TP FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Ir. Sutami 36 A Surakarta email: amaliaaapr@student.uns.ac.id, tp11072.ekowahyu@gmail.com
Masalah keuangan sangat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas
sekolah, terutama berkaitan dengan sarana, prasarana, dan sumber belajar. Manajemen keuangan sekolah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi, serta mempertanggung- jawabkannya secara efektif dan transparan. A. Konteks Politik dan Ekonomi Keuangan Sekolah Politik memegang peranan penting yang harus senantiasa diperhatikan dalam proses keuangan. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa tema yang relevan berkaitan dengan konteks politik dan ekonomi keuangan sekolah, antara lain bahwa sekolah dipandang memiliki pengaruh secara politik dan ekonomis terhadap masyarakat. 1. Uang dan Pendidikan Dana (uang) memerankan peran dalam pendidikan dalam tiga area: pertama, ekonomi pendidikan dalam kaitannya dengan pengeluaran masyarakat secara keseluruhan; kedua, keuangan sekolah dalam kaitannya dengan kebijakan sekolah untuk menerjemahkan uang terhadap layanan kepada peserta didik; dan ketiga, pajak administrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir secara langsung berkaitan dengan tujuan kebijakan. Konsep human capital (modal sumber daya manusia) menyatakan bahwa manusia memiliki beberapa keahlian, kebiasaan dan pengetahuan yang mereka jual kepada para pekerja dalam bentuk upah pekerja, yang diharapkan dapat menyediakan sebuah alur pendapatan pada kehidupan mereka. Ekonomi berhubungan dengan alokasi dan keuangan dengan distribusi, sedangkan administrasi bisnis berkaitan dengan fungsi manajemen. Pengeluaran manajemen terdiri dari tiga fase, yaitu perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan keuangan disebut dengan penganggaran, implementasi melibatkan akuntansi, dan evaluasi melibatkan auditing. Dalam kaitannya dengan uang dan pendidikan, pegawai administrasi sekolah memiliki tugas dan harus bertanggungjawab dalam hal-hal sebagai berikut. a) Perencanaan anggaran dan finansial. b) Pengaturan pemasokan. c) Perencanaan dan peningkatan fasilitas sekolah. d) Hubungan dengan masyarakat. e) Pengaturan pegawai. f) Penataran g) Pelaksanaan apa yang telah direncanakan. h) Transportasi. i) Layanan makanan. j) Keuangan dan laporan. k) Manajemen kantor. 2. Keputusan Politik dan Keuangan Sekolah Keputusan politik dan keuangan sekolah berkaitan dengan besarnya uang yang harus dikeluarkan untuk pendidikan, yang harus diputuskan dan dijadikan aturan dalam suatu negara dan sektor masyarakat. Keputusan politik dan keuangan sekolah dilakukan oleh pemerintah ditandai oleh sentralisasi (hanya ada satu perintah yang harus dipatuhi), kompulsi (pajak harus dibayar), dan hanya ada satu keputusan dalam memecahkan masalah.
B. Perencanaan Keuangan Sekolah
Perencanaan keuangan sekolah sedikitnya mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran dan pengembangan rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS). 1. Penyusunan Anggaran Keuangan Sekolah Penyusunan anggaran keuangan sekolah (ABS) biasanya dikembangkan dalam format-format yang meliputi: (1) sumber pendapatan terdiri dari UYHD, DPP, OPF, dan lain-lain; (2) pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan, dan pemeliharaan sarana prasarana, bahan-bahan dan alat-alat pelajaran, honorarium dan kesejahteraan. Lipham (1985) mengungkapkan empat fase kegiatan pokok penyusunan anggaran, yaitu: (1) perencanaan anggaran, (2) mempersiapkan anggaran, (3) mengelola pelaksanaan anggaran, (4) menilai pelaksanaan anggaran. Beberapa faktor yang turut mempengaruhi perencanaan keuangan sekolah antara lain: laju pertumbuhan peserta didik, inflasi, pengembangan program, dan perbaikan, serta peningkatan pendekatan belajar mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan keuangan sekolah atau anggaran belanja sekolah menurut Morphet (1975) adalah: (1) anggaran belanja sekolah harus dapat mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan perkembangan kebutuhan pendidikan, (2) merivisi peraturan dan input lain yang relevan dengan merancang pengembangan sistem secara efektif, (3) memonitor dan menilai keluaran pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap berikutnya. Perencanaan keuangan sekolah dapat dikembangkan secara efektif jika didukung oleh beberapa sumber yang esensial, seperti: (1) sumber daya manusia yang kompeten dan mempunyai wawasan luas tentang dinamika sosial masyarakat, (2) tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menunjang pembuatan keputusan, (3) menggunakan manajemen dan teknologi yang tepat dalam perencanaan, (4) tersedianya dana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan. 2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS) Proses pengembangan RAPBS pada umumnya menempuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedur: a) Pada Tingkat Kelompok Kerja. b) Pada Tingkat Kerjasama dengan Komite Sekolah. c) Sosialisasi dan Legalitas.
