REVIEW JURNAL
Nama Kelompok :
- Aditia Febriana 20190530039
- Ayuni rahmadhania 20190530029
- Muhammad rhinaldi abdilah harun 20190530069
- Muhammad Nur Fadli 20180530143
- Edwin Imam Suryatna 20180530179
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jurnal Nasional
Tahun : 2017
Latar Belakang :
Pemuda sebagai generasi pengguna media sosial memegang kendali besar atas
penyebaran informasi dalam kelompok dan keluarga. Media sosial seperti Facebook,
Twitter, Instagram, Path, menjadi media ekspresi dan eksistensi diri, serta penyebaran
berita dan informasi. Dalam hal ini, media sosial menjadi sarana penyebaran nilai-
nilai luhur budaya yang diakulturasikan dalam diri seseorang dan lingkungan
sekitarnya. Namun, generasi muda kurang menyadari peran media sosial sebagai
sarana penyebaran nilai-nilai luhur budaya. Informasi dan berita di media sosial
digunakan sebagai sarana ekspresi diri, tanpa memberikan kontribusi positif kepada
pengguna media sosial lainnya, atau dalam hal ini pengikut. Oleh karena itu, generasi
muda perlu diberikan pembekalan tentang penggunaan media sosial serta pentingnya
generasi muda terhadap penggunaan media sosial sebelum dan sesudah pembekalan.
Hasil dari kegiatan ini, seluruh siswa mampu menunjukkan informasi mana yang
boleh dan tidak boleh disebarluaskan, mampu mengenali atau mengidentifikasi berita
bohong (hoax), informasi berita bohong, dan langkah-langkah yang dilakukan saat
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial paling
media sosial Twitteratauviral (cepat menyebar dan populer) di situs jejaring sosial
lainnya. Menurut data We Are Social tentang statistik digital dunia yang dirilis
Januari 2016, Indonesia memiliki 88,1 juta pengguna internet aktif, meningkat 15%
dalam dua belas bulan terakhir. Media sosial telah membawa dampak positif bagi
pengguna, yakni sebagai sumber dan pemberi informasi, sarana ekspresi diri, serta
media sosial juga membawa dampak negatif, terutama penyebaran berita palsu
Pada November 2016, Stanford History Education Group (SHEG),
informasi dalam ponsel, tablet, dan komputer) pada anak-anak muda di dua belas
membedakan iklan dengan artikel berita atau mengidentifikasi asal informasi Temuan
ini mengindikasikan bahwa siswa lebih fokus pada konten yang diunggah di media
sosial dari pada sumber konten tersebut.Meski fasih dengan media sosial, banyak
siswa tidak menyadari konvensi dasar untuk menunjukkan informasi digital yang
terverifikasi.
Metode Penelitian :
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan Pembekalan
Sementara itu, secara kuantitatif, hasil pembekalan ini ditunjukkan dari hasil angket
atau kuesioner yang dibagikan sebelum dan setelah pembekalan. Dari 89 siswa yang
hadir Peneliti menentukan objek penelitian, yakni siswa SMA,yang berlokasi di dekat
SMA yang sudah pernah diberi pembekalan, sehingga terjadi transfer pengetahuan
dan wawasan yang berkesinambungan. Oleh karena itu, dipilih sejumlah 104 siswa-
siswi kelas XI SMA Santo Kristoforus 1 yang berlokasi di Jakarta Barat.SMA Santo
oleh Pastor Titus Rahail, M.Sc., yang saat itu menjabat sebagai pastor paroki.Yayasan
ini mengelola delapan unit persekolahan yang terdiri atas dua KB-TK, dua SD, dua
instrumen. Instrumen ini disebarkan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan
pembekalan.Angket yang dibagikan sebelum pembekalan ditujukan untuk mengetahui
tingkat aksesibilitas terhadap media sosial, seperti jumlah media sosial yang dimiliki,
frekuensi, dan durasipenggunaan. Selain itu, juga mengukur sejauh mana pemahaman
siswa dalam menerima dan memanfaatkan media sosial sebagai sarana penyebaran
nilai luhur budaya sebelum dilakukan pembekalan. Sementara itu, angket yang
dan wawasan yang diperoleh siswa terkait penggunaan media sosial secara tepat,
Aula SMA Santo Kristoforus I, Jl. Satria IV Blok C No. 68 Grogol, Jakarta Barat.
kerap diterima dan disebarkan, cara memilah-milahan informasi atau berita yang
benar dan palsu, serta informasi atau berita yang tidak boleh diterima dan tidak boleh
disebarkan secara langsung. Pembekalan berlangsung kurang lebih selama 2,5 jam.
