Anda di halaman 1dari 22

1

BANK WAKAF SEBAGAI LEMBAGA INTERMEDIASI


SOSIAL
(Suatu Inovasi Pemberdayaan Wakaf Tunai Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Umat)

Gustani dan Suhada
Mahasiswa S1 Program Studi Akuntansi Syariah Sekolah
STEI SEBI, Depok, Jawa Barat.
Hp 082118488581
Email : gustani.faez@gmail.com dan mujair0907@yahoo.co.id



ABSTRACT
Wakaf is an Islamic Economic instrument to give people the welfare. Nowadays,
innovation in developing wakaf is continuously made; one of it is cashed wakaf (on the
spot paid wakaf). This paper discusses on a model of developing cashed wakaf
through Bank of wakaf mechanism.
This is a qualitative research method. The research is to explore a happening
phenomenon by mixing the concept of operating wakaf institution as a social and
religious institution.
Bank of wakaf is an intermediate social institution without eliminating its function as
a commercial institution. This bank of wakaf is willing to give some financings to the
poor, then creating a well being condition for people.

Key words: cashed wakaf, Bank of Wakaf, Social intermediary,




















2




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan dan pengengguran masih menjadi permasalahan mendasar bangsa
ini. Walaupun angka kemiskinan mengalami penurunan, namun angka tersebut
belumlah signifikan. Berdasarkan data resmi yang dirilis oleh BPS, angka
kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun masih menunjukan angka yang
sangat besar. Tahun 2011 jumlah penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan berjumlah 30 juta jiwa atau 12,5 persen dari total jumlah penduduk
Indonesia. Dari total penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan tersebut,
sebanyak 15,72 persen merupakan penduduk yang berdomisili di pedesaan.

Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin (2007-2011)
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%)
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
2011
11 046.75 18.972.18 30.018.93 9.23 15.72 12.49
2010
11 097.80 19.925.60 31.023.40 9.87 16.56 13.33
2009
11 910.5 20 619.4 32.530.0 10.72 17.35 14.15
2008
12 768.5 22 194.8 34.963.3 11.65 18.93 15.42
2007
13 559.3 23 609.0 37.168.3 12.52 20.37 16.58
Sumber: BPS
Prosentase penduduk miskin perkotaan dan pedesaan terbesar berada di
wilayah pedesaan pulau Jawa, disusul Pulau Sumatra, baru kemudian pulau-pulau
lain di Indonesia. Secara rinci, gambaran jumlah penduduk miskin di pedesaan
dan perkotaan dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 2
Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan dan Perkotaan 2011 (dalam ribuan)
3

Upaya pengentasan kemiskinan terus digulirkan oleh pemerintah, di
antaranya dengan memperbesar anggaran negara untuk penanggulan kemiskinan.
Anggaran negara untuk peanggulangan kemiskinan pada tahun 2009 sebesar Rp
66,2 Trilun kemudian meningkat menjadi Rp 94 Triliun pada tahun 2010
(Bapenas).

Tabel 3
Anggaran Penanggulangan Kemiskinan dalam APBN (2002-2010)
Sumber : Bapenas

Wakaf merupakan salah satu instrumen ekonomi Islam dalam upaya
mensejahterakan umat. Potensi wakaf di indonesia sangat lah besar, mengingat
mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Menurut data yang dihimpun
Departemen Agama RI, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai
2.686.536.656, 68 meter persegi (dua milyar enam ratus delapan puluh enam juta
lima ratus tiga puluh enam ribu enam ratus lima puluh enam koma enam puluh
delapan meter persegi) atau 268.653,67 hektar (dua ratus enam puluh delapan ribu
enam ratus lima puluh tiga koma enam tujuh hektar) yang tersebar di 366.595
lokasi di seluruh Indonesia.
1
Bila dilihat dari sumber daya alam atau tanahnya,
jumlah harta wakaf di Indonesia merupakan yang terbesar di seluruh dunia.
Potensi wakaf produktif atau wakaf tunai pun sangat besar di Indonesia.
Menurut Mustafa Edwin Nasution, jika diasumsikan jumlah muslim kelas
menengah diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan per
bulan Rp 500.000 hingga Rp 10.0000.000, maka potensi wakaf di Indonesia
sebesar Rp 3 triliun pertahunnya
2
. Berikut ini tabel perhitungannya:

1
Data Base dan Potensi Wakaf, diakses dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid=82&lang=in,
pada tanggal 04 Mei 2012 pukul 11.28
2
Mustafa Edwin Nasution, dan Uswatun Hasanah (editor), Wakaf Tunai, Inovasi Finansial Islam,
Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, PKTTI-UI, Jakarta, 2005, hlm.
43-44
4


Tabel 4
Potensi Wakaf Uang di Indonesia

Tingkat
Penghasilan/bulan
Jumlah
Muslim
Tarif
Wakaf/bulan
Petensi wakaf
Uang/ bulan
Potensi Wakaf
Uang/ tahun
Rp 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Miliyar Rp 240 Miliyar
Rp 1 juta-Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Miliyar Rp 360 Miliyar
Rp 2 juta- Rp 5
Juta
2 juta Rp 50.000 Rp 100 Miliyar Rp 1,2 Triliun
Rp 5juta-Rp 10
juta
1 juta Rp 100.000 Rp 100 Miliyar Rp 1,2 Miliyar
Total Rp 3 Triliun

Dengan potensi yang begitu besar seharusnya wakaf uang dapat
dioptimalkan dalam upaya memecahkan persoalan sosial ekonomi bangsa ini.
Sayangnya, perwakafan di Indonesia saat ini masih belum dimanfaatkan secara
maksimal, karena berbagai faktor.
Beberapa faktor yang menjadikan wakaf tidak optimal di Indonesia di
antaranya karena
3
:
1. Kurangnya pemahaman dan kepedulian umat Islam terhadap wakaf,
2. SDM wakaf yang belum profesional,
3. Perangkat hukum yang belum integral, dan
4. Pengaruh ekonomi global
Perwakafan di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding dengan negara-
negara yang mayoritas berpenduduk Islam lain. Di Mesir pengelolaan wakaf di
lakukan oleh kementrian tersendiri, yaitu Kementerian Urusan Wakaf (Wizaratul
Awqaf). Harta wakaf berbentuk gedung disewakan, tanah-tanah pertanian
disewakan atau pengelolaanya di serahkan kepada orang yang bersedia
mengelolanya. Universitas legendaris di Kairo, yaitu Iniversitas Al Azhar, sejak
tahun 970 M sampai sekarang dibiayai dari hasil wakaf.
4
Bahkan di Singapura
pengembangan wakaf pun tak kalah produktif. Di Singapura pengelolaan wakaf
dalam bentuk perusahaan yang bernama Wakaf Real Estate Singapura
(WAREES). Perusahaan ini bergerak di bidang real estate yang meliputi
pembangunan perumahan, kawasan perdagangan dan perkantoran. Aset wakaf
yang dikelola lebih dari 250 US Dollar yang terdiri dari bangunan keagamaan,
komersial, perumahan, dan pendidikan.
5

Lantas mengapa wakaf di Indonesia belum produktif, seperti di negara-negara
lain ? hal ini di pastikan karena Nazhir, selaku pengelola harta wakaf, belum
mengelola harta wakaf secara profesional.

3
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Perkembangan
Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 33-52
4
Wakaf di Singapura dan Mesir, Sharing, edisi 52 Thn V April 2011, hlm19
5
Ibid, hlm. 18
5

Dilihat dari cara pengelolaannya selama ini, ada tiga tipe nazhir di Indonesia
6
.
Pertama, dikelola secara tradisional. Harta wakaf hanya dikelola untuk
kepentingan pembangunan mesjid, madrasah, mushola, dan kuburan. Kedua, harta
wakaf dikelola semi profesional. Cara pengelolaannya masih tradisional, namun
nazhir sudah mulai melakukan pengembangan harta wakaf lebih produktif.
Ketiga, harta wakaf dikelola secara profesional. Nazhir telah mampu
memaksimalkan harta wakaf untuk kepentingan yang lebih produktif dan dikelola
secara profesional dan mandiri.
Dengan kondisi perwakafan di Indonesia seperti ini, menurut hemat penulis
bahwa terdapat permasalahan yang perlu di analisa lebih dalam agar pengelolaan
wakaf dapat optimal dalam upaya pengentasan kemiskinan.

1.2 Rumusan Masalah
Saat ini pengelolaan wakaf di Indonesia mulai berkembang, hal ini seiring
dengan bermunculannya Lembaga-lembaga yang konsen mengelola wakaf dan
kebijakan-kebijakan pendukung lainnya. Namun perkembangan wakaf masih
tergolong lambat dibanding perkembangan dana sosial lainya, seperti Zakat. oleh
karena itu, perlu terobosan baru dalam pengelolaan wakaf agar lebih produktif.
Diantara pola pengelolaan wakaf adalah melalui mekanisme Bank Wakaf. Praktek
ini juga pernah dikembangkan di Banglades, yang di sebut dengan Social
Investmen Bank (SIB), dimana lembaga ini mengelola dana wakaf dan dana
kebajikan lainnya menyerupai pola kerja bank. Maka dari itu, penulis
berkesimpulan dalam membuat rumusan masalah penelitian ini adalah:
Bagaimana pola kerja Bank Wakaf dalam upaya pemberdayaan umat untuk
pengentasan kemiskinan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Potensi wakaf di Indonesia yang sangat besar haruslah dikelola dengan
optimal, inovasi dalam pengelolaannya menjadi suatu keharusan. Salah satu
inovasi dalam pengelolaan dana wakaf adalah melalui mekanisme Bank Wakaf.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kerja Bank Wakaf dalam
mengelola dana wakaf untuk pengentasan kemiskinan.









6
Republika, Selasa, 8 Juli 2008
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Wakaf
2.1.1 Pengertian
Wakaf menurut bahasa adalah menahan untuk berbuat, membelanjakan.
Kata wakaf berasal dari kata kerja Waqafa-Yaqifu-Waqfan, yang berarti berhenti
atau berdiri. Wakaf menurut syara ada tiga pengertian. Pertama, menurut Abu
Hanifah, wakaf adalah menahan harta dari otoritas kepemilikan orang yang
mewakafkan, dan menyedekahkan kemanfaatan barang wakaf tersebut untuk
tujuan kebaikan. Kedua, menurut mayoritas ulama, wakaf adalah menahan harta
yang bisa dimanfaatkan sementara barang tersebut masih utuh, dengan
menghentikan sama sekali pengawasan terhadap barang tersebut dari orang yang
mewakafkan dan lainnya, untuk pengelolaan yang diperbolehkan dan riil, atau
pengelolaan revenue (penghasilan) barang tersebut untuk tujuan kebajikan dan
kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah. Ketiga, Mazhab Maliki, wakaf
adalah si pemilik harta menjadikan hasil dari harta yang dia miliki atau
menjadikan penghasilan dari harta tersebut kepada orang yang berhak dengan
suatu sighat untuk suatu tempo yang dipertimbangakan oleh orang yang
mewakafkan.
7

