Anda di halaman 1dari 22

MODAL SAHAM

Dosen Pengampu : Drs. Humisar Sihombing, M.Si

Disusun Oleh :
M. Fachri Akbar Nst / 7183210045
Yosevina Gracia Manurung / 7183510010
Kofifa Harahap / 7181210012

MANAJEMEN B

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
 PENGERTIAN MODAL SAHAM
Modal saham adalah modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), atau merupakan kumpulan setoran dari pemilik
(pemegang saham) Perseroan Terbatas (PT). Perseroan terbatas (PT) merupakan
suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum dipisahkan dari pemiliknya. Bentuk
perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang di mana
masing-masing orang menjadi pemilik dari perseroan. Karena pemiliknya terdiri
dari jumlah yang cukup banyak, maka pengelolaan perseroan akan diserahkan
kepada pihak-pihak lain yang diangkat menjadi pimpinan PT tersebut. Dengan
kata lain, yang menjalankan PT adalah orang-orang yang diangkat oleh pemilik.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti
setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang diserahkan
kepada pihak-pihak yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan kumpulan
pihak – pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak sebagai
berikut :
1. Hak berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu
melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.
2. Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk deviden yang
dibagi oleh perusahaan
3. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar
proporsi pemilikan saham msing – masing pemegang saham tidak berubah
4. Hak untuk menerima pembagian aktiva jika perusahaan dilikuidasi.

 JENIS – JENIS SAHAM


Perusahaan dapat menerbitkan satu jenis saham atau lebih, bila perusahaan
hanya menerbitkan satu jenis saham saja, maka saham – saham yang diterbitkan
itu adalah saham biasa. Jika saham yang dikeluarkan itu 2 macam, yang satu
adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas. Jenis – jenis saham yang
dapat diterbitkan oleh Perusahaan :
 Saham biasa : Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam
urutan yang paling akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya
adalah yang paling besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha
perusahaan berjalan dengan baik maka dividen saham biasa akan lebih besar
daripada saham prioritas. Kadang--kadang hak suara dalan rapat pemegang
saham hanya diberikan pada saham biasa, tetapi sering juga saham prioritas
mempunyai hak suara. Jika saham perusahaan yang dikeluarkan cuma satu
macam maka saham itu selalu saham biasa.
 Saham prioritas : Saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya
dihubungkan dengan pembagian deviden dan pembagian aktiva pada saat
perusahaan dilikuidasi. Dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden
yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada
kelebihan baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dalam hal
pimpinan perusahaan tidak mengumumkan pembagian dividen dalam satu
periode maka dividen tadi hilang. Biasanya saham prioritas mempunyai nilai
nominal dan dividennya dinyatakan dalam persentase dari nilai nominal.
Apabila saham prioritas itu tidak mempunyai nilai nominal maka dividennya
dinyatakan dalam bentuk rupiah dan bukan dalam bentuk persentase. Suatu
perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu macam saham prioritas yang
disebut saham prioritas kesatu, saham prioritas kedua dan seterusnya, di mana
saham prioritas kesatu mempunyai klaim yang pertama terhadap laba dan
saham prioritas kedua mempunyai klaim kedua dan seterusnya. Ada beberapa
kelebihan yang dimiliki saham prioritas yaitu:
 Saham prioritas kumulatif dan tidak kumulatif
 Saham prioritas partisipasi dan tidak berpartisipasi
 Saham prioritas atas aktiva dan deviden pada saat dilikuidasi
 Saham prioritas yang dapat ditukar dengan saham biasa
a. Saham Prioritas Kumulatif dan tidak Kumulatif

Saham prioritas kumulatif: adalah saham prioritas yang devidennya setiap


tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham. Jika dalam suatu tahun deviden
tidak dapat dibayar, maka pada tahun-tahun berikutnya deviden yang belum
dibayar harus dilunasi lebih dulu, sehingga dapat mengadakan pembagian deviden
untuk saham biasa. Saham prioritas tidak kumulatif: deviden tahun-tahun
sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun-tahun berikutnya.
Jika akan membayar deviden untuk saham biasa, kewajibannya hanya membayar
deviden saham prioritas untuk tahun tersebut.