Teori :
Lon Safko, dalam bukunya The Social Media Bible mengungkapkan beberapa
terminologi mengenai media sosial. Terminologi pertama, yakni sosial, mengacu pada
kebutuhan insting manusia yang harus terhubung dengan manusia lainnya. Manusia
memiliki kebutuhan untuk berada dalam kelompok yang dirinya merasa nyaman saat
Sowell mengatakan budaya ada untuk melayani kebutuhan vital dan prakti smanusia,
dan bahaya dari proses pembelajaran semuanya dari kesalahan kecil selama proses
coba-coba sampai kesalahan fatal (Samovar, 2010) peoples dan Bailey nilai
Hasil Penelitan
Budaya di Kalangan Siswa SMA” ini difokuskan pada pencegahan berita palsu di
dimulai dengan memberikan pemahaman tentang berita palsu. Berita palsu semakin
banyak pada era digital. Banyak orang sudah terhubung dengan internet dan memiliki
media sosial. Berita /informasi dengan cepat disebarkan kepada pembaca. Namun,
kadang kala berita /informasi tersebut tidak diterima dengan baik oleh pembaca,
artinya berita/informasi tersebut bersifat palsu atau sudah diubah maknanya secara
agar siswa memahami bahwa pesan dari sumber autentik bisa berbeda ketika sampai
kepada penerima pesan. Hal ini tergantung pada cara dan kejelasan dalam
tujuan seseorang menyebarkan berita palsu seperti motif ekonomi dan kekuasaan, dan
cara mengatasi berita palsu. Contoh berita-berita palsu disajikan melalui gambar atau
Para siswa mengenali berita palsu dari caranya menghasut pembaca untuk
segera menyebarkan (35%), sumber laman /blog tidak pernah didengar sebelumnya
(32%), meng-gunakan / mengatas namakan nama media massa atau perusahaan atau
orang yang sudah tenar (13%), struktur kalimat dan tanda baca tidak sesuai dengan
kaidah baku penulisan berita (9%), dan lain-lain (5%). Setelah mengenali sebuah
berita palsu, siswa mengidentifikasi jenis/bidang berita palsu yang sering dibaca atau
didengar. Hasil survei menunjukkan bahwa berita palsu yang paling banyak diketahui
para siswa ialah bidang politik (28%), agama (25%), hukum dan keamanan (15%),
hiburan (12%), kesehatan (12%), ekonomi (7%), dan lain-lain (1%).Meski hasil
jawaban siswa hampir sama dengan survei yang dibagikan sebelum pembekalan, ada
peningkatan yang cukup tinggi terhadap upaya siswa-siswi untuk mencari informasi
lebih lanjut di media massa yang lebih kredibel ketika menerima berita palsu di media
sosial. Selain itu, jumlah siswa yang memilih untuk mengklarifikasi berita palsu di
Latar Belakang :
Masyarakat sipil saat ini sudah semakin cerdas dan kritis. Hal inilah yang kemudian
mendorong mereka lebih vokal dalam menyampaikan berbagai aspirasinya, guna
mendapatkan hak-hak mereka. Berbagai aspirasi sering disuarakan diruang publik melalui
berbagai ekspresi dan media. Tentu hal ini merupakan realisasi dari kebebasan
berekspresi yang dilindungi oleh undang-undang. Berbagai bentuk ekspresi pun
disampaikan mulai dari menulis di media massa, turun ke jalan, audiensi, hingga
mengkritisi berbagai kebijakan dan pelayananan publik melalui media internet termasuk
media sosial. Adapun salah satu program Polri yang berhubungan dengan pelayanan
publik yaitu Program percepatan quick wins yang mana program tersebut merupakan
upaya untuk membangun kepercayaan masyarakat melalui program yang mendukung
kepentingan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dalam pelayanan yang cepat,
mudah, dan terjangkau.
