Anda di halaman 1dari 6

PUBLIC RELATIONS C2 - KELOMPOK 2

 Rizky Maulidya (200910202005)


 Ahya Fattah Ghani (200910202091)
 Nanda Aulia N. (200910202117)

BOUNDARY SPANNING THEORY

Ruslan (2010), menjelaskan mengenai fungsi public relations sebagai Boundary


Spanning dalam suatu organisasi sebagai berikut:

“Suatu manajemen memerlukan informasi lebih akurat dan tepat sebelum membuat
sebuah kebijakan atau keputusan. Kebutuhan informasi prioritas dan terkini secara terus
menerus yang biasanya telah dipersiapkan oleh boundary spanner (pihak penyedia atau
penghubung, perantara). Boundary spanner diharapkan memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungan internal dan eksternal organisasi. Hal itu dapat diwujudkan
dengan menunjuk praktisi public relations yang memiliki kemampuan menjembatani
kepentingan pihak manajemen puncak dalam pengambilan keputusan. Selain itu juga
diharapkan memiliki kemampuan untuk mengakses informasi atau menyalurkan aspirasi,
serta keinginan-keinginan dari publiknya.”

Aktivitas dalam sebuah organisasi yang menerapkan sistem boundary spanning


adalah organisasi bersifat terbuka. Dalam hal ini, public relations menjadi jembatan
informasi antara pihak organisasi dengan publiknya baik itu internal maupun eksternal dan
juga sebaliknya. Kegiatan ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman antar kedua pihak
tersebut. Tujuan dari boundary spanning adalah sistem komunikasi dua arah antara organisasi
dengan publiknya. Oleh sebab itu, seorang public relations tidak hanya harus mampu
menyampaikan itikad dari organisasi kepada publik tapi juga kemauan publik yang harus
disampaikan juga kepada organisasi tersebut. Public relations di sini berfungsi membangun
komunikasi dua arah yang dapat mempermudah organisasi dalam membuat suatu keputusan
agar dapat mewadahi keinginan publiknya.
● TUJUAN BOUNDARY SPANNING THEORY
Boundary spanning dalam suatu organisasi berupaya memfasilitasi transfer informasi,
yang mana seringkali tidak hanya terbatas pada informasi dari luar organisasi ke dalam
organisasi. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan komunikasi dan
efektivitas pengambilan keputusan strategis di dalam perusahaan. Hal ini karena karyawan
dan manajer dapat mengakses dan memanfaatkan informasi lintas batas yang relevan dan
semakin tepat waktu. Manajemen harus berusaha mengenali manfaat dari aktivitas rentang
batas organisasi sebagai sarana untuk mendukung pengambilan keputusan strategis yang
efektif. Mengingat bahwa kegiatan seperti itu bergantung secara kritis pada tindakan
individu-individu kunci yang secara rutin berada dalam posisi untuk mengakses informasi
lintas batas organisasi, manajer pemasaran harus berupaya memastikan bahwa sistem dan
proses tersedia untuk mendorong dan mendukung kegiatan spanning boundary yang
berkelanjutan yang sering dimulai dengan akses informasi oleh orang-orang tersebut.

● FUNGSI PUBLIC RELATION SEBAGAI BOUNDARY SPANNING THEORY


Salah satu fungsi public relations ialah sebagai boundary spanning atau elemen
perbatasan. Dikutip dari buku Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal: Aplikasi
Penelitian dan Praktik (2014) karya Rachmat Kriyantono, fungsi boundary spanning
membuat public relations mampu berinteraksi dengan lingkungannya, seperti melakukan
monitoring, seleksi, dan mengumpulkan informasi. Setelah terkumpul, informasi tersebut
diberikan kepada kelompok dominan dalam organisasi. Kelompok dominan tersebut terdiri
atas manajer senior, atau pihak yang punya kekuasaan untuk mengatur serta mengontrol
operasional organisasi. Grunig dan Hunt mengungkapkan bahwa fungsi public relations
sebagai boundary spanning juga bisa diartikan sebagai perantara satu kaki dalam organisasi,
sedangkan kaki lainnya berada di pihak publik.
STUDI KASUS 1

