M.Si.
Dr.SOLATUN,
PENELITIAN
KOMUNIKASI
rE
ROSDA
Prof.DEDDYMULYANA,M.A.,Ph.D.
Dr. SOLATUN,
M.Si.
METODE
PENELITIAN
KOMUNIKASI
-l|t
PENERBII
s
P'RE AJA NOSDT.REXrIMNDUNG
RR.KO0073{2 2008
MBTODE PENELITIAN KOMIJNIKASI
Contoh-contoh Penelitid Kualit'afiJ derlad Pendekatm Praktis
P$ulis:
LeIy Arrianie; Engkus Kuswamo; Deddy Mulyana;
Thomas J.S.hmid & Richard S.Jmes, Ri)my E. Tlmer &
Charles Edgley; Dmald WAa ;Pat iciaM.Ctillough;
Karh Wahl-JoBensen; Alison Shaq Sdti Indra Astuti; Solatd
Editor:
Prcf. Deddy Mulym, M.A., Ph.D. & Dr. Solatu, M.Si.
l-ayout:
Ralmat Guswddi
ISBN979-692,81&3
METOOE PENEL TIAN
METCDE FENEL
Fokus Penelitian - 89
T€o dan Metode Penelitian - 90
Prosedur Penelitian - s4
Hasil Penelitian 101
Pembahasan- 120
DEDDY MULYANA
Daftar Isi Multiplisitas Identitas Etnik:
Orang Indonesia di Melbourne
Pendahuluan - 137
DEDDY MULYANA Tujuan Penelitian - 139
Penelitian Kualitatif vs Penelitian KuantitafiA Kerangka Teoretis - 139
Prolog- 1 Metode Penelitiad - 141
. Apa Perbedaan Mendasar antara Penelitian Kualiiatif dan Temuan Penelitian - 142
Penelitian Kuantitatin - 4 Kesimpulan - 158
. Apakal Penelitian Kualitatif llmiah? - 11
. Apakah Metodolosi Kualitatif MeDiliki Standar yans THOMAS J. SCHMID DAN RICITARD S. JONES
Baku? 74 Pemendaman Identitas:
. TentanC Buku Ini tg Transformasi ldentitas datam penjara dengan
Penjagaan yang Ketat
LELY ARRIANIE . Identitas Sebelum Dipenjaral<an - 165
Sandiwara di Senayan: . Pengisolasian Diri - 166
Studi Dramaturgis Xomunikasi Politik di DPR RI . Penselolaan Kepribadian canda - 168
Konteks dan Fokus Penelitian - 25 . Dialektika Identitas - 1?5
Melacak Studi Komunikasi Poliiik - 2? . Identitas Setelal Dipenjarakan - 1?z
Komunikasi Polititr sebagai Interaksi Simbolik - 32 . Modei Pemendaman Identitas - 1?9
Komunikasi Politisi DPR sebagai Dramatursi - 3?
Men€lusuri Komunikaei Politisi - 46 RONNY E. TURNER DAN CI{ARLES EDGLEY
Realitas Panssuns Poutik DPR RI - 55 Kematian Sebsgai Pertunjukan:
Membahas Panggung Pouiik dal] Impression Management Dramaturgi Pemaksman di Amerika Serikst
Politisi DPR RI - 78 . Bagaimana Pemakaman Diaraikan sebagai Sebuah
Pertunjukan - 186
ENGKUS KUSWARNO . Jarak Peran antara yang Suci dall yang Kotor -
182
Manajemen Komunikasi Pengemis . Wilayah Pansguns Belakans: Tempat persiapan
. Latar Belahang - 87 dan Latihan - 188
iv
i Senayan
urgis
olitiK di DPR RI
25
MEICOE PEN€L TIAN KOMLIN (ASI METODE PENTL TIAN I(OMUN ](AS
Untuk meninskatkan kemampuan komunikasi politik Masalal penelitim ini dirumuskan da dinvatahan k€ dalam
mereka, politisi harus m€nyada bahwa komunikasi politik dua pertanyaan pokok:
memiliki arti yang sangat 1uas,termasuk penggunaan gambar, . Bacaimana politisi menampilkan dan memaknai aktivitas
gerakan, isyarat, pakaian, maupun dalam bentuk perlambang- politik mereka di panggung poliiik DPR?
an lainnya yans berlaku di panssung politik, bukan sekadar . Apa motit pol'tisi DPR dan bagaimanaimpPssion monoqP'
ment n:'ereka dalam melakukan pertukaran pesan-pesan
Setiap aktivitas politik yans mempertukarkan pesan-
politik di DPR?
pesan politik dan dilakukan oleh aktor politik, baik secara
lanssung maupu tidak lanssurt& a]an menimbl kan berbagai
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peng€tahuan
opini tentang peran mereka sebagai pelaku komunikasi
faktual, mencungkapkan berbagai gejala yang timbul sepanjang
politik, terutada dalam rnemaknai perannya di panggung
proses pertukaran pesan-p€san politik oleh para politisi di
politik. Peran politik tersebut mungkin akaa dimaknai secara
gamarg oleh mer€ka yatrg muncul secaia tiba-tiba sebagai DPR, serta mengembangkan konsep, model teoretis dan
pendekatan komunikasi politik yang berkaitar dengan peran
selebrittu politik.
politisi sebasai komunikator politik. Melalui penelitian ini
Asumsi bahwa politisi menga.Iami ct lture .tnoc& bukanlah
meEgada-ada. Fenomena itu terjadi karena mereka yang diharapkan diperoleh gambaran yadg jelas dan objektif
sebelumnya tidak dikenal, tidak mempunyai pekerjaan tetap, tentsng apa, mengapa dan bagaimana mereka melakukan
tiba-tiba menjadi politisi yang bersinar di m€dia, mendapatkan komunikasi politik, khususDya pengelolaan kesan di panggung
Dolitik.
saji bessr; atau mereka yang tidaL bisa berpolitik, tiba-tiba
pula dimintai komentarnya tentang politik. Mereka tidak
hanya memborong pembicaman tentang politik melainkan juga
tentang masalah sosial, budaya, ekonomi, bahkan pertahanan Melacak Studi Komunikasi Politik
dan keamanan yang pendapatnya didengar banyak orang,
Komunikasi politik menjadi kajian yang menarik perhatian
dieiarkan !€cars langsung oleh berbagai stasiun televisi.
para sarjana komunikasi dan sarjana politik, para aktivis,
Kondisi demikian tampak menciptakan pansgllns politik yang
politisi maupun profesional dalam bidaDg komunikasi dan
begitu cair dan dinaEis. Di dalamnya ada dagelan, ironi dan
politik. Komunikasi politik meruPakan disiplin ilmu vang
bsi.kan tragedi, yang semuanya bak &ams atau sanahwara.
Studi ini menggunakan paradigma interpretif (feno- masih baru. Jalaludditr Raklnat, m€ngutip Dan Nimmo dalanl
brkurya Handbooh of Poitical Conmunication, "di Amerika
menologis), khususnya pend€katan interaksi simbolik dan
dramaturgis, yang masih belum banyak dilakukan untuk sekalipun kornunikasi potitik nasih mencari bertuk, ar felds
of inoe\tigations go, political communication is obuiouslr stiU
mengkaji fenomena komunikasi politik. Di antara yang sedikit
in infancy" (2000:vii). Namun penelaahan komudkasi dan
itu, ini adalah salah satu yang akan mengkaji dunia politik
politik sekaligus p€manfaatan komunikasi untuk kepentingan
DPR lengkap dengan dinamika int€rak8i yang sangat cair dan
politik sebetulnya telah berlangsung lama. Salah seorans
sarat dengar pengelolaan kesan ( impression managcmentL
perintisnya adalah Haotd D. LassweU yang pada tahun 1927
menulis buku Propaganda Technique in the World War.