Saat ini Polri terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanannya, mulai
dari sistem pelayanan tatap muka hingga pelayanan berbasis online. Layanan berbasis
online Polri salah satunya dilaksanakan oleh Divisi Humas Polri melalui website
humas.polri.id. Website ini tidak hanya dijadikan sebagai media komunikasi Polri dengan
publik, tetapi sebagai media untuk merealisasikan dan mendukung keterbukaan informasi
publik sebagaimana dimanahkan dalam UU No. Kemudian tujuan kita memberikan akses
informasi dengan mudah, atau memberikan kemudahan akses informasi yang berkaitan
dengan apapun dengan tugas-tugas kinerja kepolisian.
Penggunaan media website dan media sosial lainnya yang berbasis internet, tentu
akan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik, setidaknya
diharapkan dapat memangkas birokrasi. Kiniuntuk mendapatkan informasi, masyarakat
tidak lagi harus datang ke kantor polisi, tetapi tinggal membuka website Polri saja.Selain
itu, masyarakat pun dimudahkan memberikan masukan demi perbaikan Polri dalam
meningkatkan pelayanannya. Melalui website-nya, Polri mampu membuka akses
informasi luas kepada masyarakat. Tak hanya informasi berupa peraturan, perkembangan
penanganan perkara, pelaporan kinerja dan berbagai terobosan-terobosan kepolisian
ditiap wilayah satuan kerja polri pun dapat diakses masyarakat.Untuk mendukung
terobosan yang dilakukan Polri ini, tentu diperlukan sentuhan dan dukungan praktisi
komunikasi, dalam hal ini yaitu public relations Polri dalam menjalankan peran cyber
public relations ini.
Metodologi Penelitian :
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif kualitatif.
Menutut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Kemudian penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian
yang pengumpulan datanya berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian
laporan penelitian akan berupa kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Data tersebut, mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, poto-poto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi
lainnya.
Objek dalam penelitian ini yaitu Divisi Humas Kepolisian Republik Indonesia.
Adapun hal yang secara spesifik diteliti yaitu tekait bagaimana Humas Polri dalam
menjalankan peran cyber public relations dalam mengelola website
humas.polri.go.id.Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini diantaranya yaitu Djoko
EK selaku Kabag Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Divisi Humas Polri, Wahyu
Hidayat selaku Perwira Administrasi Sedia Informasi dan Dokumentasi. Serta Ibu Tiyan
selaku Staf Biro Pengelola Sedia Infodok Divisi Humas Mabes Polri.
Teori :
Rex Harlow dalam bukunya berjudul A Model for Public Public Relations Educations
for Professional Practices 1978, menyatakan bahwa: Public Relations adalah fungsi
mangemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara
organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivasi komunikasi, pengertian, penerimaan
dan kerja sama. Melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan/permasalahan,
membantu manajemen untuk mampu menghadapi opini public, mengikuti perubahan dan
memanfaatkan perubahan secara efektif.
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran Divisi Humas Polri dalam menjalankan
aktivitas cyber public relations lebih dominan pada peran sebagai tecnicion
communication dan facilitator communication.Namun peran expert preciber
communication problem dan solving process facilitator tetap ada, walaupun tidak begitu
dominan. Penerapan konsep cyber public relations merupakan bentuk komitmen Polri
dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, sekaligus sebagai dukungan
terhadap pelaksanaan UU Keterbukaan Informasi Publik. Kualitas layanan Humas Polri
melalui media website humas.polri.go.id ini masih perlu ditingkatkan, mengingat masih
ada hal-hal yang harus diperbaiki seperti , meningkatkan kualitas SDM pengelola
website, mempercantik tampilan website, melengkapi menu-menu dalam website, sampai
memperbaiki protections system.
