Bantuan Operasional Sekolah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, yang secara umum bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu, berperan dalam mempercepat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah-sekolah yang belum memenuhi SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada sekolah-sekolah yang sudah memenuhi SPM. Sedangkan tujuan khusus program BOS yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD Negeri dan SMP Negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun di sekolah negeri maupun swasta, dan meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Mekanisme Penyaluran Dana BOS Mekanisme penyaluran dana BOS beberapa kali terdapat perubahan karena terdapat beberapa kelemahan dalam penyalurannya. Mulai tahun 2020 penyaluran dana BOS langsung ditransfer ke rekening sekolah secara online sehingga penyaluran menjadi lebih lancar dan dapat dengan mudah di monitoring. Dengan penyaluran ke sekolah, maka sekolah akan dapat menerima dana lebih cepat sehingga dapat cepat digunakan Permasalahan Dana BOS - Masalah penganggaran yang mengakibatkan terlambatnya penyaluran Pada pengalokasian dana BOS, terdapat banyak perubahan mulai dari yang awalnya bermula dari transfer dana dekonsentrasi dari pusat ke provinsi, kemudian langsung dihibahkan ke APBD Kabupaten/Kota, hingga sekarang menjadi transfer langsung ke rekening tiap sekolah. Dengan adanya beberapa perubahan diatas, maka akan terjadi kebingungan terhadap siapa yang seharusnya menganggarkan sehingga nantinya dana BOS akan ditransfer kemana. Dikarenakan kurang jelasnya mekanisme penganggaran, maka tentu akan menghambat proses cairnya dana BOS karena anggaran yang belum disusun sejak lama. Proses penganggaran dana BOS yang memakan mwaktu tentu akan memundurkan jadwal pencairan dana BOS sehingga ada potensi dana BOS menjadi tidak terserap dengan maksimal. - Masalah besaran dana BOS per siswa Dana BOS disalurkan pada sekolah yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan terdata dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sehingga dana BOS dapat diperoleh oleh sekolah negeri maupun swasta. Semua sekolah berhak untuk mendapat keringanan biaya operasional sehingga amanat negara untuk menjalankan program wajib belajar sembilan tahun tidak memberatkan rakyat. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 161 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah dana yang diperoleh tiap siswa pada tiap jenjangnya disama ratakan antar siswa. Penyeragaman besaran dana BOS per siswa ini dalam hal penganggaran memang sangat memudahkan dalam proses perhitungannya. Namun hal ini dirasa kurang adil karena biaya operasional tiap sekolah di tiap wilayah berbeda-beda, padahal dengan adanya dana BOS ini sekolah dilarang memungut biaya lain kepada peserta didik. - Masalah penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS yang dianggap kurang transparan Program dana BOS diberikan pada sekolah dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yaitu dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan Dewan Guru dan Komite Sekolah. Sehingga dengan adanya MBS ini secara umum bertujuan memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan untuk mengatur sendiri dana bantuannya dan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kendala dalam proses pengelolaan dan tanggung jawabnya, diantaranya sekolah tidak mencantumkan penerimannya dalam dana BOS, sekolah tidak menggratiskan biaya operasional pada peserta didiknya, dan dana BOS tidak dialokasikan pada sektor-sektor yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu masih terdapat kurangnya pelibatan komite sekolah dalam pengelolaan dana BOS sehingga sekolah cenderung mempermainkan dana BOS bahkan ada indikasi terhadap penyalahgunaan terhadap dana BOS yang diperoleh oleh sekolah. Akibatnya pertanggungjawaban penggunaan dana BOS menjadi tidak tranparan dan mudah terjadi penyelewengan dana.