2'7
METODE PENEL T AN (OMUN (ASI
METCOE PENELITIA
Objek mat€risl komuaikasi politik menurut Sa{ori (dalam nama rakyat. T€tapi k€nyataan memperlihatkan bahwa
Rush dan Althofi, 1971:46) adalal: 'dimensi-dimetrsi komu- seringkali politisi jushu bertindak hanya atas nalxa kelompok
nikasi dari fenomena politik dan dimensi politis dari komu- partai yang mengantarkannya eebagai v,/akil rakyat, bahkan
nikasi" sesuai densan apa yans dikemukakan oleh curevith adakalanya untuk kepentinsan pribadi. Maka t€rjadilah
dan Blumler (1977:72) y^ng mengemukakan empat komponen ketidakajegan, karena mereka menganggap dirinya sebagai or-
dalam konunikasi politik, yaitu: 1. LeDbasa-lembasa politik ans besar yans mewakili kepentingar did dan kelompoknya
dalam aspek komunikasinya, 2, Institusi media dalam aspek sendiri, padahal mereka seharusnya memperjuangkan ke-
politiknya, S. Orientasi khalayak terhadap komunikasi, dan 4.
pentinsan rakyat. Menurut Nimmo (1989:17): "Kebanyakan
Aspek budaya politik yang relevan d€ngan komunikasi. politisi mendapat kesulitan besar untuh bisa dikenal bahkar
Pcntrngnyal<omunikasidalam pencapaiansasaransasaran
untuk mempunyai citra'. Mungkin kdena itu pulalah maka
politik juga diakui oleh Greber (198r:23): "Sebagian besar
berbagai upaya dilakukan politisi untuk memperol€h citra
aktivitas politik adatah permainan kata-kata. Politisi berhasil
posidf tetapi dengan dan atau tanpa disadad menggiringnya
meraih kekuasaan karena keberhasilannya berbicara secara
ke arah pembentukan citm yans justru nesaiit Delam konteks
persuasif kepada para pemilih dan kepada elit politik". Ia
inilah, maka rclevan untuk m€neliti bagaimana para politisi
menambalkan bahwa "ketika kita denjelaskan bahasa politik
(bahasa yang digunakan dalam konteks politik) dan apa yans DPR melakukan peran politik mereka lengkap dengan segala
membuat bahasa verbal maupun nonverbal monjadi politis atribut yang melekat sebagai kons€kuensi dari peran politik
bukanlah karena bentuk atau kosa kata. melainkan karena mer€ka di pangsuns politik.
substansi informasi yang dihadirkan, sctling di mana informasi Drlam komunikasi politik tcrdapat adasium bahwa "politik
disebarkan maupun karena funssi yang dijalankan". adalah pembicaraan" (Suwardi,l995:12). Pembicaraan tersebut
Sebasai komunikator politik politisi berada pada posisi menggunakan lambans-lambans tertentu demi tujuan dan
strateg'is untuk memainksn peran politik dalam suatu serting kcpentinsan politik, baik lambang verbal ataupun lambaDg
politik tertentu. Menurut Nimmo (1993:72): nonverbal.Meskipun setelah berakhirnya pemerintahan
Soeharto, kita tidak lagi mendengar koor "Set4\1" ya\g mbaleto
Politisi sebasai komunikator politik memainkan peran k€tika para wakil rakyat m€ngikuti sidang-sidang di DPR, kita
sosial yang utama, torutama dalam proses pembentukan masih menyaksikan di t€levisi wajah mereka yans terkantuk-
opini publik. Politisi atau politikus berkomunikasi sebagai
kantuk ketika men8ikuti sidans. Apakah ini mensisyaratkan
wakil suatu kelompok dan pesan,pesan politikus itu
ketidakmampuan mereka untuk menolak gagasan yang tidak
adalah udtuk mensajukan dad atau melindungi tujuan
sejalan densan pikiran dan kepentingan politik mercka sendifi
kepentingan politik. Artinya, komunikator politik me- (neskipun s€suai dengan kepentinsan rakyat?)- Perseseran
wakili kepentingan kelompok, sehingga jika diiangkum
perilaku politik tampaknya telah ie4adi. Pangguns politik DPR
maka politikus men€ari pengalul lewat komunikasi.
kadangkala dipenuhi muatan untuk memperta.hankan ego dan
kap€rtingan kelompok sans politisi. Ini terjadi karena:
Menckaji komunikasi politik yang dilakukan oleh para
"lembaga-lembaga politik kita sesung$hnya tencah mengalami
komunikator politik di DPR atau DPRD merupakan hal
ketidakpercayaan rakyat" (AIi,1999:vi)
menarik. Pekerjaan utama politisi di lembaga legislatif adalah
Dalam konteks terjadinya pergeseran peran dan perilaku
sebagai aktor politik yang memerankan diri untuk dan atas
politik para politisi itulah pendekatan dalam penelitian ini
30 3l
METOOC PENELITlAN XOMUNI(ISI MEICDE P€NFL]TIAN (OMUN KAS]
difokuskan, yakni untuk menelaah perilaku mereka sebagai hanya dipandang dari sisi jasmaninya saja) merupakan
aktor politik. Bukankah berdasarkan statusnya para snggota bahan yang bermakna. KeLuatan-kekuatan itu berupa
DPR diharapksn dapat memainkau perannya secara benar, wawasan, perasaar dan motif yang be$ifat batinial.
tidak hanya memainkan peran poliiik yang dipersiapkan
melalui skenario kelornpo}nya, melainkan juga sesuai dengan Weber, seperti dikutip Doyle Paul Johnson (1986:a2)
tuntutaD rakyat yang mereka wakili.
33
METOOE PENCLITIAN (OMUNIKAS
METOOE PENELIIIAN (OMIINIKASI
Ada faktor-faktor ernosi dan kebiasaan dalam perilaku Bagi seorang ilmuwan itu sendiri, uniuk mengerti sesuatu,
manusia. Pada tiagkat t€ €ntu kita sangat beryantung pada dip€rluksn kemampuan meDempatkan diri sendiri pada posisi
fakt r-fakto. ini dalaln tindakan kita. Kita tidak bebas karena individu atau kelompok (BIu]n€!; 1969:51).
kebebasan selalu ada batasnya. Meskipun kita bebas meng-
sunakan simbol-simbol, kita jusa t€rpenssruh oleh ernosi atau
kebiasaan. Bahkan, ketika seseorang tidak mampu mengatasi
situgsi secara efektif, tidak mampu mengambil peran, tidak Komunikasi Politisi DPR sebagai Dramaturgi
mampu bekerjasana b€rkenaan dedgan situasi-situasi yang Perspektif dramaturgis dali Erving Goffman, sebenarnya
kompleks, bahkan tidak mampu berkomunikasi secara efektif, merupakan salah satu model pendekatan interaksi simbolik
maka seseorans akan selah.rdikejutkan densan hal,hal yans seiain teori penjulukd dan etnometodolosi (Mulyana, 2001:68).