C. Pelaksanaan Keuangan Sekolah
Pelaksanaan keuangan sekolah dalam garis besarnya dapat dikelompokkan kedalam dua kegiatan, yaitu penerimaan dan pengeluaran. 1. Penerimaan Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoretis maupun peraturan pemerintah. Untuk uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), ditunjuk bendahara oleh pihak berwewenang dan sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dan ke luar setelah mendapat perintah dari atasan langsung, sedangkan uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite sekolah ditunjuk dari anggota sesuai dengan persetujuan musyawarah. 2. Pengeluaran Setiap dana yang masuk dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan yang telah disesuaikan pada perencanaan pembiayaan pendidikan di sekolah. Pengeluaran sekolah mencakup biaya tenaga administrasi, guru, bahan-bahan, perlengkapan, dan fasilitas. Dalam SKB Mendikbud dan Menkeu No. 0585/K/1997 dan No. 590/kmk.03/0301987, tanggal 24-9-1987 tentang peraturan SPP dan DPP meliputi: pelaksanaan pelajaran, pengadaan, prasarana/sarana, pemeliharaan sarana dan prasarana, kesejahteraan pegawai, kegiatan belajar, penyelenggaraan ujian dan pengiriman/penulisan STTB/NEM, perjalanan dinas supervisi, pengelolaan pelaksanaan pendidikan, dan pendataan. Pembukuan pengeluaran keuangan harus dituliskan dalam format yang sudah ditetapkan. Meliputi: format buku kas harian, buku tabelaris, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak. Agar pembuatan rencana pengeluaran sekolah dapat efektif, maka Kepala Sekolah yang sebagai pelaksana bertanggung jawab penuh. Program pendidikan harus diterjemahkan ke dalam ekuivalensi keuangan. Pembuatan anggaran belanja didasarkan pada pertimbangan tentang maksud dasar dari pendidikan dan program. Penyusunan anggaran belanja sekolah dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dibantu wakilnya yang ditetapkan oleh kebijakan sekolah, serta Komite Sekolah dibawah pengawasan pemerintah dan LSM.
D. Evaluasi dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah
Evaluasi dan pertanggungjawaban (Evaluation Involves Auditing) yang dicapai harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban menurut Cormark (1970) adalah pembuktian dan penentuan bahwa apa yang dimaksud sesuai dengan yang dilaksanakan, sedang apa yang dilaksanakan sesuai dengan tugas. Proses ini meliputi pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran/ penyerahan dana kepada pihak yang berhak. Evaluasi dibagi menjadi 3, yaitu a) pendekatan pengendalian penggunaan alokasi dana; b) bentuk pertanggungjawaban keuangan sekolah; c) keterlibatan pengawasan pihak eksternal sekolah. 1. Evaluasi Pengawasan merupakan salah satu proses yang ada dalam evaluasi. Kepala Sekolah sebagai pimpinan bertanggung jawab terhadap masalah internal manajemen keuangan sebagai atasan langsung. Pengawasan keuangan sekolah dilakukan mulai dari proses keputusan pengeluaran pos anggaran, pembelanjaan, penghitungan dan penyimpanan barang oleh petugas yang ditunjuk. Kepala Sekolah sebagai atasan langsung bertanggung jawab penuh atas pengendalian, sedangkan pengawasan dari pihak intansi vertical, seperti petugas Dinas Pendidikan dan Bawasda. Prosedur pengendalian bersifat normatif administratif. Artinya, aspek realistis penggunaan sulit diukur secara obyektif. Penyebabnya, belum berjalannya fungsi administratif dimana aliran uang, dan barang teridentifikasi sesuai peran dan fungsi. 2. Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah dilaksanakan pada saat laporan keuangan bulanan dan triwulan kepada: a. Kepala Dinas Pendidikan b. Kepala Badan Administrasi Keuangan Daerah (BAKD) c. Kantor Dinas Pendidikan. Pertanggungjawaban (UHYD) dilaporkan setiap bulan sesuai format dan ketepatan waktu. Khusus untuk keuangan komite sekolah, pelaporan hanya sebatas pada lingkup tingkat pengurus saja. 3. Keterlibatan Pengawasan Pihak Eksternal Sekolah Pelaksanaan keuangan pihak eksternal dilakukan oleh Bawasda, Dinas Pendidikan, baik yang bersumber dari pemerintah (UYHD, OPF, dan DBO) maupun dana dari masyarakat (Orangtua, peserta didik). Pengawasan dari Bawasda dan Dinas Pendidikan dilakukan secara rutin satu tahun sekali lewat pemeriksaan pembukuan keuangan sekolah.
