Anda di halaman 1dari 3

CHAPTER 19

BELANJA HIBAH: BANTUAN OPERSIONAL SEKOLAH (BOS)


Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, yang secara umum bertujuan
untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib
belajar sembilan tahun yang bermutu.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu, berperan
dalam mempercepat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah-sekolah
yang belum memenuhi SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada
sekolah-sekolah yang sudah memenuhi SPM.
Sedangkan tujuan khusus program BOS yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh
siswa SD Negeri dan SMP Negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI),
membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun di
sekolah negeri maupun swasta, dan meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di
sekolah swasta.
Mekanisme Penyaluran Dana BOS
Mekanisme penyaluran dana BOS beberapa kali terdapat perubahan karena terdapat
beberapa kelemahan dalam penyalurannya. Mulai tahun 2020 penyaluran dana BOS langsung
ditransfer ke rekening sekolah secara online sehingga penyaluran menjadi lebih lancar dan
dapat dengan mudah di monitoring. Dengan penyaluran ke sekolah, maka sekolah akan dapat
menerima dana lebih cepat sehingga dapat cepat digunakan
Permasalahan Dana BOS
- Masalah penganggaran yang mengakibatkan terlambatnya penyaluran
Pada pengalokasian dana BOS, terdapat banyak perubahan mulai dari yang awalnya
bermula dari transfer dana dekonsentrasi dari pusat ke provinsi, kemudian langsung
dihibahkan ke APBD Kabupaten/Kota, hingga sekarang menjadi transfer langsung ke
rekening tiap sekolah. Dengan adanya beberapa perubahan diatas, maka akan terjadi
kebingungan terhadap siapa yang seharusnya menganggarkan sehingga nantinya dana BOS
akan ditransfer kemana.
Dikarenakan kurang jelasnya mekanisme penganggaran, maka tentu akan
menghambat proses cairnya dana BOS karena anggaran yang belum disusun sejak lama.
Proses penganggaran dana BOS yang memakan mwaktu tentu akan memundurkan jadwal
pencairan dana BOS sehingga ada potensi dana BOS menjadi tidak terserap dengan
maksimal.
- Masalah besaran dana BOS per siswa
Dana BOS disalurkan pada sekolah yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah
Nasional (NPSN) dan terdata dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sehingga dana BOS
dapat diperoleh oleh sekolah negeri maupun swasta. Semua sekolah berhak untuk mendapat
keringanan biaya operasional sehingga amanat negara untuk menjalankan program wajib
belajar sembilan tahun tidak memberatkan rakyat.
Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 161 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan dan pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah dana
yang diperoleh tiap siswa pada tiap jenjangnya disama ratakan antar siswa. Penyeragaman
besaran dana BOS per siswa ini dalam hal penganggaran memang sangat memudahkan dalam
proses perhitungannya. Namun hal ini dirasa kurang adil karena biaya operasional tiap
sekolah di tiap wilayah berbeda-beda, padahal dengan adanya dana BOS ini sekolah dilarang
memungut biaya lain kepada peserta didik.
- Masalah penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS yang dianggap
kurang transparan
Program dana BOS diberikan pada sekolah dengan menerapkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS), yaitu dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara
mandiri oleh sekolah dengan melibatkan Dewan Guru dan Komite Sekolah. Sehingga dengan
adanya MBS ini secara umum bertujuan memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan untuk mengatur sendiri dana bantuannya dan mendorong partisipasi masyarakat
untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kendala dalam proses pengelolaan dan
tanggung jawabnya, diantaranya sekolah tidak mencantumkan penerimannya dalam dana
BOS, sekolah tidak menggratiskan biaya operasional pada peserta didiknya, dan dana BOS
tidak dialokasikan pada sektor-sektor yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu masih
terdapat kurangnya pelibatan komite sekolah dalam pengelolaan dana BOS sehingga sekolah
cenderung mempermainkan dana BOS bahkan ada indikasi terhadap penyalahgunaan
terhadap dana BOS yang diperoleh oleh sekolah. Akibatnya pertanggungjawaban penggunaan
dana BOS menjadi tidak tranparan dan mudah terjadi penyelewengan dana.

Anda mungkin juga menyukai