Pendahuluan
A. Latar Belakang
Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam
upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir
terus menunjukkan adanya peningkatan dari 788.292 ton pada tahun 1975 meningkat
menjadi 987.771 ton pada tahun 1985 dan menjadi 1.324.295 ton pada tahun 1995.
Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 1995 mencapai US$ 1.962,8 juta
yang merupakan 5,6% dari pendapatan devisa non-migas.
Salah satu fasilitas permodalan yang bisa diberikan kepada petani oleh Bank
dengan bunga murah adalah KKPA. Agar petani bisa mendapatkan ini, petani harus
menjadi anggota Koperasi dan didalam melaksanakan usaha perkebunan karet
dilakukan bersama-sama akan membangun kebun karet.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang cukup
penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar
13,14 persen pada tahun 2017 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri
Pengolahan. Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang
cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam
pemulihan perekonomian nasional.
Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan.
Kontribusi sub sektor perkebunan dalam PDB yaitu sekitar 3,47 persen pada tahun
2017 atau merupakan urutan pertama di sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan
Jasa Pertanian. Sub sektor ini merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri,
penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa.
Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran
cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Karet juga salah satu
komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara
selain minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir karet
terbesar dunia.
Selain peluang ek por yang semakin terbuka, pasar karet di dalam negeri masih
cukup besar. Pasar potensial yang akan menyerap pemasaran karet adalah industri
ban, otomotif, aspal, dan lain-lain.
B. Ruang Lingkup
Publikasi ini memuat data dan ulasan ringkas tentang perkembangan luas areal dan
produksi karet yang dirinci menurut status pengusahaannya yaitu perkebunan besar
negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat yang disajikan menurut
provinsi. Perkembangan ekspor dan impor karet Indonesia disajikan menurut jenis
komoditas (kode HS - Harmony System) dan negara tujuan/asal.
C. Metodologi
Data yang disajikan dalam publikasi ini berupa tabel-tabel, gambar/ grafik dan
ulasan ringkas yang berupa analisis deskriptif dengan melihat pada pertumbuhan,
distribusi, dan kontribusi atau persentase. Data luas areal dan produksi diperoleh dari
Subdirektorat Statistik Tanaman Perkebunan, data ekspor impor diperoleh dari
Subdirektorat Ekspor dan Subdirektorat Impor, dan data lainnya berasal dari sumber
lain seperti Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
Data luas areal dan produksi perkebunan besar negara dan swasta diperoleh dari
hasil Survei Perusahaan Perkebunan yang dilakukan melalui pencacahan secara
lengkap terhadap seluruh Administratur Perkebunan di seluruh Indonesia.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung oleh petugas BPS ke
kantor Administratur Perkebunan sesuai periode survei. Periode survei yang
dilakukan oleh BPS adalah triwulanan dan tahunan. Pada publikasi ini, data luas dan
produksi perkebunan negara dan swasta merupakan angka tetap. Sedangkan data luas
dan produksi perkebunan rakyat diperoleh dari Direk orat Jenderal Perkebunan,
Kementerian Pertanian, dan merupakan angka sementara.
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang sampai pada saat
pengamatan belum pernah memberikan hasil, karena masih muda atau tanaman sudah
cukup umur tetapi belum dapat menghasilkan karena tidak cocok dengan iklim,
ketinggian tempat, k ndisi tanah dan sebagainya.
A. Kemitraan Terpadu
1) Organisasi
Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang
melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai
pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan.
Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan
keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta
membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.
Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang
usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan
Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan
antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha
kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti.
Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank
yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini
kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya
saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.
a) Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
1. Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan
perkebunan atau usaha kecil lain
2. Petani atau usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang
perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa
ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha.
Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang
dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok
tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap
Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi
untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya,
didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang
perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan
pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan
kesepakatan kelompok.
2) Koperasi
Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota
suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk
membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas
KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang
mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta
fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA
para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran
koperasi primer tidak merupakan keharusan
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan
tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi.
Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu
mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan
bantuan biaya yang diperlukan.
4) Bank
Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani
Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat
kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau
perbaikan kebun.
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan,
dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman
beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak
perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi.
Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil
sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu
perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti
akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan
disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
B. Pola Kerjasama
Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA
kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling
Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan
masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra.
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses
kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari
bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal
usaha plasma, perintisannya dimulai dari :
a) Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan
pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah
ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus
menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok
usaha.
b) Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi
mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik
budidaya/produksi serta proses pemasarannya.
c) Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan
dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk
bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan,
atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa
dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok
tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki
kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha
kecil.
d) Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak
koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan
mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan
koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat
pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah
yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan
penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya,
apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan
penyalur (channeling agent).
e) Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi
pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor
Badan Pertanahan, dan Pemda).
D. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank
teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan
(Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota
kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari
rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma
dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian
plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah
sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani
plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan
harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian
hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan
sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.
E. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat
perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama
berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan
kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang
menjalin kerja sama kemitraan itu.
Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra
Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut :
1) Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti)
a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil.
b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi
(bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha.
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen
untuk mencapai mutu yang tinggi.
d. Melakukan pembelian produksi petani plasma.
e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank
(KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian
kredit bank untuk petani plasma.
1) Peluang Pasar
Konsumen karet dunia meningkat dari 5.190.000 ton pada tahun 1989 menjadi
6.130.000 ton pada tahun 1996.>Ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan
terhadap karet alam, yang merupakan potensi bagi pemasaran produksi karet.
Bahan baku karet dipergunakan juga bagi berbagai industri di dalam negeri. Macam
industri dan volume konsumsi karet yang bersangkutan pada tahun 1996. Sejalan dengan
meningkatnya kegiatan industri yang bersangkutan di Indonesia, guna memenuhi
kebutuhan yang akan makin meningkat di masa yang akan datang karena meningkatnya
konsumen, maka akan meningkat pula kebutuhan karet di Indonesia yang merupakan
pasar yang potensial bagi produksi perkebunan karet.