E. Perencanaan Konstruksi Keuangan Sekolah
Konstruksi/renovasi Sekolah merupakan salah satu bagian operasi sekolah yang tidak pernah terlibat tanpa perencanaan awal yang teliti. Peranan tim administrative yang utama adalah mengatur arah masa depan untuk perumahan dengan menghantarkan pelayanan pendidikan pada populasi peserta didik dalam suatu daerah, lalu manajemen harus menentukan tentang cara mempertemukan tujuan-tujuan ini dalam anggaran. Perencanaan awal diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Mengembangkan organisasi. 2. Mempelajari kurikulum dan alternatif penggunaannya. 3. Mensurvei kebutuhan bangunan sekolah. 4. Mengembangkan perencanaan. 5. Merancang keuangan. 6. Mencari tempat untuk pelaksanaan. Sistem bayar di akhir digunakan untuk menghindari biaya yang membengkak. System ini kadang digunakan pada sekolah daerah yang besar. Namun untuk mayoritas pada system yang lebih luas, hal ini tidak mungkin dilakukan. Maka, dilakukan pembayaran di awal. Pembuatan provisi sekolah daerah pada pajak retribusi lokal untuk membangun sekolah berdasarkan kebutuhan awal bangunan aktual.
F. Politik dan Evaluasi Manajemen Keuangan Sekolah
Area pajak mencakup pajak pemerintah pusat dan pajak daerah. Kebijakan konvensional yang ada menunjukkan bahwa pajak pemerintah pusat lebih progresif daripada pajak property sekolah lokal. Beberapa penemuan penting dari hasil penelitian yang dilakukan secara ekstensif adalah sebagai berikut: 1. Reformasi yang terjadi sering mengurangi property pembayaran pajak dalam sekolah daerah yang secara pendidikan sangat membutuhkan. 2. Daerah kesejahteraan dan daerah tinggal dengan berstatus sosial rendah cenderung masih menempati lokasi yang kurang beruntung. 3. Reformasi telah mengurangi ketidaksamaan pengeluaran perpeserta didik pada semua negara bagian. 4. Ketidaksamaan pengeluaran berkaitan dengan perancangan Negara bagian terhadap kebutuhan khusus di masa lalu. 5. Reformasi telah mengumpulkan dana lebih untuk sekolah pada berbagai tingkat dari negara bagian. 6. Untuk mengurangi ketidaksamaan pengeluaran, sebuah bantuan Negara tingkat tinggi telah menjadi bagian lebih penting daripada rumus yang digunakan. Kebijakan pemerintah diaktualisasikan melalui serangkaian tuntutan lingkungan yang menyampaikan masukan pada struktur politik. Tuntutan lingkungan termasuk lingkungan social, ekonomi, dan kondisi pedagogi sebagaimana halnya tekanan kelompok yang berkepentingan. Informasi tuntutan lingkungan dan struktur pemerintah dapat secara langsung digunakan untuk menghasilkan kebijakan.
G. Pendanaan Berbasis Anak dan Masa Depan Keuangan Sekolah
Dalam pendanaan berbasis anak, pemerintah pusat mungkin dapat diibaratkan seperti pemerintah nasional. Individu dianggap sebagai swasta, sehingga terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pendanaan terutama pada keuangan pendidikan yang dapat dijabarkan ke dalam 3 alternatif: 1. Pendanaan Penuh pada Sekolah Umum Secara langsung mengarah pada dimensi alokasi. Mereka akan memperkirakan sekolah mana saja yang mempunyai pengeluaran tinggi, lalu meningkatkan pendapatan pada sekolah yang memiliki pendapatan rendah dan pengeluaran yang rendah pula. Komponen pajak property sekolah dipertahankan pada system pendanaan, dimana alternative pendanaan lokal Negara bagian pada sekolah umum akan berlanjut pada keputusan alokasi utama bersamaan dengan kewenangan lokal. Pembayar pajak dan sekolah akan memutuskan dana yang akan dikeluarkan. 2. Voucher atau Kredit Pajak: Pendanaan pada Anak Alternative ini dibuat untuk membentuk kembali keuangan pendidikan yang terdiri dari voucher dan kredit pajak. Pada dua mekanisme ini pemerintah akan memberikan dana pendidikan secara langsung kepada keluarga untuk digunakan disekolah sesuai dengan pilihan anak dan kebutuhan rumah tangga. Pendanaan berbasis anak diartikan sebagai suatu upaya untuk memasukkan kedua mekanisme sekolah swasta dan pemerintah. Perbedaannya adalah dimana pada sekolah swasta mendapat sedikit bantuan dana dari pemerintah. Pada pendanaan penuh, pergantian kontrol bergerak dalam pengeluaran pendidikan umum, kontrol pusat lebih besar pada praktik dan kebijakan pendidikan, penawaran kolektif pada keseluruhan negara bagian, penggunaan biaya diturunkan oleh sekolah lokal untuk item yang tidak didanai oleh negara bagian, dan pengeluaran akan sama di berbagai daerah. 3. Voucher atau Kredit Pajak Dana yang mengalir dari pemerintah ke keluarga yang dapat digunakan di sekolah, dimana control individu lebih besar dalam praktik dan kebijakan pendidikan, penawaran tingkat sekolah, penggunaan bagian pada biaya, variasi pada pengeluaran per peserta didik di sekolah, operasi sekolah secara beragam dalam bentuk rasio kepegawaian, kurikulum dan masalah lain.
REFERENSI Mulyasa. (2013). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional