Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH VIROLOGI

‘’BAKTERIOPHAGE’’

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH VIROLOGI


OLEH
SERNI
A202102020

KELAS E3

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI
2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah virologi dengan judul “Bakteriofag”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
mata kuliah Virologi Bapak Taufik Walhidayah, S.Si., M. Biomed, Sc yang telah
membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, 10 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A. Ciri-ciri Umum .............................................................................................................. 6
B. Morfologi dan Struktur ................................................................................................ 7
C. Beberapa bakteriofage Escherichia coli ..................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Virus (bahasa latin) artinya racun. Hampir semua virus dapat menyebabkan
penyakit pada organisme lain. Jenis-jenis virus yaitu virus pada tumbuhan, virus pada
hewan, virus pada manusia, dan virus pada bakteri yang dikenal sebagai Bakteriofage.
Bakteriofage atau sering disebut fage adalah kesatuan biologis paling sederhana yang
diketahui mampu mereplikasi dirinya (mampu menggandakan dirinya sendiri menjadi
lebih banyak). Dengan demikian, jasad renik ini dijadikan penelitian dalam genetika, yaitu
dijadikan sistem model untuk mempelajari patogenesitas yang disebabkan virus.
Bakteriofage mula-mula ditemukan secara terpisah Frederich W.Twort di Inggris
pada tahun 1915 dan oleh ilmuwan Prancis, D’Herelle pada tahun 1917, merupakan virus
yang menginfeksi atau menyerang bakteri. Virus ini sering digunakan oleh para ilmuwan
untuk penelaahan lebih mendalam tentang virus karena mudah ditumbuhkan pada bakteri
(inang). Virus yang hidup pada bakteri tersebut mudah dipelihara dengan kondisi yang
dapat dikendalikan dan ruangan yamg relatif sedikit dibandingkan dengan pemeliharaan
inang berupa tumbuhan atau hewan. Oleh karena itu Bakteriofage menjadi perhatian besar
untuk penelitian virus.
Fage pada hakekatnya terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam
selubung protein pelindung. Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup urutan
umum sebagai berikut: adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat, replikasi asam
nukleat virus, perakitan partikel-partikel fage baru, dan pembebasan partikel-partikel fage
ini di dalam suatu ledakan bersamaan dengan terjadinya lisis sel inang. Fage-fage virulen
telah digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri patogenik.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Layaknya virus lainnya, bakteriofag juga mempunyai penyusun yang serupa berupa
mantel protein dan asam nukleat, yang berupa ssRNA, dsDNA dan dsRNA (ss: untai
tunggal, ds: untai ganda), bentuk untaian asam nukleat tersebut umumnya linier, circular
maupun segmented. Dilihat dari perilaku bakteriofag, beberapa bakteriofag dapat
menyisipkan asam nukleatnya dengan asam nukleat bakteri inang dan dapat juga langsung
menyebabkan lisisnya bakteri inang dengan menghasilkan beberapa enzim yang berperan
dalam peli-sisan tersebut. Enzim ini disebut dengan enzim endolisin (Farid, 2016).
Bakteriofag merupakan virus yang menyerang bakteri. Bakteriofag merupakan
salah satu alternatif untuk mengatasi masalah infeksi bakteri patogen. Penggunaan
bakteriofag dipertimbangkan lebih menguntungkan dibandingkan antibiotik. Bakteriofag
hanya menginfeksi patogen target, sehingga mikroflora normal di usus tidak terganggu,
kedua bakteriofag mereplikasi diri pada bakteri dan menghancurkan sel bakteri inang
dengan sempurna melalui proses lisis membunuh bakteri yang menjadi inangnnya
(Hardanti, 2018).
Keberadaan bakteriofag tersebar luas di alam. Lingkungan yang ditempati oleh
bakteri inang merupakan sumber keberadaan berbagai jenis fag yang dapat diisolasi untuk
berbagai tujuan (Shende et al., 2017). Meskipun demikian jumlah bakteriofag yang sudah
teridentifikasi di dunia masih terbatas, sehingga penelitian terkait isolasi dan identifikasi
bakteriofag terus dilaksanakan di berbagai negara di dunia. Kelimpahannya yang sangat
tinggi di alam, keberadaannya sebagai mikroflora alami pada makanan, kemampuan untuk
menginfeksi dan membunuh sel bakteri inang melalui proses dan spesifitas dalam
menyerang inang target merupakan potensi yang menjanjikan untuk menjadikan
bakteriofag sebagai biokontrol terhadap bakteri patogen khususnya Salmonella typhi (
Nagata, 2003).
Bakteriofag merupakan virus yang menginfeksi bakteri dan mampu membunuh sel
bakteri dengan mengintegrasikan DNA virus ke kromosom bakteri inang. Penggunaan

