Anda di halaman 1dari 18

 

 
BAB I
 
PENDAHULUAN
 

 
1.1 Latar Belakang
 
Persaingan dalam dunia bisnis saat ini semakin lama semakin ketat. Ketatnya
 
persaingan saat ini, memungkinkan sebuah perusahaan mengalami masalah yang
berdampak
  pada kerugian perusahaan. Oleh karena itu, sebuah perusahaan harus
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kerugian, salah satu
 
penyebab kerugian tersebut yaitu pengelolaan sumber manusia yang kurang optimal.
Di Indonesia pada saat ini banyak berkembang perusahaan-perusahaan besar,
perusahaan-perusahaan tersebut menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih
maju khususnya dalam perkembangan ekonomi. Saat ini banyak sekali perusahaan-
perusahaan dalam bidang advertising, makanan, minuman, tekstil, rokok serta masih
banyak lagi.
Perusahaan rokok merupakan salah satu perusahaan yang berpengaruh besar
dalam perekonomian negara melalui pajak cukai rokok yang diberikan tiap tahunnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Pelaksana Tugas Direktur Teknis dan Fasilitas
Cukai Kemenkeu 2018, Nugroho Wahyu yang mengatakan bahwa pajak cukai rokok
menjadi penyumbang terbesar dalam pendapatan kas negara melalui pajak cukai. PT
Gudang Garam Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri
tembakau yang masuk kedalam 200 Top Companies di Asia. Dalam penjualan rokok,
pendapatan perusahaan, dan penjualan saham per tahun, PT Gudang Garam Tbk.
selalu menduduki peringkat tiga teratas, hal ini berdasarkan data yang dilansir pada
laman kompas dan laman IDX, dari penjualan rokok PT Gudang Garam Tbk. pada
tahun 2017 berhasil menduduki peringkat ketiga dengan total penjualan rokok
mencapai 4.64 miliar batang rokok, lalu pada tahun 2018 pendapatan perusahaan PT

1
 

 
Gudang Garam Tbk. mencapai 83.3 triliun rupiah dan nilai saham yang dijual ke
 
publik berhasil menduduki nilai tertinggi dengan harga Rp. 77.500,00 per lembar.
 
GRAFIK PENJUALAN ROKOK PADA TAHUN 2017
 
Produksi Rokok (miliar batang)
 

 
101,3
 
58,8
 
7,87
  4,64
PT. HM
SAMPOERNA Tbk. PT. DJARUM Tbk.
PT. GUDANG
GARAM Tbk. PT. BENTOEL
INTERNATIONAL
INVESTAMA Tbk.

Gambar 1. 1 Grafik Penjualan Rokok pada Tahun 2017


Sumber : www.kompas.com
Berdasarkan grafik penjualan rokok tahun 2017 yang dimuat pada laman
kompas, PT HM Sampoerna berada pada peringkat pertama dengan jumlah penjualan
rokok mencapai 101.3 miliar batang per tahun, PT Djarum berada pada peringkat
kedua dengan jumlah penjualan rokok mencapai 58.8 miliar batang per tahun,
sedangkan PT Gudang Garam berada di peringkat ketiga dengan jumlah penjualan
rokok mencapai 7.87 miliar batang, lalu pada urutan keempat yaitu PT Bentoel
International Investama dengan penjualan rokok mencapai 4.64 miliar batang.

2
 

  Nilai Saham Berdasarkan Laman IDX


  Harga Saham per Lembar(Rupiah)

 
77.500
 

  3200
370
252
  GGRM
HMSP
RMBA
  WIIM

Gambar 1. 2 Grafik Nilai Saham Tanggal 25 Juni 2019


Sumber : www.IDX.com
Berdasarkan pada laman IDX pada tanggal 25 Juni 2019 harga saham pada
sektor industri rokok PT Gudang Garam Tbk menduduki peringkat pertama dengan
kode saham GGRM, dan harga sahamnya mencapai Rp. 77.500,00 per lembar. Tidak
semua saham dari PT Gudang Garam Tbk dijual ke publik karena 69% persen saham
GGRM dimiliki oleh PT Suryaduta Investama, 6.26 persennya dikuasai PT Suryaduta
Kusuma, dan 23.78 persen diperuntukkan kepada publik. Selanjutnya PT HM.
Sampoerna Tbk berada pada peringkat kedua dengan kode saham HMSP, dan harga
sahamnya mencapai Rp. 3.200,00 per lembar. PT Phillip Morris Indonesia menguasai
92,50 persen saham dari PT HM. Sampoerna Tbk. dan hanya 7.50 persen saham
yang dijual ke publik. Lalu PT Bentoel International Investama Tbk berada pada
peringkat ketiga dengan kode saham RMBA, dan harga sahamnya sebesar Rp. 370,00
per lembar, akan tetapi besarnya saham yang dijual ke publik masih sangat kecil
karena 92.48 persen masih dikuasai British American Tobacco (2009 PCA) Ltd, 7.29
persennya dikuasai United Bank of Switzerland, dan 0.23 persen untuk publik.

3
 

 
Sedangkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk berada pada peringkat keempat dengan
 
kode saham WIIM, dan harga sahamnya sebesar Rp. 252,00 per lembar, 28.63 persen
 
saham diperuntukkan kepada publik, sedangkan 71.37 persen saham dipegang oleh
 
individu yang tergabung dalam dewan direksi, komisaris, atau keluarga owner.
 
Grafik Pendapatan Pada Tahun 2017
 
Pendapatan (Triliun)
 

  99,1 93,5
83,3
 
20,3

PT. HM PT. DJARUM Tbk. PT. GUDANG PT. BENTOEL


SAMPOERNA Tbk. GARAM Tbk INTERNATIONAL
INVESTAMA Tbk

Gambar 1. 3 Grafik Pendapatan Perusahaan Rokok pada Tahun 2017


Sumber : www. IDX.com
Berdasarkan grafik pendapatan perusahaan rokok tertinggi pada tahun 2017 yang
dimuat pada laman IDX, PT HM Sampoerna Tbk. berada peringkat pertama dengan
pendapatan pertahun mencapai 99.1 Triliun Rupiah, perusahaan yang berkantor pusat
di kota Surabaya ini tercatat memiliki pertumbuhan pendapatan yang bagus dari tiap
tahunnya. PT Djarum Tbk. berada peringkat kedua dengan pendapatan pertahun
mencapai 93.5 Triliun Rupiah, sedangkan PT Gudang Garam Tbk. 83.3 Triliun
Rupiah, berdasarkan data pada laman IDX produsen rokok ini mencetak pendapatan
yang meningkat dari tahun ke tahun. PT Bentoel Intenational Investama Tbk
pendapatan per tahun mencapai 20.3 Triliun Rupiah, berdasarkan data pada laman

4
 

 
IDX pendapatan pada perusahaan ini juga terus naik walaupun keuntunganya
 
cenderung negatif.
 
Dalam mengembangkan bisnisnya PT Gudang Garam Tbk tidak berdiri sendiri
 
melainkan membawahi beberapa anak perusahaan, salah satu anak perusahaan dari
  PT Gudang Garam Tbk yaitu PT Surya Madistrindo yang merupakan distributor
resmi produk-produk dari PT Gudang Garam Tbk ke seluruh Indonesia.
 
