Anda di halaman 1dari 24

Studi Kasus

PRUDENTIAL INDONESIA: PELUANG DI TENGAH TANTANGAN FINANCIAL ILLITERACY


The 6th Master Journey in Management
Depok, 25 April 2013

MRC-Management Research Center Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Kampus UI, Depok, Jawa Barat. Telp: +6221-7272425 ext.503. Fax: +6221-7863556. Email: mrc.icbmr@gmail.com

Hak cipta 2013 Team Penulis Kasus Prudential, MRC-Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia). Tidak ada bagian terbitan ini yang bisa digandakan untuk kepentingan di luar The 6 th MJM 2013.

Pendahuluan

Prudential sangat peduli dengan perwujudan masyarakat yang sadar keuangan. Termasuk di dalamnya perempuan mandiri yang mampu mengelola manajemen keuangan keluarga. Lewat edukasi financial literacy, kami membuka akses seluas-luasnya untuk berbagi pengetahuan dan dasar pengelolaan keuangan agar dapat mendukung keluarga Indonesia meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. William Kuan, Presiden Direktur Prudential Indonesia1

Hari itu di penghujung tahun 2012, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) menggelar lokakarya financial literacy di Jakarta. Program yang mendapat dukungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tersebut diikuti oleh peserta perempuan. Program ini adalah bagian penting dari program Tanggung Jawab Sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau CSR) yang tengah digalakkan Prudential Indonesia. Dalam konteks industri keuangan, tipikal konsumen di emerging markets memiliki tingkat pemahaman dan adopsi yang rendah terhadap produk-produk finansial, termasuk di dalamnya produk asuransi. Karena itu dikhawatirkan besarnya potensi pasar asuransi di emerging markets menjadi tidak bermakna jika kesadaran finansial masyarakatnya rendah. Inilah logika yang menjadi dasar keputusan Prudential Indonesia untuk menjadikan edukasi financial literacy sebagai program CSR mereka.

www.prudential.co.id, 3.000 Perempuan Indonesia Ikuti Pelatihan Mengelola Dana dari Prudential , 12 Desember 2012, http://www.prudential.co.id/corp/prudential_in_id/header/press/pressreleases/2012/20121212.html, diakses tanggal 15 Maret 2013

MJM Case-study team mempersiapkan kasus ini di bawah pengawasan MRC Departemen Manajemen FEUI dan team dari PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dengan tujuan untuk dijadikan manual penulisan business plan pada kompetisi The 6th MJM 2013. Kasus ini tidak bermaksud untuk dijadikan rujukan atau rekomendasi, sumber data primer atau ilustrasi penggunaan strategi yang tepat atau kurang tepat di dalam suatu situasi manajerial. Para penulis mungkin sudah menyamarkan beberapa nama dan informasi untuk melindungi kerahasiaan perusahaan. Dilarang memfoto-copy, mereproduksi, atau mengubah isi tanpa izin tertulis dari penulis, team The 6 th MJM 2013 dan PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia).

Selain menyasar perempuan lewat program financial literacy, Prudential juga menyasar dua segmen lain, yaitu anak-anak dan UKM. Program edukasi finansial bagi anak-anak usia 7 sampai 12 tahun dinamakan Cha-Ching Money-Smart Kids. Program ini memiliki empat konsep pengaturan keuangan pada anak-anak, yaitu memperoleh (earn), menyimpan (save), membelanjakan (spend), dan menyumbangkan (donate) disertai karakter lucu dan menarik Bobby, Charity, Justin, Prudence, Zul, dan Pepper. Sementara untuk masyarakat berpenghasilan rendah, diselenggarakan pelatihan pengelolaan keuangan yang bekerjasama dengan Yayasan Mercy Corps Indonesia (YMCI). Konsep yang diajukan adalah pengelolaan keuangan sederhana untuk memaksimalkan penggunaan pendapatan. Kinerja Prudential sendiri sangat baik dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat hingga awal 2013, agen pemasaran Prudential Indonesia mendominasi total jumlah agen asuransi di Indonesia dengan porsi 56 persen atau sekitar 143.000 agen. Sementara total karyawan Prudential Indonesia berjumlah 1500 orang. Pada tahun 2011, Prudential Indonesia mencatat kenaikan laba bersih 13 persen menjadi Rp 2,1 triliun. Hal ini seiring dengan total pendapatan premi yang naik 47 persen menjadi Rp 14,8 triliun dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp 10 triliun. Kenaikan premi tersebut didukung terutama oleh premi bisnis baru yang naik 63 persen dan menyumbang Rp 7,9 triliun dari total pendapatan. Sementara premi syariah dan premi baru syariah masing-masing menyumbang pendapatan Rp 1,7 triliun dan Rp 850 miliar.2 Prudential Indonesia berencana menggelar lebih banyak lagi program edukasi financial literacy kepada masyarakat. Karena itu perlu diidentifikasi segmen masyarakat mana lagi selain perempuan, anak-anak dan masyarakat berpenghasilan rendah, yang perlu dilibatkan dalam program ini. Yang tidak kalah penting, perlu dirancang program edukasi financial literacy yang lebih inovatif, disesuaikan dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Cakupan program ini juga harus dipikirkan, mengingat begitu luasnya Indonesia sementara wilayah operasi Prudential masih terbatas. Prudential Indonesia berharap program edukasi financial literacy dapat dikembangkan menjadi program unggulan CSR perusahaan, yang secara tidak langsung memberi kontribusi pada pertumbuhan bisnis perusahaan dalam jangka panjang. .

Tentang Prudential Indonesia


Prudential Inc merupakan salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia yang memiliki kantor perusahaan di seluruh dunia. Prudential pertama kali didirikan pada tanggal 30 Mei 1848 di Hatton Garden, London, Inggris. Perusahaan ini didirikan dengan nama Prudential Mutual Assurance Investment and Loan Association dengan bisnis inti asuransi jiwa dan pinjaman bagi kelas ekonomi menengah di Inggris saat itu. Kemudian pada tahun 1995, Prudential mendirikan kantor perusahaan
2

Metta Pranata, Premi Moncer, Prudential Cetak Laba Rp 2 Triliun, Kamis, 19 April 2012, http://finance.detik.com/read/2012/04/19/181259/1896713/5/premi-moncer-prudential-cetak-laba-rp-2triliun, diakses tanggal 20 Maret 2013

di Indonesia. Tepatnya pada bulan November 1995, Prudential masuk ke Indonesia melalui merger dengan Bank Bali Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama Prudential BancBali Life Assurance (PBBL). Setahun kemudian, Oktober 1996, PBBL mendirikan kantor pemasarannya untuk pertama kali yang terletak di Artha Graha building. Selang 2 tahun kemudian,tepatnya di bulan April 1998, PBBL mengeluarkan produk unit link premi tunggal yaitu PRUlink investor account dan menjadikan PBBL sebagai pelopor produk ini di pasar Indonesia. Produk ini kemudian menjadi sangat populer, sehingga PBBL mengeluarkan produk unit link yang kedua di bulan Juli tahun 2000. Dengan pertumbuhan yang semakin meningkat, PBBL pun kemudian melakukan strategi pasar yaitu mengakuisisi Allstate untuk dikembangkan lebih lanjut, termasuk operasinya di Indonesia dengan cara melakukan merger Allstate ke dalam PBBL. Pada bulan Mei 2001, PBBL membuka Prudential Center di daerah Thamrin, sekaligus meluncurkan corporatewebsite di waktu yang sama. Masih pada tahun yang sama, PBBL merubah namanya menjadi PT Prudential Life Assurance, seiring dengan komposisi kepemilikannya yang baru. Pada tahun 2002, seiring dengan performanya yang semakin bagus, Prudential akhirnya menerima penghargaan sebagai Perusahaan Asuransi terbaik 2002 dari Majalah Info Bank dan Majalah Investor. Pada tahun 2003, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) bekerjasama dengan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) mewujudkan sumbangsih Prudential Indonesia kepada Penyembuhan Pasien Kanker Anak. Tahun 2004 adalah tahun gugatan bagi PT Prudential Life Assurance (Prudential). Pada tahun ini, Prudential harus jatuh bangun menghadapi serangkaian gugatan dan permohonan pailit. Berdasarkan informasi dari Hukumonline, setidaknya terdapat kurang dari empat permohonan pailit plus gugatan perdata terhadap prudential. Yang paling menohok tentunya permohonan pailit yang diajukan Lee Bon Siong, WN Malaysia yang pernah menjadi agen Prudential ke pengadilan niaga. Permohonan tersebut berbuntut dengan pailitnya Prudential yang termasuk kedalam top five insurance di Indonesia. Namun, kepailitan Prudential tidak berlangsung lama karena Mahkamah Agung, tak sampai 30 hari membatalkan putusan pengadilan niaga. Setelah perkara Lee beres, selanjutnya Prudential masih menuai permohonan pailit dan gugatan perdata. Giliran pemegang polis dan pihak yang terlibat dalam proses kepailitan yang mengajukan pailit. Namun, tiga permohonan pailit tersebut kandas di pengadilan niaga. Sementara untuk gugatan perdata dikabarkan prosesnya masih berjalan di pengadilan negeri. Kasus kepailitan Prudential, diduga kuat menjadi pendorong diamandemennya Undang-Undang Kepailitan. Undang-Undang No.37/2004 tentang Kepailitan mensyaratkan permohonan pailit terhadap perusahaan asuransi hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan, tidak boleh sembarang pihak.

Pada tahun 2005, Prudential menerbitkan 2 produk dan layanan baru yaitu PRUlink fixed pay dan kartu prudential. Selang 4 tahun kemudian, kantor pusat Prudential Indonesia berpindah lokasi ke Prudential Tower yang terletak di Jl. Jend. Sudirman Kav. 79. Pada tahun 2006, berdirilah PRUvision Agency sebagai salah satu dari agency Prudential yang berlokasi di Jakarta dengan berkantor di Gedung baru UOB Plaza, Jalan thamrin yang merupakan agency no 1 di Indonesia. Kemudian pada tahun 2007, dengan melihat potensi perkembangan pasar yang besar serta mendengarkan kebutuhan konsumen untuk mendapatkan proteksi jiwa yang didasari oleh prinsip-prinsip syariah, maka Prudential mengembangkan unit bisnis syariahnya. Banyak penghargaan telah diterima oleh Prudential di tahun 2008, diantaranya yaitu: Asuransi Jiwa Syariah Terbesar dan Teraktif dari Karim Consulting Terbaik dalam kualitas pelayanan dari Majalah Marketing Asuransi Jiwa dengan Pencitraan Perusahaan Terbaik melalui survey oleh Majalah BusinessWeek Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik dalam kategori asset di atas Rp. 7,5 triliun dari Majalah Investor Nilai Sangat Baik dan Peringkat teratas dalam kategori perusahaan asuransi dengan premi bruto di atas Rp 1 triliun dari Majalah InfoBank Anugerah TokohFinansial Indonesia dari kategori industry asuransi tahun 2008 kepada Presiden Direktur Prudential Indonesia, Bapak Kevin Holmgren. Service Excellence sebagai Perusahaan Asuransi dengan Layanan Terbaik dari Mark Plus & Co.

Mengikuti jejak tahun sebelumnya, di tahun 2009 pun, Prudential kembali diberikan penghargaan atas kinerjanya yang semakin baik dari tahun ke tahun. Beberapa penghargaan yang diterima pada tahun 2009 diantaranya adalah:

Service Quality Award 2009 atas pencapaian nilai Terbaik dalam meraih kepuasan pelanggan berdasarkan survey ISSI 2009, dari Majalah Marketing. Investor Award 2009 sebagai Perusahaan Asuransi JiwaTerbaik untuk kategori aset di atas Rp 7,5triliun, dari Majalah Investor. Star Performer Award 2009 sebagai peraih penghargaan Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik versi Majalah Investor selama 7 (tujuh) tahun berturut-turut, dari Majalah Investor. Indonesia Best Brand Award 2009 sebagai peringkat teratas dalam survey penilaian nilai merek (brand value) kategori Asuransi Jiwa, dari Majalah SWA sembada. Indonesias Most Admired Company 2009 atas pencapaian nilai Terbaik dalam kategori Perusahaan Asuransi Jiwa Yang Berhasil Membangun dan Mengelola Citra Perusahaan, dari Majalah BusinessWeek.
5

Islamic Financial Award & Cup 2009 untuk peringkat teratas dalam kategori Asuransi Jiwa Cabang Syariah dengan Pengelolaan Risiko Yang Paling Baik dan kategori Asuransi Jiwa Cabang Syariah Yang Paling Ekspansif. Readers Choice Award 2009 dari Majalah Mother & Baby. Penghargaan ini merupakan hasil survei yang dilakukan terhadap para pembaca majalah Mother & Baby dalam edisi Mei-Juli 2009 mereka. Global Service Index Awards 2009 dari lembaga riset jasa layanan, OmniTouch International, kepada pelayanan yang diberikan perusahaan, khususnya melalui bagian Contact Centre Prudential Indonesia, Terbaik dalam Mengaplikasikan Standar Industri untuk IVR (Interactive Voice Response-layanan telepon khusus nasabah) Penghargaan khusus dari Majalah Investor dalam acara "Best Syariah 2009". Penghargaan khusus tersebut diberikan atas kinerja Prudential yang mampu membukukan pertumbuhan premi syariah terbesar dalam tempo singkat. Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) 2009 untuk kategori asuransi jiwa. Penghargaan ini diberikan pada perusahaan yang mampu memberikan kepuasan pelanggan terbaik yang diukur melalui survei yang diselenggarakan oleh majalah SWA bekerjasama dengan lembaga riset Frontier Consulting Group. Marketing Award 2009 sebagai Perusahaan Yang Mampu Mengarahkan Pasar diberikan oleh Majalah Marketing.

Kemudian, sebagai bentuk apresiasi atas kepercayaan lebih dari 1.000.000 nasabah di Indonesia, maka Prudential mengadakan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada tahun 2010 yang dinamakan dengan charity walk. Persaingan di industri asuransi yang semakin ketat mengakibatkan Prudential perlu untuk melakukan inovasi dalam produknya. Sehingga pada tahun 2011, Prudential menerbitkan dua jenis produk PRUearly stage crisis cover, perlindungan terhadap penyakit kritis sejak tahap awal, dan PRUhospital friends yang membantu nasabah ketika harus menjalani rawat inap di rumah sakit Berdasarkan data pada tanggal 30 September 2012, Prudential Indonesia telah memiliki kantor pusat di Jakarta dengan enam kantor pemasaran di Medan, Surabaya, Bandung, Denpasar, Batam dan Semarang dan 280 kantor keagenan (termasuk di Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta, Batam dan Bali). Prudential Indonesia memiliki lebih dari 140.000 jaringan tenaga pemasaran berlisensi yang melayani lebih dari 1,6 juta nasabah.

Kinerja Keuangan Prudential Indonesia


Prudential mampu memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menghasilkan kinerja yang unggul. Hal ini terbukti dengan diraihnya beberapa penghargaan atau award. Salah satunya adalah pada acara Investor Award, The Best Insurance Companies 2012,

Prudential Indonesia meraih posisi terbaik untuk kategori aset di atas Rp 15 triliun pada kelompok asuransi jiwa. Di acara yang sama, Prudential Indonesia kembali mendapatkan Star Award sebagai asuransi Jiwa yang berhasil mempertahankan posisi terbaik selama 10 tahun berturut-turut. Pada kuartal ketiga tahun 2012, Prudential mencatatkan total premi bisnis baru sebesar Rp 7,7 triliun, meningkat 28 persen dibanding perolehan premi pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini memperkuat basis nasabah Prudential Indonesia yang menjadikan total nasabah menjadi lebih dari 1,6 juta orang. Di periode tersebut, Prudential Indonesia juga mencatat peningkatan dana kelolaan hingga Rp 34,4 triliun. Peningkatan tersebut mendorong kenaikan aset perusahaan sebesar 32 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 38,7 triliun. Pertumbuhan aset ini memperkuat kondisi kesehatan keuangan Prudential Indonesia, terlihat dari rasio risk based capital (RBC) yang mencapai 376 persen untuk portfolio konvensional. Prudential Indonesia juga telah membayarkan beban klain sebesar Rp 4,4 triliun kepada nasabah, tumbuh 41,2 persen dari tahun sebelumnya pada periode yang sama. Sementara itu, dari data terakhir di tahun 2011, diperoleh informasi bahwa jumlah nasabah Prudential Indonesia merupakan 16 persen dari total jumlah tertanggung perorangan sebanyak 8,9 juta orang. Perjalanan bisnis Prudential Indonesia mengalami perkembangan yang terus menunjukkan peningkatan. Statistik menunjukkan bahwa aset perusahaan setiap tahun rata-rata tumbuh 40 persen dalam lima tahun terakhir. Hingga kuartal ketiga tahun 2012, total aset Prudential Indonesia mencapai Rp 38 triliun. Selain itu, perusahaan mampu membukukan laba setelah pajak tahun 2011 sebesar Rp 2,6 milyar atau naik 13 persen dibandingkan dengan tahun 2010. Begitu pula halnya dengan pendapatan premi Prudential Indonesia yang dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Statistik lima tahun terakhir menunjukkan bahwa rata-rata premi Prudential naik sebesar 30 persen. Jumlah dana investasi atau dana kelolaan Prudential Indonesia pada kuartal ketiga tahun 2012 mencapai Rp 34,3 triliun atau mengalami kenaikan 32 persen dibandingkan tahun 2011. Tingkat risk based capital Prudential selalu berada di atas batas minimum 120 persen. Rasio tertinggi diperoleh pada tahun 2010 mencapai 766 persen3.

Profil Indonesia
Republik Indonesia (Indonesia) merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia karena negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara ini memiliki pulau sebanyak 13.487 buah. Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tahun 2013 penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun.

Laporan Keuangan Prudential Indonesia 2005-2011.

Komposisi penduduk menurut BKKBN adalah 28,87 persen merupakan usia sekolah dan balita, angkatan kerja 63,54 persen, dan lansia (lanjut usia) mencapai 7,59 persen.4 Data bulan Agustus 2012 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia saat itu mencapai 118 juta orang, dimana jumlah penduduk yang bekerja pada periode itu sekitar 110,8 juta orang. Dengan demikian, masih ada 7,2 juta orang yang menganggur atau sekitar 6,14 persen dari angkatan kerja. Padahal, setiap tahun sekitar 2,5 juta orang masuk ke bursa pencari kerja baru.5 Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi dan berkualitas mutlak diperlukan untuk mengatasi tingkat pengangguran yang ada dan menampung angkatan kerja baru. Dari survey BPS 2012, tingkat pendidikan kepala rumah tangga tidak miskin yang mengeyam hingga universitas berjumlah 8 persen, SMA 23 persen, SMP 15 persen, SD 29 persen, sisanya tidak tamat sekolah. Sedangkan survey di rumah tangga miskin, tingkat pendidikan kepala rumah tangga terbesar yaitu 45 persen adalah tidak tamat sekolah. Tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari besarnya angka kematian bayi dan usia harapan hidup penduduknya. Di Indonesia, data tahun 2010 menunjukkan tingkat kematian bayi per 1000 bayi di Indonesia berjumlah 25persen, sedangkan usia harapan hidup berkisar 70 tahun6. Bila dibandingkan dengan negara ASEAN, angka harapan hidup di Thailand mencapai 73 tahun, Malaysia 73 tahun dan Singapura 80 tahun. Cina yang diklaim sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia memiliki angka harapan hidup 72 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara ratarata 25persen penduduk Indonesia mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan. Dalam hal pengobatan, 65persen penduduk Indonesia masih cenderung mengobati sendiri jika sakit.7 Jumlah ini ditunjukkan secara konsisten sejak tahun 1998 hingga 2011. Alokasi biaya kesehatan penduduk baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan 3persen dari pengeluaran rata-rata per kapita sebulannya. Untuk pengeluaran pajak dan premi asuransi penduduk di daerah perkotaan secara rata-rata 2,8persen , sedangkan di daerah pedesaan 0,97persen.8 Kinerja perekonomian Indonesia beberapa tahun ini mendapat banyak pengakuan dari berbagai pihak. Pasalnya, di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika, perekonomian Indonesia tetap tumbuh relatif tinggi dan stabil. Banyak negara lain, termasuk China dan India, yang mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun ini rata- rata di atas 6 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 ditargetkan sebesar 6,8 persen,

Fitri Syarifah, BKKBN: Tahun Ini Penduduk Indonesia Capai 250 juta jiwa, 25 Februari 2013, http://health.liputan6.com/read/521272/bkkbn-tahun-ini-penduduk-indonesia-capai-250-juta-jiwa, diakses 20 Maret 2013. 5 Erlangga Djumena, Pertumbuhan RI Memukau, Pemerataan Menjauh , 18 Desember 2012, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/18/07441261/Pertumbuhan.Ekonomi.RI.Memukau.Pemera taan.Menjauh, diakses 20 Maret 2013. 6 Statistik Indonesia 2012, Publikasi BPS, www.bps.go.id, diakses 20 Maret 2013. 7 Indikator Kesehatan Indonesia 1998-2011, www.bps.go.id, diakses 20 Maret 2013. 8 Statistik Indonesia 2012, Publikasi BPS, www.bps.go.id, diakses 20 Maret 2013.

dengan tingkat inflasi terjaga sekitar 5 persen. Nilai tukar rupiah relatif bergerak di sekitar Rp 9.500 per dollar AS. Indeks Harga Saham Gabungan rata-rata berada di kisaran 4.200 poin. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar US$840 miliar. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan bahwa jika perekonomian Indonesia tetap stabil, PDB Indonesia dapat mencapai US$1 triliun pada tahun 2013.9 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) PDB per kapita Indonesia diperkirakan mencapai 3.542,9 dolar AS pada 2011 atau tumbuh 13,8 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung oleh tingginya permintaan domestik yang berasal dari rumah tangga dan investasi. Pada kuartal III tahun 2012, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,68 persen jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 201110. Komponen investasi langsung 10,02 persen untuk perbandingan periode yang sama. Membaiknya persepsi pasar, perbaikan daya beli masyarakat, dan stabilnya kondisi makro ekonomi diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan investasi kuartal mendatang. Sementara itu, Pakar ekonomi dan perbankan Aviliani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 bisa mencapai 6,6 persen jika iklim investasi masih terjaga dengan baik. Menurut Aviliani, seandainya laju investasi tidak bergerak pun pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih menyentuh enam persen karena sektor konsumsi yang cukup tinggi dan dominan, dengan porsi sekitar 65 persen11. Aviliani juga mengatakan bahwa kegiatan keuangan inklusif (financial inclusion), khususnya yang menyasar sektor pertanian yang selama ini kesulitan mengakses perbankan, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Kinerja investasi pada tahun 2012 terus membaik mencapai 10,7persen, dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar 8.8persen. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan kinerja investasi tersebut antara lain optimisme pelaku usaha terhadap perekonomian Indonesia, perbaikan iklim investasi yang tercermin dari survei preferensi negara tujuan investasi (UCTAD), serta tejaganya kestabilan makroekonomi . Pada tahun 2012, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus di tengah meningkatnya tekanan dari meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan. Tekana terutama bersumber dari meningkatnya defisit neraca perdagangan migas akibat melonjaknya konsumsi BBM di dalam negeri serta realokasi gas untuk pemenuhan konsumsi gas di dalam negeri yang lebih besar. Sementara itu, neraca perdagangan non migas masih mengalami surplus meskipun lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga mampu mengimbangi memburuknya neraca perdagangan migas.

Hadi Suprapto, R. Jihad Akbar, 2013, PDB Indonesia US$1 Triliun, 4 Juli 2012, http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/332598-2013--pdb-indonesia-us-1-triliun, diakses 20 Maret 2013. 10 www.setkab.go.id, Ekonomi Indonesia 2012 Tetap Kuat di Tengah Ketidakpastian Global , 14 November 2012, http://www.setkab.go.id/artikel-6342-.html, diakses 20 Maret 2013. 11 www.antarakl.com, Pengamat: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2013 capai 6,6 Persen , 2013, http://www.antarakl.com/index.php/ekonomi-bisnis/2025-pengamat-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2013capai-66-persen, diakses tanggal 20 Maret 2013

Neraca Transaksi Berjalan

Neraca Pedagangan Migas dan Non Migas

Peluang dan Tantangan Pasar


Konsumen di emerging markets umumnya memiliki karakteristik yang mencerminkan evolusi ekionomi yang terjadi di negara-negara tersebut. Salah satunya adalah perubahan perilaku konsumen menjadi lebih konsumtif karena tingkat pendapatan yang naik. Makin konsumtifnya konsumen membuat produk keuangan seperti kredit menjadi populer. Namun demikian, pemahaman mengenai pengelolaan keuangan yang benar belum begitu mereka pahami dengan baik. Akibatnya, masih banyak masyarakat yang memilih menggunakan jasa keuangan informal, seperti lintah darat atau rentenir. Hal ini tercermin dari hasil survei bank dunia di tahun 2010 diketahui bahwa baru 52 persen warga Indonesia yang punya akses terhadap dunia jasa keuangan formal. Hasil survei lain yang dilakukan Bapepam pada April 2012 menyatakan bahwa 82 persen penduduk hanya mengenal produk perbankan dan tidak tahu produk jasa keuangan lain.12 Data lainnya diutarakan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman Darmansyah Hadad yang juga Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. Beliau mengungkapkan bahwa 40 persen dari 250 juta penduduk Indonesia belum mempunyai hubungan dengan lembaga keuangan, seperti bank, asuransi, pasar modal, dan sebagainya. Bahkan, jumlah tabungan Indonesia paling kecil di bandingkan dengan negara lainnya di ASEAN, seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.13 Rendahnya persentase ini merupakan penyebab utama maraknya kasus kejahatan di sektor keuangan. Tren kejahatan di Indonesia terus mengalami peningkatan. Masyarakat yang buta keuangan tersebut menjadi sasaran empuk para pelaku keahatan untuk membohongi calon nasabah, sepertu melalui investasi bodong. Oleh karena itu, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang pentingnya melakukan edukasi ke masyarakat. Menurut salah seorang Anggota Komisi XI DPR, Achsanul Qosasih, selama ini segala kejahatan perbankan seperti mengikuti siklus lima tahunan. Mulai dari
10
12

Adi Agus Santoso, 160 juta WNI Diajak Melek Jasa Keuangan, 31 Januari 2013, http://surabaya.tribunnews.com/2013/01/31/160-juta-wni-diajak-melek-jasakeuangan#sthash.ebXTxnTg.dpbs, diakses 20 Maret 2013. 13 Dodi, Saatnya Indonesia Membuat Program Rakyat Melek Keuangan , 6 Juli 2012, http://www.lingkarjabar.net/2012/07/saatnya-indonesia-membuat-program.html, diakses 20 Maret 2013.

kasus tahun 2003-2004, dan tahun 2008 dimana muncul kasus Century. Dia pun berharap di tahun 2013-2014 tidak terjadi siklus finansial tersebut. Salah satu penyebab berulangnya siklus kejahatan keuangan adalah karena terdapat aturan yang masih belum kuat sehingga memunculkan banyak lubang kejahatan. Pada akhirnya, rakyat yang menjadi korban dan Negara yang akan dituntut oleh rakyatnya.14 Achsanul menjelaskan bahwa untuk memperkuat aturan keuangan, jajaran DPR terutama Komisi XI, telah melakukan tiga reformasi sistem keuangan. Pertama, reformasi macro prudential yang melahirkan tujuh hingga delapan perundang-undangan baru terkait keuangan dan memperbaiki enam Undang-undang (UU) yang ada sejak tahun 2009, yaitu UU Akuntan Publik (AP), UU Transfer Dana, UU Mata Uang, UU Money Laundry, dan UU BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Dengan adanya UU OJK ini, maka konsekuensinya harus ada revisi lima UU, yaitu UU perbankan, UU Bank Sentral, UU Asuransi, UU Pasar Modal, dan UU Dana Pensiun. Dan yang terakhir itu, adanya reformasi protokoler penanganan krisis. Dan induk dari semua reformasi keuangan itu sedang disusunnya UU JPSK (Jaring Pengaman Sektor Keuangan). Sementara itu, salah seorang anggota Dewan Komisioner OJK, Nurhaida, menuturkan bahwa selama ini terjadinya overlapping pengaturan, produk grey area, atau regulatory arbitrage. Contoh produk yang grey area adalah produk surat utang jangka pendek, dimana produk ini sebenarnya bukan merupakan produk pasar modal dan juga bukan produk perbankan. Sedangkan mengenai regulatory arbitrage adalah terkait dengan sesuatu hal yang diatur di dua tempat, tetapi mengaturnya yang berbeda. Menurut Nurhaida, ke depannya, OJK akan mengaturnya dengan jelas. Selain itu, harmonisasi peraturan di sektor keuangan juga menjadi tugas OJK ke depannya. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap jasa keuangan juga tercermin dari Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang menunjukkan bahwa penetrasi jumlah polis asuransi jiwa di Indonesia, khususnya individu, masih rendah, yaitu hanya 3,6 persen dari jumlah populasi penduduk. Jumlah pemegang polis juga masih rendah, yaitu satu persen dari jumlah penduduk. Meski begitu, sebagian orang memiliki delapan hingga sembilan, bahkan hingga 12 polis asuransi, per individu dengan minimal premi Rp 300.000 per bulan dari berbagai perusahaan asuransi. Hingga saat ini, jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia mencapai sekitar 63 juta, dimana 10 juta adalah pemegang polis individual dan 53 juta adalah pemilik polis gabungan. Dalam lima tahun terakhir, kondisi industri asuransi pun mengalami peningkatan 20-30 persen. Karena itu, perkembangan industri asuransi diproyeksikan tetap stabil. Perkiraan ini didukung laporan terbaru Fitch Ratings yang memberikan perkiraan positif untuk sektor asuransi jiwa di Indonesia. Dalam rilis resmi Fitch Media Department tahun 2012, dikatakan bahwa penetrasi asuransi di Indonesia saat ini sebesar 1,7 persen; masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan persentase seupa di AS yang menembus 8,1 persen, 11,8 persen di Inggris dan 4 persen di negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Lembaga pemeringkat itu memperkirakan, meningkatnya
14

11

www.iaiglobal.or.id, DPR: Masyarakat yang Melek Keuangan Cuma 26 persen , 6 November 2012, http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=456, diakses 20 Maret 2013.

persyaratan regulasi, termasuk persyaratan modal minimum ke Rp 70 miliar pada tahun 2012 dan Rp 100 miliar pada tahun 2014, akan mendorong konsolidasi pasar yang lebih ketat. Namun sayangnya, diperkirakan, prospek pertumbuhan industri asuransi di Indonesia masih akan terhambat oleh tingkat transparansi kelembagaan, manajemen risiko yang terbatas.15 Kondisi ini merupakan peluang besar bagi perusahaan asuransi jiwa untuk memperluas pangsa pasarnya. Namun demikian, untuk membuka kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan diri, mereka harus dibekali dengan pemahaman akan pentingnya kesadaran finansial. Semakin tinggi pemahaman seseorang mengenai perencanaan keuangan maka seseorang tersebutakan semakin ketagihan untuk menemukan dan membeli produk keuangan yang bisa memproteksi dirinya juga berinvestasi. Pemahaman yang baik mengenai keuangan dan berbagai produknya membuat seseorang lebih percaya diri untuk berinvestasi dan memproteksi dirinya. Meskipun satu orang bisa memiliki berbagai polis asuransi tidak hanya asuransi jiwa, tapi juga kesehatan, dana pensiun, pendidikan, juga unit link, namun untuk memilih produk keuangan yang tepat, masyarakat perlu menjadi nasabah yang cerdas. Dengan demikian keputusan yang diambil telah disadari sepenuhnya benefit dan konsekuensinya, bukan sekedar mengikuti tren saja.

Program Financial Literacy Prudential Indonesia


Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Jeppelli, terlihat bahwa tingkat perencanaan keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu hanya 3,6 dari total 8 poin dan menempatkan Indonesia di posisi ke 43 dari 55 negara yang diriset.16 Sementara itu, seorang pakar perencana keuangan independen, Prita Ghozie, memaparkan bahwa hanya 24 persen dari masyarakat kelas menengah di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 1 juta orang yang mampu menyisihkan 20 persen penghasilan bulanannya. Sedangkan 12 persennya mengaku tidak menyisakan penghasilannya untuk ditabung.17 Rendahnya kesadaran keuangan juga menjadi tantangan utama di industri asuransi karena hal tersebut berdampak pada rendahnya penetrasi asuransi jiwa di Indonesia. Kontribusi total premi asuransi jiwa terhadap PDB adalah kurang dari 2 persen, dan hanya sekitar 4 persen dari total populasi di Indonesia yang menjadi pemegang polis asuransi jiwa individual. Hal utama dalam menjawab tantangan ini merupakan pengembangan kualitas serta kuantitas dari tenaga pemasaran asuransi jiwa di Indonesia. Kondisi inilah yang melatarbelakangi Prudential Indonesia untuk menjadikan financial literacy sebagai program utama CSR perusahaan.

15

Linda Putri, Fitch Tetapkan Prospek Stabil untuk Sektor Asuransi di 2013, 15 Oktober 2012, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/10/15/132783/Fitch-Tetapkan-Prospek-Stabiluntuk-Sektor-Asuransi-di-2013, diakses 20 Maret 2013. 16 Paulus Yoga, Kesadaran Masyarakat Mengatur Keuangan Bulanan Masih Renda h, Kamis, 31 Maret 2011, http://www.infobanknews.com/2011/03/kesadaran-masyarakat-mengatur-keuangan-bulanan-masih-rendah/, diakses tanggal 19 Maret 2013 17 ibid

12

Prudential Indonesia memiliki tiga program edukasi financial literacy. Pertama, program financial literacy untuk perempuan. Kedua, Cha-Ching Money-Smart Kids yang merupakan program edukasi finansial dasar bagi anak. Dan ketiga, pendidikan pengelolaan keuangan yang berkerjasama dengan Yayasan Mercy Corps Indonesia (YMCI).

Program Financial Literacy untuk Perempuan Program yang diselenggarakan Prudential Indonesia sejak tahun 2009 ini dicetus pertama kali oleh Prudential PLC yang kemudian diaplikasikan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Program financial literacy untuk perempuan merupakan bentuk apresiasi Prudential terhadap perempuan yang memiliki banyak peran di keluarga, sebagai dirinya, ibu, istri, ipar dan lainnya. Alasan Prudential menyasar perempuan dalam program financial literacy menurut Nini Sumohandoyo, Corporate Marketing & Communications Director Prudential Indonesia, adalah walaupun tidak semua perempuan memperoleh penghasilan sendiri, namun perempuan punya peran penting sebagai pembuat keputusan di rumah, termasuk dalam keuangan.18 Prudential Indonesia menyasarpara wanita pengusaha usaha mikro dan informal akan untuk program financial literacy tersebut. Perusahaan memilih untuk menyasar kalangan usaha mikro sektor informal karena menurut Senior Manager-Policy Holder Service Alteration & Revival PT Prudential Indonesia, Yeanne Eka handayani, sektor ini terbukti telah berperan besar dalam membangun pertumbuhan ekonomi di daerah di Indonesia, yang sebagian besar pelaku usahanya kalangan wanita. Upaya untuk mengembangkan kemampuan mereka ini pun sejalan dengan misi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.19 Oleh karena itulah, program edukasi ini memperoleh penghargaan dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, atas komitmen Prudential Indonesia untuk melanjutkan inisiatif, mencerdaskan masyarakat terutama perempuan, agar kualitas hidupnya meningkat. Sejak 2009, total sudah lebih dari 4.000 perempuan teredukasi mengenai perencanaan keuangan melalui program ini. Selama penyelenggaraannya, Prudential Indonesia telah membagi tips mengenai perencanaan dan pengelolaan keuangan kepada para perempuan pengusaha sektor informal di delapan kota di Indonesia agar mereka dapat memiliki kehidupan yang lebih baik. Selama tahun 2011, Prudential Indonesia berhasil mengunjungi enam kota, dengan jumlah perempuan peserta pelatihan mencapai 1.800 orang, meningkat dari tahun 2010 yang hanya dapat menjaring 1.500 peserta.

18

Wardah Fazriyati. Mengajak Perempuan Melek Finansial, Selasa, 6 Desember 2011, http://female.kompas.com/read/2011/12/06/13363137/Mengajak.Perempuan.Melek.Finansial, diakses tanggal 17 Maret 2013 19 Rohmat, Prudential Targetkan 1.500 Wanita Pengusaha UMKM Melek Finansial , Rabu, 20 Juli 2011, http://economy.okezone.com/read/2011/07/20/320/482205/prudential-targetkan-1-500-wanita-pengusahaumkm-melek-finansial, diakses tanggal 17 Maret 2013

13

Sementara itu, program Financial Literacy Prudential Indonesia pada tahun 2012 bertajuk Tips Mengelola Dana untuk Perempuan diselenggarakan sebanyak 14 sesi pelatihan di enam kota besar Indonesia dengan dukungan penuh dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Program yang diadakan di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, dan Jakarta ini diikuti oleh sebanyak 3.242 peserta. Peserta merupakan perempuan pengusaha sektor informal yang berasal dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Masyarakat Desa Wisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang merupakan organisasi binaan dari KPP-PA dan Kemenparekraf. Demografi peserta adalah sebagai berikut: usia : 20-55 tahun; pekerjaan : pedagang, pengrajin, petani, buruh, guru honorer, pelajar dan ibu rumah tangga; pendidikan : SD SMA; dan pendapatan: Rp 500.000 Rp 2.000.000. Pada dasarnya, tujuan seminar financial literacy ini adalah untuk membuka mata dan membangkitkan motivasi peserta untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Dengan menghadiri seminar tersebut, peserta diharapkan dapat memahami pentingnya tabungan dan menyadari perbedaan antara kebutuhan versus keinginan (needs vs wants). Tabel 1 menunjukkan 10 topik yang dibahas dalam seminar, beserta pemahaman peserta terdapat topik tersebut dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 1. Topik-topik Seminar Financial Literacy Topik 1. Perencanaan: kebutuhan vs keinginan Pemahaman Ide ini sangat dipahami, terutama terkait dengan perencanaan pendidikan anak Tidak terlalu paham, tidak familiar dengan istilah ini Aplikasi Belum diaplikasikan secara tepat

2. Setelah menerima gaji: rekening aktif vs pasif

3. Membayar cicilan atau pinjamanmaksimal 30 persen dari penghasilan

Tidak ada peserta yang mengetahui nilai maksimal 30 persen dari penghasilan, namun mereka menyadari pentingnya tidak memperoleh pinjaman dari rentenir

Hanya sedikit perempuan yang memiliki rekening aktif dan pasif. Beberapa malah sama sekali tidak memiliki rekening di bank Mereka sudah berupaya untuk tidak meminjam, terutama untuk pinjaman kosumtif: pakaian, elektronik, dan meminjam untuk membeli motor yang mereka butuhkan untuk menjalankan bisnis mereka

14

Topik 4. Tabungan: 10 20 persen penghasilan

Pemahaman Besarnya persentase tidak diingat, namun mereka semua tahu bahwa mereka harus menyisihkan sebagian pendapatan ke dalam tabungan sebelum dibelanjakan Dipahami secara samarsamar Dipahami dengan jelas

5. Menyisihkan 5 persen untuk dana darurat 6. Membayar biaya bulanan (kebutuhan bukan keinginan) 7. Jika ada kelebihan uang, beli asuransi, tabung atau invest

Paham dan terinspirasi

8. Jika memperoleh THR/ bonus/ warisan 9. Mengawasi pengeluaran sesuai rencana 10. Disiplin

Paham namun kurang relevan Perencanaan tidak dipahami sepenuhnya Dipahami

Aplikasi Sebagian besar telah menyisihkan uang yang mereka anggap sebagai tabungan. Namun hal ini bukan berarti simpanan untuk masa depan, dimana bisa saja digunakan untuk kebutuhan jangka pendek Mereka cenderung menyatukannya dengan tabungan atau simpanan Telah dipraktekkan. Mereka sudah menjadikan ini sebagai prioritas utama Belum benar-benar dipraktekkan: beberapa tidak memiliki kelebihan uang Beberapa kasus di masingmasing kota dimana mereka menempatkan kembali uangnya ke dalam bisnis sehingga bisnis mereka bertumbuh Beberapa menginvestasikan uangnya di emas Belum benar-benar dipraktekkan Karenanya, hal ini belum pernah dipraktekkan secara tepat Namun tidak sepenuhnya dipraktekkan. Mereka yang belum pernah mempraktekkan tips ini adalah mereka yang memiliki masalah disiplin, termasuk dalam membesarkan anak mereka
15

Sumber: Prudential Indonesia

Cha-Ching Money-Smart Kids Program financial literacy yang kedua adalah Cha-Ching Money-Smart Kids, yaitu program edukasi animasi musikal pertama di Indonesia, bahkan di Asia, yang bertujuan untuk membantu orang tua dalam mengajarkan pentingnya pengelolaan uang bagi anak. Program yang secara resmi diluncurkan oleh Prudential Indonesia pada tanggal 19 Oktober 2012 ini menyasar anak-anak usia 7-12 tahun dengan memperkenalkan empat konsep utama, yaitu: menghasilkan (earn), menabung (save), membelanjakan (spend) dan menyumbangkan (donate). Website Cha-Ching juga telah tersedia dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, di www.chaching.co.id. Inisiatif Prudential Indonesia untuk meluncurkan program ini didasari oleh kebutuhan yang semakin tinggi akan pengetahuan pengelolaan keuangan sejak dini bagi anak-anak seiring dengan semakin tingginya tingkat persaingan baik di sekolah maupun di dunia kerja, yang menuntut anak-anak Indonesia untuk semakin terampil dalam hal-hal mendasar seperti pengetahuan pengaturan keuangan yang baik. Hal yang melatarbelakangi Prudential Indonesia untuk memberikan edukasi keuangan pada anakanak adalah karena berdasarkan survei yang dilakukan Prudential di tujuh negara di Asia (Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam), menunjukan bahwa 61 persen dari orang tua di Indonesia menyatakan bahwa mereka mempunyai keahlian yang baik/sangat baik terhadap pengelolaan keuangan, dan hampir seluruh dari orang tua di Indonesia (92 persen) menginginkan anaknya untuk mempunyai pengetahuan mengatur keuangan yang baik, namun hanya 8 persen dari mereka yang merasa anaknya betul-betul mempunyai pengetahuan dalam mengatur keuangan. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan rata-rata negara di Asia (13 persen). Survei yang dilakukan untuk mengetahui perspektif orang tua terhadap pengetahuan anak-anak dalam mengatur keuangan ini juga menyatakan bahwa mayoritas dari orang tua di Indonesia ingin lebih terlibat lagi dalam mendidik anak untuk mengatur keuangan karena mereka merasa hal ini menjadi bagian tanggung jawab orang tua. Berdasarkan hasil survei ini, hampir seluruh orang tua (95%) mendukung adanya program edukasi mengenai pengaturan keuangan dan lebih memilih televisi dan internet sebagai medium penyampaian. Terlebih lagi, menurut data World Bank tahun 2011, dari 242 juta populasi di Indonesia, sebanyak 27 persen dari jumlah populasi tersebut atau lebih dari 67 juta orang merupakan anak-anak di bawah umur 14 tahun. Dalam 30 tahun ke depan, anak-anak ini akan mencapai usia produktif dan mereka akan mempunyai tanggung jawab finansial yang lebih besar untuk mendukung generasi yang lebih tua dan non-produktif. Menurut William Kuan, perusahaan melihat adanya kebutuhan yang cukup besar bagi anak-anak di Indonesia untuk memahami konsep dasar pengaturan keuangan, karena hasil survei menunjukkan hampir semua anak-anak di Indonesia mempunyai uang jajan, namun sebagian besar dari mereka

16

hanya mengerti cara untuk membelanjakannya (spend). Berangkat dari hal tersebut, Prudential Indonesia berharap Cha-Ching dapat mengambil peranan dalam mendidik anak-anak untuk mengelola keuangan dengan cara yang menyenangkan. Selain itu, hasil survei dari Prudential mengemukakan bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap masing-masing empat konsep utama keuangan (earn, save, spend dan donate) tersebut, terutama untuk konsep menabung. Menurut hasil survei, walaupun 51 persen dari orang tua mengatakan anak-anaknya selalu menyisihkan uangnya untuk ditabung, hanya 17 persen dari anak-anak tersebut yang menabungkan uang mereka. Oleh karena itu, Prudential Indonesia berharap bahwa para orang tua dapat memiliki tools alternatif dalam memperkenalkan empat konsep utama keuangan kepada anak-anak mereka melalui pendekatan edutainment dengan medium animasi musikal yang menarik.

Pendidikan Pengelolaan Keuangan Berkerjasama dengan YMCI Program yang bertajuk Supporting MicroInsurance Learning and Education Program (SMILE) ini merupakan program financial literacy yang bertujuan untuk menyediakan pelatihan mengenai financial literacy dan mensosialisasikan asuransi mikro bagi masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Program ini dilaksanakan dengan membangun pengetahuan mengenai konsep-konsep keuangan penting dalam anggaran, tabungan, manajemen utang, produk investasi, asuransi mikro, dan mendukung pengembangan keahlian dalam membuat keputusan finansial. Program ini dimulai pada Oktober 2012 hingga dua tahun mendatang. Di akhir 2012, pelatihan ini telah berlangsung dalam delapan batch sesi ToT (Training-on-Trainers). Sebagai program awalan, target peserta SMILE berasal dari area Jabodetabek seperti Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan Subang, dan Karawang. Dalam 2,5 bulan pertamanya, SMILE telah berhasil melatih 98 trainers dan lebih dari 8.000 peserta. Target peserta yang mengikuti program ini adalah wanita yang berusia antara 25 sampai 59 tahun. Sebagian besar mereka adalah ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sampingan atau memiliki usaha kecil yang dekat dengan rumah mereka. Usaha tersebut seperti warung, laundry, childcare, catering, sewa kos, dan usaha lainnya yang menghasilkan pendapatan rutin bagi keluarga. Dari program yang sudah terlaksana hingga akhir 2012, 74 persen peserta pelatihan ini adalah wanita. Pekerjaan para peserta ada yang ibu rumah tangga, karyawan, wiraswata, petani, dan buruh harian. Komposisi pekerjaan peserta pelatihan ditunjukkan gambar di bawah ini.

17

Sumber: Data Perusahaan

Komunitas yang telah mengikuti program ini di antaranya Koperasi Sumber Rejeki Baru, Koperasi Mitra Mandiri Karawang, Koperasi Mitra Mandiri Subang, KP Ibu (Hati Kami), LKM Jelambar Baru, dan Nalatiga Kencana Foundation.

Selain menyediakan program-program financial literacy tersebut di atas, Prudential Indonesia juga memandang pentingnya melakukan pengembangan kualitas serta kuantitas dari tenaga pemasarannya sehingga dapat menjadi mitra terbaik dalam melayani kebutuhan perencanaan keuangan masyarakat Indonesia. Untuk itulah, Prudential Indonesia mendirikan PRUsales academy yang menyediakan berbagai model pelatihan dan program pengembangan asuransi. PRUsales academy sebenarnya sudah berdiri sejak 2006 di Jakarta, namun seiring dengan semakin banyaknya tenaga pemasaran yang harus mengikuti pelatihan, maka PRUsales academy dipindahkan ke Prudential Center Kota Kasablanka, Jakarta, yang cukup untuk menampung sampai dengan 1.000 orang per harinya. Hingga saat ini tenaga pemasaran yang sudah dilatih di lokasi baru tersebut mencapai 13.000 per bulan termasuk lisensi bagi lebih dari 2000 tenaga pemasaran per bulannya. Perpindahan PRUsales Academy dilakukan pada tanggal 14 Januari 2013 dan telah diresmikan pada tanggal 18 Maret 2013.

Edukasi Konsumen: Tantangan yang Menciptakan Peluang


Masih rendahnya kesadaran keuangan masyarakat Indonesia yang salah satunya tercermin dari masih rendahnya penetrasi asuransi, telah menjadi tantangan utama di industri asuransi. Prudential Indonesia berupaya menjawab tantangan tersebut dengan menyelenggarakan program-program edukasi financial literacy, terutama untuk perempuan, anak-anak, dan pendidikan, yang dijalankan secara konsisten berkelanjutan. Selain itu, Prudential Indonesia juga mengembangkan kompetensi tenaga pemasarannya sebagai perwujudan komitmen kuat perusahaan dalam memberikan
18

pelayanan terbaik dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat Indonesia melalui tenaga pemasaran yang profesional dan kompeten. Ke depannya, Prudential Indonesia berharap dapat terus memberikan kontribusi terbaik bagi pemberantasan financial illiteracy di Indonesia. Program awal yang telah dijalankan menunjukkan hasil yang positif. Ada indikasi bahwa edukasi financial literacy yang dilakukan Prudential Indonesia mampu meningkatkan pemahaman dan keinginan para peserta untuk bisa mengelola pendapatan mereka dengan lebih baik. Karena itu, program CSR ini perlu diperluas sasarannya, bentuk programnya, serta jangkauannnya. Dilemanya, pengembangan program ini akan membutuhkan tambahan biaya dan sumberdaya yang tidak sedikit, sementara sebagai entitas bisnis, Prudential punya kewajiban untuk tetap mencetak laba. .

Pertanyaan Kasus:

sebagai tim CSR Prudential Indonesia, Anda diminta untuk merancang

strategi edukasi financial literacy yang efektif dan tepat sasaran, disesuaikan dengan sumber daya perusahaan serta memberikan kontribusi bagi sustainability perusahaan. Rancangan program dapat berupa pengembangan atau modifikasi dari program yang sudah ada atau merupakan program yang baru. Program tersebut dapat berupa metode edukasi atau produk yang ditujukan untuk pasar yang sudah ada atau pasar yang baru.

Lampiran 1. Penjelasan Logo Prudential

19

Sumber: Data Perusahaan

Lampiran 2. Gambar Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ibu Linda Amalia Sari Gumelar, S.IP menyampaikan penghargaan kepada Prudential Indonesia

Sumber: Data Perusahaan

Lampiran 3. Testimoni Peserta Program Edukasi Financial Literacy untuk Perempuan Tahun 2012

20

Sumber: Data Perusahaan

Lampiran 4. Rasio Risk-Based Capital (RBC) Prudential Indonesia, 2008 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 5. Pendapatan Premi Prudential Indonesia, 2008 2012 (III)

21 Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 6. Total Aset Prudential Indonesia, 2008 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 7. Pemegang Polis Prudential Indonesia (jumlah nasabah), 2008 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia 22

Lampiran 8. Total Pendapatan Premi Prudential Indonesia (dalam triliun rupiah), 2008 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 9. Dana Kelolaan (triliun rupiah), 2008 2012 (III)

23

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 10. Laba Setelah Pajak (miliar rupiah), 2008 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 11. Kinerja Prudential Indonesia pada 2011 (III) dan 2012 (III)

24 Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Anda mungkin juga menyukai