Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HADIST TEMATIK DASAR BERDAKWAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Struktur Mata Kuliah Hadist Tematik

Oleh:

ACHMAD ARDHI FATONI 213105500010

DOSEN PENGAMPU:
K.H .AHMAD SYAEFUDIN M.pdi

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS IBNU CHALDUN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat, nikmat sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa kita hadiahkan kepada sang
junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW Tidak lupa pula penyusun ucapakan terimakasih
kepada bapak Ahmad Syaefudin M.pdi selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tematik.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan makalah ini dengan judul “Hadist Tematik Dasar Berdakwah”. Penyusun
menyadari walaupun makalah ini telah disusun semaksimal mungkin, tentu masih ada
kekurangan maupun kekeliruan yang tidak disengaja. Maka dari itu penulis harapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta 14 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………2

Daftar Isi………………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………..4


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa Pengertian Amr Ma’ruf Nahi Munkar?......................................................................6

B. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 104 ……………………………………………………….. 7

C. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 110………………………………………………………..13

D. Tafsir Surat An Nahl Ayat 125…………………………………………………………22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………23
B. Saran ……………...………………………………………………………………………23

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan Nahi
Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia
lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan
tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya.
Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir (memberikan peringatan) terhadap yang
bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah Azza
wa   Jalla, serta yang menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil ma‟ruf wan nahyu anil
munkar (menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran) menempati kedudukan
yang agung. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri utama
masyarakat orang-orang yang beriman setiap kali Al Qur’an memaparkan ayat yang berisi sifat-
sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali
ada perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman untuk mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim
menjadi masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran; karena
kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali dengannya. Al Qur’an al-karim telah
menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat Islam istimewa adalah karena ia mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
BAB II

PEMBAHASAN

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar
ma‟ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya,
akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya. Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah.

Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan islam kepada
orang lain baik muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman
Allah Swt :

Artinya : “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan
menyuruh kepada yang Ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Al-Imran : 104)

Asbabun Nuzul Al-Imran ayat 104 :

Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu, Suku Aus dan Khazraj yang selalu
bermusuhan turun temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku tersebut berakhir setelah
Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya suku Aus yakni
kaum Anshar dan suku Khazraj hidup berdampingan secara damai dan penuh keakraban. Suatu
ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat suku Aus dengan suku Khazraj duduk bersama
dengan santai dan penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka
melihat keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk
bersama suku Aus dan Khazraj untuk menyinggung perag Bu‟ast yang pernah terjadi antara Aus
dan Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya masing-masing,
saling mencaci maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang mendengar
peristiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka : Apakah kalian termakan fitnah
jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam, dan
menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan jahiliyah ?. setelah mendengar nasehat
Rasul, mereka sadar, menangis dan saling berpelukan. Sungguh peristiwa itu adalah seburuk-
buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Maka turunlah surat Ali Imran ayat 104

Adh Dhahhak mengatakann, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para mujahidin yang
terpilih, dan para ulama. Abu Ja‟far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
membacakan firmanNya : “Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan” (Ali Imran : 104), kemudian beliau bersabda : “yang dimaksud dengan
kebajikan ini ialah mengikuti Al-qur‟an dan sunnahku” hadist diriwayatkan oleh Ibnu
Murdawaih.

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan umat ini
yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan
pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih
Muslim dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda : “Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya
dengan tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak
mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al Hasyimi, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja‟far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr,
dari Jarullah Hudzhaifah ibnu Yaman, bahwa Nabi SAW pernah bersabda :

“Demi Tuhan yang jiwaku berada didalam genggaman kekuasaanNya, kalian benar-benar harus
memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau hampir-hampir Allah
akan mengirimkan kepada kalian siksa dari sisiNya, kemudian kalian benar-benar berdoa
(meminta pertolongan kepadaNya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.” Imam Tirmidzi dan
Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadist Amr Ibnu Abu Amr dengan lafadz yang sama.
Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadist ini hasan.

Artinya : “Dari
„Abdullah bin „Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat”. (HR. Bukhari).
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Kemungkaran jika dibiarkan saja maka akan menjadi hal yang wajar, dan jika itu terjadi maka
semuanya akan mendapat siksa atau adzab dari Allah apapun bentuk kemungkaran harus kita
cegah semampu kita. Baik dengan perbuatan atau kekuasaan (tangan), dengan lisan (ucapan),
ataupun hanya sekedar dengan hati yaitu mengingkari perbuatan munkar tersebut. Amar Ma’ruf
Nahi Munkar adalah menyuruh apa yang diperintahkan oleh syara’ dan dinilai baik oleh akal dan
mencegah apa yang dilarang syara’ dan dinilai buruk oleh akal. Namun apabila perbuatan itu
dianggap baik oleh akal sedangkan dianggap buruk oleh syara’ maka kita harus
meninggalkannya. Dalam menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar harus dengan ilmu,
kesabaran dan kelembutan. Kesesatan akan tersingkir jika setiap umat dapat menjaga diri dengan
petunjuk dari Allah.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini semoga kita bisa mendalami mata kuliah Tafsir Tematik, khususnya
pada pembahasan tentang Amr ma’ruf nahi munkar, kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari dosen dan para pembaca
kami harapkan. Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat untuk
pemabaca khususnya untuk penulis sendiri. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddin,Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy). (Jakarta: PT Raja


Grafindo), 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. (Jakarta:
Lentera Hati), 2002.

Al-Mubarakfuri, Shafiurahman, Shahih Tafsir Ibnu Katsir( Terjemahan), Bogor: Pustaka Ibnu
Katsir, 2009.

As-Sa’di, Abdurrahman bin Nashir, Tafsir Al-Quran –terjemahan dari kitab Taisiru al Kariim al-
Rahman fi Tafsir Kalaam al Mannan. Jakarta: Darul Haq, 2013.

Jalaluddin Mahalli, Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Al-Jalalain, hlm. 58.

Al Qasim, Abdul Malik, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.pdf-terjemahan, Hlm. 4.

Anda mungkin juga menyukai