Perusahaan PT Surya Madistrindo memiliki 12 kantor perwakilan regional dan
 
lebih dari 180 kantor perwakilan area di Indonesia. Salah satu kantor perwakilan
  regional Jawa Barat terletak di Jl. Soekarno-Hatta 703, Margasari, Margacinta,
untuk
  Bandung. Dalam menjalankan usahanya PT Surya Madistrindo area office Bandung
memiliki sekitar 204 karyawan yang terbagi menjadi beberapa unit kerja.
Dalam rangkaian aktivitas yang dilakukan karyawan berdasarkan hasil observasi,
dalam melaksanakan rangkaian aktivitasnya tenaga penjual lebih dituntut untuk
bekerja secara individu pada area pemasaran masing-masing, selain itu PT Surya
Madistrindo area office Bandung khususnya pada unit kerja marketing sering
mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membangun hubungan yang harmonis antara
rekan kerja maupun atasan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada admin unit
kerja marketing, dalam memberikan tugas kepada tenaga penjual, atasan lebih
cenderung fokus terhadap target penjualan yang dicapai oleh tenaga penjual
dibandingkan dengan proses yang dilakukan untuk mencapai target penjualan
tersebut. Selain itu, target yang diberikan oleh atasan menuntut tenaga penjual untuk
bersikap agresif dan kompetitif dalam mencapai target penjualan.
Robbins & Judge (2017) menyatakan bahwa budaya organisasi yang kuat
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku karyawan dan secara
langsung mengurangi turnover. Dalam budaya yang kuat, nilai-nilai utama dalam
sebuah perusahaan sangat dipegang teguh dan tertanam pada seluruh karyawan, selain
itu budaya organisasi yang kuat akan membentuk kohesivitas, kesetiaan, dan

5
 

 
komitmen terhadap perusahaan sehingga dapat mengurangi keinginan karyawan
 
untuk meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja.
 
Terdapat tujuh karakteristik utama yang merupakan hakikat dari budaya
 
organisasi menurut Robbins & Judge (2017) yaitu, inovasi dan keberanian dalam
  mengambil resiko, perhatian pada hal-hal rinci, orientasi orang, orientasi hasil,
orientasi tim, keagresifan dan stabilitas.
 
Berdasarkan data turnover pada tahun 2017 dan tahun 2018 yang diberikan oleh
 
unit kerja personnel and general affairs, penelitian dibagi menjadi beberapa kategori
  berdasarkan usia, masa kerja, tingkat pendidikan, dan keikatan terhadap
yaitu
  organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mobley (1986) (dalam Prawitasari,
2016) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi turnover intention yaitu lama kerja,
usia, tingkat, komitmen organisasi, kepuasan kerja dan budaya kerja.

Turnover Tenaga penjual Berdasarkan


Usia
5% 3%
25-29 tahun

11% 23% 30-34 tahun


35-39 tahun
16% 40-44 tahun
45-49 tahun
42%
50-54 tahun

Gambar 1. 4 Diagram Turnover Tenaga penjual Berdasarkan Usia


Sumber : Olah Data Penulis, 2019
Data turnover berdasarkan usia tenaga penjual menunjukkan bahwa sebesar 42%
tenaga penjual yang mengundurkan diri memiliki rentang usia 30 sampai dengan 34
tahun, 23% tenaga penjual yang mengundurkan diri memiliki rentang usia 25 sampai
dengan 29 tahun, 16% tenaga penjual yang mengundurkan diri memiliki rentang usia

6
 

 
35 sampai dengan 39 tahun, 11% tenaga penjual yang mengundurkan diri memilki
 
rentang usia 40 sampai dengan 44 tahun, 5% tenaga penjual yang mengundurkan diri
 
memiliki rentang usia 45 sampai dengan 49 tahun, dan 3% tenaga penjual yang
 
mengundurkan diri memiliki rentang usia 50 sampai dengan 54 tahun.
 
Turnover Tenaga penjual
 
Berdasarkan Masa Kerja
 
10 tahun 9 tahun 8 tahun 5 tahun 3 tahun 2 tahun
  4%

  14%
21%
18%
10%

33%

Gambar 1. 5 Diagram Turnover Tenaga penjual Berdasarkan Masa Kerja


Sumber : Olah Data Penulis, 2019
Data turnover tenaga penjual berdasarkan masa kerjanya menunjukkan bahwa
sebesar 33% tenaga penjual yang mengundurkan diri telah bekerja selama lima tahun,
21% tenaga penjual yang mengundurkan diri telah bekerja selama sembilan tahun,
18% tenaga penjual yang mengundurkan diri telah bekerja selama tiga tahun, 14%
tenaga penjual yang mengundurkan diri telah bekerja selama dua tahun, 10% tenaga
penjual yang mengundurkan diri telah bekerja selama delapan tahun dan 4% tenaga
penjual yang mengundurkan diri telah bekerja selama sepuluh tahun.