b. Saham prioritas berpartisipasi dan tidak berpartisipasi

Saham prioritas berpartisipasi adalah : jika saham prioritas berhak atas deviden
dengan jumlah yang sama besar dengan saham biasa sesudah saham biasa
mendapat deviden sebesar persentase deviden saham prioritas. Saham prioritas
partisipasi sebagian adalah: saham prioritas akan mendapat deviden sampai
jumlah tertentu yang ditetapkan sesudah saham biasa mendapat deviden dengan
tarif yang sama dengan saham prioritas

Contoh:
PT Khofifa mempunyai saham yang beredar sebagai berikut:
Saham prioritas nominal Rp1.000.000,-, 15% berpartisipasi penuh, saham biasa
nominal Rp2.000.000,-. Pada akhir tahun 2014, dibagi dividen sebesar
RP850.000,-. Dividen ini dibagikan kepada saham prioritas dan biasa dengan
perhitungan sebagai berikut:
Prioritas Biasa
Untuk saham prioritas=
15% x Rp1.000.000,00 Rp150.000,00
Untuk saham biasa=
15% x Rp2.000.000,- Rp300.000,00
Untuk saham prioritas dan biasa=
Rp400.000,00
x 100% =13,3 %
Rp3.000.000,00
13,3% x Rp1.000.000,00 Rp 133.000,00
13,3% x Rp2.000.000,00 Rp267.000,00

Rp. 283.000,00 Rp. 567.000,00


Dengan cara perhitungan di atas, masing-masing saham memperoleh dividen
dengan tarif yang sama besar 28,3%, yaitu:
Saham prioritas:
𝑅𝑝283.000,00
× 100% = 28,3%
𝑅𝑝1.000.000,00

Saham biasa:
𝑅𝑝567.000,00
× 100% = 28.3 %
𝑅𝑝2.000.000,00

Perhitungan di atas dapat juga dilakukan sekaligus, yaitu sebagai berikut:


𝑅𝑝850.000,00
Presentase dividen untuk kedua jenis saham = 𝑅𝑝3.000.000,00 × 100% = 28.3%

Pembagian dividen untuk :


Saham Prioritas = 28.3%x Rp1.000.000,00 Rp 283.000,00
Saham Biasa = 28.3% x Rp2.000.000,00 Rp.567.000.00
Rp850.000, 00

Apabila saham prioritas tidak berpartisipasi, tetapi hanya sampai 20%, maka
perhitungannya sebagai berikut:
Untuk saham prioritas =
15% x Rp1.000.000,00 Rp150.000,00
Untuk saham biasa =
15% x Rp2.000.000,00 Rp300.000,00
Untuk prioritas =
5% x Rp1.000.000,00 Rp50.000,00
Untuk Biasa =
Rp850.000,00 – (Rp150.000,00 + Rp300.000,00 + Rp50.000,00)
Rp350.000,00
Rp 200.000.00 Rp650.000.00
Persentase penerimaan deviden sebagai berikut:
𝑅𝑝200.000,00
Saham prioritas = x 100% = 20%
𝑅𝑝1.000.000,00
𝑅𝑝650.000,00
Saham Biasa = x 100% = 32,5%
𝑅𝑝2 000.000,00

c. Saham Prioritas atas aktiva dan dividen pada saat likuidas

Saham dengan preferensi seperti ini pada saat likuidas akan tetap menerima
dividen yang belum bayar, walaupun saldo laba tidak dibagi mencukupi. Sesudah
pelunasi dividennya, saham prioritas ini dilunasi. Jika saldo laba tidak dibagi tidak
mencukupi maka pelunasan dividen dan nominal saham prioritas dilakukan dari
modal yang disetor dari saham yang biasa. Saham biasa yang pelunasannya jatuh
pada urutan terakhir akan menerima jumlah pengembalian sebesar sisa modal
disetor yang masih ada. Dapat terjadi sisanya nol sehingga saham biasa tidak
memperoleh pengembalian.

d. Saham prioritas yang dapat ditukar dengan Saham Biasa

Kadang – kadang saham prioritas mempunyai preferensi dapat ditukar dengan


saham biasa. Pemegang saham prioritas jenis ini akan menukarkan sahamnya
dengan saham biasa dalam keadaan dividen yang dibagi untuk saham biasa tiap
tahunnya lebih besar dari pada dividen untuk saham prioritas. Apabila keaadaan
seperti yang disebutkan diatas diperkirakan akan berlangsung terus maka lebih
menguntungkan memiliki saham biasa dari pada saham prioritas karena saham
biasa mempunyai klaim yang tidak terbatas atas laba.