2
bakteriofag ternyata relatif lebih efisien, spesifik dan cost effective (Parisien et al. 2007
dalam Rahaju, 2014). Virus dapat diisolasi dengan membentuk zona bening (plak) pada
lapisan sel inangnya. Plak juga dapat dibentuk oleh phages pada pertumbuhan bakteri. Hal
ini diasumsikan bahwa plak merupakan hasil dari infeksi sel oleh virion tunggal (Carter
and Saunders, 2007 dalam Rahaju, 2014). Belum adanya laporan mengenai “Isolasi
Bakteriofag Salmonella spp. dari Biofilm pada Sistem Air Minum Isi Ulang”, sehingga
perlu dilakukan penelitian ini lebih lanjut untuk menemukan kandidat spesifik bakteriofag
Salmonella spp. dari biofilmm (Damayanti dkk., 2016).
Salah satu alternatif pengendalian Salmonella Typhi yang relatif aman adalah
penggunaan bakteriofage. Bakteriofage merupakan virus yang menginfeksi dan bereplikasi
dalam sel prokariotik. Bakteriofage tipe litik menginfeksi sel bakteri dengan berlipat ganda
sampai bakteri lisis dan terbentuk bakteriofage baru. Umumnya bakteriofage bekerja secara
spesifik pada spesies bakteri tertentu. Secara umum bakteriofage memiliki peluang untuk
digunakan sebagai alternatif pengontrolan bakteri (Sillankorva et al, 2012). Bakteriofage
litik memiliki kemampuan menurunkan jumlah kontaminasi Salmonella dan
Campylobacter, terutama untuk mengontrol Salmonella pada produk ternak ayam secara
signifikan (Syamsudin, 2005).
Penggunaan bakteriofage juga dilakukan pada organisme hidup untuk terapi
kesehatan pada pengendalian bakteri patogen yang terdapat di dalam saluran pencernaan
hewan ternak. Kajian pada bidang pertanian, bakteriofage diaplikasikan sebagai agen
pengendalian bakteri patogen pada tanaman (Strauch et al, 2007). Infeksi Salmonella Typhi
menyebabkan penyakit tifus pada manusia. Hal ini disebabkan oleh agen perantara seperti
air minum atau makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella Typhi dan perilaku higienis
yang kurang memadai (Wray, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan isolat bakteriofage litik yang mampu melisiskan beberapa bakteri patogen
yang diujikan dan mengetahui pengaruh aktivitas bakteriofage litik terhadap pertumbuhan
Salmonella Typhi ( Jatmiko, 2018).
Bakteriofag merupakan virus yang menginfeksi bakteri dan mampu membunuh sel
bakteri secara langsung. Pemanfaatan bakteriofag untuk deteksi suatu penyakit bakteri

3
sangatlah efektif karena kespesifikan inang dari bakteriofag (Singh et al. 2013). Pada siklus
hidupnya, bakteriofag dapat mengakibatkan lisis pada bakteri inangnya yang ditandai
dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri (Dhany dkk., 2013). Bakteriofag terdiri
dari molekul asam nukleat yang dikelilingi oleh mantel protein yang disebut kapsid (Jofre
et al., 2014). Bakteriofag hidup dan berkembang biak di dalam organisme seluler
dibandingkan virus lainnya yang berkembang biak di dalam tubuh organisme lain yang
multiseluler (Kurniawan, 2014).
Bakteriofag virulen (bakteriofag yang eksklusif menyebabkan lisis) memiliki
kemampuan dalam menyerang bakteri dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis sel
lain (Snyder dan Champness, 2003). Sifat spesifik dari bakteriofag dapat memberikan hasil
yang akurat, cepat, efesien, dan murah, (Susianto et al., 2014). Hal tersebut dibuktikan,
bahwa bakteriofag yang menginfeksi bakteri R. solanacearum tidak dapat menginfeksi
bakteri Xantomonas campestris (Addy et al., 2012). Sehingga bakteriofag dapat
dimanfaatkan sebagai agens pengendali hayati dan deteksi pada spesies dan strain bakteri
(Suharsono, 2010).
Bakteriofag merupakan virus yang menginfeksi bakteri. Bakteriofag mampu
membunuh sel bakteri secara langsung atau dengan menggabungkan DNA virus ke dalam
kromosom bakteri inangnya (Hayati dkk., 2016). Pemanfaatan bakteriofag merupakan
salah satu metode yang efektif untuk mengontrol pertumbuhan biofilm. Bakteriofag
memenuhi persyaratan/kebutuhan tersebut karena bersifat non toksik, spesifik, dan efektif.
Bekteriofag sebagai agen antibiofilm berdasarkan beberapa penelitian ahli dinilai efektif
untuk mendegradasi senyawa polisakarida penyusun matriks polimerik ekstraselular
biofilm (Trina, 2018).
Bakteriofag, sering disebut fag, merupakan virus yang secara spesifik menginfeksi
dan bereplikasi pada sel inangnya. Menurut Sutherland et al., (2004), bakteriofag
menghasilkan enzim polisakarida lyase (depolimerase) yang spesifik mampu
mendegradasi senyawa matriks polimerik ekstraselular pada biofilm. Bakteriofag juga
memiliki kemampuan bereplikasi secara cepat dengan merusak sel bakteri dan
mengekspresikan enzim yang dapat mendegradasi biofilm (Trina, 2018). Bakteriofag

4
merupakan virus secara spesifik yang menginfeksi atau dapat mematikan spesies bakteri
tertentu dalam waktu yang singkat dan rentang infeksinya hanya terhadap beberapa spesies
(Falilah dkk., 2022).
Bakteriofag membawa informasi genetik untuk penyalinan asam nukleat dan untuk
menghasilkan selubung protein pelindung. Bakteriofag memiliki dua macam cara untuk
mereplikasikan dirinya, yaitu daur litik dan lisogenik. Replikasi tersebut baru dapat
dilakukan ketika virus ini masuk ke dalam sel inangnya (bakteri) (Sari & Prayudaningsih,
2016). Salah satu contoh bakteriofag adalah T4 virus yang menyerang bakteri Eschericia
coli (E. coli), pada umumnya yaitu bakteri yang hidup pada saluran pencernaan manusia.
Perbedaan dengan virus ialah bahwa virus hidup dan berkembang biak dalam organisme
yang multiseluler (mahluk hidup yang memiliki banyak sel), sedangkan bakteriofag hidup
dan berkembang biak dalam organisme yang uniseluler (mahluk hidup yang terdiri dari
satu sel tunggal) (Rananda, 2016) (Dito dkk., 2020).
Bakteriofag E. coli secara alami tidak akan bereplikasi tanpa adanya E. coli. Oleh
karena itu bakteriofag E. coli dapat digunakan sebagai pendeteksi adanya air tercemar.
Kehadiran E. coli akan langsung diinfeksi dan dilisiskan oleh bakteriofag.
Bakteriofag mengeluarkan enzim lisozim saat melakukan penetrasi untuk membuat lubang
pada dinding sel bakteri, sehingga DNA dapat masuk dan melisiskan E. coli. Bakteriofag
yang keluar dari dalam tubuh inang, akan menginfeksi sel E. coli lain. Madigan et al.
(2012) menyatakan peptidoglikan pada dinding sel bakteri mampu dihancurkan oleh enzim
lisozim yang dihasilkan oleh bakteriofag. Enzim ini memecah ikatan β-1,4-glycosidic
dengan N-acetylglucosamine sehingga dapat menyebabkan dinding sel bakteri berlubang
saat bakteriofag melakukan penetrsi dan melisiskan inang (Saefunia dkk., 2016).
Bakteriofag T2 dan lambda, setelah pengobatan dengan urea, menghasilkan bahan
infeksius untuk protoplas dan sel inang bakteri yang utuh. Setelah pengobatan dengan
fenol, bakteriofag lambda menghasilkan bahan, mungkin asam desoksiribonukleat, yang
menular untuk protoplas tetapi tidak untuk sel inang bakteri yang utuh. Pemeriksaan
komposisi dan struktur asam desoksiribonukleat lambda menunjukkan bahwa ia memiliki
konfigurasi untai ganda konvensional (Kumari dkk., 2011).