7
 

  Turnover Tenaga penjual Berdasarkan


  Tingkat Pendidikan
  S1 D3 D1 SMA

  48% 34%

  3% 15%

  Gambar 1. 6 Diagram Turnover Tenaga penjual Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
Sumber : Olah Data Penulis, 2019
Berdasarkan data turnover tenaga penjual yang mengundurkan diri menurut
tingkat pendidikan menunjukkan bahwa 48% tenaga penjual yang mengundurkan diri
memiiliki tingkat pendidikan terakhir SMA, 34% tenaga penjual yang mengundurkan
diri memiliki tingkat pendidikan terakhir Sarjana, 15% tenaga penjual yang
mengundurkan diri memiliki tingkat pendidikan terakhir D3, dan 3% tenaga penjual
yang mengundurkan diri memiliki tingkat pendidikan terakhir D1.

8
 

Gambar 1. 7 Career Model


Sumber : Olah Data Penulis, 2019
Berdasarkan hasil wawancara pada unit kerja marketing PT Surya Madistrindo
area office Bandung untuk jenjang karir pada unit kerja marketing dibagi menjadi
tiga tingkatan, untuk tingkatan yang pertama yaitu tenaga penjual TMC (Topping up,
Merchadiser, Canvasser) yang bertugas untuk menjadi distributor produk-produk
rokok gudang garam ke warung, dan toko kelontongan.
Tingkatan yang kedua yaitu tenaga penjual MD (Merchandiser Display) tenaga
penjual MD berdasarkan tugasnya dibedakan menjadi tiga yaitu tenaga penjual MD
Consumer, tenaga penjual MD Trade dan tenaga penjual MD Spot. Tenaga penjual
MD Consumer bertugas melakukan aktivasi brand di rute-rute dedicated brand,
menjadi distributor dalam event skala kecil hingga besar dengan bekerjasama dengan
pihak penyelenggara acara, menyiapkan kebutuhan dari tim penjualan dan monitoring
event.
Tenaga penjual MD Trade yang bertugas melakukan monitoring dan maintain
terhadap outlet investasi gudang garam secara rutin serta national chain (alfamart,
9
 

 
indomart, circel K). Tenaga penjual MD Spot bertugas melakukan aktivasi di rute-
 
rute yang tidak dapat dijangkau oleh micro event melalui alat (komputer) dengan
 
melakukan games berhadiah merchandise brand disetiap titik lokasi yang ramai
 
dikunjungi konsumen seperti HOP (hang out place) dan COI (Centre Of Influance.)
  Tingkatan yang ketiga yaitu tenaga penjual sub agen atau dalam perusahaan lain
disebut juga sebagai supervisior yaitu bertugas mengontrol dan mengarahkan tenaga
 
penjual MD dan juga tenaga penjual TMC serta mendistribusikan produk-produk
 
gudang garam pada agen-agen besar maupun grosir besar.
 

 
Turnover Tenaga penjual Berdasarkan
Jenjang Karir
Sales Sub Agen Sales Merchandiser Sales TMC

8%

19%

73%

Gambar 1. 8 Diagram Turnover Tenaga penjual Berdasarkan Jenjang Karir

Sumber : Olah Data Penulis, 2019


Berdasarkan data diatas 73% tenaga penjual pada saat mengundurkan diri dari
perusahaan menduduki posisi sebagai tenaga penjual TMC yang merupakan tingkatan
pertama pada career model unit kerja marketing PT Surya Madistrindo, sebesar 19%
tenaga penjual pada saat mengundurkan diri dari perusahaan menduduki posisi
sebagai tenaga penjual MD yang merupakan tingkatan kedua pada career model unit
kerja marketing PT Surya Madistrindo, selanjutnya sebesar 8% tenaga penjual pada
10
 

 
saat mengundurkan diri dari perusahaan menduduki posisi sebagai tenaga penjual Sub
 