Jurnal International
Latar Belakang :
Jakarta, Ibukota Negara Republik Indonesia, memiliki tingkat pergerakan
urbanisasi yang tinggi di dunia. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Jakarta sebagai
pengelola Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki tagline “Wajah
BaruJakarta” terus mencari solusi terbaik untuk memecahkan masalah dan memenuhi
harapan parapublik yang juga terus berkembang. Masyarakat Jakarta saat ini sedang
mengalami masa-masa yang sangat perkembangan sosio-psikologis yang
dinamis, tingkat kehidupan yang lebih baik di mana orang-orang sangat sadar dari hak
dan kewajiban mereka. Hal itu juga disadari oleh Pemprov DKI Jakarta bahwa
penggunaan internet seperti media siber harus dimanfaatkan sebagai sarana baru
penyampaian informasi dan pelayanan publik karena metode tradisional dianggap tidak
efektif untuk masyarakat yang beragam dan sangat mobile seperti masyarakat Jakarta.
Namun, Hubungan Masyarakat Cyber yang ada kegiatan masih kurang karena
masih banyak permasalahan yang masih belum tertangani dengan baik dibidang. Oleh
karena itu, dalam proses pengembangan Smart City yang berkelanjutan dalam hal siapa
yang dianggap komunitas kota, mereka secara aktif terlibat melalui distribusi dan umpan
balik data perkotaan pemantauan dan praktik, daripada masyarakat kota yang selama ini
hanya berperan sebagai individu mata pelajaran yang akan diatur oleh Pemerintah
Kota. Perkembangan teknologi membuat pemerintah melihat pemanfaatan teknologi
informasi dapat memberikan hasil yang maksimal bahkan optimal pelayanan publik. Hal
ini akhirnya memunculkan ide-ide besar bagi community governance termasuk urban
masyarakat yang cenderung lebih siap daripada masyarakat pedesaan.
Hal ini juga diharapkan untuk membangun pemerintahan lembaga yang
mampu melayani kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks secara
cepat, tepat,transparan, akuntabel, partisipatif dan profesional sehingga terbangun citra
positif masyarakat. Cyber Public Relations adalah Public Relations yang melakukan
berbagai kegiatan kerja dibantu atau digunakan internet sebagai sarana publisitas. Hal ini
menarik untuk diteliti, mengingat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pemerintah
daerah yang mengelola ibu kota ini akan terus menjadi sorotan dan menjadi barometer
bagi pemerintah daerah lainnya di Indonesia dalam syarat pelayanan publik.
Teori :
- Cyber Public Relations adalah Public Relations yang melakukan berbagai
kegiatan kerja menggunakan internet sebagai sarana publisitas (Ongo, 2004)
- Metode penelitian studi kasus adalah tepat ketika dating ke pertanyaan penelitian
yag berkaitan dengan bergbagai aspek. Selain itu, focus penelitian adalah
fenomena kontemporer (Yin, 2015)
Metodologi Penelitian :
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis dengan penelitian kualitatif mendekati. Metode penelitian menggunakan
metode studi kasus. Metode penelitian studi kasus adalah tepat ketika datang ke
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana atau mengapa aspek. Selain
itu,fokus penelitian adalah fenomena kontemporer .Kemudian untuk menetapkan
keabsahan data, penulis melakukan triangulasi teknik. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu selain data penelitian untuk tujuan
pemeriksaan atau perbandingan. Denzin membedakan empat jenis triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan
sumber.
Untuk pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah wawancara dan
teknik observasi, didukung oleh tinjauan pustaka. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Lebih-lebih lagi,untuk menjamin keabsahan data, peneliti menggunakan
triangulasi data.
Hasil Penelitian
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor
265 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komunikasi, Informatika, dan
Kantor Statistik, Diskominfotik adalah lembaga yang berwenang untuk mengelola sistem
informasi publik, humas, data, dan media di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Hal ini
sesuai dengan peran dan fungsi pemerintah yang terbuka untuk umum. Pemerintah PR
adalah jenis fungsi komunikasi yang berhubungan dengan proses interaksi warga dengan
pemerintah, dengan regulator pemerintah, dan dengan legislatif dan peraturan
pemerintah. Humas pemerintah membantu memfasilitasi komunikasi dengan konstituen
dan dengan tata kelola publik (Lee, Neeley, & Stewart, 2012)