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Umum

Bakteriofag adalah virus yang menginfeksi bakteri untuk berkembang biak. Karena
hanya menginfeksi bakteri, mereka dapat digunakan untuk mengobati bakteriosis.
Bakteriofag, disebut juga fag, adalah virus yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi
bakteri, yang digunakan untuk proses replikasi virus. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani
dan berarti “pemakan bakteri”. Seperti semua virus lainnya, bakteriofag tidak memiliki sel
dan merupakan parasit intraseluler wajib, karena mereka tidak memiliki metabolisme
sendiri dan membutuhkan sel inang untuk bereproduksi. Bakteriofag pertama kali
dipelajari oleh F.W. Twort (1915). Kemudian istilah ‘bacteriophage’ diberikan oleh Felix
de Herelle (1917). Setelah itu, ia menemukan bakteriofag berguna untuk pasien yang
menderita disentri yang disebabkan oleh Bacillus dysenteriae dan memperkenalkan ‘terapi
Phage’. Ciri ciri umum yang dimiliki bakteriofag antara lain :
 Bakteriofag lebih kecil dari bakteri.
 Bahan genetik bakteriofag dapat berupa DNA atau RNA dan linier atau melingkar.
 Ukuran genomnya sekitar 49kb.Ukuran bakteriofag berkisar dari 25-200nm
 Bacteriophage dapat menular atau tidak menular ke sel inang.

Bakteriofage sama seperti virus pada umumnya yang dapat hidup luas di alam.
Bentuknya juga hampir sama, yaitu terdiri atas sebuah inti asam nukleat yang dikelilingi
oleh selubung protein. Virus ini mempunyai ekor yang digunakan untuk melewatkan asam
nukleatnya ketika menginokulasi sel inang.

6
Contoh dari fage Salmonella Newport

B. Morfologi dan Struktur

Struktur Bakteriofage yang terdiri atas kepala, ekor, dan serabut ekor
1) Kelompok morfologi fage
Semua fage mempunyai inti asam nukleat yang ditutupi oleh selubung protein, atau
kapsid. Kapsid ini tersusun dari subunit morfologis yang disebut kapsomer. Kapsomer
terdiri dari sejumlah subunit atau molekul protein yang disebut protomer. Virus bakteri
dapat dikelompokkan ke dalam enam tipe morfologis:

7
 Tipe yang paling rumit ini mempunyai kepala heksagonal, ekor yang kaku dengan
seludang kontraktil, dan serabut ekor. Dengan DNA berjumlah 2.
 Serupa tipe A, tipe ini mempunyai kepala heksagonal. Tetapi, tidak memiliki
seludang kontraktil, ekor kaku dan mengenai serabut ekor, ada atau
tidak mempunyai serabut ekor. Dengan DNA berjumlah 2.
 Tipe ini dicirikan oleh sebuah kepala heksagonal, dengan ekor yang lebih pendek
dari kepalanya. Ekornya tidak mempunayi seludang kontraktil dan mengenai
serabut ekor, Serabut ekor ada atau tidak. Dengan DNA berjumlah 2.
 Tipe ini mempunayi sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tesusun dari
kapsomer-kapsomer besar. DNA berjumlah 1.
 Tipe ini mempunayi sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tersusun
dari kapsomer-kapsomer kecil. Dengan RNA berjumlah 1.
 Tipe ini berbentuk filamen. Dengan DNA berjumlah 1.
Tipe-tipe A, B, dan C menunjukkan morfologi yang unik bagi bakteiofage. Tipe-tipe
morfologis dalam kelompok D dan E dijumpai pula pada virus tumbuhan dan hewan.
Bentuk yang seperti filamen, pada kelpmpok F dijumpai pada beberapa virus tumbuhan.

2) Struktur fage
Tubuh Bakteriofage tersusun atas kepala, ekor,dan serabut ekor. Kepala berbentuk
polyhedral (segi banyak) yang di dalamnya mengandung DNA atau RNA saja. Dari kepala
muncul tubus atau selubung memanjang yang disebut sebagai ekor virus. Ekor ini bertugas
sebagai alat penginfeksi. Bagian antara kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut
kapsid. Kapsid tersusun atas molekul-molekul protein sehingga disebut selubung protein
atau pembungkus protein dan berfungsi sebagai pelindung asam nukleat (DNA dan RNA),
dapat membantu menginfeksi virus ke sel inangnya dan menentukan macam sel yang akan
dilekati.

8
Pada bagian ujung ekornya ditumbuhi serabut-serabut ekor yang dapat berfungsi
sebagai penerima rangsang atau reseptor. Sejumlah subunit molekul protein yang
menyusun kapsid dan identik satu dengan yang lain disebut kapsomer. Dibandingkan
dengan kebanyakan virus, bakteriofage sangat kompleks dan mempunyai beberapa bagian
berbeda yang diatur secara cermat. Semua virus memiliki asam nukleat, pembawa gen yang
diperlukan untuk menghimpun salinan-salinan virus di dalam sel hidup. Pada virus T4
asam nukleatnya adalah DNA, tetapi pada banyak virus lain, termasuk virus penyebab
AIDS, polio, dan flu, asam nukleatnya adalah RNA.

3) Asam nukleat fage


Tipe morfologis fage yang berbeda-beda juga dicirikan oleh tipe asam nukleatnya yang
berbeda-beda pula. Semua fage berekor mengandung DNA berutasan ganda. Fage dengan
kapsomer yang besar (kelompok D) dan yang berbentuk filamen (kelompok F) mempunyai
DNA berutasan tunggal. Fage –fage kelompok E mempunyai RNA berutasan tunggal.

9
C. Beberapa bakteriofage Escherichia coli

Kelompok bakteriofage yang diteliti paling ekstensif ialah fage koli, dinamakan
demikian karena menginfeksi Escherichia coli galur B yang nonmotil.

(sumber gambar : pixabay.com)


2.4 Reproduksi Bakteriofage

Bakteriofage sebenarnya memiliki dua tipe cara menginfeksi, yaitu litik atau
virulen dan tenang atau lisogenik. Cara-cara menginfeksi bakteriofage tersebut juga
sekaligus digunakan sebagai cara bereproduksi (memperbanyak diri).

1) Daur Litik atau Virulen.

Skema daur litik

10
Bila bakteriofage menginfeksi sel dan sel tersebut memberikan tanggapan dengan
cara menghasilkan virus-virus baru dalam jumlah yang besar, yaitu pada masa akhir
inkubasi. Sel ini akan pecah atau mengalami lisis yang akan melepaskan bakteriofage-
bakteriofage baru untuk menginfeksi sel-sel inangnya. Berikut rangkaian daur litik
bakteriofage :

 Fase adsorbs (penempelan)


Pada fase ini awalnya ditandai dengan adanya ujung ekor menempel / melekat pada
dinding sel bakteri. Penempelan tersebut dapat terjadi apabila serabut dan ekor virus
melekat pada dinding sel bakteri. Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yaitu
pada permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempati
protein virus. Menempelnya protein virus pada protein dinding sel bakteri itu sangat khas,
mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan
karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus
mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding
sel bakteri atau inang.
 Fase Infeksi (penetrasi)
Pada fase ini, selubung sel berkontraksi sehingga mendorong inti ekor ke dalam sel
melalui dinding dan membran sel, kemudian virus tersebut menginjeksikan DNA ke dalam
sel bakteri. Namun demilian, selubung bakteri yang membentuk kepala dan ekor
bakteriofage tetap tertinggal di luar sel. Setelah menginfeksi kemudian akan terlepas dan
tidak berfungsi lagi, seperti pada gambar berikut ini :

11
Penetrasi sel inang oleh bakteriofage
selubung ekor memendek, intinya
menembus ke dalam sel, di dalam
DNA virusdisuntikkan ke dalam sel.

 Fase sintesis
DNA virus yang telah diinjeksikan yang mengandung enzim lisozim ke dalam
akan menghancurkan DNA bakteri, sehingga DNA virus yang berperan mengambil alih
kehidupan. DNA virus mereplikasi diri berulang-ulang dengan cara menggandakan diri
dalam jumlah yang banyak, selanjutnya melakukan sintesis protein dari ribosom bakteri
yang akan diubah menjadi bagian-bagian kapsid, seperti kepala, ekor, dan serabut ekor.
Kemudian terjadi proses perakitan. Bagian-bagian kapsid kepala, ekor, dan serabut ekor
yang mula-mula terpisah selanjutnya dirakit menjadi kapsid virus kemudian DNA virus
masuk ke dalamnya, maka terbentuklah tubuh virus yang utuh.

 Fase litik
Ketika perakitan telah selesai yang ditandai denga terbentuknya tubuh virus baru
yang mengambil alih perlengkapan metabolik sel inang bakteri yang menyebabkan
memuat asam nukleat virus daripada asam nukleat bakteri. Setelah sekitar 20 menit, dari
infeksi awal, sudah terbentuk 200 bakteriofage yang telah terakit dan sel bakteri itu pun
mengalami lisis dan melepaskan bakteriofage-bakteriofage baru/virus akan keluar

12
untukmencari/menginfeksi bakteri-bakteri lain sebagai inangnya, begitu seterusnya dan
memulai lagi daur hidup tersebut.

2) Daur Lisogenik

Skema daur lisogenik


(sumber gambar : bioclips.info)

Pada daur ini juga mengalami fase yang sama dengan daur litik, yaitu melalui fase
adsorbsi dan fase injeksi. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan fase-fase berikut :

 Fase penggabungan
Karena DNA bakteri terinfeksi DNA virus, hal tersebut akan mengakibatkan
benang ganda berpilin DNA bakteri menjadi putus, selanjutnya DNA virus menyisip di
antara putusan dan menggabung dengan benang bakteri. Dengan demikian, bakteri yang
terinfeksi akan memiliki DNA virus.
 Fase pembelahan
Karena terjadi penggabungan, maka DNA virus menjadi satu dengan DNA
bakteri dan DNA virus menjadi menjadi tidak aktif disebut profage. Dengan demikian,
jika DNA bakteri, melakukan replikasi, maka DNA virus yang tidak aktif (profage) juga
ikut melakukan replikasi. Misalnya, apabila DNA bakteri membelah diri terbentuk dua
sel bakteri, maka DNA virus juga identik membelah diri menjadi dua seperti DNA

13
bakteri, begitu seterusnya. Dengan demikian, jumlah profage DNA virus akan mengikuti
jumlah sel bakteri inangnya.

