Anda di halaman 1dari 19

SISTEM KOMUNIKASI MASSA

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi


Dosen Pengampu : IshaqMatondang, M.Si.

OLEH KELOMPOK 6 :

Andri Pranata 1173151004


Dianita Veronica 1172151013
Helena Aprilia Lubis 1173151021
Roventi Madonna Sirait 1172151017

BK REGULER B 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,
karena atas berkat dan Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah “Psikologi Komunikasi” dengan judul makalah sesuai pada
“Sistem Psikologi Massa”
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis terlebih dahulu mengucapkan kata maaf jika ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Penulisjuga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulisucapkan terimakasih , semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca .

Medan, September 2019

Penulis

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1..................................................................................................................................Latar Belak
.................................................................................................................................4
1.2..................................................................................................................................Rumusan M
.................................................................................................................................4
1.3..................................................................................................................................Tujuan
.................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi Massa ....................................................................................5
2.2 Faktor-faktor yang Mempenagruhi Khalayak pada Psikologi Massa.....................8
2.3 Efek Komunikasi Massa.........................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1.................................................................................................................................. Kesimpulan
.................................................................................................................................18
3.2..................................................................................................................................Saran
.................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

3
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Masalah


Kita hidup di lingkungan media yang sedang berubah cepat. Hanya
beberapa tahun yang lalu, sebagian besar orang tidak pernah mendengar
multimedia atau Internet. Bentuk perbahan yang terjadi pada lingkungan media
banyak macamnya, dalam hal tertentu, sangat luar biasa. Meskipun banyak
perubahan yang terjadi di lingkungan media, pengaruh komunikasi massa masih
menjadi masalah utama bagi para peneliti komunikasi massa dan ahli teori.
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan
yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan
efeknya terhadap mereka. Pembahasan komunikasi yang kian pesat dan kompleks
beserta penelitian yang terus menerus dilakukan menjadi bukti bahwa ilmu
komunikasi massa menjadi bagian penting dalam proses kajian keilmuan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian komunikasi massa?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi khalayak pada
komunikasi massa?
1.2.3 Apa saja efek komunikasi massa?

1.3 Manfaat
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian komunikasi massa.
1.2.1 Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang memengaruhi
khalayak pada komunikasi massa.
1.2.3 Untuk mengetahui apa saja efek komunikasi massa.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi Massa


Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para
ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun,
dari sekian banyak definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikai massa adalah
komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal
perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media
of mass communication (media komunikasi massa).
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan
Bittner (1980:10): “Mass communication is messages communicated through a
mass medium to a large number of people” (komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang)
Menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) sesuatu hal
dapat didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal berikut:
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern
untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat pada khalayak
luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara
lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan diantara media
tersebut.
2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-
pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang
yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas
audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan

5
jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak
saling mengenal satu sama lain.
3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan
diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.
4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti
jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya
tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya
berorientasi pada keuntungan, bahkan organisasi sukarela atau nirlaba.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya,
pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah
individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini
berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok atau publik dimana
yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam
komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan
yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga
rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai
gatekeeper.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam
jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya,
dalam komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini umpan balik
langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar
tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).
Merangkum definisi-definisi di atas, di sini komunikasi massa diartikan
sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
keterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Perkataan “dapat” dalam definisi
ini menekankan pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima komunikasi massa
pada saat tertentu tidaklah esensial.

2.1.1 Sistem Komunikasi Massa versus Sistem Komunikasi Interpersonal

6
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa, yakni surat kabar, majalah, radio televisi, dan film. Bila sistem komunikasi
massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis
kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi massa (menurut
Elizabeth-Noelle Neuman,1973:92) (1) bersifat tidak langsung, artinya harus
melalui media teknis; (2)bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara
peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3)bersifat terbuka, artinya peserta-
peserta komunikasi (para komunikan) (3)bersifat terbuka, artinya ditujukan pada
publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara
geografis tersebar.
Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai
karakteristik psikologis yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi
interpersonal. Ini tampak pada pengendalian arus informasi, umpan balik,
stimulus alat indra, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. Adapun
karakteristiknya berupa pengendalian arus informasi, umpan balik, stimulus alat
indera, dan proporsi unsur isi dengan hubungan.

2.1.2 Sejarah Penelitian Efek Komunikasi Massa


Pada penelitian 1960, Joseph Klapper menerbitkan buku The Effects of
Mass Communicatio. Dari rangkuman hasil-hasil penelitian, Klapper, antara lain,
menyimpulkan bahwa efek komunikasi massa terjadi lewat serangkaian faktor-
faktor perantara. Faktor-faktor perantara itu termasuk proses selektif, persepsi
selektif, terpaan selektif, dan ingatan selektif, dan proses kelompok, norma
kelompok, dan kepemimpinan opini.
McQuail merangkumkan semua penemuan penelitian pada periode ini
sebagai berikut:
1. Ada kesepakatan bahwa bila efek terjadi, efek itu sering kali berbentuk
peneguhan dari sikap dan pendapat yang ada.
2. Sudah jelas bahwa efek berbeda-beda tergantung pada prestise atau
penilaian terhadap sumber komunikasi.

7
3. Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan
perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki.
4. Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan
mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa-“komunikasi massa
efektif falam menimbulkan pergeseran yang berkenaan dengan persoalan
yang tidak dikenal, tidak begitu dirasakan, atau tidak begitu penting.”
5. Pemilihan dan penafsiran isi oleh khalayak dipengaruhi oleh pendapat dan
kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok.
6. Sudah jelas juga bahwa struktur hubungan interpersonal pada khalayak
mengatarai arus isi komunikasi, membatasi, dan menentukan efek yang
terjadi. (McQuail, 1975:47-48)

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada


Komunikasi Massa
Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan
yang merubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman
operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap sebagai
kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang
dicurahkan kepadanya (Dervin,1981:74). Pesan komunikasi sianggap sebagai
“benda” yang dilihat sama baik oleh komunikator maupun komunikate.
Raymond A. Bauer juga mengkritik potret khayalak sebagai robot yang
pasif. Ia bahkan menyebut khalayak yang kepala batu ( obstinate audience), yang
baru mengikuti pesan itu apabila pesan itu menguntungkan mereka. Komunikasi
tidak lagi bersifat lagi linear tetapi merupakan transaksi.

2.2.1 Teori DeFleur dan Ball Rokeach Tentang Pertemuan dengan Media

DeFluer dan Ball Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media


berdasarkan tiga kerangka teoritis :

1. Perspektif perbedaan individual.

8
Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi
personal psikologis individu akan menentukan bagaimana individu
memilih sitimulus dari lingkungan dan bagaimana ia memberi makna pada
stimulus tersebut.
2. Perspektif kategori sosial
Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat
kelompok – kelompok sosial, yang reaksinya terhadapat stimulus tertentu
cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keyakinan beragama
menampilkan kategori respon. Anggota – anggota kategori tertentu akan
cenderung memilih isi komunikasi massa dan akan memberi respon
kepadanya dengan cara yang hampir sama pula.
3. Perspektif hubungan sosial
Perspektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan
sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang dalam media
massa. Lazarfeld menyebutkan “pengaruh personal” yang tampak pada
model “ two step flow of communication”. Dalam model ini informasi
bergerak melewati dua tahap yaitu tahap pertama informasi bergerak pada
sekelompok individu yang relative lebih tau dan sering memperhatikan
media massa. Yang kedua informasi bergerak dari orang – orang itu atau
disebut pemuka pendapat dan kemudian melalui saluran –saluran
interpersonal desampaikan kepada individu yang bergantung kepada
mereka dalam hal informasi.

Secara singkat, berbagai faktor akan mempengaruhi reaksi orang terhadap medai
massa. Faktor – faktor itu meliputi oraganisasi personal psikologis individu
seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang pengalaman;
kelompok – kelompok sosial dimana individu menjadi anggota dan hubungan –
hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian
informasi.

9
2.2.2 Pendekatan Motivasi dan Uses and Gratification

Menurut para pendirinya, Elihut Katz, Jay G. Blumbler, dan Michael


Gurevich, Uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologi
dan sosial, menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber
lain, yang membawa pada pola terapan media yang berlainan (atau keterlibatan
pada kegiatan lain). Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini:

1. Khalayak dianggap aktif; artinya sebagaian penting dari penggunaan


media massa diasumsikan mempunyai tujuan
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif, untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak
3. Media massa hatus bersaing dengan sumber-sumber lainnya untuk
memuaskan kebutuhannya
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khlayak; artinya orang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan tertentu
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya. (Blumler dan Katz,
1974:22).

Model uses and gratifications memandang individu sebagai makhluk


suprarasional dan sangat selektif. Kekurangan dan kelebihan antara pendekatak
efek (model jarum hipodermis) dengan pendekatan uses and gratification:

Pendekatan Efek Pendekatan Uses and


Gratification
Keuntungan  Relevansi sosial tentang  Memberikan deskripsi
khalayak dinamis
 Memperhitungkan seluruh  Anggota khalayak
proses komunikasi sepenuhnya pasif

10
 Minat pada karakteristik  Menjelaskan
stimulus penggunaan media
Kerugian  Khalayak sering dilukiskan  Stimulus tidak
sebagai makhluk yang diperhitungkan; hanya
seluruhnya pasif dan mudah model proses
dimanipulasi penerimaan saja
 Terlalu menjelaskan efek  Terlalu melebih-
dan hubungannya dengan lebihkan rasionalitas dan
stimulus keaktifan anggota.
Menurut J. Mc. Guire (1974) menyebutkan dua motif kelompok besar,
yaitu:. Motif Kognitif (berhubungan dengan pengetahuan) dan motif Afektif
(berhubungan dengan perasaan).

1. Motif kognitif dan Gratifikasi Media

Pada motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan,


Mc. Guere menyebutkan 8 teori :

a. Teori konsistensi, yaitu teori yang memandang manusia sebagai


makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Dalam suasana
konflik manusia resah dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan
mencari kompromi.
b. Teori Atribusi, yaitu teori yang memandang individu sebagai psikolog
amatir yang mecoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada
berbagai peristiwa yang dihadapinya.
c. Teori kategorisasi, yaitu teori yang memandang manusia sebagai
makhluk yang selalu mengkelompokkan pengalamannya dalam
kategorisasi yang sudah dipersiapkan.
d. Teori objektifikasi, yaiatu teori yang memandang manusia sebagai
makhluk pasif, yang tidak berpikir, yang selalu mengandalkan
petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep
tertentu.

11
e. Teori Otonomi, yaitu kepribadian manusia berkembang melewati
beberapa tahap sampai ia memiliki makna hidup yang terpadu.
f. Teori stimulus, yaitu memandang manusia sebagai makhluk yang
“lapar stimulus” yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang
memperkaya pemikirannya.
g. Teori teleologis, yaitu memandang manusia sebagai makhluk yang
berusaha mencocokkan persepsinya dengan situasi sekarang dengan
representasi internal dari kondisi yang dikehendaki
h. Teori utilitarian yaitu memandang manusia sebagai orang
memperlakukan setiap situasi dengan memperoleh informasi yang
berguna atau keterampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi
tantangan hidup.
2. Motif Afektf dan Gratifikasi Media

Teori motif afektif ditandai dengan kondisi perasaan atau dinamika yang
menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu. Teori-teori tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Teori reduksi tegangan, yaitu memandang manusia sebagai sistem


tegangan yang memperoleh kepuasaan terhadap pengurangan ketegangan.
Individu berusaha menghilangkan atau mengurang tegangan dengan
mengungkapkannya.
b. Teori Ekspresif, yaitu individu memperoleh kepuasan dalam
mengungkapkan eksistensi dirinya atau menampakkan perasaan dan
keyakinannya.
c. Teori Ego Defensif, beranggapan bahwa dalam hidup ini kita
mengembangkan citra diri tertentu dan kita berusaha untuk
mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan
dunia kita.
d. Teori peneguhan, memandang individu akan bertingkah laku dengan suatu
cara yang membawanya kepada ganjaran yang dialaminya pada waktu
lalu.

