyalurkan semua bahan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan produksi energi janin sekaligus mengeluarkan produk
katabolisme janin. Tldak terdapat komunikasi langsung antara darah janin
yang terdapat di dalam kapiler janin pada ruang intravilus vilus korionik
dengan darah ibu yang tetap berada di mang antarvilus. Salah satu
pengecualian terhadap diktum ini adalah adanya kerusakan yang kadang-
kadang terjadi di vili korionik sehingga eritrosit dan leukosit janin, dalam
jumlah bervariasi, lolos ke dalam sirkulasi ibu.
Kebocoran inilah yang merupakan mekanisme yang menyebabkan
sebagian wanita rhesus negatif tersensitisasi oleh eritrosit janin mereka yang
memiliki rhesus positif. Namun, selain kebocoran yang terjadi sesekali
tersebut. tidak terdapat pencampuran konsituen makromolekul besar-besaran
antara kedua sirkulasi ini.
a. Ruang antarvilus: darah ibu
Ruang antarvilus adalah kompartemen biologis utama pada transfer
feto-maternal. Darah ibu di kompartemen ekstravaskular ini secara
langsung membasahi trofoblas. Zat-zat yang dipindahkan darl ibu ka janin
pertama kah masuk ke mang antawilus untuk kemudian diangkut ke
sinsitiotrofoblas. Zat-zat yang dipindahkan dari janin ke ibu disalurkan
dari sinsitium ke dalam ruang yang sama. Proses pemindahan Ini
memberikan oksigen serta nutrien kapada janin dan merupakan suatu cara
untuk mengeliminasi produk sisa metabolik. Pada minggu ka-22, urin
yang diproduksi rata-rata adalah 2,2 ml/ jam, meningkat menjadi 10
ml/jam pada minggu ke-30 dan 50 ml/jam pada saat aterm. Volume
residual ruang antarvilus pada plasenta aterm adalah sekitar 140 ml,
namun volume normal ruang antarvilus sebélum persalinan mungkin
duakali lipat dari angka ini. Aliran darah uteroplasenta menjelang aterm
telah diperkirakan sekitar 700 sampai 900 ml/menit dan sebagian besar
darah tampaknya mengalir ke ruang antarvilus. Kontraksi kuat uterus saat
persalinan aktif menyebabkan penurunan aliran darah ke dalam ruang
antarvilus dengan derajat penurunan yang sangat bergantung pada
27

intensitas kuntraksi. Tekanan darah di dalam ruang antarvilus secara


signifikan lebih rendah daripada tekanan arteri utama, tetapi sedikit lebih
besar daripada tekanan vena uterus. Tekanan vena uterus, sebaliknya
bervariasi bergantung pada beberapa faktor, termasuk posisi ibu. Sebagai
contoh, dalam keadaan terlentang, tekanan di bagian bawah vena kava
inferior meningkat; akibatnya pada posisi ini tekanan di vena uterus dan
ovarium serta di ruang antarvilus meningkat.
b. Kapiler janin di ruang intravilus: darah janin
Tekanan hidrostatik pada kapiler janin yang berjalan di vili korionik
mungkin tidak banyak berbeda dari tekanan di ruang antarvilus. Saat
persalinan normal. peningkatan tekanan darah janin harus sejajar dengan
tekanan di cairan amnion dan ruang antarvilus. Apabila tidak, kapiler di
vili korionik akan kolaps dan aliran darah janin ke placenta akan terhenti.
28

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta adalah sebuah organ sementara yang menghubungkan ibu dan
fetus dan mengirim oksigen dan nutrisi nutrisi ibu ke fetus. Plasenta berbentuk
cakram dengan ukuran kira-kira tujuh inci yang melekat pada dinding uterus
(Prawirohardjo, 2015). Fungsi utama plasenta adalah transfer nutrien dan zat
sisa antara ibu dan janin (meliputi fungsi respirasi, ekskresi dan nutritif),
menghasilkan hormon dan enzim yang dibutuhkan untuk memelihara
kehamilan, sebagai barier dan imunologis.
3.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Diharapkan kepada para pembaca agar lebih mengetahui dan memahami
secara detail mengenai fisiologi plasenta.
2. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan lebih terampil dalam menangani kasus
fisiologi plasenta.
29

DAFTAR PUSTAKA

Arma, dkk. 2015. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Deepublish.


Cunningham, D Gary. 2015 Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta : EGC.
Dunstall, Melvyn. 2006. Anatomi & Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta : EGC.
John C., Hauth C., Leveno K. J., Gilstrap III L., Bloom Steven, Wenstrom
KD.,Williams Obstetrics: Implantation, Embryogenesis, and Placental
Development, 23nd ed, 2010, USA, McGraw-Hill Companies, Inc., pg 34-
46.

Lopata A, Hay DL: The surplus human embryo: its potential for growth,
blastulation, hatching, and human chorionic gonadotropin production in
culture. Fertil Steril 51:984, 2014.

Morton H, Cavanagh AC, Athanasas Platsis S, Quinn KA: Early pregnancy


factor has immuno suppressive and growth factor properties. Reprod Fertil
Dev 4:411, 2015.

Nicolini U, Fisik NM, Rodeck CH, Talbert DG, Wigglesworth JS. Low amniotic
presure in Oligohydramnions is the cause of pulmonary hypoplasia.
1989;161

Prawirohardo, Sarwono. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono
Punnonen R, Lukola A: Binding of esrtogen and progestin in the human
fallopian tube. Fertil Steril 36:610, 2015.

UMJ.reproduksiumj.2011;09.gangguan volume cairan amnion.

Anda mungkin juga menyukai