 PENCATATAN MODAL SAHAM


Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu diketahui
istilah-istilah berikut ini :
a. Modal saham Statuter atau modal saham yang diotorisasi. Adalah
jumlah saham yang dapat dikeluarkan sesuai dengan akte pendirian
perusahaan.
b. Modal Saham beredar yaitu jumlah saham yang sudah dijual
c. Modal saham belum beredar yaitu jumlah saham yang sudah
diotorisasi tetapi belum dijual.
d. Treasury Stock yaitu saham yang sudah dijual dan sekarang dibeli
kembali oleh perusahaan
e. Modal saham dipesan yaitu jumlah saham yang disisihkan karena sudah
dipesan untuk dibeli, modal saham yang dipesan ini baru dikeluarkan bila
harga jualnya sudah dilunasi.
Modal saham yang dijual dicatat dalam rekening modal saham sebesar
nilai nominalnya. Jika harga jualnya tidak sama dengan nilai nominal, selisihnya
dicatat dalam rekening agio saham atau disagio saham. Rekening agio saham
menunjukkan selisih di atas nilai nominal dan rekening disagio saham
menunjukkan selisih di bawah nilai nominal.

 PENJUALAN SECARA TUNAI


Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun (rekening)
kas dan mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga jual saham
dengan nilai nominalnya akan dicatat dengan mengkredit rekening agio saham
atau mendebit rekening disagio saham. Jurnal untuk mencatat penjualan saham
perdana adalah :
Kas Rp.xxxx
Disagio Saham Rp.xxxx
Modal Saham Rp.xxxx

Atau

Kas Rp.xxxx
Modal Saham Rp.xxxx
Agio Saham Rp.xxxx
 PENJUALAN MELALUI PESANAN
Kadang – kadang penjualan saham dilakukan melalui pesanan, yaitu dengan
cara dibayar sebagian dan sisanya akan dilunasi kemudian. Jumlah harga yang
belum dilunasi dicatat sebagai piutang pesanan saham,dan jumlah nominal saham
yang dipesan dikreditkan kerekening modal saham di pesan. Apabila harga jual
saham tidak sama dengan nilai nominalnya, selisihnya dicatat dalam rekening agio
saham atau disagio saham pada waktu pesanan itu diterima.
Untuk pemesanan yang sudah melunasi harga saham maka sahamnya
dikeluarkan. Pengeluaran saham ini di catat dengan mendebit rekening modal
saham dipesan dan mengkredit modal saham.

Misalnya PT Sarinah mempunyai modal statuter sebanyak 1.000 lembar


nominal @ Rp1.000,00 dan akan dijual semuanya (ditempatkan). Transaksi –
transaksi dan cara pencatatan saham tersebut sebagai berikut :
Transaksi Jurnal
Penjualan saham 400 lembar, Kas Rp 100.000,00
tunai Rp100.000,00 dan mesin Mesin 300.000,00
seharga Rp300.00,00 Modal Saham Rp 400.000,00
Diterima pesanan 500 lembar Piutang pesanan saham Rp 550.000,00
saham dengan kurs 11, dibayar Modal saham Rp 500.000,00
tunai 70% sisanya 30 hari Agio Saham 50.000,00