12
e. Teori penonjolan Asertation, yaitu memandang manusia sebagai makhluk
yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk emmperoleh
penghargaan dari dirinya dan orang lain.
f. Teori Afiliasi, memaandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih
sayang dan penerimaan orang lain.
g. Teori Identifikasi, memandang manusia sebagai peranan yang memuaskan
egonya dengan menambahkan peranan ia memuaskan pada konsep dirinya.
h. Teori peniruan, teori ini cenderung berempati dengan perasaan orang-
orang yang diamatinya dan berusaha meniru perilakunya.

2.3 Efek Komunikasi Massa

Secara sederhana Keith R. Stamm, dan JohnE. Bowes (1990) membagi


jenis-jenis efek media massa menjadi dua bagian, yaitu:

1. Efek Primer

Kita mengatakan bahwa efek komunikasi nyata dan jelas. Jika dalam hidup
kita sehari-hari tidak bisa lepas dari media massa berarti efek yang ditimbulkan
nyata terjadi. Bisa dikatakan secara sederhana bahwa efek primer terjadi jika ada
orang yang mengatakan telah terjadi proses komunikasi terhadap objek yang
dilihatnya. Jadi terpaan media massa yang mengenai audiens menjaddi salah satu
bentuk efek primer. Akan lebih bagus lagi jika audiens memperhatikan pesan-
pesan media massa.

2. Efek Sekunder

Salah satu bentuk efek sekunder adalah uses and gratification. Menurut
Bitner (1996) fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaiman media
mempengaruhi audience tetapi juga bagaimana audience meraeaksi pesan-pesan
media yang disampaikan.

2.3.1. Efek kehadiran media massa

13
Teori McLuhan, disebut teori perpamnjangan alat indera (sense extention
theory), mengatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indera manusia;
telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata.
McLuhan menulis “secara operasional dan praktis, medium adalah pesan. Ini
berarti bahwa akibat sosial dari media karena perpanjangan diri kita pada
kehidupan atau oleh teknologi baru”. Media adalah pesan karena media
membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan
manusia (McLuhan , 1964:23-24).

Steven H. Chafee menyebutkan lima hal adanya efek media massa, yaitu:

1. Efek ekonomis, kita mengetahui bahwa kehadiran media massa


menggerakkan berbagai usaha-produksi, distribusi, dan konsumsi
“jasa” media massa. Misalnya kehadiran surat kabar berarti
menghidupkan pabrik yang mensuplay kertas koran, menyuburkan
pengusaha percetakan dan grafika, memberi pekerjaan pada wartawan,
ahli rancang grafis, pengedar, pengecer, dan pencari iklan.
2. Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau ointeraksi
sosial akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa
kehadiran televisi meningkatkan status sosial.
3. Efek pada penjadwalan kegiatan, misalnya sebelum ada televisi, orang
biasanya tidur malam psekitar pukul 8 dan bangun pagi sekali karena
harus berangkat kerja. Sesudah ada televisi banyka diantara mereka
terutama muda-mudi yang sering menonton televisi sampai malam, itu
membuktikan bahwa efek media massa telah mengubah kebiasaan
masyarakat.
4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
5. Efek pada perasaan orang terhadap media massa

2.3.2. Efek kognitif Komunikasi massa

14
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, ujar
Roberts (1977) tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra
kita tentang lingkungan; dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita
berperilaku. Efek proposial kognitif pada media massa adalah bagaimana media
massa membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitif.

