Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3 PENGANTAR EKONOMI MAKRO

NAMA : MUKHAMMAD LUDZFI FADLI

PRODI : MANAJEMAN

1. Mengapa dalam jangka pendek kurva penawaran agregat memiliki kemiringan positif, sedangkan
dalam jangka panjang berbentuk vertikal?
Jelaskan dan lengkapi jawaban anda dengan kurva!

Jawab:
Bentuk kurva penawaran agregat berbeda pada jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka
pendek, kurva penawaran memiliki kemiringan yang positif; sementara dalam jangka panjang, kurva
penawaran agregat ini berbentuk vertikal, Untuk lebih jelasnya, silakan Anda perhatikan Gambar
dibawah ini. Sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga dan sumbu horizontal menunjukkan jumlah
output yang ditawarkan. Tampak pada gambar, kurva penawaran agregat jangka panjang berbentuk
vertikal yang disimbolkan oleh LRAS, dan kurva penawaran agregat jangka pendek disimbolkan
dengan SRAS. Hal yang perlu diingat dalam membentuk kurva penawaran (termasuk juga kurva
permintaan) ialah adanya asumsi cateris paribus, yaitu hanya faktor harga yang diizinkan mengalarni
perubahan, sementara faktor Jain diasumsikan tetap. Dalam teori ekonomi, istilah ceteris paribus
digunakan untuk menjelaskan bahwa factor Jainnya diasurnsikan tetap tidak berubah. Dengan
asumsi ini, perbedaan bentuk kurva penawaran agregat jangka pendek dan jangka panjang
mengindikasikan bahwa pengaruh tingkat harga terhadap produksi output perekonomian berbeda
antara jangka pendek dan jangka panjang. Sementara faktor lain yang mernengaruhi penawaran
agregat selain harga diasumsikan konstan.

Sumber BMP ESPA4110 modul 7 hal. 7.3-7.4


2. Selain perubahan tingkat harga, faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi pergeseran kurva
penawaran agregat jangka pendek? Jelaskan dan lengkapi jawaban anda dengan kurva!

Jawab :
Penjelasan tentang pengaruh ekspektasi tingkat harga terhadap pergeseran kurva penawaran jangka
pendek sebenarnya tidak terlepas dari teori kekakuan harga, teori kekakuan upah, dan teori
mispersepsi/ kesalahpaharnan. Ketiga teori ini mengungkapkan bahwa ekspektasi tingkat hargalah
yang pada awalnya akan memengaruhi keputusan produksi perusahaan. Misalnya, pada teori
kekakuan upah, jika perusahaan berekspektasi bahwa tingkat harga di masa mendatang akan tinggi,
maka perusahaan akan mempekerjakan pekerja dengan kontrak upah yang tinggi. Tingginya biaya
tenaga kerja ini akan meningkatkan biaya produksi yang akhirnya mendorong perusahaan untuk
berproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit. Namun, jika ekspektasi harga ini berubah dari
ekspektasi awal, misalnya berupa penetapan ekspektasi harga yang lebih tinggi dari ekspektasi
sebelumnya, beban biaya perusahaan tentu akan makin meningkat karena upah yang harus
dibayarkan kepada karyawannya naik. Alhasil, jumlah produksi perusahaan pun akan mengalami
penurunan, dan kurva penawaran agregat jangka pendek pun bergeser ke kiri. Sebaliknya, jika
ekspektasi harga mengalami penurunan, beban biaya perusahaan tentu juga akan mengalami
penurunan karena upah karyawannya dapat dibayarkan dengan tingkat yang lebih rendah sehingga
output produksi akan terdorong naik, yang ditandai dengan bergesernya kurva penawaran jangka
pendek ke kanan.
Penjelasan tentang pengaruh ekspektasi tingkat harga terhadap pergeseran kurva penawaran jangka
pendek sebenarnya tidak terlepas dari teori kekakuan harga, teori kekakuan upah, dan teori
mispersepsi/ kesalahpaharnan. Ketiga teori ini mengungkapkan bahwa ekspektasi tingkat hargalah
yang pada awalnya akan memengaruhi keputusan produksi perusahaan. Misalnya, pada teori
kekakuan upah,jika perusahaan berekspektasi bahwa tingkat harga di masa mendatang akan
tinggi,maka perusahaan akan mempekerjakan pekerja dengan kontrak upah yang tinggi. Tingginya
biaya tenaga kerja ini akan meningkatkan biaya produksi yang akhirnya mendorong perusahaan
untuk berproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit. Namun, jika ekspektasi harga ini berubah dari
ekspektasi awal, misalnya berupa penetapan ekspektasi harga yang lebih tinggi dari ekspektasi
sebelumnya, beban biaya perusahaan tentu akan makin meningkat karena upah yang harus
dibayarkan kepada karyawannya naik. Alhasil, jumlah produksi perusahaan pun akan mengalami
penurunan, dan kurva penawaran agregat jangka pendek pun bergeser ke kiri.Sebaliknya, jika
ekspektasi harga mengalami penurunan, beban biaya perusahaan tentu juga akan mengalami
penurunan karena upah karyawannya dapat dibayarkan dengan tingkat yang lebih rendah sehingga
output produksi akan terdorong naik, yangditandai dengan bergesernya kurva penawaran jangka
pendek ke kanan.

Sumber BMP ESPA4110 modul 7 hal. 7.12-7.13

3. Inflasi pada dasarnya merupakan kenaikan harga secara umum yang disebabkan oleh berbagai hal
dalam perekonomian. Jelaskan kebijakan yang dapat ditempuh oleh Pemerintah untuk mengatasi
inflasi!

Jawab:
➢ Kebijakan moneter.
Menurut jurnal Instrumen Kebijakan Makro ekonomi dalam Memengaruhi Output oleh
Yunisvita, kebijakan ekonomi moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal dan eksternal negara demi mencapai stabilitas ekonomi. Bank
Indonesia selaku bank sentral akan mengatur jumlah uang yang beredar melalui penerapan
cadangan minimum, sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.Dengan begitu, laju inflasi di
Indonesia dapat ditekan.Bank sentral juga akan menekan jumlah uang yang beredar dengan
cara menjualsurat berharga di pasar uang, sehingga uang masyarakat akan masuk ke dalam
bank. Hal itu biasa dilakukan untuk menekan laju inflasi di Indonesia.
➢ Kebijakan fiskal
Mengutip sumber yang sama di atas, kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang
bertujuan untuk mengarahkan perekonomian menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar. Namun, kebijakan fiskal lebih menekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal meliputi
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Kebijakan
pajak ini dapat memengaruhi permintaan total di suatu pasar, sehingga akan memengaruhi
harga setiap barang.Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total terhadap
barang. Dengan adanya kebijakan fiskal, inflasi dapat ditekan melalui penerapan pajak pada
setiap barang yang dijual.
➢ Kebijakan jumlah barang (Output)
Menurut jurnal Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi oleh Tini Utami, kenaikan jumlah barang
atau jasa yang diproduksi (output) dapat mengecilkan laju inflasi. Bertambahnya jumlah
barang atau jasa didalam suatu negara cenderung akan menurunkan harga barang secara
signifikan. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk, sehingga impor barang akan cenderung meningkat.

Sumber : https://kumparan.com/kabar-harian/3-kebijakan-pemerintahuntukmengurangi-
inflasi-1x6NLk4LjyZ/full

4. Siklus bisnis merupakan pasang surutnya kegiatan ekonomi selama pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang. Jelaskan konsep siklus bisnis yang disebabkan oleh pergerakan kurva permintaan
agregat !

Jawab:
Faktor penyebab terjadinya pergeseran tiba-tiba dari permintaan agregat dan penawaran agregat
dapat dikelompokkan atas dua kategori, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang dimaksud
dengan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar sistem ekonorni yang memengaruhi
shock pada permintaan dan penawaran magregat. Misalnya faktor keamanan seperti perang, faktor
politik seperti pemilihan umum, dan kenaikan tingkat harga minyak dunia. Di sisi lain, yang dimaksud
dengan faktor internal adalah faktor yang menjadi bagian dari sistem ekonomi, misalnya kebijakan
ekspansi dan kontraksi pemerintah yang berkontribusi terhadap penciptaan siklus ekonomi.
Misalnya kebijakan melonggarkan kredit yang pada akhirnya mendorong penurunan perekonomian
yang tidak dapat dihindari. Siklus ekonomi yang didorong oleh faktor internal dikenal juga dengan
sebutan selfgenerating business cycle.

Sumber : BMP ESPA4110 modul 8 hal 8.41

Anda mungkin juga menyukai