Agen yang merupakan tingkatan ketiga pada career model tenaga penjual PT Surya
 
Madistrindo.
  Berikut data dari unit kerja Personnel & General Affair mengenai tingkat

  turnover tenaga penjual pada tahun 2017 dan tahun 2018.

  Tabel 1. 1 Tingkat turnover tenaga penjual pada tahun 2017


  jumlah karyawan 165
resign 28
Turnover 18.54%
Sumber : Olah Data PT Surya Madistrindo

Tabel 1. 2 Tingkat turnover tenaga penjual pada tahun 2018


jumlah karyawan 165
resign 34
Turnover 22.97%
Sumber : Olah Data PT Surya Madistrindo
Berdasarkan data diatas tingkat turnover tenaga penjual PT Surya Madistrindo
area office Bandung pada tahun 2017 dengan tahun 2018 mengalami kenaikan nilai
turnover mencapai 4.43 % dengan nilai turnover tenaga penjual hingga lebih dari
10% setiap tahunnya. Terdapa beberapa alasan tenaga penjual memutuskan untuk
meninggalkan perusahaan disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya yaitu karena
tenaga penjual meninggal dunia, karyawan sakit berkepanjangan, pihak perusahaan
tidak melanjutkan kontrak karena kompetensi tenaga penjual kurang optimal, tenaga
penjual pensiun, dan tenaga penjual mangkir.

11
 

 
Gambar 1. 9 Diagram Ketidakhadiran Tenaga penjual Pada Bulan Januari 2019
  Sumber : Olah Data Penulis, 2019
Berdasarkan data ketidakhadiran tenaga penjual pada bulan Januari 2019 di PT
Surya Madistrindo area office Bandung menunjukkan bahwa sebanyak 37% tenaga
penjual selalu hadir pada bulan Januari, 21% tenaga penjual tidak hadir satu hari pada
bulan Januari, 17% tenaga penjual tidak hadir dua hari pada bulan Januari, 14%
tenaga penjual tidak hadir tiga hari pada bulan Januari, 7% tenaga penjual tidak hadir
empat hari pada bulan Januari, dan 4% % tenaga penjual tidak hadir lebih dari empat
hari pada bulan Januari.

Gambar 1. 10 Diagram Ketidakhadiran Tenaga penjual Pada Bulan Februari


2019
12
 

 
Sumber : Olah Data Penulis, 2019
 
Berdasarkan data ketidakhadiran tenaga penjual pada bulang Februari 2019 di PT
 
Surya Madistrindo area office Bandung menunjukkan bahwa sebanyak 40% tenaga
 
penjual selalu hadir pada bulan Februari, 26% tenaga penjual tidak hadir satu hari
  pada bulan Februari, 18% tenaga penjual tidak hadir dua hari pada bulan Februari,
9% tenaga penjual tidak hadir tiga hari pada bulan Februari, 4% tenaga penjual tidak
 
hadir empat hari pada bulan Februari, dan 3 % tenaga penjual tidak hadir lebih dari 4
 
hari pada bulan Februari.
 

Gambar 1. 11 Diagram Ketidakhadiran Tenaga penjual Pada Bulan Maret 2019


Sumber : Olah Data Penulis, 2019
Berdasarkan data ketidakhadiran tenaga penjual pada bulan Maret 2019 di PT
Surya Madistrindo area office Bandung menunjukkan bahwa sebanyak 43% tenaga
penjual selalu hadir pada bulan Maret, 25% tenaga penjual tidak hadir satu hari pada
bulan Maret, 17% tenaga penjual tidak hadir dua hari pada bulan Maret, 6% tenaga
penjual tidak hadir tiga hari pada bulan Maret, 4% tenaga penjual tidak hadir empat
hari pada bulan Maret, dan 5% % tenaga penjual tidak hadir lebih dari empat hari
pada bulan Maret.

13
 

  Grafik Keterlambatan Tenaga penjual pada


  Bulan Oktober -Desember 2018
 

  21
21
20
 
19 19
  18
18
rata-rata per menit
  17
16
 
Oktober
November
Desember

Gambar 1. 12 Grafik Keterlambatan Tenaga penjual Pada Bulan Oktober-


Desember 2019
Sumber : Olah Data Penulis, 2019
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan tingkat
keterlambatan masuk kerja tenaga penjual pada bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2018 yaitu pada bulan Oktober rata-rata keterlambatan tenaga penjual 18
menit per hari, lalu dibulan November terjadi kenaikan menjadi 19 menit per hari.
Selanjutnya pada bulan Desember kembali terjadi kenaikan menjadi 21 menit per
hari.
Menurut Handoko (2002) (dalam Hakim, 2016) absensi karyawan serta tingkat
keterlambatan masuk kerja karyawan yang meningkat merupakan salah satu indikasi
yang dapat digunakan sebagai dasar memprediksi turnover intention karyawan dalam
sebuah organisasi. Tingkat absensi karyawan yang meningkat mengindikasikan
bahwa karyawan berada dalam fase tanggung jawabnya terhadap perusahaan telah
menurun.

14
 

 
Manurung dan Ratnawati (2012) mengatakan bahwa kinerja sebuah perusahaan
 
ditentukan oleh kondisi serta perilaku karyawan dalam perusahaan tersebut.
 
Fenomena saat ini yang sering terjadi dalam sebuah perusahaan yaitu sulit mencegah
 
perilaku karyawan yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Salah satu bentuk perilaku
  karyawan tersebut yaitu keinginan berpindah (turnover intention) yang nantinya dapat
terwujud menjadi keputusan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.
 
Manurung dan Ratnawati (2012) mengatakan bahwa meningkatnya turnover
 
intention telah menjadi masalah yang serius dalam sebuah perusahaan. Meningkatnya
 
turnover intention pada karyawan dapat menjadi prediktor dari tindakan nyata yaitu
  turnover yang tinggi, hal ini tentunya dapat menyebabkan membesarnya biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan seperti biaya rekrutmen, seleksi dan pelatihan.
Menurut Mlambo (2013) turnover intention merupakan persepsi karyawan untuk
pergi dari organisasi disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya ketidakpuasan
terhadap pekerjaanya, ketidakpuasan terhadap kompensasi yang diberikan, dan lain
lain. Sedangkan menurut Robbins & Judge (2017) mengatakan bahwa turnover
intention adalah kecenderungan seorang karyawan yang memiliki kemungkinan
untuk meninggalkan perusahaan secara sukarela atau tidak sukarela, hal ini dapat
disebakan karena kurang sesuainya pekerjaan saat ini dan tersedianya alternatif
pekerjaan lain pada perusahaan lain.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa turnover intention
merupakan keinginan yang dimiliki seorang karyawan untuk meninggalkan
perusahaan tempatya bekerja yang belum diwujudkan dalam tindakan nyata yaitu
keluar dari perusahaan tersebut. Keinginan karyawan untuk meninggalkan perusahaan
tempatnya bekerja dapat diwujudkan ketika ada kesempatan dan peluang yang lebih
baik dari perusahaan tempatnya bekerja saat ini.
Turnover intention karyawan yang semakin lama semakin tinggi akan
mempengaruhi produktivitas karyawan dalam sebuah perusahaan, sehingga hal ini
tentu menjadi perhatian khusus bagi pihak perusahaan. Oleh karena itu, sebuah

15
 

 
perusahaan seperti PT Surya Madistrindo area office Bandung harus memperhatikan
 
kondisi yang dialami oleh para karyawan karena karyawan merupakan salah satu
 
asset penting. Dalam hal ini sebuah perusahaan harus secara khusus memperhatikan
 
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi turnover intention sehingga dapat menekan
  tingkat turnover.
Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan untuk mengetahui lebih
 
mendalam mengenai faktor-faktor turnover intention pada tenaga penjual di PT Surya
 
Madistrindo area office Bandung, sehingga perusahaan ini dapat mencegah
 
terjadinya peningkatan turnover intention menjadi tindakan nyata yaitu turnover.
  Maka dalam menyusun penelitian ini penulis tertarik untuk mengambil judul
“Analisis Faktor-faktor Turnover Intention pada Tenaga Penjual di PT Surya
Madistrindo Area Office Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah


Untuk membatasi pembahasan masalah yang ada berdasarkan hasil penelitian
penulis, maka dalam kesempatan ini penulis merumuskan rumusan permasalahan
dalam penelitian yaitu :
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya turnover intention pada
tenaga penjual di PT Surya Madistrindo Area Office Bandung?
2. Faktor-faktor dominan apa saja yang menyebabkan turnover intention pada
tenaga penjual di PT Surya Madistrindo Area Office Bandung?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan diadakan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya turnover
intention tenaga penjual pada PT Surya Madistrindo Area Office Bandung.

16
 

 
2. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya
 
turnover intention pada tenaga penjual di PT Surya Madistrindo Area Office
 
Bandung
 
1.3.2 Manfaat Penelitian
 
Manfaat dan kegunaan penulisan adalah :
  a. Bagi Peneliti
  Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dalam
memahami ilmu mengenai faktor-faktor turnover intention, khususnya pada
 
tenaga penjual PT Surya Madistrindo Area Office Bandung.
 
b. Bagi Perusahaan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi penilaian apakah tingkat turnover
intention pada tenaga penjual di PT Surya Madistrindo Area Office Bandung
telah baik atau kurang baik, jika kurang baik maka perlu adanya perbaikan.

1.4 Metode Penelitian/Penyusunan Laporan


Pada laporang tugas akhir ini terdiri dari lima bab, dengan uraian sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah yang menjelaskan
bagaimana gambaran situasi yang terjadi pada perusahaan tempat
dilaksanakannya penelitian yang selanjutnya diuraikan melalui rumusan
masalah yang akan dijawab sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Selain
itu, pada bab ini juga membahas mengenai manfaat dan tujuan
dilaksanakannya penelitian ini serta sistematika yang digunakan dalam
penulisan laporan penelitian.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai uraian teori yang digunakan sebagai dasar dari
topik pembahasan yang akan diteliti. Teori tersebut merupakan teori yang

17
 

 
berasal dari para ahli serta sudah pernah digunakan pada penelitian
 
sebelumnya dan telah terbukti kebenarannya.
 
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
  Bab ini membahas mengenai prosedur yang menjadi acuan dalam
  melaksanakan penelitian ini, seperti objek penelitian, jumlah populasi dan
sampel yang digunakan pada penelitian, operasional variabel, dan analisis
 
yang akan diolah pada penelitian.
 
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
  Bab ini membahas mengenai hasil dari data yang telah disebarkan melalui
  kuesioner kemudian data tersebut diolah menjadi data statistik. Data yang
telah diolah mejadi data statisik kemudian dianalisis sesuai dengan metode
analisis yang digunakan. Hasil olah data tersebut bersifat kongkrit, sesuai
dengan yang ada dalam hasil angket yang disebarkan kepada responden.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang sedang
dilakukan serta memberikan saran kepada pihak yang terkait dalam proses
penelitian.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi dalam pelaksanaan penelitian yaitu PT Surya Madistrindo area office
Bandung yang bertempat di Jl Soekarno-Hatta 703, Margasari, Margacinta,
Bandung. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu dua
bulan.

18

Anda mungkin juga menyukai