seseoranglakukan termasul( k€tika kita menyadari bahwa kita Goffman begitu tedlhami oleh teori interaksi simbolik dari
kreatif, impulsif dan spontan sebagai aku (tns 1). Artinya, George H. Mead yang serins dianggap sebagai Bapak In-
kebebasanmanusia selalu akan dibatasi dan terbatasi oleh t€raksionisme Simbolik. Mcnurut Mead: "Cara manusia
bahasa maupun simbol-simbol kita yang lain. Kita hanya bisa mensartikan dunia dan dirinya s€ndid berkaitan erat dengan
bebas di dalam sistem simbolik kita s€ndiri. masyarakntnya. Mead melihat pikiran (nind) dan dirinya (sel,
Prinsip-prinsip lain yang digunakan oleh ahli interaksi nenjadi basian dari perilaku manusia yaitu bagian interaksirya
simbolik dalam riset ilmiah adalah mensamati dan m€n, denganorang lain". Bahkan manurut Mead: "Sebelum seseorang
deskripsikan subjek penelitian dalam settins nyata, yakni beftindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi orang lain
bagaimana mcreka bcrintaraksi dengan orang lain dan dirinya dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba m€mahami
s€ndi.i dalam situasi yans harus dilalui. Deskripsi semacam spn ydg diharapkan orans itu".
ini tidak impresionistik, namun dibuat sehati-hati, sekritis, Intinya, hanya dengan menyerasikan diri dengal harapan-
sesistematis, dan seobjektil munskin. Di samping itu jusa harapan orang lain, maka interaksi m€Djadi mungkin, Se-
peneliti memiliki peluang untuk mendiskusikan riset te!- makin mampu seseorang mengambil alih, atau membatinkan
sebut secara terus-menerus dengan ilmuwan lain, balkan jika perasaan-perasaaII sosial semakin t€rbentuk identitas atau
diperlukan, menegosiasikanrya dengan orang-orang yang kediriannya. Karena itulah lewat pendekatannya terhadap
menjadi subjek penelitian mereka. interaksi sosial, Goffman sering dianggap sebagai salah satu
Para ahli interaksi simbolik berpendapat bahwa tindakan penafsir 'teori diri'dari Mead dengan menekankan sifat
ada dua macsm, yaitu tindakan nyata dan tersembunyi. simbolik dari manusia (Mulyana, 2001:106 ). Goffman sering
Tindakan tersembunyi berarti memasuki pikiran manusia. dianggap ahli teori yang sangat memperhatikan analisis
Hal ini berarti bahwa peneliti b€rupaya memahami tingkah intelal{si manusia. Ia menganggap individu (bukan struktur
laku orang yang mendefinisikan situasi aktual, bagaimana yang tebih besar) sebagai satuan analisis. Untuk menjelaskan
mereka nengembangkan, menggunakan dan mengubah per- tindakan manusia, Goffmar memakai anaiogi drama dan
spektif, mensambil peran, memecahkar masalah, b€rbicara teater. Hal itulah yans menjadikannya sebasai seorans
dengan diri sendiri dan mengambil suatu keputusan. Udtuk &amatursis. Melalui karyanya yans bei'ud'n The Presentation
mengerti tindakan ters€mbunyi berarti kita perlu mem- of Self in Everlday ltle (1959) Goffman rnenyediakan dasar
pelaja pikirsn sebagai tindakan dar.ipada pikiran sebagai isi. teori mengenai bagaimana individu tampil di dunia sosial.
36
F l-o.: _ i: E
3;:!rii-6:
( L X q::
o
:! a 9- f 2,7
-t "
1--
= e a I€; A*r i !
F 5
c9
* : .1
d -;:-
I i, o.< : =
E o.? !'t b;;
E o."i!:3
E*.e! !;=
ts;r'; - "
&{ Et i r'!i
r.3€irT:
6 i c c
* : 1 ^ ! - oL ; 2 d(: o
i:5.- 9 q=
: I !-6 y- o
I f
e c-6i
ad-d:Ec
el ? -", ,.r
-a:
I ! dA ; i o
ce _
"
=:d--rd
i E >d,a ^=
dEo".oJ
di E f"5n t
MEIOO' PENEL]TIAN KOMIJNIKASI PENEL IIAN KCUUNIKAsI
METOOE
Goffman (1959) mengisyaratkan bahwa kegiatan rutin dikritik dan kesan-kesan mengenai diri vang mereka ciptakan
jarang dilskukan sendirian. GoIIman menggunakan istilah
dapat dengan mudah diganggu dan b€rantakan".
team sebagai sejumlal individu yang bekerjasama mementas- Dramaturgi memperlakukan sell sebagai produk vang
kan suatu routine. Dalam pangaung politik tim itu dapat ditentukan oleh situasi sosial, palins tidak ini mirip densan apa
berupa seorang politisi dengan beberapa anggota lain dari yang disebut shenario yang telah dipersiapkan oleh sutradara
fraksinya, atau seorang ketua konisi dengan beberapa orang bagi para pemainnya di atas panggrrngnva sendiri. KT ena itu
anggota komisi lainnya. Beberapa elemen dasar dari per- menurut Golfman (1959): "Selama pertunjukan berlangsung
tunjukan tim ini dikenukakan oleh Goffman (1959:88) antara tusas utama aktor ini adalah mengendalikan kesan vang
lain: disajikan selama pertunjukan. Perb€daan pendapat di antara
Pertama, saat suatu tim pertunjukan sedang berjalan, para anegota tim tidak hanye melumpulkan kesatuan bertindak
sesuatu dapat mengganggu atau menyimpang dari setiap akan tetapi jusa membuat kikuk realitas yans mereka wakili"'
arggota tim pertunjukan itu. Setiap peserta tim harus Dalam konteks ini, kesetiaan, disiplin dan kewaspadaan
bergantung pada tindakaD dsr p€rilaku mitranya, sedang- merupakall tiga atdbut esensial untul suksesrva suatu tim'
kan temannya harus bersikap demikian juga kepadanya. 'Kesetiaan dramaturgis' berarti kewajiban moral untuk
Kedua, bila para anggota tim itu harus bekeda sama untuk mendukung pelaksanaan peran.'Disiplin dramaturgis' bemrti
mempertahankan suatu d€finisi atas situasi te elltu di selalu berpegang pada bagian yarg telah ditetapkan dan tidak
'kewaspadaan
hadapan penonton, para anggota tim akan mengalami terpengaruh oieh pertunjukan sendiri dan
kesulitan untuk mempertahankan kesan tersebut. OIeh dramaturgis berari,i mpnggunakanmetode vang tepat untuk
karena itu para peserta tim, sesuai dengan frekuensi menyajikan pertunjukan sesuai dengan skenarionva.
Dereka b€rtindak sebagai suatu tim serta sejumlah Konsep impression management seb€narnva dapai di-
masalah yang berkaitan dengan upaya untuk memper- perluas lewat media massa, terutama televisi. Mulvsna
tahankan kesan, cenderung diarahkan oleh ketentuaa (1999:90) menyaiakan bahwa: "Pengelolaan kesan l€wat
yang dinamakan dengan kebiasaan. televisi khususnya, baik melalui pembedtaan, acara khusus
atau bahkan iklan sansatlah penting. Karena televisi dapat
Oleh sebab itulah diperlukan langkah protektif yaitu melipatgandakan pengaruh idpress;on mandgement ivrn.