Manurut Abu Bakr Jabir Al-Jazairi dalam Minhajul Muslim,
mendefinisikan wakaf sebagai penahanan harta sehingga tidak bisa diwarisi, atau
dijual, atau dihibahkan, dan didermakan hasilnya kepada penerima wakaf.
8

Komisi fatwa MUI mendefinisikan wakaf dengan menahan harta yang
dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya dengan cara tidak
melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, atau
mewariskan) untuk disalurkan hasilnya pada sesuatu yang mubah yang ada.
9


2.1.2 Legalitas Hukum
Wakaf menurut mayoritas ulama adalah sunnah yang dianjurkan. Ini
termasuk sedekah yang disunnahkan.
10
Sebagimana firman Allah SWT.
_l l!.. l _.> 1.. !.. _',> !. 1.. _. ,`_: | < ., ',l. __
kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya (Q.S Ali Imran:92)



7
Wahbah az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid 10, Gema Insani Press, Jakarta, 2011,
penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani, dkk, hlm.l 269-272
8
Abu Bakr Jabir Al jazairi, Ensiklopedi Islam Minhajul Muslim, Darul Falah, Jakarta, 2000,
Penerjemah: Fadli Bahri. Hal: 565
9
Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006, hlm.163
10
Wahbah az Zuhaili, op.cit. Hal: 273
7

Begitu juga firman-Nya,
!,!., _ `.., 1. _. .,,L !. `.,. !.. !.>> >l _. _
..,. ,,>l .. 1.. .`.l ,.>!:, | ..-. , .ls
< _.s .,.> ___
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Q.S Al Baqarah: 267)
Adapun hadist yang lebih tegas menggambarkan dianjurkannya ibadah
wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di
Khaibar:
Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang
tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk memohon
petunjuk. Umar berkata : Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di
Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang
engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah menjawab : Bila kamu suka, kamu
tahan pokoknya tanah itu, dan kamu sedekahkan hasilnya. Kemudian umar
melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak juga dihibahkan dan juga tidak
diwariskan. Berkata ibnu Umar: Umar menyedekahkanya kepada orang-orang
fakir, kaum krabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak
mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya)
makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak
bermaksud menumpuk harta (HR. Muslim)

2.1.3 Rukun Wakaf
Mayoritas ulama mengatakan bahwa wakaf memiliki empat rukun, yaitu
orang yang mewakafkan, barang yang diwakafkan, pihak yang diberi wakaf, dan
sighat.
11
Penjelasan masing-masing unsur wakaf tersebut adalah sebagai berikut:
1. Orang yang mewakafkan (Wakif). Orang yang mewakafkan hartanya dalam
hukum Islam disebut dengan istilah Wakif. Seseorang wakif haruslah
memenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya, diantaranya adalah kecakapan
bertindak, telah dapat mempertimbangkan baik buruknya perbuatan yang
dilakukannya, dan benar-benar pemilik harta yang diwakafkan.
12

2. Benda yang diwakafkan (mauquf). Benda wakaf dipandang sah apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Pertama, harus tetap zatnya dan
dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama, tidak habis sekali pakai.

11
Ibid., hlm. 275.
12
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press, Jakarta, 2006, hlm.
85.
8

Pemanfaatan ini haruslah untuk hal-hal yang berguna, halal, dan sah menurut
hukum. Kedua, harta yang diwakafkan haruslah jelas wujudnya dan pasti
batas-batasnya. Ketiga, harta yang diwakafkan haruslah benar-benar milik
wakif dan bebas dari segala beban. Keempat, harta yang diwakafkan itu dapat
berupa benda tetap atau benda bergerak.
13

3. Penerima wakaf (mauquf alaih). Dalam pasal 22 UU Wakaf no 41 Tahun
2004, disebutkan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta
benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi
a. Sarana dan kegiatan ibadah,
b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta ibadah
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa,
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan/atau
e. Kemajuan dan kesejahteraan lainnya yang tidak bertentangan dengan
syariah dan peraturan perundang-undangan.
4. Sighat. Sighat merupakan pernyataan dari wakif sebagai tanda penyerahan
barang atau benda yang diwakafkan, dapat dilakukan dengan lisan maupun
tulisan. Dengan adanya pernyataan ini, maka lepaslah hak kepemilikan wakif
terhadap harta benda yang telah diwakafkan. Kepemilikan harta akan kembali
menjadi mutlak milik Allah yang dimanfaatkan untuk kepentingan umat.

2.1.4 Tujuan Wakaf
Tujuan utama wakaf adalah rai atau hasil dari manfaat yang diusahakan.
Pengertian rai adalah semua faedah atau hasil dari yang diwakafkan seperti
(sewa) susu, anak hewan yang dikandung induknya sesudah diwakafkan, buah
yang baru timbul setelah diwakafkan, dan dahan yang biasa dipotong. Dari tujuan
wakaf, disimpulkan dua hal, yaitu pertama, wakaf hendaknya berupa benda,
karena tujuan wakaf ialah menjadi sumber dana yang berlangsung lama. Kedua,
benda wakaf tidak boleh dijual, diwariskan dan dihibahkan. Hal ini untuk
mencegah perubahan status harta dari milik umum menjadi milik pribadi.
14


2.1.5 Nadzir
Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas
pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf
15
. Tugas nadzir adalah membangun,
mempersewakan, mengembangkannya agar berhasil dan mendistribusikan
hasilnya itu kepada pihak-pihak yang berhak, serta kewajiban memelihara modal
wakaf dan hasilnya

2.2 Wakaf Tunai
Hukum mewakafkan uang tunai merupakan permasalah yang masih
diperdebatkan oleh kalangan ulama fikih. Karena cara lazim yang dipakai dalam

13
Ibid., hlm. 86.
14
Mustafa Edwin Nasution, dan Uswatun Hasanah, op.cit, hlm.94-95
15
Muhammad Daud Ali, op.cit, hlm 112
9

mengembangkan harta wakaf dengan menyewakan harta wakaf, sedang uang
bukan merupakan komoditas yang dapat disewakan.
Adapun alasan ulama yang tidak membolehkan wakaf uang antara lain
16
:
a. Bahwa uang bisa habis zatnya sekali pakai. Sedangkan inti ajaran wakaf
adalah pada kesinambungan hasil dari modal dasar yang tetap, tidak habis
sekali pakai.
b. Uang adalah alat tukar untuk memudahkan orang melakukan transaksi
jual-beli, bukan untuk ditarik manfaatnya dengan mempersewakan zatnya.
Berikut ini pendapat mazhab tentang wakaf tunai:
a. Ulama Hanafiyah
Ulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa harta yang sah diwakafkan
adalah benda tidak bergerak dan benda bergerak. Benda yang tidak
bergerak dipastikan ain-nya memiliki sifat yang kekal dan
memungkinkan dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Untuk wakaf
benda bergerak dibolehkan berdasarkan atsar yang membolehkan
mewakafkan senjata dan binatang-binatang yang dipergunakan untuk
perang. Begitu juga dengan wakaf benda bergerak seperti buku atau kitab-
kitab, menurut ulama Hanafiyah, pengetahuan adalah sumber pemahaman
dan tidak bertentangan dengan nash. Mereka menyatakan untuk mengganti
benda wakaf yang dikhawatirkan tidak kekal adalah memungkinkan
kekalnya manfaat. Menurut mereka mewakafkan buku-buku dan mushaf
dimana yang diambil adalah pengetahuannya, kasusnya sama dengan
mewakafkan dirham dan dinar (uang)
17
.
Wahbah Az-Zuhaili juga mengungkapkan bahwa mazhab Hanafi
membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan Bi Al-
Urfi, karena sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Ulama Mazhab
Hanafi berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan urf atau
adat kebiasaan mempunyai kekuatan yang sama dengan hukum yang
ditetapkan berdasarkan nash.
18

b. Ulama Malikiyah
Ulama pengikut mazhab maliki berpendapat boleh mewakafkan benda
bergerak maupun tidak bergerak. Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa
ulama mazhab Maliki membolehkan wakaf makanan, uang dan benda
bergerak lainnya, lebih lanjut wahbah Az-Zuhaili juga menjelaskan bahwa
wakaf uang dapat diqiyaskan atau dianalogikan dengan baju perang dan
binatang, sebab terdapat persamaan illat antara keduanya. Sama-sama

16
Mustafa Edwin Nasution, dan Uswatun Hasanah, op.cit, hlm. 98
17
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, fiqh Wakaf,
Jakarta, 2006, hlm. 31-32
18
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman
Pengelolan Wakaf Tunai, Jakarta, 2006, hlm. 2
10

benda bergerak dan tidak kekal, yang mungkin rusak dalam jangka waktu
tertentu. Hal ini juga menunjukkan bahwa Imam Maliki membolehkan
wakaf untuk jangka waktu tertentu. Namun apabila wakaf uang jika
dikelola secara profesional memungkin uang yang diwakafkan akan kekal
selamanya.
19

c. Ulama Syafiiyah
Mazhab SyafiI berpendapat boleh mewakafkan benda apapun dengan
syarat barang yang diwakafkan haruslah barang yang kekal manfaatnya ,
baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak.Namun Imam SyafiI
mencegah adanya tukar menukar harta wakaf, menurut beliau tidak boleh
menjual masjid secara mutlak, sekalipun mesjid itu roboh. Namun
sebagian golongan syafiiah yang lain berpendapat boleh ditukar agar
harta wakaf itu ada manfaatnya dan sebagaian lain tetap menolaknya.
Menurut Al-Bakri, mazhab SyafiI tidak membolehkan wakaf tunai karena
dirham dan dinar akan lenyap ketika dibayarkan sehingga tidak ada
wujudnya.
20

Bila melihat pendapat para ulama diatas, masih terdapat perdebatan terkait
hukum wakaf tunai. Namun jika melihat keumuman dalil tentang wakaf, maka
tidak ada nash Al-Quran dan Sunnah Rasulullah yang secara tegas melarang
wakaf uang, maka atas dasar maslahah mursalah, wakaf uang dibolehkan, karena
mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi kemaslahatan ummat. Selain
maslahah mursalah wakaf uang juga disandarkan pada hadis yang telah
diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwa rasulullah bersabda Apa yang dipandang
kaum muslimin baik, dalam pandangan Allah juga baik.

2.3 Sertifikat Wakaf Tunai (SWT)
Studi yang dilakukan Manan, pendiri SIBL, menyebutkan bahwa wakaf tunai
dapat digunakan sebagai instrumen keuangan dan merupakan produk baru dalam
sektor perbankan. Beberapa pedoman operasional SWT yang dipraktikan oleh
SIBL antara lain
21
:
a. Wakaf tunai harus dipandang sebagai sumbangan yang sesuai dengan
syariah. Bank akan mengelola wakaf tunai atas nama waqif.
b. Wakaf dapat diberikan berulangkali dan rekening yang dibuka sesuai
dengan nama yang dibberikan waqif.
c. Waqif diberi kebebasan untuk memilih sasaran waqaf (al-muwaquf alaih)
baik sasaran yang sudah teridentifikasi oleh SIBL atau sasaran lainnya
yang sesuai syariah. Adapun sasaran wakaf yang sudah berhasil

19
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman
Pengelolan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006, hlm. 44-46
20
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh
Wakaf, Op.cit., hlm. 45
21
Mustafa Edwin Nasution dan Uswantun Hasanah, op.cit, hlm. 100-101
11

diidentifikasi oleh SIBL secara umum antara lain: Rehabilitas Keluarga (
family rehabilition ), Pendidikan dan Kebudayaan ( education and culture
), Kesehatan dan Sanitasi ( Health and Sanitation ), Pelayanan Sosial (
Social Utility Service ).
d. Dana Wakaf Tunai akan mendapat keuntungan pada tingkat yang paling
tinggi yang ditawarkan oleh bank dari waktu ke waktu.
e. Dana Wakaf akan tetap dan hanya dana yang berasal dari keuntungan yang
akan dibagikan kepada sasaran yang telah dipilih waqif. Keuntungan yang
belum sempat dibagikan otomatis akan digabubngkan dengan dana wakaf
yang sudah ada yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih
berkembang sepanjang waktu.
f. Waqif juga dapat meminta bank untuk menyalurkan seluruh keuntungan
yang diperoleh kepada sasaran yang telah ditentukan oleh waqif.
g. Waqif dapat memberikan wakaf tunai sepanjang waktu.
h. Waqif mempunyai hak untuk memberikan perintaj pada bank untuk
mengambil dana wakaf dari rekening lainnya di SIBL secara rutin.
i. Wakaf Tunai harus diterima dalam bentuk endowment receipt voucher
tertentu dan satu sertifikat untuk seluruh nnilai harus diterbitkan ketika
wakaf tersebut diberikan.
j. Prinsip dan ketentuan mengenai rekening wakaf tunai berdasarkan
amandemen dan akan dievaluasi dari waktu ke waktu.
2.4 Pengertian Intermediasi Sosial
Intermediasi atau intermediary makna secara harfiahnya adalah perantara atau
penengah. Dalam pembangunan ekonomi biasanya intermediasi merupakan
lembaga yang menjadi penghubung antara pemodal dengan pengusaha/industri.
Dalam hal ini bank wakaf merupakan Lembaga Intermediasi (LI) yang berfungsi
menghimpun dalam wakaf dari masyarakat, dan disalurkan kembali manfaatnya
untuk kepentingan umat.
Istilah Sosial berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya
berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan
dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Menurut
Fahri, Sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu berhubungan
walaupun masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para individu
tersebut.
22


22
pengertian dan definisi sosial menurut para ahli diakses dari
http://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.html pada tanggal 6
Mei 2012 pukul 20.15

12

Sedang pengertian Intermediasi Sosial menurut Elaine Edgcomb Laura Barton
adalah
23
:
Intermediasi sosial adalah intermediasi keuangan dengan pembangunan
kapasitas-komponen, ditujukan bagi sektor masyarakat bahwa kurangnya
akses ke fasilitas kredit dan tabungan. Intermediasi sosial melibatkan
pembangunan modal sosial dalam bentuk kelompok yang dapat menghasilkan
sebuah "informasi aset" untuk para anggotanya, yang memungkinkan
organisasi keuangan untuk mengembangkan kepercayaan membangun
hubungan pinjaman. Ini mengubah "penerima manfaat" menjadi "klien"
melalui pengembangan dan penegakan kontrak antara pemberi pinjaman dan
peminjam, dan melalui dukungan untuk kepemilikan dan kontrol atas sumber
daya oleh yang termiskin. Hal ini menyebabkan pembentukan sistem dan
struktur di mana satu atau lebih pemain kelembagaan membuat proses
berkelanjutan yang berhasil menghubungkan peminjam miskin untuk sumber
jasa modal dan keuangan, baik kredit dan tabungan.

















23
Diakses dari
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/
PNACD060.pdf tanggal 6 Mei 2012 pukul 20.00

13

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme
24
digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi
25
.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dianalisis tidak untuk
menerima atau menolak hipotesis (jika ada). Hasil analisis tersebut berupa
deskripsi atas gejala-gejala yang diamati dan tidak harus berbentuk angka-angka
atau koefisien antarvariabel. Namun, penelitian kualitatif bukan tidak mungkin
memiliki data kuantitatif.
26


3.2 Jenis Data
Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu
data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.
27
Penelitian ini mengambil data
primer dari hasil wawancara atau diskusi dengan pengelola dana wakaf dan
dari hasil observasi dari beberapa lembaga pengelola wakaf.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain
misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.
28
Penelitian ini
mengambil data sekunder berupa Literatur seperti buku, artikel, jurnal,
majalah, internet, dll.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan beberapa metode yaitu :

24
Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigm interpretif dan konstruktif,yang
memandang realitas social sebagai sesuatu yang holisttik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna,
dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung, 2008, hlm.
9
26
Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia, Bandung, 2005. hlm. 17
27
Husein Umar, Riset Akuntansi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003. hlm. 69.
28
Ibid.
14

1. Interview (wawancara)
Metode ini digunakan untuk pengumpulan data dan menggali informasi lebih
mendalam yang langsung ditujukan kepada lembaga pengelola wakaf dan
akademisi yang konsen dalam fiqih dan perkembangan wakaf.
2. Studi Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk menggali dasar-dasar teori yang terkait hukum
wakaf dan perkembangan pengelolaan wakaf.

3.4 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini difokuskan pada pengembangan dan inovasi dari
pengelolaan wakaf tunai sebagai sarana intermediasi sosial untuk membangun
suatu kekuatan modal di tengah masyarakat,. Pengembangan dan inovasi tersebut
dibatasi pada operasional lembaga wakaf baik dalam penghimpunan (funding) dan
penyaluran dana wakaf (lending).

3.5 Analisis Data
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan keadaan yang
diamati.
29
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang mengandalkan
pada peran yang saling melengkapi secara terus menerus antara pengumpulan dan
analisis data melalui pengajuan pertanyaan dan pembandingan teoritis.
30

Penelitian ini disusun untuk mengekplorasi fenomena yang terjadi dengan
memadukan konsep dan operasional lembaga pengelola wakaf, sebagai lembaga
atau badan yang bergerak di bidang sosial keagamaan.. Dalam menganalisis
permasalahan, terlebih dahulu melakukan proses analisis terhadap permasalahan
kemudian mengaitkan permasalahan yang terjadi di lapangan beserta solusinya
dengan menggunakan skema dari pola kerja yang tepat.
Agar memperoleh kebenaran yang ilmiah, penelitian ini dilakukan dengan
memperhatikan beberapa tahapan yaitu tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik),
memperhatikan permasalahan yang relevan (analitik), dan tahap menimbang
secara obyektif untuk berpikir logis (kritik)
31
.










29
Menurut Bogdan dan Taylor, mengutip dalam bukunya Lexy J. Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, bandung, 1997, hlm. 3.
30
Sujoko Efferin et. al., Metode Penelitian untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan Praktis,
Bayumedia Publishing, Malang, 2004, hlm. 154.
31
op.cit. Narbuko. Hal 6
15

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Banyak pendapat pakar tentang kemiskinan diantaranya adalah Anne Booth
dan Firdaus 1996 dalam papernya Effect of Price and Market Reform on the
Poverty Situation of Rural Communities and Firm Families menyatakan penyebab
kemiskinan adalah keterbatasan penduduk (dalam hal ini adalah masyarakat
miskin) mengakses fasilitas publik dan kredit. Dalam teori pertumbuhan Ekonomi
Solow (Solow Growth Theory) menekankan penguasaan modal dan penguasaan
teknologi dapat mengentaskan kemiskinan, khusus untuk penguasaan modal,
dimana Jhingan (2002) menjelaskan juga bahwa tingkat investasi yang rendah
akan menyebabkan modal kurang dan produktivitas rendah.
Selain masalah permodalan masalah kualitas SDM juga sangat berpengaruh
terhadap kemiskinan. Jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, pengetahuan
dan kemampuan kewiraswastaan juga minim, walaupun tersedia akses
permodalan tetap saja mereka tidak akan bisa keluar dari kemiskinan karena
kemungkinan modal yang ada akan habis dipakai untuk kebutuhan konsumsinya.
Dengan adanya dua masalah penyebab utama kemiskinan yaitu adanya
keterbatasan akses modal dan minimnya kualitas SDM, maka menjadi suatu
kebutuhan yang urgen untuk dibentuk sebuah lembaga sosial keagamaan yang
bisa mengatasi dua masalah tersebut. Berangkat dari masalah ini, penulis mencoba
mengusulkan sebuah ide pembentukan bank wakaf di indonesia. Bank wakaf ini
diharapkan menjadi lembaga intermediasi sosial untuk membangun suatu
kekuatan modal di tengah masyarakat yang bersifat sosial dengan dipadukan
dengan unsur komersial serta dapat melakukan pendampingan guna meningkatkan
kualitas SDM yang ada.
Bank wakaf ini adalah sebuah inovasi yang coba kami tawarkan dalam
kelembagaan pengelola wakaf tunai ditanah air. Selama ini kita mengetahui pada
umumnya dana wakaf yang terkumpul, digunakan untuk membeli aset produktif.
Keuntungan dari kepemilikan aset produktif ini ( berupa uang sewa, bagi hasil,
dan lainnya), selanjutnya akan didistribusikan untuk kepentingan masyarakat
miskin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang melekat pada dana wakaf yaitu,
menahan pokok dan menyalurkan manfaat.
Berdasarkan karakteristik ini juga operasional bank wakaf akan dijalankan.
Dana wakaf akan disalurkan langsung kepada masyarakat miskin yang mau
belajar berwirausaha dan mau dibina dari segi kemampuan wirausaha maupun
akhlak. Jadi dalam pengelolaan dana wakaf ini, bukan nadzir yang berusaha
memproduktifkan wakaf tetapi masyarakatlah yang memproduktifkan wakaf
tersebut dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidupnya dan tetap ada porsi
dari dana tersebut untuk membeli aset produktif atau usaha yang dapat mendatang
keuntungan atau bahkan menggabungkan kedua mekanisme ini.



16


Struktur Organisasi Pengelolaan Bank Wakaf Sederhana









Dalam pengelolaannya bank wakaf minimal memiliki tiga divisi dibawah
manajer yaitu, divisi funding, divisi akuntansi dan divisi pemberdayaan. Masing
divisi ini sangat urgen keberadaannya dalam bank wakaf. Tugas utama divisi
funding adalah mendapatkan dana sebanyaknya baik dana wakaf, dana CSR
perusahaan dan dana sejenis yang halal. Dalam hal funding dana bank wakaf
membidik bebrapa sumber keuangan yang bersifat sosial seperti dana CSR, dana
wakaf itu sendiri dan dana lain yang sejenis. Dalam kegiatan mengumpulkan dana
bank wakaf memiliki beberapa strategi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan sertifikat wakaf tunai.
2. Kerjasama dengan CSR perusahaan.
3. Funding langsung kepada masyarakat dengan membuka konter
wakaf.
Selanjutnya divisi akuntansi bertugas mengatur keuangan perusahaan,
pengaturan ini diimplementasikan melalui pembedaan rekening untuk masing
masing dana ( dana wakaf, CSR, dan dana lain yang sejenis ). Pemisahan ini
dilakukan berdasarkan karakteristik yang berbeda beda, maka berbeda pula
dalam perlakuan akuntasinya.
Divisi pemberdayaan memiliki fungsi yaitu, analisis usaha nasabah yang akan
dibiaya oleh bank wakaf, fungsi pendampingan dan fungsi lain yang berkaitan
dengan pemberdayaan agar dana di bank wakaf bisa produktif.
Dalam penyaluran dana yang terkumpul bank wakaf mengunakan dua basis
akad yaitu, qord dan akad tijarah ( mudharabah, musyarakah, ijarah dan lainnya).
Konsekuensi dari akad qord ini, nasabah mendapat pinjaman murni dengan
pengembalian sebesar pokoknya tanpa ada kelebihan ( sama dengan prinsip
pinjaman pada grameen bank).









Manajer
Div. Funding Div. Akuntansi Div.
Pemberdayaan
17


Pola Penyaluran Dana Wakaf Melalui Modal Kerja ( Akad Qord)

Nadzir Masyarakat










penyaluran modal
2 Laba usaha




Dana wakaf yang ada akan disalurkan langsung kepada masyarakat miskin
dalam bentuk modal kerja dengan mengunakan akad qord. Selanjutnya
masyarakat akan mengunakan dana tersebut untuk modal usaha. Setelah usaha
berjalan dan mendapatkan keuntungan keuntungan ini digunakan sepenuhnya
untuk keperluan rumah tangganya. Setelah tiba masa pengembalian dana wakaf
maka, nasabah wajib mengembalikan modal kerja yang digunakanya. Dengan
mekanisme pengelolaan dana wakaf seperti ini, bukan nadzir yang berusaha
memproduktifkan wakaf tetapi masyarakatlah yang memproduktifkan wakaf
tersebut dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidupnya.

Pola Penyaluran Dana Wakaf berupa Hasil Investasi

Nadzir Masyarakat







Dalam mekanisme pemberdayaan dana wakaf yang kedua, bank wakaf
berinvestasi dengan membeli aset produktif atau pembelian saham perusahaan
sama seperti pengelolan wakaf tunai yang ada sekarang ini. Berarti dalam hal ini
nadzir ( pengelola bank wakaf) memproduktifkan sendiri dana wakaf yang
1
Dana wakaf
Keperluan
individu:
kesehatan,
pendidikan,
pangan dll
Investasi Aset
atau sektor
produktif
Hasil investasi
(sewa, bagi hasil
dll)
2
1 3
3
Dana wakaf
Dana wakaf
Keuangan
pribadi
wirausaha
Hasil usaha
Pengembalian modal
3
4
4
18

terkumpul, baru kemudian menyalurkan hasil kepada masyarakat yang
membutuhkan.
Kedua pola penyaluran dana wakaf ini harus diatur sebaik mungkin agar
operasional bank wakaf bisa terus beroperasi, perberdayaan dengan penyaluran
langsung dengan akad qord dan akad tijarah harus dalam proporsi yang ideal. Hal
ini dimaksudkan agar beban operasional dapat ditutupi dari hasil investasi bukan
dari dana wakaf sebab dana wakaf harus dijaga agar nilainya tidak berkurang.
Adapun pola kerja dari bank wakaf secara keseluruhan dapat dilihat dari
skema dibawah ini. Skema ini akan menjelaskan secara sederhana proses
operasional dari masing masing divisi dan hubungan antar divisi tersebut.

Skema Kerja Bank Wakaf


Keterangan:
1. Divisi funding bank wakaf memperoleh dana dari dana CSR dan dana
wakaf, selanjutnya setelah dana ini terkumpul, maka dana diserahkan ke
bagian divisi akuntansi. Setelah dana diterima dari divisi funding, divisi
akuntansi melakukan pencatatan dan akan dimasukan dalam rekening yang
berbeda. Pembedaan ini dilakukan karena masing masing dana memiliki
karakteristik yang berbeda.
2. Selanjutnya dana diberdayakan dalam bentuk modal kerja dan pembelian
aset / investasi pada sektor produktif. Pemberdayaan ini terdiri dari porsi
dana wakaf dan CSR, dimana dana wakaf ini memiliki karakteristik
khusus, yaitu tak boleh berkurang jumlahnya maka, dana wakaf akan
mendapat perlakuan akuntansi khusus (perlakuan khusus akan dijelaskan
pada point 5).
Div. Funding Div. Akuntansi Div. Pemberdayaan
















2
2


Mengcover
Dana wakaf


+
5




Mengcover
Beban
Operasional







3




4
Laba usaha dibagi hasilkan
Beban Operasional
Rekening Bagi hasil
Dana Wakaf dari
masyarakat
Dana CSR Perusahaan
Rekening Dana Wakaf
Rekening Dana CSR
Perusahaan
Akad Tijarah
Penyaluran
Dalam Bentuk
Modal Kerja
Akad Qord
2
2
5
1
1
19

3. Dalam penyaluran permodalan ini, bank wakaf membedakan menjadi dua
jenis transaksi yaitu, transaksi yang mengunakan akad qord dan transaksi
berbasis akad tijarah.
4. Dari transaksi berbasis akad tijarah ini akan menghasilkan bagi hasil dari
laba yang diperoleh unit usaha yang diberi permodalan. Selanjutnya uang
dari bagi hasil dimasukan kedalam rekening bagi hasil.
5. Dana dari rekening bagi hasil ditambah dana yang berada dalam rekening
dana CSR, dipergunakan untuk menutupi beban operasional dan meng-
cover dana wakaf yang tidak dikembalikan akibat gagal bayar.
Skema Permodalan & Pendampingan

Masyarakat Miskin &
Kreatif
Hasil Divisi Pemberdayaan




3



























3





Keterangan:
1. Nasabah dari bank wakaf mengajukan ide usaha kepada bank wakaf,
selanjutnya divisi pemberdayaan melakukan pengarahan dan pembinaan,
serta ikut mengkonsep usaha yang diajukan.
2. Dari pengarahan dan pembinaan yang dilakukan divisi pemberdayaan
akan menghasilkann konsep matang usaha dan pribadi yang terbina dari
sisi kemampuan mengelola usaha dan akhlak yang islami.
Ide Usaha
Pengarahan
&
Pembinaan
Konsep matang
sebuah usaha
Pembinaan
Pribadi
terbina
+
Usaha
Produktif
Pemberian modal &
akad yang digunakan
Pemahaman dana
wakaf sebagai
modal usaha
1
2
3
3
4
5
20

3. Selanjutnya lembaga menyiapkan dana permodalan ( dana wakaf + CSR )
untuk diberikan kepada calon nasabah yang siap menjalankan usaha.
Sebelum dana dicairkan divisi pemberdayaan memberi penjelasan dana
yang digunakan adalah dana dengan komposisi dana wakaf dan dana
CSR. Porsi dana wakaf mengunakan akad qord yang wajib dikembalikan
tanpa kelebihan dalam kondisi apa pun sedangkan dana CSR mengunakan
salah satu akad tijaroh dengan bagi hasil rendah.
4. Setelah nasabah paham dengan akad yang digunakan dan pemahaman
karakteristik yang melekat pada dana wakaf, selanjutnya dana dicairkan
dan siap digunakan untuk memulai usaha.
5. Setelah usaha berjalan selanjutnya dilakukan monitoring oleh divisi
pemberdayaan secara kontinyu.
































21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Desain bank wakaf sangat cocok untuk mengatasi masalah penyebab
kemiskinan yaitu sulitnya akses permodalan dan kualitas SDM yang
rendah, hal ini dikarenakan bank wakaf memadukan solusi untuk dua
masalah tersebut dalam satu konten yaitu melalui permberian permodalan
dan pendampingan.
2. Modal kerja yang disalurkan merupakan modal kerja dengan hanya
pengembalian pokoknya saja sehingga masyarakat miskin yang
mengunakan modal ini tidak akan dibebankan dengan pengembalian
kelebihan yang mencekik leher seperti yang dilakukan para rentenir.
3. Keberadaan bank wakaf ini dapat dijadikan untuk sarana pengentasan
kemiskinan dan sarana peningkatan minat masyakat untuk berwakaf.

5.2 Saran atau Rekomendasi
1. Lembaga pengelolaan wakaf. Konsep Bank Wakaf yang coba kami
kembangkan ini patut dicontoh oleh lembaga pengelolaan wakaf, karena konsep
ini merupakan upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dan
meningkatkan perekonomian sehingga Usaha Mikro dan Kecil yang dimiliki
masyarakat miskin bisa kuat dan berkembang.
2. Pemerintah. Agar dapat membuat peraturan terhadap lembaga
pengelolaan dalam hal ini peraturan tentang bank wakaf agar
operasionalnya nanti tidak berbenturan dengan regulasi perbankan.
3. Akademisi. Agar dapat membuat kajian-kajian sejenis dalam rangka
menambah koleksi khazanah ilmiah secara khusus pada keilmuan
pengelolaan wakaf dan secara umum pada keilmuan ekonomi Islam.












22


DAFTAR PUSTAKA

1. Abu Bakr Jabir Al jazairi, Ensiklopedi Islam Minhajul Muslim, Darul Falah,
Jakarta, 2000, Penerjemah: Fadli Bahri.
2. BWI, Aset Wakaf, Sangat Besar tapi Belum Produktif Republika, Selasa, 8 Juli
2008
3. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta, 2003
4. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, fiqh Wakaf, Jakarta, 2006
5. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Pedoman Pengelolan Wakaf Tunai, Jakarta, 2006
6. Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat jendral Bimbingan Masyarakat
Islam, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006
7. Husein Umar, Riset Akuntansi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003
8. Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press,
Jakarta, 2006
9. Nasution, Mustafa Edwin, dan Uswatun Hasanah (editor), Wakaf Tunai, Inovasi
Finansial Islam, Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Umat, PKTTI-UI, Jakarta, 2005
10. Sharing, edisi 52 Thn V April 2011
11. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
Bandung, 2008
12. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia, Bandung,
2005
13. Sujoko Efferin et. al., Metode Penelitian untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan
Praktis, Bayumedia Publishing, Malang, 2004
14. Wahbah az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid 10, Gema Insani Press,
Jakarta, 2011, penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani, dkk

REFERENSI INTERNET
15. pengertian dan definisi sosial menurut para ahli diakses dari http://carapedia.com
16. Data Base dan Potensi Wakaf, diakses dari http://www.bwi.or.id
17. Elaine Edg dan combLaura Barton, Intermediasi sosial Diakses dari
http://translate.google.co.id/

Anda mungkin juga menyukai