 Fase sintesis
Dalam keadaan tertentu, jika DNA virus yang tidak aktif (profage) terkena zat
kimia tertentu atau radiasi tinggi, mka DNA virus akan menjadi aktif yang kemudian
menghancurkan DNA bakteri dan memisahkan diri berikutnya. Selanjutnya, DNA virus
tersebut mensintesis protein sel bakteri (inangnya) untuk digunakan sebagai kapsid bagi
virus-virus baru dan sekaligus melakukan replikasi diri menjadi banyak.

 Fase perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh,yang berfungsi sebagai
selubung virus. Kapsid baru virus terbentuk. Selanjutnya, DNA hasil replikasi masuk ke
dalamnya guna membentuk virus-virus baru.

 Fase litik
Fase ini sama dengan daur litik. Setelah terbentuk bakteri virus baru terjadilah
lisis sel. Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang
bakteri baru. Dalam daur selanjutnya, virus dapat mengalami daur litik atau lisogenik,
demikian seterusnya. Berikut gambar hubungan antara fase litik dan lisogenik :

14
Diagram hubungan antara fase litik dan lisogenik (sumber gambar : bioclips.info)

Gambar di atas memperlihatakan bahwa virus dalam keadaan lingkungan tertentu


pada saat mengalami fase lisogenik dapat berpindah ke fase litik. Hal itu terjadi apabila
virus menginfeksi bakteri, tetapi sel bakteri tersebut mempunyai daya tahan/daya imun
yang kuat,maka virus tersebut tidak dapat bersifat virulen (virus yang dapat menyebabkan
lisis/pecah). Pada saat lingkungannya berubah dan menyebabkan daya tahan sel bakteri
berkurang,maka keadaan lisogenik akan dapat berubah menjadi litik/lisis,sehingga profage
akan berubah menjadi virulen. Dengan demikian, bakteri akan pecah (lisis) karena
terbentuknya virus-virus baru.

Beberapa contoh virus Bakteriofage


1. Subfamili : Corticoviridae
Genus : Corticovirus
Spesies : Alteromonas phage PM2
2. Subfamili : Fuselloviridae
Genus : Fusellovirus

15
Spesies : Sulfolobus virus
3. Subfamili : Lipothrixviridae
Genus : Lipothrixvirus
Spesies : Thermoproteus virus
4. Subfamili : Myoviridae
Genus : T4-like phages
Spesies : coliphage T4 Bacteria
5. Subfamili : Microviridae
Genus : Chlamydiamicrovirus
Spesies : Chlamydia phage 1

16
BAB IV
PENUTUP

Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1) Bakteriofage atau sering disebut fage adalah kesatuan biologis paling sederhana
yang diketahui mampu mereplikasi dirinya (mampu menggandakan dirinya sendiri
menjadi lebih banyak). Dengan demikian, jasad renik ini dijadikan penelitian dalam
genetika, yaitu dijadikan sistem model untuk mempelajari patogenesitas yang
disebabkan virus.
2) Fage pada hakekatnya terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam
selubung protein pelindung.
3) Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup urutan umum sebagai berikut:
adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat, replikasi asam nukleat virus,
perakitan partikel-partikel fage baru, dan pembebasan partikel-partikel fage ini di
dalam suatu ledakan bersamaan dengan terjadinya lisis sel inang. Fage-fage virulen
telah digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri patogenik.
4) Tubuh Bakteriofage tersusun atas kepala, ekor,dan serabut ekor. Kepala berbentuk
polyhedral (segi banyak) yang di dalamnya mengandung DNA atau RNA saja.
5) Bakteriofage sebenarnya memiliki dua tipe cara menginfeksi, yaitu litik atau
virulen dan tenang atau lisogenik.
6) Daur Litik atau Virulen terdiri dari :
a) Fase adsorbs (penempelan)
b) Fase Infeksi (penetrasi)
c) Fase litik
7) Daur Lisogenik terdiri dari :
a) Fase penggabungan
b) Fase pembelahan
c) Fase sintesis
d) Fase perakitan