Kas Rp 385.000,00
Piutang pesanan saham Rp 385.000,00

Diterima pelunasan sisa pesanan Kas Rp 99.000,00


untuk 300 lembar saham. Saham Piutang pesanan saham Rp 99.000,00
300 lembar diserahkan
Modal saham dipesan Rp 300.000,00
Modal saham Rp 300.000,00
 PEMBATALAN PEMESANAN SAHAM
Apabila pemesan saham tidak dapat memenuhi kewajiban untuk membayar
kekurangannya pada saat yang telah ditentukan. Untuk menyelesaikan pembatalan
pesanan saham, perusahaan dapat mengambil salah satu alternatif, yaitu:
 Uang yang sudah diterima akan dikembalikan kepada pemesan
 Uang yang sudah diterima akan dikembalikan kepada pemesan sesudah
dikurangi dengan biaya atau kerugian penjualan saham tersebut
 Uang yang sudah diterima dianggap hilang
 Dikeluarkan saham baru yang nilainya sama dengan jumlah uang yang
sudah diterima dari saham yg dibatalkan.

Pencatatan yang dilakukan perusahaan jika terjadi adanya pemesan yang


tidak dapat melunasi kekurangannya tergantung dari tindakan yang diambil
perusahaan. Contoh pencatatan pembatalan pesanan saham diambilkan dari
contoh dimuka yaitu sebanyak 500 lembar dengan kurs 110 dan sudah dibayar
sebanyak 70%. Dari pesanan tersebut seorang pemesan yang memesan saham
sebanyak 100 lembar tidak dapat melunasi kekurangannya. Modal saham dipesan
yang dibatalkan oleh perusahaan dapat dijual kembali dengan kurs 105.
Jurnal yang dibuat oleh PT Risa Fadila dalam masing – masing keadaan
adalah sebagai berikut:
a. Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan.
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp 10.000,00
Piutang pesanan Rp.33.000,00
Kas Rp.77.000,00

Kas Rp.105.000,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 5.000,00
b. Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan sesudah dikurangi
biaya atau kerugian penjualan kembali saham – saham tersebut.
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 10.000,00
Piutang pesanan saham Rp.33.000,00
Utang pada pesanan Rp.77.000,00

Kas Rp.105.000,00
Utang pada pemesan Rp. 5.000,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 10.000,00

Utang pada pemesan Rp.72.000,00


Kas Rp.72.000,00
c. Uang yang sudah diterima dianggap hilang (tidak dikembalikan).
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 10.000,00
Piutang pesanan saham Rp.33.000,00
Modal dari pembatalan pesanan Rp.77.000,00

Kas Rp.105.000,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 5.000,00
d. Mengeluarkan saham yang nilainya sama dengan jumlah uang yang sudah
diterima.
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 3.000,00
Modal saham Rp.70.000,00
Piutang pesanan saham Rp.33.000,00

Kas Rp.31.500,00
Modal saham Rp.30.000,00
Agio saham Rp.1.500,00

 PENJUALAN SAHAM SECARA LUMPSUM


Penjualan saham bisa dilakukan dengan cara penjualan per unit saham. Unit
saham ini terdiri dari beberapa jenis saham. Apabila penjualan dilakukan dengan
cara seperti ini maka penerimaan dari penjualan akan dibagikan untuk setiap jenis
saham. Dalam penjualan cara ini dasar pembagiannya adalah harga pasar dari
saham tersebut. Metode yang dapat digunakan adalah : 1. Metode Intelektual, dan
2. Metode Proporsional. Bila harga pasar kedua jenis saham diketahui maka
perhitungannya menggunakan metode Proporsional. Namun apabila hanya harga
salah satu jenis saham saja yang di ketahui maka di gunakan metode Inkremental.
Misalnya: 1 unit saham terdiri sari:
1 lembar saham prioritas nominal Rp.10.000,00, 1 lembar saham biasa
nominal Rp.1.000,00
Harga jual per unit Rp.10.500,00. Pada saat penjualan diketahui harga pasar
saham biasa = Rp.1.250,00. Karena hanya harga pasar saham biasa yang
diketahui, maka harga setiap saham dihitung dnegan menggunakan metode
inkremental sebagai berikut:
Harga 1 unit saham Rp.10.500,00
Harga pasar saham biasa Rp. 1.250,00
Nilai saham prioritas Rp. 9.250,00
Dari perbandingan nilai nominal dan harga pasar masing – masing jenis
saham dapat diketahui bahwa dari penjualan di atas, saham biasa mendapat agio
sebesar Rp.250,00 dan saham prioritas mendapat disagio Rp.750,00. Penjualan
satu unit saham dengan harga seperti di atas dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Kas Rp.10.500,00
Disagio saham prioritas Rp. 750,00
Modal saham prioritas Rp.10.000,00
Modal saham biasa Rp. 1.000,00
Agio saham biasa Rp. 250,00
Dari contoh diatas bila diketahui harga pasar saham prioritas sebesar
Rp.9.500,00 maka perhitungan harga pasar setiap saham dilakukan dengan
menggunakan metode proporsional sebagai berikut:

Harga pasar saham biasa Rp. 1.250,00


Harga pasar saham prioritas Rp. 9.500,00
Harga pasar keseluruhan saham Rp.10.750,00

Dengan demikian maka harga saham biasa adalah:


Rp. 1.250,00 x Rp.10.500,00 = Rp.1.220,00
Rp.10.750,00
Harga saham prioritas adalah:
Rp. 9.500,00 x Rp.10.500,00 = Rp.9.280,00
Rp.10.750,00

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa disagio saham biasa sebesar


Rp.30,00 dan disagio saham prioritas sebesar Rp.500,00. Jurnal untuk mencatat
transaksi penjualan atau unit saham sebagai berikut:

Kas Rp.10.500,00
Disagio saham biasa Rp. 30,00
Disagio saham prioritas Rp. 720,00
Modal saham biasa Rp. 1.250,00
Modal saham prioritas Rp.10.000,00

 PERTUKARAN SAHAM DENGAN AKTIVA SELAIN KAS


Kadang – kadang modal saham dikeluarkan dengan menerima aktiva (selain
dari kas). Dalam keadaan seperti ini besarnya jumlah yang akan di catat dalam
rekening modal rekening aktiva didasarkan pada yang lebih muda ditentukan dari:
(a) Harga pasar saham yang di keluarkan
(b) Nilai wajar aktiva tang diterima
PSAK No.21 paragraf 13 (f) menyatakan bahwa saham dicatat berdasarkan nilai
wajar aktiva bukan kas yang diterima (butir b). Apabila kedua penilaian diatas
tidak dapat ditentukan,biaasanya dilakukan terhadap aktiva yang diterima.
Penilaian ini bisa juga dilakukan oleh pimpinan perusahaan. Kecendrungan yang
sering terjadi jika penilaian dilakukan oleh pimpinan perusahaan aadalah
menghindari adanya disagio saham,sehingga aktiva dan modal saham akan dicatat
terlalu besar maka modal saham itu disebut “watered”. Tetapi jika dicatat terlalu
kecil maka neraca yang disusun mengandung “cadangan rahasia”.

Contoh :
PT Risa Fadila menerbitkan 10.000 lembar saham nominal Rp.1.000,00 per
lembar dan ditukar dengan sebuah gedung.
maka:
1. Apabila harga pasar saham tidak diketahui,tetapi harga pasar gedung
diketahui sebesar Rp 15.000.000,00,maka jurnal yang dibuat adalah :

Gedung Rp.15.000.000,00
Modal saham Rp.10.000.000,00
Agio saham Rp. 5.000.000,00

2. Apabila harga pasar gedung tidak di ketahui tetapi harga pasar saham
diketahui sebesar Rp.14.000.000,00,maka jurnalnya adalah :

Gedung Rp.14.000.000,00
Modal saham Rp.10.000.000,00
Agio saham Rp. 4.000.000,00

3. Apabila harga pasar saham dan bangunan keduanya tidak di ketahui dan
pimpinan perusahaan menetapkan harga perolehaan bangunan sebesar
Rp.12.500.000,00,maka jurnalnya adalah :
Gedung Rp.12.500.000,00
Modal saham Rp.10.000.000,00
Agio saham Rp. 2.500.000,00

 BONUS YANG BERUPA SAHAM


Agar penjualan obligasi atau saham prioritas bisa menarik pembeli,kadang –
kadang diberikan sahm biasa sebagai bonus. Misalnya dalam penjualan 10 lembar
saham prioritas nominal @ Rp.1.000,00 diberi bonus 1 lembar saham
biasa,nominal Rp.1.000,00. Harga pasar saham prioritas tanpa bonus = Rp.950,00
per lembar. Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai berikut :

