Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan
keputusan dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang
dihasilkan (Widarjo & Setiawan, 2009).

Rasio profitabilitas perusahaan yang tercermin di laporan keuangan,


menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan
efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Oleh karena itu konsep
profitabilitas dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indicator kinerja
keuangan fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen. Dimensi
profitabilitas memiliki hubungan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan nilai
perusahaan secara konsep dapat dijelaskan oleh nilai yang ditentukan oleh harga
saham yang diperjual belikan di pasar modal.Pasar modal merupakan pasar untuk
berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan ,baik surat
utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, maupun instrument lainnya. Laporan
keuangan dapat dilakukan analisa beberapa rasio yang berguna untuk membantu
investor dalam mengambil keputusan untuk memilih suatu saham. Dari berbagai rasio
tersebut, rasio profitabilitas dianggap rasio yang paling mudah untuk dianalisa apalagi
sangat berhubungan erat dengan keuntungan suatu perusahaan. Pada rasio
profitabilitas terdapat dua metode, yaitu metode Net Profit Margin (NPM), Return On
Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), Earning Per
Share (EPS).

Analisis fundamental menggunakan data keuangan perusahaan seperti: laba,


dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain. Sedangkan analisis teknis
menggunakan data pasar saham yang meliputi harga dan volume transaksi saham.

Bambang (2004 : 335) mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan


perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva
produktif maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran
tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas
berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan
semakin besarnya profitabilitas.

Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam
dunia usaha, sehingga pada kondisi persaingan tersebut akan membuat rate of return
cenderung mengarah pada keseimbangan (Gale, 2006:2). Daya tarik bisnis yang
semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha
sehingga laba abnormal lambat laun akan kembali menurun menuju laba normal.

Secara umum kegiatan perdagangan di Indonesia menunjukkan perkembangan


yang baik, hal tersebut tercermin melalui peningkatan volume usaha, investasi dan
peningkatan efisiensi investasi. Profitabilitas perusahan dapat dilihat dari penyajian
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan
pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang
menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode
tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi
begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya
secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan
laba yang diperoleh dengan aset atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama
seperti pernyataan Pandia (2012:64) rasio profitabilitas adalah alat ukur yang
digunakan dalam mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yaitu “JENIS
ANALISIS RASIO PROFITABILITAS ?”

1.3 Tujuan (Pemecahan Masalah)


Adapun tujuan dari prposal ini adalah untuk mengetahui dan memahami jenis-
jenis rasio profitabilitas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rasio Profitabilitas,


Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perushaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu rasio tingkat pengembalian atas investasi dan rasio kinerja opersasi. Rasio
tingkat pengembalian atas investasi adalah rasio yang digunakan untuk menilai
kompensasi finansial atas penggunaan asset atau ekuitas terhadap laba bersih (laba
seteah bunga dan pajak). Hasil pengembalian atas asset (return on asset), merupakan
rasio yang menujukkan hasil (return) atas penggunaan asset perusahaan dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dari total asset.

2.2 Jenis Rasio Protabilitas


2.2.1 Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima dari kegiatan operasionalnya.

Profit Margin merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk


mengukur margin laba atas penjualan. Rasio ini mencerminkan efisiensi
seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada
dalam perusahaan.

Menurut Riyanto (2010, hal.37) “Profit margin yaitu perbandingan


antara net operating income dengan net sales, perbandingan mana dinyatakan
dalam persentase.” Sedangkan menurut Kasmir (2010, hal.115) “Salah satu
rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk
mengukur rasio ini adalah dengan cara membanding antara laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih.”

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut.


Laba Bersih
NPM = x100%
Pendapatan operasaional

2.2.2 Return on Asset (ROA)


Menurut Bank Indonesia (SE BI No. 10/46/DInt. 2008) Return on
Asset merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (earning)
yang didapatkan oleh manajemen atas total asset yang dimiliki. Return On
Asset adalah rasio yang mencerminkan kesangupan bank dalam
mengendalikan dana yang diinvestasikan dalam semua asset yang
mendatangkan keuntungan (Kusuma. 2013). Rasio ini dipakai untuk mengukur
kesangupan manajemen PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat
Cabang Utama Padang dalam mendapatkan keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Rasio ini juga dapat menggambarkan efesiensi kemampuan kerja
bank yang bersangkutan dan juga dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam mengelola seluruh biaya-biaya operasional dan non-
operasional.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank


dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut.

Laba Sebelum pajak


ROA = x100%
Total aktiva
2.2.3 Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan
modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik
pemegang saham sendiri maupun pemegang saham baru).

Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih


sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri.

Menurut Margaretha (2011, hal.27) “ rasio ini mengukur tingkat


pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa.”

Menurut Ross dkk (2009, hal.90) “Pengembalian ekuitas (return on


equity) ROE adalah ukuran dari hasil yang diperoleh para pemegang saham
sepanjang tahun. Karena memberikan keuntungan kepada pemegang saham
adalah sasaran kita.”

Rumus untuk menghitung ROE yang dapat di gunakan sebagai


berikut :
Laba setelah pajak
ROE = x100%
Modal sendiri

Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya, posisi pemilik


perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya

2.2.4 Return On Investment (ROI)


Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Menurut Sartono (2010, hal.123) “Return On Investment (ROI)


merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan”. Sedangkan Menurut Syamsuddin (2011, hal.63) “Return
On Investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan total aktiva.”

Rumus untuk menghitung Return on investment yang dapat digunakan


sebagai berikut :
Laba setelsh pajak
ROI = x100%
Total pajak

Semakin besar ROI suatu perusahaan, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai perusahaan.

2.2.5 Earning Per Share (EPS)


Rasio Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) merupakan rasio
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham.

Menurut Harahap (2009, hal.306) “rasio ini menunjukkan berapa besar


kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.”

Earning Per Share merupakan salah satu rasio keuangan yang sering
digunakan oleh investor untuk menganalisa kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki (Mamduh Hanafi, 1996).

EPS merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam


analisa perusahaan, karena informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan
besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang
saham dengan kata lain menggambarkan prospek earning perusahaan di masa
mendatang. Besarnya EPS dapat diketahui dari informasi laporan keuangan
perusahaan (Eduardus Tandelin, 2001).

EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi EPS ini bisa
menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang akan datang
karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada
semua pemegang saham perusahaan, maka semakin besar EPS akan menarik
investor untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal
tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga
saham akan meningkat, dengan demikian EPS berpengaruh positif terhadap
return saham. Penelitian Catur Wulandari (2005), dan Dodd dan Chen (1996)
juga mendukung teori tersebut dimana EPS berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut.
Laba saham biasa
EPS =
Saham biasa yang beredar

Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk


memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio tinggi, maka
kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa
tingkat pengembaliannya tinggi.

Disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur


keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.
Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian
yang tinggi (Kasmir,2008: 207)
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. N., Kristanti, F. T., & Zultilisna, D. (2017). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio
Profitabilitas, dan Rasio Leverage Terhadap Financial Distress. e-Proceeding of
Management : Vol.4, No.1 April 2017.

Fernos, J. (2017). Analisis Rasio Profitabilitas Untuk Mengukur Kinerja PT. Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Barat. Jurnal Pundi, Vol. 01, No. 02, Juli 2017.

Lubis, J. A. (2019). Analisa Rasio Solvabilitas Dan Rasio Profitabilitas Dalam Mengukur Kinerja
Keuangan Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan.

Pebriyana, S., & Marlius, D. (2020). Analisis Rasio Profitabilitas Pada PT. Bank Pembangunan Daerah
Sumatera Barat Cabang Utama Padang.

Anda mungkin juga menyukai