'kebijaLsanaan', Pengelolaan kesan politisi yang mencitrakan diri sebagai
agar individu yang bukan pemarn rela meng-
hindari daerah di. mana mereka tidak diundang yaitu pang- orang yang sangat terhormat di panggung politik memang
guag belakang. Berkaitan dengan hal ini, suatu analisis tetah makin mempengaruhi kesan masyarakat terutama
Gofinan yang menarik adala.h pengal<uannya akan banyaknya terhadap fenomena yang dilakukan politisi di pangeung
cara di mana oralg bekerjasama dalam meuudungi berbagai politik al<Jrir-akhir ini. Banyaknya pedemuan di luar sedung
tuntutan satu sama lain berkaita! dengan kenyataan sosial dan pertemuan lain yang dinyatakan sebagai pertemuan
yang tergah mereka usahakan urtuk dipentaskan maupun setengah kamar yarg kemudian dilakukan politisi, makan di
identitas yang mereka coba tampilkan. Menurut Goffman restoran mewah, roenginap di hotel berbintang, bahkan
(dalal! Johnson, 1986:43), "hal ini penting, karera hakikat sebagian hidup dan bergaya bak selebiitis, juga sampal
kenyataan sosial yang diraflcang itu pada dasarnya rnudah melakukan kunjungan k€ luar neged adalah setting lain yang
40
METOOE PENEL TIAN XOMUNIX,{S METOO€ FENELIIIA
rnenarik untuk dikaji. Juga ketika m€.eka muncul dalam pemilu itu sendid. Bahkan 'kesetiaan' politisi kepada politisi
pertemuan keasamaan atau bah]ran menjadi pembicara di fo- tain dad partai yang sama sekalipun, tidak pemah abadi,
mm seminar bergengsi. b€isantung pada sejauh mana kepentingan m€reka ter-
Sebagai komunikator politik, politisi harus memahami akonodasi. Goffman dalnm btkurtya BehaDior in Pubtic
bidang kcrja mereka. Tetapi sekeras apa pun up:rya yans Places: Notes on Tlrc social Organization of Gatherings (I963a)
mereka Iakukan, pencitraan ierhadap kemampuan politik menyatakan bahwa justru banyak orang berinteraksi dalam
politisi sedikit banyak ditentukan oleh menarik tidaknya pcrtcmuan siDgkat itu. Di sini pun, menurut Gofman, orang
masalah yang mereka tangani dan eksposemcdia terhadap tctap berhati-hati mcngendalikan kesan yang dib€rikan
permasalahan tersebut. Tidak sedikit politisj yrns akrab kcpada orans lain yang iarlibnt dalam situasi singkat ter-
densan para jurnalis yanc sehari-hari nonskrong di scduns sebut. Orang berupaya aglr sedapat mungkin, aib mereka,
DPR. Sedikit banyak hal iDi ternyata mencntukan .alinE sekccil apa ptln, tidak terlihnl oleh orans lain.
popularitas mereka di mata komunikator politik yans lain. Ini Aib (stiA'mo)yang dikaji Goflman rnelalui kelompok orang
adalah satu upaya politisi mencitmhan dirinya di mata publik cacat yang sekaligus morupakan pengujian diri yang proble-
dengan komunikasi tatap-muka, densan bahasa verbal dan matik tentang orang-orang cacat yang tidak memperoleh
nonverbal dan d€nsrn rnemaDfaatkan m€dia, s€kaligus mens- penerimaan sosial scbagaimana mestinya, kdena kekuangan-
harapkan umpan bnlik positif bagi pencitraan politisi di mata nya lanssung terlihat, diukur berdasarkan p€trerimaan sosial.
Ternyata, struktur institusi dan situasi sangat berperan.
Kajian atas politisi sebasai komunikator politik ini Dalam bukunya Srigrna: Note on The Managenent of Spoiled
nenjadi menarik manakala mereka diideDtikkan dcnsan .Iden,ttr (1963b) Gofiinan menj€laskan pensendalian kesan dari
kelompok sosial yang tidak abadi. Pendekatan Goffman mereka yanc direndahkan atau yans dapat direndahkan.
terhadap hubunsan tatap-mula yans te{adi di jalan, bioskop Namun yans terkait densan panelitian ini adalah kajian
dan beibagai tempat pertemuan lain dan bagaimana aktor Goffman t€ntang rnereka yang kekurangannya tidah terlihat
menyajikan, mcnggambarkan petryajian 'diri' nya ke dalam secara lanssDs untuk mengikuti standar p€D€nmaan sosial.
situasi Don-kclembagaan,merupakal pisau analisis yang juga Inilah hal yans paling menarik, unik dan aqumentatifjika kita
cocok untuk membedah dinamika komunikasi politik para kaitkai dengan interaksi politisi yang tentunya berasal dad
anggota DPR. Hdl ini sejalan dengan analisis GoIIman dalam berbagai paltai politik yang secara ideologis berbeda. Sebagian
bljkljjf,yA Encounters: Tuo Studies in the Sociologr of Interac" politisi DPR (1999-2004)pun awalnya berasal dad kelas yang
t i o n ( 1 9 6 7 ) .k h u s u s n y a m e n g e n a i b a g a i m a n a o r a n g m e - 'inferior' (dibandingkan dengan kelas orang-orang daii
ngendalikan kesan yang dib€rikan ketika berinteraksi dengan lembaga eksekutif berdasarkan tingkat pendidikan mereka
orang lain. Encounters merupakatr studi pengelolaan kesan 'kekurangan' mereka dari segi
misalnya). Sadar dengan
dalam kelompok-kelompok yang tidak berusia panjang. pengalaman politik dan pendidikan, mereka boleh jadi merasa
Bukankah dalam gelanggang atau panggung politik seperti samang ketika tiba-tiba harus memainkan peran pedtins di
DPR dan atau DPRD terAabung politisi yaDg berasal dari S€nayan.
berbagai partai politik yang perannya dibatasi oleh waktu Goffman mengemukakan bahwa ca:ra irdividu meDangani
dari pemilu ke pemilu. Begitu juga peran komisi atau fraksi informasi dapat menunjukkan kelemahan mereka masins-
maupun panitia khusus puD tidak lebih panjang dari usia masing. Nyatanya para politisi DPR dihadapkan pada
I
AN KOMI]N KASI
METOO€ PENELIT AN ROML]NIKAS
52
53
MEIOOF PENEL IIAN KOMUNIXAS
METOOE P'NEL
Mengurai Temu{n di Panggrrng Politir< dcnsrn inform.n. Semua itu dimaksudkan untuk membangun
Subjek penelitian ini adalah politisi sebagai minusia, yans yang disebuL'analisis'- Model analisis data
dinamis, aitikulatif, lincah, dan memiliki kcsndaran diri yang tersobut jika disambarkan scperl,i iampak pada figur 1
tinssi. Mnka analisis yang nenjamin asumsi itu tidak bisa
tidak haruslah menssunakan analisis kualitarif.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pcmusatan
pe.hatian pada penyederhanaan,pengabstrnkan dan trans- Rcnlitas Panggung Politih DPR RI
formasi data kasar yang muncut dari catatan-catatd tertulis di Reformasi telah mensantarkan politisi DPR RI ke dalam
lapangan. Reduksi data ini berlanssung terus selama proses situasi yang berbeda dibandinsknn densan situasi sebelumnya.
penelitian.Penelitian, membuat rinskasan, menskode,menctusuri Hingflr bingar panggung poliiik tcl.h menempatkan mereka ke
tema, membuat gusus, partisi dan m€nulis dan bahkan terus dalam suasana legislati\e heauJ yaag tidak pernah ada
dilakul{an sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir sebelumnya, DPR Rl periode 1999'2004 memiliki posisi tawar
tersusun. Penyajian data dilakukan antara lain densan bentutr yang jauh lebih dominan daripada lembaga eksekutif, juga
jaringan, tabel dan bagan. Menuiut Miles dan Hub€rman (1992:18): daripada DPR RI pedod€ sebelumnya yang posisinya secara de
"dengancara itu peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi facto ti.dak sekuat lembaga eksekutif. Maka tidak hanya
dan m€nentukan apakah menarik kesimpulan secara benar masyarakat yang nengalami eforia .eformasi, tetapi politisi
ataukah terus melangkal melakukan analisis". jusa medkmati suasana itu. Publik pu terkejut menyaksikan
penampilan perdana politisi di panggung depan menjelang
Figur 1. Komponen Analisis Data Model Interaktif pembentukan fraksi utusan daerah yang beralhir cuh. Itu
adalah babak pertama basaimana suasana kekerasan di
panssuns politik depan tersajikan ke publik secara trans-
prran. Kemudian peristiwa ded perisriwa penyampaian p€san
politik yang sarat-kekerasan lainnya jusa disajika! ke publik.