Kas Rp.10.000,00
Disagio saham prioritas Rp. 500,00
Disagio saham biasa Rp. 500,00
Modal saham prioritas Rp.10.000,00
Modal saham biasa Rp. 1.000,00

Disagio saham prioritas dan saham biasa di hitung sebagai berikut :


Nilai nominal saham prioritas (10 lembar) Rp.10.000,00
Harga pasar saham prioritas (10 lembar) Rp. 9.500,00
Disagio saham prioritas Rp. 500,00
Harga jual saham prioritas plus bonus Rp 10.000, 00
Harga pasar saham proritas tanpa bonus Rp 9.500,00
Nilai saham biasa Rp. 500,00
Nilai nominal saham biasa Rp. 1.000,00
Disagio saham biasa Rp. 500,00
 PERLAKUAN TERHADAP AGIO ATAU DISAGIO SAHAM YANG
DIJUAL
Dalam hal penjualan saham dengan harga di atas atau di bawah nilai
nominal,maka selisih itu akan dicatat didalam rekening giro atau disagio saham.
Rekening (akun) agio saham dipakai untuk mencatat kelebihan harga di atas nilai
nominalnya sedang rekening disagio saham dipakai untuk mencatat kekurangan
harga dari nilai nominal saham. Rekening – rekening agio atau disagio saham
adalah rekening yang menunjukan modal yang disetor dari pemegang saham,oleh
karena itu selama saham – saham tersebut masih beredar maka rekening itu juga
akan nampak dalam neraca. Didalam neraca rekening agio saham merupakan
pengurangan terhadap rekening modal saham. Apabila saham yang beredar
ditarik,maka rekening agio dan disagio saham yang berhubungan dengan saham
tersebut dibatalkan.

 Pungutan Tambahan atas Saham (Assessments)


Dalam suatu keadaan tertentu perusahaan bisa mengadakan pungutan
tambahan kepada para pemegang saham. Pencatatn terhadap pungutan tambahan
ini tergantung pada harga jual saham – saham tersebut. Apabila saham – saham itu
dulu dujual dibawah nominal (dengan disagio) maka pungutan tambahan yang
dikenakan kepada para pemegang saham di catat sebagai berikut :

Kas Rp.xxxx
Disagio saham Rp.xxxx

Rekening disagio saham akan di kredit maksimum sebesar disagio yang


timbul dari penjualan saham. Jika pungutan lebih besar dari pada disagio maka
selisihnya akan dikreditkan kerekening modal pungutan tambahan. Tetapi apabila
penjualan saham dulunya tidak dibawah nominal maka pungutan tadi semuanya
akan dikreditkan kerekening modal pungutan tambahan.
MODAL SAHAM (LANJUTAN)

 KLASIFIKASI MODAL PT
Pada waktu terdirinya PT, modalnya diperoleh dari penjualan saham. Modal
saham ini tecantum dalam akta pendirian perusahaan. walaupun tercantum dalam
akta, perusahaan masih dapat mengubah jumlah modal sahamnya sesudah
perusahaan itu berjalan. Perubahan – perubahan yang mungkin terjadi dalam
modal saham adalah :
 Pembelian kembali saham yang beredar, untuk sementara waktu atau
untuk selamanya.
 Penukaran saham yang beredar dengan jenis saham yang lain
 Emisi saham baru atau penawaran saham kepada umum

Selain modal saham, di dalam PT terdapat juga modal yang lain yaitu laba
tidak dibagi, modal penilaian kembali, dan modal sumbangan. Laba tidak di bagi
merupakan modal yang sumbernya berasal dari dalam perusahaan, yaitu dari laba
usaha yang tidak dibagi sebagai deviden. Modal penilaian kembali merupakan
modal yang timbul dari adanya perubahan nilai aktiva yang diakui dalam buku –
buku. Modal sumbangan merupakan modal yang berasal dari sumbangan yang
diterima perusahaan.

 TREASURY STOCK
Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran
untuk sementara waktu. Perbedaan antara saham yang belum beredar dengan
treasury stock adalah saham yang belum beredar itu merupakan modal saham
yang belum dijual (diedarkan) sedangkan treasury stock merupakan modal saham
yang beredar yang dibeli kembali. Treasury stock yang dijual kembali akan
dikelompokkan kembali dalam modal saham yang beredar. Kadang – kadang
treasury stock diperoleh dari hadiah (sumbangan) atau dari pelunasan utang
Pembelian kembali saham yang beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena
berbagai alasan sebagai berikut :
a) Untuk menaikan harga pasar saham
b) Akan dijual kembali pada karyawan perusahaan
c) Akan dibagikan sebagai deviden.
d) Untuk menukar surat – surat berharga perusahaan lain, dan sebagainya.

 PENCATATAN TRANSAKSI TREASURY STOCK


Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pencatatan transaksi treasury
stock. Pendekatan – pendekatan itu merupakan dasar dari metode pencatatan
treasury stock sebagai berikut :
1) Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran
sebagian saham yang beredar dan metode pencatatannya disebut metode
nilai nominal.
2) Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen
modal yang belum ditentukan penyelesaiannya. Metode pencatatan disebut
metode harga perolehan.

1. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran


sebagian saham yang beredar (metode nilai nominal )
Dengan pandangan ini dianggap bahwa pembelian treasury stock
merupakan pelunasan kembali saham dari pemegang – pemegang saham
tertentu sehingga pemegang saham itu tidak lagi menjadi pemegang saham
perusahaan. apabila treasury stock itu dijual lagi maka penjualannya dianggap
mencari pemegang saham baru.
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dapat dicatat dengan cara :
a) Mendebit rekening modal saham.
b) Mendebit rekening treasury stock dan saldonya dilaporkan mengurangi
modal saham beredar dalam neraca.
Berikut ini diberikan contoh – contoh transaksi – transaksi dan jurnal mencatat
perubahan treasury stock untuk masing – masing metode :

a) Rekening modal saham didebit dengan nilai nominal yang dibeli kembali.

Transaksi Jurnal
2005
penjualan 1.000 lembar saham, Kas Rp1.200.000,00
nominal @ Rp1.000.00 dengan harga Modal saham Rp1.000.000,00
Rp 1. 200,00 per lembar Agiosaham 200.000,00
Laba tahun 2005 sebesar Rp. Laba rugi Rp150.000.00
150.000.00 Laba tidak dibagi Rp150.000.00
2006
Pembelian kembali 100 lembar saham Modal saham Rp100.000.00
dengan harga @ Rp. 1.300.00 agio saham 20.000.00
Laba tidak dibagi 10.000.00
Kas Rp130.000.00
2006
Penjualan kembali 100 lembar yang kas Rp150.000.00
dibeli dengan harga jual @ 1. 500.00 modal saham Rp100.000.00
agio saham 50.000.00
Sesudah penjualan treasury stock Modal
modal saham dalam neraca nampak Modal saham Rp1.000.000.00
sebagai berikut : Agio saham 230.000.00
Laba tidak dibagi 140.000.00
Rp1.370.000.00

Keterangan : Pada tahun 2006, saham yang beredar dibeli dengan harga
Rp.1.300,00. Jika dibandingkan dengan harga jualnya pada tahun 2005
(Rp.1.200,00) maka terdapat selisih sebesar Rp. 100,00 per lembar. Selisih ini (Rp
100,00 x 100 lembar) dianggap sebagai pembagian deviden dan dibebankan pada
rekening agio saham dibatalkan dengan jumlah yang sebanding dengan agio yang
diperoleh pada saat saham tersebut dijual tahun 2005 yaitu sebesar Rp200,00 per
lembar. Penjualan kmbali treasury stock pada tahun 2006 dengan harga Rp
1.500,00 per lembar dicatat dengan cara biasa.

b) Rekening treasury stock didebit dan saldonya dikurangkan pada modal


saham

Transaksi Jurnal
2005
penjualan 1.000 lembar saham, Kas Rp1.200.000,00
nominal @ Rp1.000.00 dengan harga Modal saham Rp1.000.000,00
Rp 1. 200,00 per lembar Agiosaham 200.000,00
Laba tahun 2005 sebesar Rp. Laba rugi Rp150.000.00
150.000.00 Laba tidak dibagi Rp150.000.00
2006 Treasury stock Rp100.000.00
Pembelian kembali 100 lembar saham agio saham 20.000.00
dengan harga @ Rp. 1.300.00 Laba tidak dibagi 10.000.00
Kas Rp130.000.00
2006
Penjualan kembali 100 lembar yang kas Rp150.000.00
dibeli dengan harga jual @ 1. 500.00 treasury stock Rp100.000.00
agio saham 50.000.00
Sesudah penjualan treasury stock Modal
modal saham dalam neraca nampak Modal saham Rp1.000.000.00
sebagai berikut : Agio saham 230.000.00
Laba tidak dibagi 140.000.00
Rp1.370.000.00
Keterangan : Metode b adalah sama dengan metode a, hanya rekening yang
dipakai mencatat pembelian saham sendiri yang berbeda. Dalam metode a, saham
sendiri yang dibeli didebitkan ke rekening modal saham, sedangkan metode b
yang didebit adalah rekening tresury stock. Begitu juga pasa saat penjualan
treasury stock, dalam metode a yang dikredit adalah rekening modal saham,
sedangkan dalam metode b yang dikredit adalah bagian treasury stock.

2. Pembelian treasury stock dianggap sebagai tambahan terhadap elemen


modal yang belum ditentukan penyelesaiiannya ( metode harga
perolehan).

Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif, dan
tidak usah diindetifikasikan dengan elemen – elemen modal yang ada seperti
modal saham atau laba tidak dibagi. Apalagi treasury stock tadi dihentikan
predarannya dalam arti tidak dijual lagi maka saldo rekening ini akan dialokasikan
ke elemen – elemen modal seperti dalam cara 1 (metode a dan b ). Apalagi
treasury stock ini jual lagi, maka penjualan ini dianggap sebagai penyelesaian
terakhir dari saham – saham tersebut. Jadi sesudah diputuskan apakah treasury
stock itu akan dihentikan peredarannya, atau sesudah treasury stock itu dijual
kembali, barulah dapat diketahui akibat dari transaksi treasury stock ini terhadap
elemen – elemen modal yang ada
Transaksi Jurnal
2005
penjualan 1.000 lembar saham, Kas Rp1.200.000,00
nominal @ Rp1.000.00 dengan harga Modal saham Rp1.000.000,00
Rp 1. 200,00 per lembar Agiosaham 200.000,00
Laba tahun 2005 sebesar Rp. Laba rugi Rp150.000.00
150.000.00 Laba tidak dibagi Rp150.000.00
2006 Treasury stock Rp130.000.00
Pembelian kembali 100 lembar saham Kas Rp130.000.00
dengan harga @ Rp. 1.300.00
2006
Penjualan kembali 100 lembar yang kas Rp150.000.00
dibeli dengan harga jual @ 1. 500.00 treasury stock Rp130.000.00
agio saham 20.000.00
Sesudah penjualan treasury stock Modal
modal saham dalam neraca nampak Modal saham Rp1.000.000.00
sebagai berikut : Agio saham 220.000.00
Laba tidak dibagi 150.000.00
Rp1.370.000.00

Keterangan :
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury
stock sebesar harga beli / harga perolehannya. Jika sebelum ada penjualan
treasury stock dibuat neraca, maka treasury stock ini akan mengurangi jumlah
modal sebagai berikut :

Modal saham Rp1.000.000.00


Agio saham 200.000.00
Laba tidak dibagi 150.000.00
Rp1.350.000,00
Treasury stock 130.000,00
Rp.1.220.000,00

Jika treasury stock dijual, ada 2 kemungkinan :


a) Harga jual treasury stock lebih tinggi daripada harga perolehannya.
Selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau rekening tersendiri
yang akan dilaporkan menambah modal yang disetor.
b) Harga jual treasury stock lebih rendah daripada harga perolehannya.
Selisihnya didebitkan ke rekining laba tidak dibagi.

Anda mungkin juga menyukai