17
e) Fase litik

18
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, R., Jannah, S. N., & Rahaju, S. H., 2016. Isolasi Bakteriofag Salmonella Spp.
Dari Biofilm Pada Sistem Air Minum Isi Ulang. Jurnal Akademika Biologi, 5(2),
59-67.
Dhany, N. R., Addy, H. S., & Wahyuni, W. S., 2013. Penggunaan Bakteriofag untuk Kit
Detektor Patogen Hawar Bakteri Kedelai. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 9(4), 116-
116.
Dito, AP, Veronica, RB, & Mashuri, M., 2020. Jaringan Matriks (Matrix Network) Dan
Keistimewaannya. Jurnal Matematika Unnes , 9 (1), 22-30.
Fadlilah, D. M. A., Setiawan, A. W., & Handoko, Y. A., 2022. Isolasi, Karakterisasi Dan
Uji Stabilitas Ph Bakteriofag Xanthomonas Oryzae Dari Area Persawahan. Jurnal
Ilmiah Pertanian, 19(2).
Farid. 2016. Pemanfaatan Bakteriofag Untuk Pengembangan Kit Deteksi Bakteri Penyebab
Hawar Bakteri Pada Kedelai. Jurnal Agroteknologi Pertanian Vol.4 No.1
Hardanti.2018. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteriofag Spesifik Salmonella Typhi Dari
Kulit Ayam. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 19 No. 2
Hayati, Z., Jannah, S. N., & Suprihadi, A., 2016. Isolasi Bakteriofag Spesifik Pseudomonas
Sp. Da1 Dari Biofilm Pada Sistem Pengisian Air Minum Isi Ulang. Jurnal
Akademika Biologi, 5(3), 29-35.
Jatmiko. 2018. Uji Aktivitas Bakteriofage Litik Dari Limbah Rumah Tangga Terhadap
Salmonella Typhi. Jurnal Biodjati, 3 (2)
Kumari, S., Harjai, K., & Chhibber, S., 2011. Bacteriophage Versus Antimicrobial Agents
For The Treatment Of Murine Burn Wound Infection Caused By Klebsiella
Pneumoniae B5055. Journal Of Medical Microbiology, 60(2), 205-210.
Kurniawan. 2014. Mekanisme Infeksi Bakteri Vibrio Harveyi Terhadap Gambaran
Histologi Udang Windu. Jurnal Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur
Vol.3 No.2

19
Nagata. 2003. A Simple Method For Cloning The Complete Begomovirus Genome Using
The Bacteriophage _29 DNA Polymerase. Journal Of Virological Methods 116
Saefunida, D. S., Wijanarka, W., Rukmi, M. I., & Hidayat, N. N., 2016. Isolasi Bakteriofag
Escherichia Coli Dari Sistem Distribusi Air Minum Isi Ulang Sebagai
Antibiofilm. Jurnal Akademika Biologi, 5(2), 68-75.
Suharsono. 2010. Isolasi Gen Penyandi Peroksidase Melalui Penapisan Terhadap Pustaka
Genom Kedelai Kultivar Slamet. Jurnal Natur Indonesia. 12(1)
Syamsudin. 2005. Penapisan Pustaka Genom Tanaman Kedelai Kultivar Lumut
Menggunakan Pelacak Gen Peroksidase Dari Arabidopsis Thaliana. Jurnal Ilmu
Dasar Vol. 11 No. 1
Triana, E., 2018. Aktivitas Antibiofilm Bakteri Escherichia Coli Oleh Bakteriofag Secara
In Vitro. Berita Biologi, 17(1), 77-84.

20

Anda mungkin juga menyukai