Sebagian besar anggota DPR RI periode 1999-2004ter-
nyata telah menduduki kurci DPR sejak tahun 199?. Mer€ka
mengalami suasana reformasi pasca jatuhnya Presiden Soe-
harto serta masa-masa penuh ket€gangan menjelang lengser-
nya Gus Dur. Ini adalah dua masa yang sarat-perdebatan dan
sarat-kekerasan, lamun tetap memiliki muatan politik..
Penelitian ini menemukan antara lain dua proposisi
setelah peneliti melakukal wawancara mendalam dengan
para informan pokok dan m€lakukan pensamatan beryeran
Sejah pengllmpu]an data, analisis kualitatif dilakut<an untul serta di DPR RI atas sepak t€rjans mereka sebasai kon-
mencari 'arti' beada-bend4 setti.ug, mencatat keteratumn, pola- sekuensi dad pergeseran politik yang memunskinkan mereka
pola, penjeiasan, konfiglrasi yang mungkin, atur sebab akibat dan melakukan pcran politiknya secara lebih nyata di DPR RI.
membangun prcposisi berdasarkan kesepalatan intersubjektif Dua proposisi tersebut adalah sebagai berikut:
54
55
METOOE FENEL
. Komunilasi politik para anggota DPR kental dengan beberapa politisi lainnya sedns menjadi juru bicara fraksi
penselolaan kes^n (imprcssion management). N ^n\nn aiau komisi di media. Kadanskala muncul jusa Aditya dan
t€rdapat sedikit kekacauan kons€psi tentang panggung Humai dari Fraksi PBB, Sulaiman dan Eldorado dari PKB
pada panggung politik. Peristiwa yang seharusnya terjadi dan Gunadi atau F€rnando dari PDI-P (semuanya juga adalah
di panggung belal<ang bisa te{afi di pangsung depan, atau
sebaliknya. Ditemukan pula panggung tensah yans men- BerdasarlGn pengamatan peneliii, terlihat hampir semua
jadi ajans kompromi politik, yans berada di luar dan atau politisi tampil 'kcrcn' baik yang tua apaiagi yang muda di
mengantarai dua panggung tersebut panscung depan juga di panggung belakang. Busana lengkap
. Ciri atau karaktedstik individual politisi lebih dominan nenjadi simbol /ront stdge yang jaul lebih dominan dibandins-
dalam mempengaruhi perilaku politik dan impre$ian kan dengan simbol lainnya. Pada umumnya mereka me-
management politisi di DPR RI daripada karakteristik nsenakan tencana keanggotaan DPR dalan acara acara resmi.
padai politik yans mereka wakili. Gaya bicara yans dikemas di panggung depan pada rapat
lraksi, komisi dan paripurna menlperlihatkan proses p€n-
citraan yans scngaja diidealisasiksn dan dibunskus datam
Kckacauan Panggung Politilr suasana yang sansat formal. Bahkan beberapa di antara
politisi DPR pernah peneliti persoki tetap mengenakan
Pangsuns politik DPR RI diisi oleh politisi yans berasal dari
berasam partai. Jumlahnya tidak jauh berbeda dibandinskan lencana DPlt meshipun pada hari ]ibur. Artinya, apa yang
densan DPR pada masa sebelumnyayans menjadikan para dikenakan baih busana marpun aksesoris lainnya seperti
politisi seperti berdiri di atas menara gading. Snui itu nyads menjadi simbol yans sansat dibangsakan olah sebasian besar
tidak ada perbedaanmodel perilaku yans mencolok antara satu anssoia devan. Busana dan akscsoris itu meniadi simbol r+.,nt
politisi dengan politisi lainnya. Pefilaku mereka nyaris seragam sto.gcyang tcrbana ke 6ac& sros.cdalam honiehs komunikasi
ketika berada di pangsuns depan. Namun reformasi telah politik di IIPR, meshipun pemakaian tencana itu di luar
mengubah segalanya.Panggung politik yang pencliti amati rktivitas politik resmi, sang politisi sebenarnya tctap ne-
belakangan tampak berbed.r,dan kini menjadi lahan yang sarar laliukan pengelolaan hcsan, hanya saja dengan khalayaL yans
dengan fenomena politik yang dapat dilihat secara krsat mata bcrbccla.I)engan demikian, sang politisi tctap insin
oleh publik. Para ahror politik sebasai penain bcnar-benar mcnu.jukk|n status terhornrii di luar:rrena politil(yang
menjadjkan panggung sebagai pentas skenario poiitik yang r€srnj. bithkrn terhadap ornng-orang y:rng mungkin tidal(
justru sedngkali cloncens dari skena o panssuns belnkans. fedLrli dcng.rn h.rl itu atau kurena hclugunnnya sekadar t .1k
Hal ini menberi isi pada prosesberdemokrasiyansjusa menjadi taliu brhwa lencana yang dipakai sang politisi adalah lencana
lebih bervariasi seperti bervariasinya partai politik yang ansg.ta DPR.
mensantrrkin krdernya mFnjdd,pol,r,si. Ili panggtug belakang, sesekali peneliti memersoki bebe,
Meskipun politisi dari PDI-P dominan da sesi junlah, r.rpr politisi mencriDa tamLrtamu t)efcmpuan'nan cantik'di
r . r n t a r a p o l i u . i G . l L r r r c r l ) pd o m r n a nm n $ a r n a i p : l n g g J n g furns kerj.r mcrak.r. ?amu tamLt t)ercmpuan itu berpakaian
politik. Mungkin karena seniodtas dan pengalaman politik runrayan ninim ,lar' ber' mah*up sodikil berlebihan dan pua
mereka cukup banyak, maka orans seperti Chairudin, politisi itu sangai ramah menerima mercka. Tampak pula
Matsani, Mubin, Jahir dan Mukrin (nana sarnaran) dan beb€rapaahtivis dari berbagaiorsanisasinassa dan pemuda
56 57
V'IO!E PFNCLIT]A VElOOE FENFLIiIAN KOMLJNI(ASI
yang menemui politisi dengan membawa map permintaan memungkinkan mereka 'bemain' di tiga arena panggung tadi,
sumbangan kegiatan kepada politisi. baik dalam kapasitas dan kapabilitas mereka sebagai politisi
Dalam penelitian ini, ditemukan sebuah panggung lain maupun sebagai p badi yang kebetulan menyandang atribut
yang pencliti sobut panggung tengdn (middLe stagc) bagi
dan simbol sebagai politisi.
politisi, sebuah panggung lain di tuar panggung poiitik rcsmi
Panggung depan (bach stage) jika dilihat bcrdasarkan
saat politisi menskonrunikasikan pesan-p€sanpolitiknya,
pcrspektif dramaturgis Goffman, selayaknya menjadi pang-
yakni pansaung deprn (front stoge) saat mereka beraksi di
gung perttrnjukan bagi para politisi untuk melakukan pe-
dep.tn khalayak tetapi jusa di luar pansguns belakang (bocn
nselolaan kesan limprcssion manasement) atas citra dirinya
slagc) saat mereka mcmpersiapkan pesan-pesanpolitiknya.
yane bisa memukau (tetapi bisa juga menjengkelkan atau
Panggung tengah itu, misalnya di ruang seminar, Iobi hotel,
bahkan memuakhan) bagi para penontonnya. Ada kesan
kafe, toilet seduns DPR, atau bahkan rumah dinas/pribadi
bahwa panggung itu ternyata dimaknai secara beragam oleh
politisi, menjadi ajang kompromistis antara panssuns depan
politisi yang beragam pula. Bagi sebagian dari mereka,
dan panggung belakang. Pada pa.nggung tengah ini pula
panggung depan sep€rtinya menjadi pangguns belakans atau
politisi 'memainkan peran politik'mereka untuk rujuan-
tujuan yang tidak berkaitan langsung dengan perar potitik menjadi panggung depan yang sekaligus panggung belakang
mereka yang resmi, namun pada dasarnya menguntungkan seperti terlihat pada saat mereka gontok-gontokan secara
mereka, baik secara finansial ataupun secara sosial. para fisik di ruang sidang yang seha}.usnyamereka tampilkan
pemain lain, meskipun sebagai 'figurar, dalam panggung ini scbagai panggung depan yang dapat diamati dan diapresiasi
adalah pengusaha atau wartawan yang dapat memenuhi oleh penonton baik secara langsung maupun tidak langsung,
kepentinsan (pribadi) mereka, misalnya unruk mendapatkan lewat televisi misalnya, sementara panggung tengah adalah
proyek atau dib€ritakan oleh media massa. wilayah yang bisa jadi diamati dan diaprcsiasi oleh khalayak
tetapi bisa juga tidak. Sedangkan panggung belakang adalah
Figur 2. Model Pangguns Politik politisi DpR RI 1999-2004 wilayah yang layaknya steril dad penonton, tempat politisi
awalnya menggagas ide dan intuisi politik dalam mener-
jemahk3n peran yang disandang oleh mereka.
Berdasarkan pen€litian, panggung-pangguag ini merjadi
agak kacau ketika bersentuhan dengan bagaimatra pesan-
pesan politik dikomunikasikan oleh pelakunya dan untuk
Lepentinsan apa. Mengkomunikasikan pesan politik sesuai
dengan etika dan norma yang berlaku umum adalah sebu.lh
proses panjang, tidak lepas dari sisi baik dan buruk pe-
ngalaman politik mauputr tuntutan politik yans harus di-
p€rjuangkar oteh politisi. Demikian juga ketika mereka harus
sumber: Hasil Pebelitiin 2003-2004 berbeda pendapat di dalam fraksi mar.rpun komisi meskipun
berasal dari partai yang sana. Seringkali dalam dunia politik
M c l r l u r m o . l c ld i a r 3 s p . n o l i r i n g i n n e n j e l a s k a n n o d e l yang lebih kental dengan inpressian managemen' par.ggune
panggung politik bagi para politisi DPR R I 1 9 9 9 - 2 0 0 4 y a n g belakang seorang politisi atau suatu tim adalah panggung
58 59
M€IOOE PENELII AN KOMUNIKNS]
METOOE FENFL T AN KOMUN KAS
depan blgi politisi lain atau sebaliknya. S€ringkali, saru
fraksi atau komisi bisa satu pendapat tetapi jusa bisa berbeda yrng kemudian diarggap menyalahi aturan oleh seomng anegota
pendapat. Perbedaan itu melahirkan perbedaan pers€psi yang berasal da satu komisi dan kemudian memicu per-
tentang apa yang dikomunikasikan termasuk sikap polirik tengkaran. Lucunya, pertengkaran itu te{adi antara sesama
dan bahkan perilaku polirik pada seriap potitisi. politisi yang melakukan deng.rr pendapat bukan antara politisi
Melihat aktiYit.rs poliiik di DPR RI adalah sebu.h kc, dong& p€mcrintall. Inilah conloh yans menunjukkan agak kacau-
sempatanyang mengasyikkan.Jadwal sidug komisi, lrlksi ny;r panggung depm dan pflnggug belakang
nlaupun rapar dangtu pendapat kornisi-komisi di Dt,tt dcngan I t i s i . ' l a r n , d d r p s n g c u n qd . t a n y . n g m e m r n B s P ' u i r i
pernerintahyans klldnDgkaladilakui(xn scrcnrah di bcrbrLgai d.r]rrrn panggung dcpln rllr Goffnan. Sebagai ilustrasi,
komisi dengan mitm kerjanya masins-D,nsins,cukup ncnjudi s..jLrDrlrhkewenanganyang rlimiliki politisi seb.eai xnggota
kendala bagi peneliti untuk mengikuti kcsiutan sidrng vflng DI'lt ItI sckalieus sebls{ri,Lnesotr MPII RI saat itu men)'
satu deDsantuDtrs sunr mengcjrr snlang |rinnyr. K.Drudih- h.rikrn sl.rtus kepadr n)ctcka sebrsii penyeleksi bitsi
an )ans diberikrn sckrctuiat DPR ltl pun dcD{r{nDrembari s.ju'nlah jibatan dan kedudukan pentins di Tanah Air. Ke'
kartu khusus bobas heluar mrsuk arcnl gcclungdan rurng Nenrnsan ini menjadikrn mereka scbasai orang y^ns'lebih
sidang tidak sartiDrcrtr dapat digunrk.rn sccara maksimnl trhu, Iebih hebat dan lebih bcrkuasa'untuk menempatkan
untuk mens.rnl,rti s(nlux l<csiatan di m,rna konunik.rsi polirik fisur tortcntu dalam jabrtan lertentu pula. Mclihat proscs
terjfldi di DPlt. sctaksi untuk menjadi lrnssota komisi konstiLusi misalnyr,
Ahtivit.rs politisi yrng melibatkrn proses Jromunit<asi secnr.r bercanda seorans pakar hukum ternama dari Universi
politik yans paling menarik untuk dirmati adalah proses t.s Padjadjaran yans kebctulan ikut dalam s€leksi itu me-
rapat dengar pcndrpat di panggung depan unra.a komisi nyrkikan: "Saya seperti tengah menghadapi ujian disertasi
dcngan penerint.rh sebagai mitra kerje. Monlen ini diamati saja di forum ini". Unskapan ini mensisyaratkan betapa
sebasai proseskonlunikasi poliiik sejalnn dengan pemikiran berkuasanya para penyeleksi yang bedindak sebagai pensuji.
Greber (1981) bahwr apa yans membuat bahasa varbal dan Rcberapa oranc di antara para penyeleksi jika dilihat dari
nonverbalmcnjrdi poljtis bukanlah karena b.ntuk atau pcndidikan dibandinghan dcnsan yans diseleksi sebenarnya
kosakaLany. melainhan karena substansi inforrn:rsi yang s^nsal tidak memadai untuk menjadi orang yans menyeleksi
dihadirkan, sct/irs di mana informasi disebarkan dan karena Sebenarnya, sebagaimann yang peneliti amati, terdapat
fungsi yang dij:tlankan. banyak pertemuan lain yang dilakukan oleh politisi DPR
Berkaitan dcnsnn hal itulah maka peneliti mengasumsikan densan mitra k€rja mereka yang dikemas politisi densan
bah\a,ahampir semua pertukaran pesan yang dilatrukan di DpR bahasa verbal dan nonverbal yang sedemikian rupa, sehinssa
RI b:Lik oleh dan untuk politisi di DPR maupun pemerintah, dan menimbulkan kesan bahwa politisi adalah hakim yang me-
mssvLuakat yang dilakukan di DPR RI merupakd pertukaran nganggap mitra kerjanya sebagai terdakwa.
pesan politik. Misalnya rapat dengar pendapat antda Komisi V Kehadiran peneliti dalam sidang yang satu ke sidane yans
yang sesu.ggulnya membidangi masalah industri, pedagangan lain densan jarak ruans yans kadans tidaklah berdekatan
dan koperasi dengan Jamsostek, tetapi arah komunikasi memberi ruang pengamatan yang berlebih pada peneliti.
menyebar ke arai politis bu}an karena menggunakan kosa kata Dalam rentang waktu yang sebetulnya tidak terlalu panjang
politis, melainkan karena substansi informasi yang disebarkan, dapat disaksikan bagaimana politisi yans satu dan yans
Iainnya memanfaatkan waktu di sela-sela sidang untuk
60
61
M!iCi]E PENEL AN KCMLJN KASI METOOE PENEL T AN KOMI]N KAS
bercengkerama dengan wartawan yang memang banyak Sebagian besar informan (baik informan pokok maupun
berkeliaran di seduns DPR. (Inilah salah satu coDtoh pans- informao kunciI mcnyalaLsn brhwa penyampaianpesan.pesan
gung tangah). Sekali waktu p€neliti menyaksikar seorang poliiik di DPR RI yans dilakukan oleh politisi bergantwg pada
politisi menyelipkan sesuatu ke tangan seorang wartawan lat$ belakang individu dan pensalaman politik politisi itu sendiri
dan ternyata uang- Bahkan ada seorang wartawan yang dan tidak ierkait dengan latar belakang kepartaian mereka.
mensikuti sang politisi ke kamar kecil untuk kemudian Kepentinsan pribadi dan kepentinsan kelompoli, yans jusa
tergopoh-gopoh keluar lagi sambil menyelipkan sesuatu ke ditandai dengan kekeras.n verbal dan kekerasan fisik, dilakul<an
saku celananya. "Bapak itu baik sekali", kata sarg wartawan oleh politisi yang berasal dari partai poliiik mana pun: Golkar,
sambil tersenyum kepads peneliti. Beberapa wartawan ysng PDI-P, PAN, PKB ntau partai lain yang bukan padai besar di
sering nongkrong di DPR dengan peneliti memang DPR, meskipun sebelumnya ada kecenderungan opini yang
sangat akrab dengan peneliti. Dalam pengamatan peneliti tcrbentuk di tangah masyarakat bahwa politisi PDI-P lall yang
kebanyakan politisi yang dekat dengan wartawatr seringkati potensial melakukan kekerasan dalam komurikasi politik.
muncul di media cetaL maupun elelftmnik. Berdasarkan indikasi perilaku tertentu, misalnya dalam
Panssung belalang, juga kadans bedunssi sebagai panggung kekemsan pertukaran pes€n politik di DPR, pemahsaan atas peri-
t€ngah, tidak kalan hingar bingar danjuga menarik untuL diarnati. liku tersebut oleh politisi sebagai pelakunya, yang kemudian
Suasana kaleiaria Gedung Nusantara I sangat ramai dihunjlulgi dikonfirmasikan densan subjek penalitian (baik infomran pokok
tidak hanya oleh poiitisi yang melepas hajat makan siangnya, nl.:lupun infoman kunci), ternyata tidak ada kaitan ya.ns signilikan
tetapi para pengusaha berdasi menjadikan arcna itu juga sebxgai intara kekerasan politik dengdn latar belakang kepartaiaD
ruds lobi politik densan poliiisi. Seoranspensusahadaerah yans pclakunya. Menurut mereka, knpasitas dan karakteristik
kebetulan Fneliti kenal mempertegas asumsi itu: "Saya mencmui individulan yang lebih memunskinkan pelal<uayamenmpilkan
Bapak Anu untul menssolkan rcncana knrni dalam hal investasi polilaku tersebut, seperli tampak dalaJn tabel berikut:
di daerah", katanya sambil cnycbut nama seorangpolitisi dari
;.-,.L ^,,-iliL.,- r-.r--r,.
Tabal 2. Latar Belakang Kopartaian dan Kekerasan dalan
Komunikasi Politik
62 6l
METCDE PENEL 1]AN (OMUN K^S] M'TOOE PENELIT AN KOMUNIXASI
dilihat perbcdann yang nyaris seragam bahwa kebanyxkan Penerimaan amplop-amplop sangat sulit dibuktikan, tei:rpi
politisi tampil lebih memukau setelah menjadi anggota bisa dirasakan. Ketika s:rya m€nolak menerima amplop
parlemen, walaupun tidak tedutup kemungkinan bahwa ada saya dikatakan sok su€i, sok alim dan sebasainya. Ini
juga satu dua orang politisi yang sampai akhir keanggotaannya sudah mcnjadi fenomena di DPR. Saya bahkan pernah
di DPR tetap manggunaknn angkutan umum dan scooicr ditarvari oleh seorang wakil di DPR sejumlah dua puluh
milyar tapi langsung saya tolik. Poiitisi seharusnya tidak
Berdasrrkan hasil wawancara dengan Sungkono yang pcrnah boleh mer:rsa diriny:l sebasi elit politik, sehingga
sebelumnya adalah bendahara di salah satu f'.aksi terbestlr di satclah menjadi anggota DPIt harus mengganti mobilnya
DPR, dapitt diketahui brhwlr idealismc ynng digcmbar- dcngan Jrrgu:rr, Mcrcy, B)\'lW, clsb. Kenyatrannyr, baN tig:r
semborknn oleh scorang politisi ketikrl i,r borjuuns nrcrcbut t,rhun rnenjrdi anggota l)l)ll peDanpilan bel.ublh tohl,
suara l(onstitucnnv.ts.rnglrtbcrbcda dc,rstLDkcnyrrt{ln vrng krlxu tidrh menakai jns nn rirsir di nya bukan angsota DPII.
terjadi setelih bcrhasil mcnduduki kur.si legislrtit Sungkono (Warvancaradensan Gunidi, politisi DPR RI, Septemb€r
mengungkrpkan: 2003)_
Saya adalah orllns yrng krjtis kctika nlnsuk DPR krr€nir
komitmcn sll)rl, t.1pi kcmudi.u saya mcnjadi muah l(luen:r Apa yane diungkapkm Gunrdi tcrsajiku jelas kctiha peneliti
terntitr tcnlrDlcmrn sryn yang politisi kolup scmua.Padn monyusu hx plran parkir di linskunsan DPR.A4PR.Hampn.
rapat pcrianlr di fi,rksi saja sudah rd. yuns mintn nllik saji
semua lahan parkir terisi olch jajamn mobil mewal keluamn tahun
dari Rp 5,4 juta lcbih anjadi Rp rl juta lcbih. Tcmyata hd
tcrbffu. Sangat sulit menenukan mobil keluaran tahun 2000 ke
ini tidak hanya tc{adi di fraksi saya. Hampir semua politisi
barvah.Barangkali jika lahan parkir di luar seduns masih
di semua partai minta naik saji, belum lasi ditambah
menurju-kkan bercampurnya kendaraan politisi dengan tamu ysng
densrn amplop lain (Wawancara danean Sunskono, politisi
hadir ke DPR, maka lahan parkir di bawah geduns DPR dan
DPR RI noni*tiE Septcmber 2003). p:rrkir khusus anssota derrrn ndalah saksi lain yans tidak
oU
MEIODE PFNEL
METOOE PENEL T AN (CMi]N KAS
80
81
MEi'D€ PENELII AN KOMUN]KAS AN KOMLJNI(ASI
METODE P€NELII
manggung di DPR metakukan komu kasi politik. Bagaimana Komunikasi politik mercka berjalan terus di tiga ranah tadi,
kepentingan pribadi dan kelompok yang mungkin di- lengkap dengan segala atdbut dan komitmen yang .juga sulit
manipulasi sedemikian rupa dan dibungkus dengan nama ditakan individu ataul<ah r&yat yang mereka wakili? Ya:rg jelas
idealisme atau kepentingan rakyat. Wajah panggung politik
mereka terus berkomunikasi dengan interaksi dan dengan d<si
DPR RI r9s9-2004 dapat disambarkan pada fisur 4.
diri. Mereka juga bertransaksi dan tentu saja melakukan
madpulasi diri.
Figur 4 Panssung Politik DPR RI 1999-2004 Jika dalam teorinya GoIIman mengatakan panggrDg depan
adalah sesuatu yang b€rbeda dengan panggung belakary, maka
temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pada panssuns
politik di DPR sesuatu yang seharusnya terjadi di panggung
belakang dapat muncul di panggung depan teiapi dapat juga
tidak muncul di panggrmg depan. Hasil penelitian merunjuk-
katr bahwa sebagian besar politisi melakukan impress;on mon-
agement d^I^m hal ini manipulasi diri yang sansat kental
dalam momen politik yang dipertukarkan dan disiarkan secara
langsuns. Selain ir:u, front stage pada satu politisi atau tim
dapat mertlpakan 6oc& sta€e bagi poiitisi/tim lainnya. Apa ysng
Sumber:HasilP€.elitian2003,2004 terjadi di 6oc& sroge dapat merupaka front stage bagi politisi
lainnya. Alhasil, apa yans disuson sebasai sk€nario di
panggung belakang tidak s€lalu muncul di panggung depan,
Suasana reformasi pula yang kemudian menjadikan geduns sedangkan panggung belakang adatah wilayah yans sama
Nusantara I sebagai pusat segala aktivitas potitik menjadi sekali tidak boleh terjamah oleh mereka yang tidak terlibat
lebih terbuka. Pesar-pesan politik mengalir, bergilir, beruntun, dalam pementagan. Karena itu, konsep ponggung seperti yang
dan menyeruak disampaikan oleh individu, kelompok dan dinyatakan Goffman tidak sepenuhnya berlaku di panggung
berbagai lapisan masyarakat yang merasa bahwa aspirasi politik dan menjadi sedikit kacau. Sekali lagi, inilah proposisi
mereka akan didengarkan langsung jika disuarakan ke pusat yang peneliti temukan dalam penelitiad ini. Masyarakat
pengambilan keputusan politik. Politisi pun bak selebritis menyaksikan panggung depan, tetapi panggung tengah dan
menjadi pusat p€rhatian. Sepak terjansnya dihituns, diamati pangerng belakans tersaji jusa ke publik secara hansparan.
dan bahkan dikritik. Tetapi mereka tetap beialan sebasai Apa yang digagas Goffman (1959) sebagai 'Kesetiaan
politisi yang merasa bahwa mereka mempuyai posisi tawa.
Dramaturgis, Disiplin dramaturgis dan Kewaspadaan drama-
yang jauh melebihi kapasitas individual mereka sendiri karena
turgis' (di mana setiap aktor dalam suatu pementasan puya
lembaga telal melegitimasi peFn mereka.
kewajiban molal untuk mendukung pelaksanaan peran, harus
Politisi DPR menunjukkan pcran resmi mereka di panggung
berpegang pada bagian yang telah ditetapkan dsn tidak
depan. Namun nereka jugtl bcrmain di panggung tone,l dcngan
terpensaruh oleh pertunjukan itu sendiri, dan harus meng-
hitunsan politik, selain di panggungbelakangyas lebih alamiah.
gunakan metode yang tepat untuk menyajikan pertunjukan
33
M€TOCI PLNEI IIAN (OMI]N R^5I (OMI]NI(ASI
METODE PENELITIAN
sesuai dengan skenario) ternyata tidak dapat berlaku mutlak kacau datam duia komunikasi politik para politisi DPR RI vang
di fangsuns politik. Densan demikian, panssuns potitik rnenjndi tapansan dalam pen.litim ini.
memiliki warna ynng berb€da dari kehidupan sehari-hari
yang diibaratkan teater oleh cofman. Sesuatu yang digagas
sebasai skenario fraksi di panesung bclakang boleh jadi tidak
muncul di pangguns depan. Maka muncultah panggung tengah Daftar Pustaka
untuk menshasilkrn dcol politik berdas.rkan kompromt di Ali, Novel. 1sgg. Peradahan Komunihasi PoLitih Bar:.dutg:
antara dua panssung tadi. Maka kemudian politik menjadi Remaja RosdakarYa
pertemuan dua kepentingan dan d{rpat menjadi perbedaan Alwasilah, A. Chaedar. 2OO2 Pohaknva KuaLitatif: Daser'
dua kepentingan. Dasar Merancang dan Melahuhan Penelitian Kualitatil-
Jakarta: Pustala Jaya.
Ardianto, Elvinam dan Bambans q Anees. 2007. Filsafat Ilmu
Komunihasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media'
Pcnutup Blumer, Herbert. 1969. Sf,mbolic Interaction: Perspectiue and
Para aktor politik di DPR RI sangat dinamis. Mereka memiliki Metlad, E:rLelewaod Cliffs, N.J. Prentice-Hail
motil yane lebih bcrsilat individual dalam memainkan peran Bodgan, Robert dan Taylo!. J. Steven. 1993. Dasat'Dasar
politik merekr di DPR RI bukan motif yang berkaitan dengan Penetitian Kualitatif. Penei. A Khozin Afandi Surabava:
kepentinsan partai politik yas mereka wakili, apa lagi dengan Usaha Nasional,
k€pentinsan rakyat banyak, Untuk tujuan iiu, mer€ka k€rap Creswell, John W- l!,ga. Qualitatiue Inquirr and Research De'
melakukan p€ngelolaankegal (impression m.tnasetznt) uJltvk sign: Choosing among thc Fiue Traditions. Thousand oaks:
mewujudkan kepentinsan mereka. Panggung politik adalah Sage.
sebuah dunia yang sangat kental dengar manipuiasi diri. Maka Denzin, Noman, K dan Yvonna S. Lincoln, Ed 1994 Hand''
pesan politik yang sama dalam suatu fraksi, bolehjadi dimaknai booh of Qudlitatiue Resedrci. London, New Delhi: Sage'
berbeda oteh satu politisi dar:i fraksi yang sama, tetapi boleh Douglas, Jack D., ed. rc7A. Understanding Euerydav Life: To'
jadi dim6lrnai sama oleh politisi dari fraksi yang berbeda. ward Reconstruction of Sosiological Knowledge Chlc eo"
Apa yans terjadi dipanggung depat (front stage) basi Aldine.
iDdividu atau kelompok politisi (baik dalam aiti partai, fraksi, GoITrnan, Erving. 7959. The Presentdtton of Self in Everydav
atau komisi) boleh jadi merupalar panggung belakang (6oci Life, Ga:den City, N.Y.: Doubledav Anchor.
stage) bagt individu atau kelompok politisi lainnya atau dapat 1961. Encounters: Tuo Studies in the Saciolagr of
jusa terjadi sebaiiknya. Bagi sebasian politisi DPR, apa yans I n tcraction. I ndianapolis:Bobbs-Merrill
seharusnya tedadi di panggung belakang (boch stage) terayata. Ig63a. Behduior in Public Places: Noteson the So'
teiadi di dipanggung depan (front stage). Pelaku komunikasi cial Organization of Gatherines. New York: Frce Press'
politik juga menampilkar panggurg politik dengan cara yang 1963b. Srigrad. Notes on the Managenent of
asak berb€da dibandingkan dengan yang digasas coffman. Spoiled ldEntity. Englewood Clifis,N.J : Prcntice-Hall'
Densan kata lain, konsep dramatusi cofIlan menjadi s€dikit Kornpas,4 Februari 2003.
85
ME'IOOE PENEL T AN KDMUN KA5
86 87