PRAMUGARI TERJERAT KASUS NARKOBA

Dikutip dari portal berita Kompas.com, seorang pramugari bernama Michelle Merry
Loisa (28) ditangkap oleh jajaran polsek Kuta di Kamar kosnya di kawasan Kuta, Bali.
Pramugari dari maskapai Garuda Indonesia ini ditangkap bersama tiga pelaku lainnya.
Kaplsek Kuta I Nyoman Wirajaya mengatakan bahwa barang bukti berupa sabu ditemukan
ditempel di hiasan pintu seperti gorden. Michelle juga mengkonsumsi kokain dan satu strip 4
butir dumolid. Michelle disangkalkan Pasal 112 ayat (2) dan atau Pasal 127 UU No. 35 tahun
2009. Dilansir dari Sindonews, Michelle tertangkap pada 24 februari 2018, ditangkap setelah
penangkapan tersangka sebelumnya berinisial FHM atau Fuad. Dimana Fuad saat ini
berpacaran dengan pramugari tersebut.

Pelaku ditangkap setelah adanya laporan dari masyarakat. Michelle yang berprofesi
sebagai Pramugari Maskapai Penerbangan Nasional Garuda Indonesia ini harus mengakhiri
karier setelah dibekuk oleh Kapolsek Kuta Bali. Pramugari ini bertugas untuk penerbangan
internasional dan domestik. Selain Michelle dan Fuad, Kapolsek Kuta juga menangkap pria
berinisial DSB (37) dan tersangka terakhir berinsial BNY (41).

Berikut detail kronologinya. Dari penangkapan tersangka FHM, tim melakukan


pengembangan terhadap tersangka dengan berpura-pura memesan beberapa paket kokain dan
janji bertemu di Jalan Saraswati, Kuta. Barang yang diamankan berupa uang 20 Juta dan
empat buah paket kokain.

Selain narkoba, permasalahan lain yang muncul dari studi kasus ini tersangka adala-h
pramugari Maskapai Penerbangan Nasional. Hal tersebut adalah berita yang menjual bagi
pihak media, dengan mencatut nama Pramugari Garuda Indonesia maka ada nilai jual
tersendiri yang menarik dari berita tersebut. Namun berbeda dengan pihak Garuda Indonesia,
berita tersebut menjadi hal yang dapat meperburuk citra perusahaan tersebut. Dalam kasus ini
seorang Public Relations haruslah memahami bahwa pemberitaan media adalah usaha
konstruksi realitas. Terlebih dalam pemberitaan krisis perusahaan (Regester, Michael & Judy
Larkin, 2008:19) tak jarang media menuliskan hal buruk mengenai perusahaan.
ANALISIS KASUS

Dalam kasus Pramugari yang terjerat kasus narkoba tersebut, pihak Garuda Indonesia
langsung akat bicara. Garuda Indonesia akan menyerahkan sepenuhnya proses pemeriksaan
kepada pihak berwajib sekiranya ditemukan indikasi pegawai Garuda Indonesia yang terbukti
menggunakan narkoba. Dalam hal ini pihak Garuda mencoba untuk memberikan pernyataan
yang dapat menjaga hubungan baik antara Garuda Indonesia dengan publiknya. Kreps
menjelaskan (dalam Kriyantono, 2014) bahwa pada hakekatnya interksi antar bagaian dalam
organisasi baik internal maupun eksternal dilakukan untuk beradaptasi dengan lingkungannya
dan keberhasilan dalam beradaptasi inilah yang akan menentukan pencapaian tujuan dari
organisais.

Tidak hanya menyampaikan pernyataan sikap terhadap kasus narkoba yang menimpa
pegawainya. Pihak Garuda Indonesia dilansir dari Sindonews juga menyampaikan keputusan
memberikan sanksi tegas berupa pemutusan hubungan kerja kepada karyawan yang terbukti
menggunakan narkoba, mengingat hal tersebut sudah masuk tataran pelanggaran hukum.

Analisis lain yang dtemukan adalah, setelah kasus ini Garuda Indonesia melakukan
kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Lembaga Kesehatan Bandara dan
Pihak Kepolisian, melaksanakan random check test narkoba yang dilaksanakan beberapa kali
dalam setahun. Selain itu, pihak Garuda juga menyampaikan bahwa mereka memiliki sistem
“Pre Flight Check” yang merupakan mekanisme pemeriksaan bagi setiap awak pesawat,
sbeelum melakukan penerbangan untuk memastikan kondisi awak pesawat itu fit untuk
melaksanakan operasional penerbangan.

Dari beberapa sikap Garuda Indonesia melalui penjelasan di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa pihak Garuda telah menerapkan Boundary Spanning, dimana setelah
terjadi sebuah kasus pihaknya mencoba memberikan informasi terhadap kejadian tesebut
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak Garuda dan Publiknya.

Dari kasus yang sudah dijelaskan, dnemukan bahwa pihak Garuda telah menjalankan
Boundary Spanning tapi belum sepenuhnya. Dapat dilihat dari keputusan pihak Garuda
Indonesia, namun belum bisa dipastikan apakah hal tersebut juga dilandasi oleh pendapat
publiknya.
Dalam hal lain, Garuda Indonesia telah menujukkan itikad baik, tidak hanya
memberikan pernyataan sikap, tapi juga membuat program random check test yang dirasa
mampu mengurangi ketakutan atau pendapat buruk dari publik tehadap pegawai Garuda
Indonesia.

STUDI KASUS 2

AKTIVITAS MEDIA MONITORING BIRO HUMAS


KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Melalui kegiatan media monitoring ini Sub Bagian Media Monitoring Biro Humas
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia menerapkan teori yang ada pada Teori
Excellence yang mana bahwa seorang public relations dapat menjadi manajer bagi
lingkungan dan publiknya, lingkungan di sini yaitu communication fasilitator yang mana
public relations berperan sebagai penjaga gerbang (fungsi boundary spanning) yang
menghubungkan organisasi dan lingkungannya melalui komunikasi dua arah, penjaga
gerbang diartikan sebagai pengawasan atau bentuk monitoring kepada suatu berita yang
beredar pada media dan dapat ikut serta me-manajemen isu-isu yang beredar di media.

Analisis berita yang dilakukan dengan cara membaca berita tersebut, menentukan isu
pada berita tersebut dan menentukan tonasi pada berita tersebut. Dan menghasilkan suatu
laporan yang merupakan hasil akhir dari kegiatan analisis yang dilakukan Sub Bagian Media
Monitoring berupa ringkasan isi berita, isu berita, dan tonasi berita yang dibuat kurva yang
diurutkan sesuai banyaknya isu atau tonasi berita tersebut. Untuk melakukan monitoring pada
media yang memuat adanya kesalahan penulisan berita pada media tersebut dengan cara
mengirimkan Hak Jawab pada media tersebut dan memuat release sebagai bentuk klarifikasi
dan pernyataan pemberitaan yang sesuai dengan fakta yang mana data tersebut dikumpulkan
oleh Sub Bagian Media Monitoring dalam counter opini.

Media monitoring digunakan sebagai salah satu tools dalam kegiatan Humas yaitu
untuk mendapatkan suatu fact finding karena dari media monitoring tersebut Biro Humas atau
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia ini mendapatkan suatu informasi mengenai
perdagangan atau Kementerian Perdagangan Republik Indonesia ini sendiri yang pada
dasarnya media monitoring ini melakukan kegiatan pengawasan atau monitoring berita yang
ada pada media oleh karena itu media monitoring lah bagian pertama yang mengetahui
informasi tersebut. Dalam hal ini masuk ke dalam suatu fact finding dengan metode informal
dan formal.

Masuk ke dalam metode informal sebab informasi yang dicari oleh Sub Bagian Media
Monitoring untuk melakukan kegiatan media monitoring ini bersumber salah satunya dari
media online yang mana media online tersebut masuk ke dalam salah satu contoh metode
informal dari PR yaitu informasi yang didapatkan melalui sumber online, namun tidak hanya
menggunakan metode informal saja Sub Bagian Media Monitoring pun menggunakan
statistik yang berisikan kurva mengenai isu yang beredar di hari itu, hal tersebut menunjukan
bahwa Sub Bagian Media Monitoring ini pun menggunakan metode formal.

Daftar Pustaka
Kriyantono. 2014. teori-teori public relations perspektif barat & lokal : aplikasi penelitian dan
praktik. Jakarta: Kencana
Kertasari, Kis. 2018. Tersandung Narkoba, Pramugari Cantik Ini Dibekuk Polisi. Diambil
dari Sindonews.com
Ruslan, R. .2010. Manajemen Public Relations dan media komunikasi: Konsepsi dan aplikasi.
Jakarta: RajaGrafindo
Mustofa, Ali. 2018. Tertangkap Selingkuh & Narkoba Pramugari Cantik Garuda Pilih
Mundur. Diambil dari Jawapos.com
Rizqi Maulida, Mia. Aktivitas Media Monitoring Biro Humas Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia. Bandung. http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.22590

Anda mungkin juga menyukai