Pembentukan dan perubahan citra

Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa


bekerja untuk menyampaikan informasi itu. Buat khalayak, informasi itu dapat
membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Karena media massa
melaporkan dunia nyata secara selektif, sudah tentu media massa mempengaruhi
pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak
cermat. Sehingga terjadilah yang namanya stereotip. Stereotip adalah gambaran
umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-
ubah, bersifat klise, dan sering kali timpang dan tidak benar. Disinilah bahaya
media massa terjadi. Para kritikus sosial memandang komunikasi massa sebagai
ancaman terhadap nilai dan rasionalitas manusia. Ernest Van den Haag (1968)
menulis “semua media massa pada akhirnya mengasingkan orang dari
pengalaman personalnya, dan walaupun tampak menggoncangkannya, media
massa memperluas isolasi moral sehingga mereka terasing dari orang lain, dan
realitas dari diri mereka senndiri. Orang mungkin berpaling pada media massa
bila ia kesepian atau bosan. Tetapi sekali media massa menjadi kebiasaan, media
massa dapat merusak kemampuan memeroleh pengalaman yang bermakna”.

Efek Proposial kognitif

Efek proposial kognitif tampak apabila media massa terbukti mampu membentuk
citra orang tentang lingkungan dengan menyampaikan informasi, kita juga dapat
menduga media massa tertentu berperan juga dalam menyampaikan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai yang baik. Misalnya bila televisi meneyebabkan anda

15
lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah
menimbulkan efek proposial kognitif.

2.3.3. Efek Afektif Komunikasi Massa


a. Pembentukan dan perubahan sikap

Pada tahun 1960, Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang


komprehensif tentang efek media massa. Dalam hubungannya dengan
pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pda
lima prinsip umum, yaitu:

 Pengaruh komunikasi massa diantaranya adalah faktor-faktor seperti


predisposisi personal, proses selektif, dan keanggotaan kelompok.
 Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi
memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang
berfungsi sebagai media pengubah.
 Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil
pada intensitas sikap lebih umum terjadi dari pada konversi dari satu sisi
masalah ke sisi yang lain
 Komunikasi cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang
dimana pendapat orang lemah, misalnya pada iklah komersial
 Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang
masalah-masalah baru apabila tidak ada predisposisi yang harus
diperteguh.
b. Rangsangan Emosional

Para peneliti telah berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi


intensitas rangsangan emosional pesan media massa. Faktor-faktor itu antara lain
suasana emosianal (mood), skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi
individual, dan tingkat identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa.

16
c. Rangsangan Seksual

Sejenis rangsangan emosisonal yang banyak dibicarakan adalah


rangsangan seksual akibat adegan-adegan merangsang dalam media massa.
Diduga oleh kebanyakan orang dan diyakini oleh sejumlah orang bahwa erotika
merangsang gairah seksual, meruntuhkan nilai-nilai moral, mendorong orang gila
seks, atau menggalakkan tindakan pemerkosaan.

2.3.4. Efek Behavioral Komunikasi Massa


a. Efek prososial Behavoral, memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun orang lain yang didapat dari media massa karena
media massa juga dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.
b. Agresi, film kekerasan mengajari agresi, mengurangi kendali moral
penontonya, dan menumpulkan perasaan mereka. Karena manusia akan
lebih tertarik untuk mengikuti sesuau yang ditampilkan dan menarik bagi
mereka.

Selain efek-efek diatas, Kapler (1960) mengatakan bahwa komunikasi


sama juga memiliki efek sebagai berikut:

1. Conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang didinginkan dan yang


tidak diinginkan
2. Memperlancar atau malah mencegah perubahan
3. Memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada.

17
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan


menggunakan media massa pada sejumlah orang. Bagi kebanyakan orang, media
massa pada umumnya dipandang sekedar sebagai sumber hiburan. Dalam
kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang merubah
perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses
imitasi (belajar sosial).

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis membutuhkan saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca, agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan dari pembaca.

18
Daftar Pustaka

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers.

Rakhmat, Jalaluddin. 2018. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Severin, Werner. J. dan James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi (Sejarah,


Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa). Jakarta: Kencana
Prenada.

19

Anda mungkin juga menyukai