2) Potensi Produksi
Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di dunia
disamping Malaysia dan Thailand. Pada tahun 1996, produksi karet Indonesia
mencapati 1.543.000 ton. Sedangkan Malaysia dan Thailand memproduksi masing-
masing 1.082.500 ton dan 1.978.000 ton pada tahun yang sama.
- Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi karet untuk masa yang
- akan datang adalah pada masih tersedianya cukup besar lahan ditropis yang
- sesuai untuk penanaman karet. Kalau produksi karet Indonesia
- menunjukkan peningkatan dari 1.256.000 ton pada tahun 1986 menjadi
- 1.543.000 ton pada tahun 1996, maka produksi karet Malaysia turun dari
- 1.415.600 ton menjadi 1.082.500 ton dalam kurun waktu
yang sama.
- Negara-negara produsen karet lainnya di dunia dan besarnya produksi masing-
masing dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Negara dan jumlah produksi karet pada tahun 1996
Produksi
7 India 540,2
No Negara
(ton)
8 Myanmar 20
1 Malaysia 1.082.500
9 China 430,9
2 Indonesia 1.543.000
10 Philipina 64
3 Thailand 1978
11 Nigeria 91
4 Sri Langka 112,5
12 Lain-lainnya 302,9
5 Vietnam 132
6 Kamboja 43
G. Aspek Produksi
biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang
baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH, 3,0 dan >
pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
Aerase dan drainase cukup
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
Kemiringan tanah < 16%
Permukaan air tanah < 100 cm
H. Teknis Budidaya
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok,
penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.
Penataan blok-blok
Lahan kebun plasma dipetak-petak menurut satuan terkecil antara lain 2 hektar untuk
setiap KK peserta plasma, dan kemudian ditata ke dalam blok-blok berukuran 400 m
x 400 m, sehingga setiap blok dikuasai oleh 8 KK petani. Setiap 4 blok disatukan
menjadi satu kelompok tani sehamparan yang terdiri dari 32 KK petani.
Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan di dalam kebun plasma harus ditata dan dilaksanakan pada waktu
pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam
blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman
dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m.
Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara
keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan
disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran
drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan
pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan.
Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk
selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat
dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara
barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian
pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan
tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
Pelubang
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas, dan 40 cm x 40
cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas
(top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di
sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg
Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke
dalam 5 kg rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk
menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji
atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha.
3) Seleksi dan Penanaman Bibit
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh
bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi
tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan
penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat
yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet
untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak
47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun plasma diperlukan sebanyak 523
batang bibit karet.
Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan
yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup
banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari.
Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah
dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea
50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.
4) Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman
sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mikania,
Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai bal
tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan dengan rotasi 2 x sebulan,
sedangkan pada tahun ke dua hingga mencapai matang sadap, rotasi penyiangan
dilakukan 1 x sebulan
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan
secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang
dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada
Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum
pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan.
Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 4
Kebutuhan Pupuk Tanaman Karet
Protectant.
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan
pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen
penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman
karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap.
Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130
cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 50 cm. Jika 60% dari populasi
tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Tabel 5
Bagan Penyadapan Tanaman Karet
Jangka
Sistem Bidang
Taraf Umur Waktu
Sadap Sadap
Tanaman (tahun)
Remaja 0-5 - - -
Tabel 6.
Alternatif Bagian Penyadapan Karet Tanaman Karet
Jangka
Taraf Tanaman Umur Sistem Sadap Waktu Bidang
Sadap
(tahun)
Remaja 0-5 - - -
6) Estimasi Produksi
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan
agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen
sadap, dan lainnya.
Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria
yang dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas
Perkebunan setempat atau Balai Penelitian Perkebunan yang bersangkutan.
Karena produksi kebun karet dari plasma adalah lateks, maka estimasi produksi
per hektar per tahun dikonversikan ke dalam satuan getah karet basah seperti pada
Tabel berikut :
Tabel 7.
Proyeksi Produksi Karet Kering dan Estimasi Produksi Lateks
Tahun Produksi Estimasi Estimasi
Teoritis produksi Produksi
Umur
Sadap KK KK Lateks
(Th)
(Kg/pohon)* (ton/ha) (Liter/ha)
6 1 1,0 500 2.000
7 2 2,3 1.150 4.600
8 3 2,8 1.400 5.600
9 4 3,2 1.600 6.400
10 5 3,5 1.750 7.000
11 6 3,7 1.850 7.400
12 7 4,4 2.200 8.800
Tahun Produksi Estimasi Estimasi
Teoritis produksi Produksi
Umur
Sadap KK KK Lateks
(Th)
(Kg/pohon)* (ton/ha) (Liter/ha)
13 8 4,6 2.300 9.200
14 9 4,7 2.350 9.400
15 10 4,6 2.300 9.200
16 11 4,3 2.150 8.600
←
17 12 4,2 2.100 8.400
18 13 4,0 2000 8.000
19 14 3,8 1.900 7.600
20 15 3,6 1.800 7.200
21 16 3,3 1.650 6.600
22 17 3,1 1.550 6.200
23 18 2,9 1.450 5.800
24 19 2,8 1.400 5.600
25 20 2,7 1.350 5.400
26 21 2,4 1.200 4.800
27 22 2,3 1000 4.600
28 23 2,0 1.150 4.000
29 24 1,7 850 3.400
30 25 1,6 800 3.200
Sumber Balai Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (1986)
I. Aspek Keuangan
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dimulai dari tahun 1 s/d tahun 5, dan
pemeliharaan tanaman menghasilkan dimulai dari tahun 6 dan seterusnya s/d tahun 25
(umur produktif tanaman karet). Besarnya biaya investasi per hektar selama 6 tahun
adalah Rp.5.743.114 termasuk manajemen fee sebesar 5% untuk perusahaan inti dalam
mengelola perkebunan plasma. Bunga selama masa pembangunan (BMP) atau interest
during construction (IDC) selama 6 tahun diperhitungkan sebesar Rp. 3.719.388 per
hektar, sehingga total biaya investasi per hektar menjadi Rp. ditanam jagung selama 2
musim tanam pada tahun ke 1. Besarnya biaya budidaya jagung untuk pengadaan bibit
dan pemeliharaan adalah
9.462.502. Rincian kebutuhan biaya investasi perkebunan karet per hektar secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.
Ringkasan Biaya Investasi per Hektar Perkebunan Karet Rakyat Pola PIR
BIAYA
URAIAN (Rp/ha)
Rp.279,880 selama 2 musim tanam. Pada tahun berikutnya jagung tidak dapat
ditanam lagi karena terdapat tanaman penutup tanah (cover crops) yaitu kacang-
kacangan (LCC). Perhitungan biaya investasi beserta proyeksi arus kas dibuat
berdasarkan pada asumsi biaya dan harga jual seperti pada Tabel 9.
Tabel 9.
Asumsi Biaya dan Harga
Biaya/Harga (Rp) Nilai
Rincian biaya investasi per tahun tanaman belum menghasilkan (TBM) mulai dari
tahun 0 sampai dengan tahun 5 dan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
dapat dilihat pada.
Biaya penyusutan adalah biaya investasi termasuk IDC dibagi dengan umur produktif
tanaman (25 - 5 tahun) yaitu 20 tahun. Biaya ini dibebankan mulai tahun ke 6 setelah
tanaman mulai menghasilkan. Proyeksi laba rugi selengkapnya dapat dilihat pada.
3) Proyeksi Arus Kas
Seperti pada proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas juga disusun berdasarkan pada
asumsi harga dan biaya tetap. Penarikan dan angsuran kredit baik untuk investasi tanaman
karet maupun untuk modal kerja penanaman jagung disusun berdasarkan jadwal per
triwulan. Dalam jadwal per triwulan ini juga langsung dihitung besarnya IDC. Sesuai
jadwal tersebut, jangka waktu kredit adalah 14 tahun termasuk masa tenggang selama 5
tahun atau 6 tahun termasuk tahun 0. Angsuran kredit dimulai pada tahun ke 6. Karena
hasil produksi pada tahun pertama menghasilkan adalah rendah, maka angsuran pokok
belum dapat dibebankan, hanya bunga saja.
4) Kelayakan Finansial
Kelayakan finansial proyek diukur dengan tingkat Internal Rate Of Return (IRR) dan
Net Present Value (NPV). Bila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga kredit yang
diberlakukan untuk proyek yaitu 16% untuk skema KKPA, maka proyek layak secara
finansial. Bila NPV lebih besar dari nol (positif) maka proyek adalah layak, pada discount
rate yang ditentukan yaitu sebesar 16%. IRR dan NPV berdasarkan pada arus kas selama
25 tahun dengan asusmsi harga dan biaya tetap.
Nilai IRR proyek dengan tumpang sari jagung adalah sebesar 33,3% dan NPV sebesar
Rp. 9.194.204. Sedangkan proyek tanpa tumpang sari jagung, maka nilai IRR adalah Rp.
20,2% dan NPV sebesar Rp. 3.477.884. Sesuai dengan kriteria, nilai IRR adalah lebih
tinggi dari 16% dan NPV adalah positif. Dengan mengikut sertakan tanaman jagung
sebagai tanaman tumpang sari nilai IRR dan NPV lebih tinggi dibandingkan tanpa
tanaman jagung.
Untuk meneliti kepekaan kelayakan proyek terhadap perubahan beberapa variabel
penting seperti kenaikan tingkat upah, kenaikan harga pupuk dan pestisida/herbisida dan
penurunan harga jual dilakukan analisa kepekaan. Perubahan salah satu variabel dengan
variabel lain tetap, cateris paribus. Untuk variabel harga pupuk, pestisida dan herbisida,
perubahan dilakukan
Tabel 10.
Hasil Analisa Kepekaan Proyek
Dari keberhasilan usaha perkebunan karet yang akan dilaksanakan, petani akan
memiliki peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dan karenanya akan
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Dengan adanya peningkatan pendapatan
petani, kesenjangan sosial yang selama ini terjadi bisa diperkecil.
Produksi perkebunan karet plasma ini pada akhirnya akan menjadi komoditi ekspor,
yang mampu meningkatkan pendapatan devisa Negara. Disamping itu, produksi karet
merupakan bahan baku bagi berbagai industri di Indonesia yang menggunakan karet,
seperti industri ban, isolasi kabel, karet sepatu dan lain-lain.
Tercapainya peningkatan pendapatan petani dari kebun karet plasma, selanjutnya dapat
diharapkan mampu menciptakan kehidupan perekonomian setempat yang makin tinggi.
Peningkatan pendapatan petani akan selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan
pendidikan dan kesehatan masyarakat.
2) Dampak Lingkungan
Dampak penting lainnya akibat dari pembukaan lahan adalah berubahnya ekosistem
tertutup menjadi ekosistem terbuka. Siklus hidup organisme penganggu akan terputus,
dan kalaupun mampu bertahan hidup, akan memakan makanan apa adanya, atau
bahkan akan menyerang tanaman karet di kebun plasma.
Organisme penganggu pada umumnya adalah satwa liar yang suka akan habitat
terbuka. Dengan demikian, pembukaan lahan diperkirakan justru akan meningkatkan
baik jenis maupun populasi dari organisame penganggu. Olah karena itu dampak
negatif ini penting dan harus diwaspadai serta diantisipasi dengan metoda
pengendalian hama terpadu yang tepat, baik itu secara mekanis, biologis, maupun
kimiawi.
BAB III
DATA
Pada tahun 2015 produksi karet kering PBS sebesar 350,77 ribu ton, meningkat
menjadi 365,18 ribu ton pada tahun 2016 atau terjadi peningkatan sebesar 4,11
persen. Tahun 2017 produksi karet kering PBS meningkat menjadi 380,91 ribu ton
atau sebesar 4,31 persen (lihat Gambar B).
Produksi karet kering PR pada tahun 2017 terbesar berasal dari provinsi Sumatera
Selatan yang diperkirakan mencapai 933,940 ribu ton atau sekitar
31,14 persen dari total produksi karet kering PR nasional. Grafik perkembangan produksi
karet kering PR tahun 2015 sampai 2017* dapat dilihat pada Gambar B.
Total ekspor karet alam sembilan tahun terakhir cenderung berfluktuasi, berkisar
antara -13,25 persen sampai dengan 18,05 persen. Pada tahun 2009 total berat ekspor
mencapai 1,9 juta ton dengan total nilai sebesar US$ 3,2 milyar, meningkat menjadi
2,9 juta ton pada tahun 2017 dengan total nilai sebesar US$ 5,1 milyar (lihat Gambar
D)
Gambar D. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Karet Alam,
2009-2017
Produksi karet alam Indonesia sebagian besar diekspor ke mancanegara dan
sisanya dipasarkan di dalam negeri. Ekspor karet alam Indonesia menjangkau lima
benua yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di
Asia. Pada tahun 2017, lima besar negara pengimpor karet alam Indonesia adalah
United States, Japan, China, India, dan Korea. Berat ekspor ke Unites States mencapai
589,375 ribu ton atau 19,69 persen dari total berat ekspor karet alam Indonesia
dengan nilai US$ 1004,44 juta. Peringkat kedua adalah Japan, dengan berat ekspor
sebesar 463,69 ribu ton atau 15,49 persen dari total berat rkaet alam Indonesia dengan
nilai US$ 789,28 juta. Peringkat ketiga adalah China, dengan berat ekspor sebesar
445,54 ribu ton atau 14,89 persen dari total berat ekspor karet alam Indonesia dengan
nilai US$ 764,11 juta. Peringkat keempat adalah India dengan berat ekspor 258,98
ribu ton atau sekitar 8,65 persen dari total berat ekspor karet alam Indonesia dengan
nilai US$ 441,73 juta. Peringkat kelima adalah Korea dengan berat ekspor 192,83 ribu
ton atau 6,44 persen dari total berat ekspor karet alam dengan nilai US$ 327,94 juta
(lihat Gambar E).
Dari berbagai jenis produk karet alam berdasarkan kode HS, impor karet alam
yang paling besar adalah Natural Rubber Latex, Centrifuge Concentrate,
Containing ammonia >= 0.5% (HS 40011011) sebesar 76,40 persen dari total
impor karet alam, Other TSNR (HS 40012290) sebesar 9,8 persen, diikuti berbagai
jenis produk karet alam lainnya.
Total berat impor karet alam selama sembilan tahun terakhir sangat
berfluktuasi. Total berat impor karet alam pada tahun 2009 tercatat sebesar 12,76
ribu ton dengan nilai US$ 18,97 juta. Pada tahun 2010 berat impor karet alam naik
sekitar 34,40 persen, namun pada tahun 2011 menurun sebesar 3,03 persen. Pada
ahun 2012 berat impor karet alam meningkat kembali sebesar 63,08 persen
dibandingkan tahun 2011. Pada tahun 2017 impor karet alam tercatat sebesar 29,77
ribu ton dengan nilai US$ 41,53 juta atau terjadi peningkatan 2,27 persen dari
tahun 2016 (lihat Gambar I).
Dari berbagai jenis produk karet sintetis berdasarkan kode HS, impor karet
sintetis yang paling besar adalah Butadiene Rubber (BR) (HS 40022000) sebesar
27,21 persen dari total impor karet sintetis, Other SBR and XSBR2 (HS 40021990)
sebesar 22,43 persen, diikuti berbagai jenis produk karet sintetis lainnya.
Total berat impor karet sintetis selama tujuh tahun terakhir cukup berfluktuasi.
Total berat impor karet sintetis pada tahun 2011 tercatat sebesar 270,57 ribu ton
dengan nilai US$ 946,73 juta. Pada tahun 2012 berat impor karet sintetis naik
sekitar 9,33 persen, namun pada tahun 2013 menurun sebesar 0,93 persen. Pada
tahun 2014 berat impor karet sintetis meningkat kembali sebesar 0,39 persen
dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2017 impor karet sintetis tercatat sebesar
357,46 ribu ton dengan nilai US$ 759,85 juta atau terjadi peningkatan 6,45 persen
dari tahun 2016 (lihat Gambar J).
Gambar J. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Karet Sintetis, 2011-2017
116,1 ribu
Aceh
838,5 ribu
Sumatera
Selatan
18,6 ribu
Jawa Barat Kalimantan
Jambi Tengah Kalimantan
375,8 ribu 281,2 ribu Selatan
183,9 ribu
Luas Areal (Ha)
Peta Luas Areal Perkebunan
100,4 ribu
Aceh 464,2 ribu
Sumatera Utara 84,4 ribu
Kalimantan
268,2 ribu Timur
362,8 ribu Kalimantan Barat
Riau
998,1 ribu
Sumatera
Selatan
54,3 ribu
Kalimantan Kalimantan
Jambi Jawa Barat
Tengah
Selatan
320,6 ribu
163,5 ribu 182,7 ribu
Produksi (Ton)
Status Pengusahaan
Category of Estates
Luas Areal Produksi Luas Areal Produksi Luas Areal Produksi Luas Areal Produksi
Area Production Area Production Area Production Area Production
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8 (9)
2002 244 339 187 386 274 529 199 687 2 825 476 1 226 647 3 344 344 1 613 720
2003 241 624 191 699 275 998 204 405 2 772 490 1 396 244 3 290 112 1 792 348
2004 239 118 196 088 275 250 207 712 2 747 899 1 662 016 3 262 267 2 065 816
2005 237 612 209 837 274 758 222 384 2 767 021 1 838 670 3 279 391 2 270 891
2006 238 003 265 813 275 442 288 821 2 832 982 2 082 597 3 346 427 2 637 231
2007 238 246 277 200 275 792 301 286 2 899 679 2 176 686 3 413 717 2 755 172
2008 245 517 260 894 278 243 333 746 2 900 325 2 148 718 3 424 085 2 743 358
2009 239 317 245 502 243 349 276 810 2 952 604 1 918 035 3 435 270 2 440 347
2010 259 500 263 583 237 170 277 908 2 948 745 2 193 363 3 445 415 2 734 854
2011 240 324 252 623 282 793 320 172 2 933 011 2 417 389 3 456 128 2 990 184
2012 243 753 255 581 285 084 325 655 2 977 364 2 431 018 3 506 201 3 012 254
2013 247 068 255 616 282 858 325 875 3 026 020 2 655 942 3 555 946 3 237 433
2014 229 940 227 783 308 917 341 964 3 067 388 2 583 439 3 606 245 3 153 186
2015 230 168 225 999 315 308 350 766 3 075 627 2 568 633 3 621 103 3 145 398
2016 230 651 238 022 316 033 365 182 3 092 365 2 754 747 3 639 049 3 357 951
2017* 233 086 249 286 322 733 380 910 3 103 310* 2 999 310* 3 659 129* 3 629 506*
Luas / Area
(Ha) Produksi
Produktivitas
Provinsi
No TBM TM TTM Jumlah Production Yield
Province
Immature Mature Damaged Total (Ton) (Kg/Ha)
11
Table Export and Import Natural Rubber, 2008 - 2017
Ekspor Karet Alam Impor Karet Alam
Natural Rubber Export Natural Rubber Import
Tahun
Year Volume Nilai Volume Nilai
Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
14 TSNR GP 40012250 20 20 -
14 TSNR GP 40012250 31 22 -
Natural rubber in
5 40012190 1 068 544 212 0 0 10
other forms
7 TSNR 20 40012220 229 206 220 433 260 301 240 589 245 004 189 402
8 TSNR L 40012230 0 0 0 40 0 0
Jumlah/ Total 245 524 236 288 281 893 258 896 266 198 202 507
(1) (2) (3) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Natural rubber latex,
1 Centrifuge concentrat,40011011 450 551 646 652 644 449 6 277
containingammonia
>= 0.5%
Natural rubber
2 latex,containing-am 40011019 0 0 0 0 0 0 43
monia >= 0.5%
Natural rubber in
3 smoked sheets, RSS 40012110 6 573 5 578 4 901 4 731 4 468 4 036 60 369
Grade 1
Natural rubber in
4 smoked sheets, RSS 40012150 348 0 256 18 0 0 622
Grade 5
6 TSNR 10 40012210 8 457 7 016 8 035 7 496 9 915 9 424 108 592
7 TSNR 20 40012220 244 679 258 302 240 383 233 692 216 926 207 024 2 785 941
8 TSNR L 40012230 0 0 0 0 0 0 40
10 Other TSNR 40012290 625 806 482 747 644 764 4 938
Jumlah/ Total 263 128 275 059 256 618 248 243 234 714 223 461 2 992 529
Natural rubber in
5 40012190 1 503 926 368 0 0 22
other forms
7 TSNR 20 40012220 393 540 428 431 543 305 482 873 439 438 309 731
Jumlah/ Total 423 007 461 881 592 985 523 248 481 457 333 893
(1) (2) (3) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Natural rubber latex,
1 Centrifuge concentrat,40011011 795 661 833 898 897 512 9 657
containingammonia
>= 0.5%
Natural rubber
2 latex,containing-am 40011019 0 0 0 0 0 0 70
monia >= 0.5%
Natural rubber in
3 smoked sheets, RSS 40012110 13 023 10 285 8 976 9 169 8 051 6 991 128 995
Grade 1
Natural rubber in
4 smoked sheets, RSS 40012150 608 0 445 33 0 0 1 086
Grade 5
Natural rubber in
5 40012190 0 0 0 0 0 17 2 836
other forms
6 TSNR 10 40012210 13 001 10 476 12 328 11 915 14 791 13 628 187 626
7 TSNR 20 40012220 376 969 391 650 367 641 363 566 321 772 300 851 4 719 767
10 Other TSNR 40012290 921 1 195 713 1 113 953 1 150 7 629
Jumlah/ Total 408 680 418 906 394 081 388 319 349 879 325 864 5 102 200
Tabel Volume dan Nilai Ekspor Karet Alam menurut Negara Tujuan,
14 2016 dan 2017
Table Volume and Value of Natural Rubber Exports by Country of
Destination, 2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Lanjutan table 14
2016 2017
Negara Tujuan Berat Nilai Berat Nilai
No Country of Destination Weight Value Weight Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah / Total 2578 791 3370 341 2 992 529 5 102 200
Tabel Volume dan Nilai Ekspor Latek menurut Negara Tujuan, 2016
14.1 dan 2017
Table Volume and Value of Latex Exports by Country of Destination,
2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tabel Volume dan Nilai Ekspor RSS menurut Negara Tujuan, 2016 dan
14.2 2017
Table
Volume and Value of RSS Exports by Country of Destination,
Tabel Volume dan Nilai Ekspor SIR menurut Negara Tujuan, 2016 dan
14.3 2017
Table
Volume and Value of SIR Exports by Country of Destination,
2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
N Country of
o Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1
) (2) (3) (4) (5) (6)
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. HS: 40011011 NATURAL RUBBER LATEX, CENTRIFUGE, CONCENTRAT, CONTAINING AMMONIA >=0.5%
ASIA 1 3 43 70
1 Thailand 0 1 - -
2 Singapore 0 0 0 0
3 Korea, Republic Of 1 2 - -
4 Others - - 43 70
AFRICA - - 0 0
5 Virgin Islands (British) - - 0 0
AMERICA - - 0 0
6 Canada - - 0 0
Lanjutan table 15
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
EUROPE 0 15 - -
2 Germany,Fed. Rep. Of 0 15 - -
OCEANIA 20 30 - -
11 Australia 20 30 - -
Lanjutan tabel 15
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sub Jumlah/ Sub Total 67 169 105 151 60 369 128 995
EUROPE - - 37 61
3 Russia Federation - - 37 61
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Lanjutan Tabel 15
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sub Jumlah/ Sub Total 2 355 232 3 058 802 2 785 941 4 719 767
ASIA 20 39 0 0
1 Korea, Republic of - - 0 0
2 China 0 0 - -
3 Vietnam 20 38 - -
Lanjutan Tabel 15
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10. HS: 40012240 TSNR CV
AMERICA 20 22 - -
1 United States 20 22 - -
Lanjutan Tabel 15
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
AMERICA 20 22 - -
1 United States 20 22 - -
Lanjutan tabel 15
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Polybutadiene-Styrene Rubber
2 40021910 199 147 211
(SBR)
Ethylene-Propylene-Non-Conjugat-
12 40027000 37 18 3
ed Diene Rubber
Styrene-butadiene
1 40021100 3 783 2 936 3 578 2 643 3 290 1 264
rubber in latex form
Polybutadiene-Sty-
2 40021910 75 18 13 8 9 7
rene Rubber (SBR)
Butadiene Rubber
4 40022000 0 7 0 0 1 0
(BR)
Isobutene-Isoprene
5 40023100 0 0 20 0 0 0
(Butyl) Rubber (IIR)
Halo-isobutane-
6 isoprene rubber / 40023900 0 0 0 0 0 0
Other IIR
Acrylonitrile-butadiene
7 rubber (NBR), in latex 40025100 0 0 0 0 0 0
form
Ethylene-Propylene-
10 Non-Conjugated 40027000 0 0 0 0 0 0
Diene Rubber
Mixtures of Natural
11 40028000 8 770 15 220 20 059 17 442 20 269 17 035
Rubber
Other Form of
12 40029900 0 0 6 0 0 0
Synthetic Rubber
Styrene-butadiene
1 40021100 3 737 2 859 3 670 2 726 3 209 1 283
rubber in latex form
Polybutadiene-Sty-
2 40021910 307 140 71 56 63 43
rene Rubber (SBR)
Butadiene Rubber
4 40022000 0 12 2 0 3 0
(BR)
Isobutene-Isoprene
5 40023100 0 0 48 0 0 0
(Butyl) Rubber (IIR)
Halo-isobutane-
6 isoprene rubber / 40023900 0 0 0 1 4 0
Other IIR
Acrylonitrile-butadiene
7 rubber (NBR), in latex 40025100 0 0 0 0 0 0
form
Ethylene-Propylene-
10 Non-Conjugated 40027000 4 1 0 0 0 0
Diene Rubber
Mixtures of Natural
11 40028000 15 860 29 080 41 803 34 716 34 493 26 998
Rubber
Other Form of
12 40029900 0 1 13 0 0 0
Synthetic Rubber
EKSPOR DA
(1) (2) (3) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Styrene-butadiene
1 40021100 2 141 3 113 2 301 2 894 2 196 2 974 33 103
rubber in latex form
Polybutadiene--Sty
2 rene Rubber (SBR) 40021910 86 95 71 88 202 118 1 340
Butadiene Rubber
4 40022000 683 471 0 0 0 0 1 171
(BR)
5 Isobutene-Isoprene 40023100 3 0 0 0 0 0 51
(Butyl) Rubber (IIR)
Halo-isobutane-
6 isoprene rubber / 40023900 0 0 0 0 0 0 5
Other IIR
Acrylonitrile-butadiene
7 rubber (NBR), in latex40025100 0 0 0 0 0 0 0
form
Mixtures of Natural
11 40028000 33 195 35 450 47 347 64 630 51 160 24 858 439 589
Rubber
Jumlah/ Total 36 773 39 583 50 567 67 719 55 121 28 025 484 891
Tabel Volume dan Nilai Ekspor Karet Sintetis menurut Negara Tujuan,
18 2016 dan 2017
Table Volume and Value of Synthetic Rubber Exports by Country of
Destination, 2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
AFRICA - - 16 16
13 Algeria - - 16 16
AMERICA 1 2 1 7
17 United States 0 1 0 5
18 Others 1 1 0 2
2017
Tabel Volume dan Nilai Ekspor Karet Sintetis menurut Kode
19 Harmonized System dan Negara Tujuan, 2016 dan 2017
Table Volume and Value of Synthetic Rubber Exports by Harmonized
System Code and Country of Destination, 2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
AFRICA - - 16 16
15 Algeria - - 16 16
AMERICA - - 0 0
18 United States - - 0 0
2016 2017
Negara Volum
Tujuan e Nilai Volume Nilai
Country of Volum
No Destination e Value Volume Value
(000 US (000 US
(Ton) $) (Ton) $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. HS: 40021910 POLYBUTADIENE-STYRENE RUBBER
(SBR)
AMERICA 0 1 0 4
13 United States 0 1 0 2
14 Canada - - 0 2
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
AMERICA 1 1 - -
7 Dominican Republic 1 1 - -
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
ASIA 0 0 20 51
1 Japan 0 0 - -
2 Taiwan - - 0 0
3 Thailand - - 20 48
4 Singapore - - 0 3
Sub Jumlah/ Sub Total 0 0 20 51
ASIA 3 11 1 5
1 Japan - - 1 5
3 Korea, republic Of 0 0 - -
4 Singapore 1 2 - -
5 Malaysia 3 8 - -
7. HS: 40024900 CHLOPRENE (CHLOBUTADIENE) RUBBER (CR), IN PRIMARY AND OTHER FORM
AMERICA 0 0 - -
1 United States 0 0 - -
ASIA 6 6 0 0
1 Japan 0 0 0 0
2 India 6 6 - -
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
ASIA 5 17 26 75
1 Japan 3 12 5 20
2 Korea, republic Of - - 0 0
3 Thailand 1 3 1 3
4 Singapore - - 0 0
5 Malaysia 1 2 4 6
6 Vietnam - - 16 46
ASIA 0 0 0 1
1 Singapore 0 0 0 1
2 Malaysia 0 0 - -
AMERICA - - 0 3
7 United States - - 0 3
EUROPE 0 4 0 2
8 Belgium 0 4 0 2
Lanjutan tabel 19
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
Country of
No Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
12. HS: 40028000 MIXTURE OF NATURAL
RUBBER
OCEANIA 34 9 - -
8 Australia 0 0 - -
9 East Timor 34 9 - -
AMERICA - - 0 0
10 United States - - 0 0
EUROPE 0 1 0 0
11 Germany, Fed.Rep. Of 0 1 - -
12 Spain - - 0 0
Sub Jumlah/ Sub Total 52 894 67 322 262 272 439 589
13. HS: 40029100 LATEX OF SYNTHETIC
RUBBER
ASIA 23 66 8 43
1 Japan 3 16 1 19
2 Taiwan 1 1 - -
3 China 0 0 0 0
6 Thailand 3 8 1 9
7 Singapore 0 0 0 0
8 Vietnam 15 40 6 15
9 India 0 1 - -
9 TSNR L 40012230 0 1 1 60 20
10 TSNR CV 40012240 38 19 19 19 40
(1) (2) (3) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Centrifuge concen-
trate rubber latex,
1 exceeding 0.5% by 40011011 2 357 1 778 2 158 2 281 2 097 2 064 22 748
volume of ammonia
content
Non centrifuge con-
centrate rubber latex,
2 exceeding 0.5% by 40011019 0 0 0 1 0 2 20
volume of ammonia
content
Centrifuge concen-
trate rubber latex, not
3 exceeding 0.5% by 40012121 22 0 22
volume of ammonia
content
Centrifuge concen-
trate oth than rubber
4 latex, not exceeding 40012129 102 109 5 2 2 4 277
0.5% by volume of
ammonia content
11 Other TSNR 40012290 366 125 220 412 352 370 2 919
(1) (2) (3) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Centrifuge concen-
trate rubber latex,
1 exceeding 0.5% by 40011011 3 044 2 204 2 709 2 813 2 378 2 405 30 644
volume of ammonia
content
Non centrifuge con-
centrate rubber latex,
2 exceeding 0.5% by 40011019 2 5 0 9 0 3 53
volume of ammonia
content
Centrifuge concen-
trate rubber latex, not
3 exceeding 0.5% by 40012121 27 0 27
volume of ammonia
content
Centrifuge concen-
trate oth than rubber
4 latex, not exceeding 40012129 201 231 24 9 23 29 685
0.5% by volume of
ammonia content
11 Other TSNR 40012290 699 211 407 720 563 600 4 415
Tabel Volume dan Nilai Impor Karet Alam menurut Negara Asal, 2016
22 dan 2017
Table Volume and Value of Natural Rubber Imports by Country of
Origin, 2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
AMERICA 0 1 21 27
15 United States 0 0 1 5
16 Canada 0 1 - -
17 Mexico - - 20 22
EUROPE 0 1 17 86
18 United Kingdom 0 0 - -
19 Netherland - - 0 1
20 France - - 17 75
21 Germany,Fed. Rep. Of 0 1 0 5
22 Italy - - 0 5
23 Spain - - 0 0
Tabel Volume dan Nilai Impor Latex dan SIR menurut Negara Asal,
22.1 2016 dan 2017
Table Volume and Value of Latex and SIR Imports by Country of
Origin, 2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
LATEX
ASIA 24 404 25 669 23 066 31 397
1 Japan 0 1 0 3
2 Hongkong 0 1 - -
3 Korea, Republic of 2 10 204 396
4 China - - 1 24
5 Thailand 6 630 6 643 6 022 8 830
6 Singapore 0 0 0 0
7 Malaysia 13 455 14 980 11 923 16 243
8 Vietnam 4 318 4 033 4 916 5 901
AMERICA 0 0 1 5
9 United States 0 0 1 5
EUROPE 0 0 0 7
10 United Kingdom 0 0 - -
11 Netherland - - 0 1
12 Germany,Fed. Rep. Of - - 0 1
13 Italy - - 0 5
14 Spain - - 0 0
SIR
ASIA 3 919 5 485 5 544 8 573
1 Japan 663 994 43 130
2 Hongkong 25 28 - -
3 Korea, Republic of 33 94 3 9
4 Taiwan, Province of China 3 13 43 73
5 China 168 822 175 300
6 Indonesia - - 727 1 025
7 Thailand 5 15 19 40
8 Singapore 814 1 273 885 1 388
9 Malaysia 0 4 0 2
10 Vietnam 2 126 2 152 3 629 5 577
11 India 81 90 0 0
12 Sri lanka - - 20 29
AFRICA - - 181 243
13 Cote D’Ivoire - - 181 243
AMERICA 18 23 - -
14 United States 18 23 - -
EUROPE - - 17 76
15 France - - 17 76
Sub Jumlah/ Sub Total 3 937 5 508 5 742 8 892
Tabel Volume dan Nilai Impor RSS dan Karet Alam Lainnya menurut
22.2 Negara Asal, 2016 dan 2017
Table Volume and Value of RSS and Other Natural Rubber Imports by
Country of Origin, 2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
RSS
ASIA 442 891 320 447
1 Japan 0 2 0 0
2 Korea, Republic of 0 3 - -
3 China - - 0 1
4 Thailand 301 689 123 271
5 Singapore 0 9
6 Malaysia 41 55 18 21
7 Vietnam 80 107 179 145
8 Indonesia 18 35 - -
9 India 0 1 - -
AFRICA 0 23 - -
10 Cameroon 0 23 - -
EUROPE - - 0 2
11 Germany, Fed. Rep. Of - - 0 2
OTHERS
ASIA 231 490 93 238
1 Japan - - 0 1
2 Hongkong - - 1 4
3 Taiwan, Province of China - - 0 0
4 China 9 100 3 43
5 Thailand - - 0 1
6 Singapore 0 0 0 0
7 Vietnam 220 385 88 184
8 Srilanka 2 5 1 4
9 Others - - 0 1
AMERICA 0 1 20 22
11 Canada 0 1 - -
12 Mexico - - 20 22
EUROPE 0 1 0 1
13 Germany, Fed. Rep. Of 0 1 0 1
1. HS: 40011011 NATURAL RUBBER LATEX, CENTRIFUGE CONCENTRAT, CONTAINING AMMONIA >= 0.5%
ASIA 2 10 19 48
1 Japan - - 0 2
2 Korea, Republic of 2 10 0 1
3 China - - 0 0
4 Thailand - - 18 42
5 Singapore 0 0 0 0
6 Malaysia - - 1 3
AMERICA - - 1 4
7 United States - - 1 4
EUROPE - - 0 1
8 Germany,Fed. Rep. Of - - 0 1
9 Spain - - 0 0
3. HS: 40011021 NATURAL RUBBER LATEX, CENTRIFUGE CONCENTRAT, CONTAINING AMMONIA < 0.5%
ASIA - - 22 27
1 Korea, Republic of - - 0 0
2 Vietnam - - 22 27
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
AMERICA 0 0 0 0
7 United States 0 0 0 0
EUROPE 0 0 0 6
8 United Kingdom 0 0 - -
9 Netherland - - 0 1
10 Germany,Fed. Rep. Of - - 0 1
11 Italy - - 0 5
ASIA 18 35 - -
1 Indonesia 18 35 - -
AFRICA 0 23 - -
8 Cameroon 0 23 - -
2016 2017
No Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
EUROPE - - 0 2
8 Germany,Fed. Rep. Of - - 0 2
AFRICA 18 23 - -
6 South Africa 18 23 - -
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10. HS: 40012230 TSNR L
ASIA 239 888 570 1 049
1 Korea, Republic Of 33 94 2 5
2 China 143 767 0 1
3 Vietnam 63 27 568 1 043
Sub Jumlah/ Sub Total 239 888 570 1 049
ASIA 11 105 3 33
1 Korea, Republic of - - 0 0
2 Taiwan - - 0 0
3 China 9 100 3 32
4 Singapore 0 0 - -
5 Malaysia - - 0 0
6 Sri Lanka 2 5 - -
AMERICA 0 1 - -
7 Canada 0 1 - -
EUROPE - - 0 1
8 Germany,Fed. Rep. Of - - 0 1
Sub Jumlah/ Sub Total 11 107 3 34
Lanjutan Tabel/ Continued Table 23
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
EUROPE - - 0 1
1 Germany, Rep of - - 0 1
Sub Jumlah/ Sub Total - - 0 1
ASIA - - 0 1
1 Japan - - 0 1
Sub Jumlah/ Sub Total - - 0 1
ASIA - - 0 1
1 China - - 0 1
Sub Jumlah/ Sub Total - - 0 1
ASIA - - 70 155
1 Hongkong - - 1 4
2 Taiwan - - 0 0
3 China - - 0 9
4 Thailand - - 0 1
5 Singapore - - 0 0
6 Myanmar - - 0 1
7 Vietnam - - 68 136
8 Sri lanka - - 1 4
EUROPE 0 1 - -
9 Germany, Fed. Rep. Of 0 1 - -
Sub Jumlah/ Sub Total 0 1 70 155
Tabel Volume Impor Karet Sintetis Bulanan menurut Kode
25.1 Harmonized System (Ton), 2017
Table Monthly Volume of Synthetic Rubber Imports by Harmonized
System Code (Tons), 2017
Ethylene-Propylene-
12 Non-Conjugated 40027000 1 142 1 016 978 912 1 164 543
Diene Rubber
Mixtures of Natural
13 40028000 185 99 62 111 129 56
Rubber
Latex of Synthetic
14 40029100 1 206 1 041 768 769 650 375
Rubber
Oth synt rubber &
factice derived from
oil ;primary form,
15 unvulcanished, 40029900 459 450 610 609 564 284
uncompoun, and
other form
Ethylene-Propylene-
12 Non-Conjugated 40027000 2 508 2 435 2 272 2 106 2 752 1 426
Diene Rubber
Mixtures of Natural
13 40028000 512 238 257 418 429 166
Rubber
Latex of Synthetic
14 40029100 1 391 1 152 970 1 083 858 442
Rubber
Oth synt rubber &
factice derived from
oil ;primary form,
15 unvulcanished, 40029900 1 233 1 640 1 655 1 342 2 404 953
uncompoun, and
other form
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
ASIA 289 820 480 899 312 324 656 165
1 Japan 48 671 118 602 53 603 140 233
2 Hongkong 938 2 530 572 1 631
3 Korea, Republic of 163 810 229 274 169 833 333 553
4 Taiwan, Province of China 21 805 33 568 21 651 41 075
5 China 13 340 22 759 12 732 28 661
6 Thailand 8 901 14 598 8 508 19 142
7 Singapore 15 342 36 955 16 026 40 978
8 Malaysia 10 457 12 068 21 334 33 529
9 Vietnam 2 099 4 205 2 590 6 514
10 India 705 968 977 1 929
11 Others 3 752 5 372 4 498 8 920
AFRICA 146 332 807 2 004
12 Virgin Islands (Virgin) 146 325 807 1 999
13 Rwanda 1 7 - -
14 Niger - - 0 5
OCEANIA 214 406 229 962
15 Australia 1 1 2 22
16 Saint Vincevt and the Grenadines 95 287 36 113
17 Marshall Islands - - 20 72
18 American Samoa 118 441 171 755
AMERICA 13266 13074 11 855 31 158
19 United States 12 876 30 360 11 436 30 276
20 Canada 37 113 92 165
21 Mexico 57 87 82 199
22 Cuba 10 20 - -
23 Brazil 287 385 178 365
24 Belize - - 67 153
EUROPE 32 363 59 801 32 242 69 557
25 United Kingdom 830 1 881 530 1 366
26 Netherlands 1 110 2 356 1 177 2 435
27 France 6 896 12 377 5 484 12 262
28 Germany,Fed. Rep. Of 9 856 19 040 7 633 18 679
29 Belgium 3 688 6 537 3 782 7 314
30 Switzerland 611 1 280 657 1 450
31 Italy 518 765 325 491
32 Spain 14 25 0 3
33 Russian Federation 6 854 12 036 9 963 20 432
34 Others 1 984 3 503 2 691 5 125
Jumlah/Total 335 810 572 727 357 457 759 846
Tabel Volume dan Nilai Impor Karet Sintetis menurut Kode
27 Harmonized System dan Negara Asal, 2016 dan 2017
Table Volume and Value of Synthetic Rubber Imports by Harmonized
System Code and Country of Origin, 2016 and 2017
2016 2017
Negara Tujuan Volume Nilai Volume Nilai
No
Country of Destination Volume Value Volume Value
(Ton) (000 US $) (Ton) (000 US $)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
28 2005 - 2011
Table
Area, Production, and Exports of Natural Rubber in ANRPC
Member Countries, 2005 - 2011
No Negara / Country 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011