Anda di halaman 1dari 70

SILABUS

Samuel Anggara
Data Pegawai

https://media.neliti.com/media/publications/281100-perancangan-sistem-informasi-pengelolaan-06b7dd90.pdf
1. Kode Pegawai 11. NPWP
2. NIP 12. Jabatan
3. Nama Pegawai 13. Divisi
4. Tanggal Lahir 14. Status Perkawinan
5. Jenis Kelamin 15. Status Pegawai
6. Agama 16. Status
7. Alamat Kewarganegaraan
8. No Telpon 17. Gaji Pokok
9. Pendidikan Terakhir 18. Tunjangan
10. Lama Bekerja 19. Keterangan Pegawai
(mutasi, Promosi)

Entitas Data Pegawai


Flow Chart Pegawai Baru Hingga Penggajian
Start

Interview Kerja
Perhitungan
Kinerja dan Perhitungan
Kehadiran Pengurangan
Iya
Gaji
Tidak
Lolos ?

Pemotonga
Iya n Gaji
Pelatihan Karena
Registrasi kesalahan?
dan
pegawai
Penugasan
Perhitungan Gaji Yang
Diterima (pajak dan
sebagainya)

End Evaluasi Kerja Menerima Gaji

https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/siklus-penggajian
Registrasi Pegawai Baru

 Penerimaan pegawai baru (Open Recruitment)


 Penandatanganan kontrak kerja
 Jumlah gaji beserta tunjangan dan potongan pajak yang berlaku
 Registrasi pegawai baru
 Pengenalan lingkungan kerja
 Penandatangan peralatan keja
Pelatihan dan Penugasan

 Pengenalan job description sesuai divisi


 Pelatihan job description
 Penugasan
Penilaian dan Pengurangan Gaji

 Melihat absensi pegawai


 Ketepatan waktu datang
 Ketepatan waktu pulang
 Hadir/absen pegawai

 Kinerja
 Penilaian kinerja pegawai selama sebulan, apakah perlu pengurangan gaji
Perhitungan Gaji dan potongannya

 Menghitung gaji pokok + tunjangan


 Mengurangi pajak dan BPJS yang diterima
 Mengurangi gaji berdasarkan kinerja dan keharidan (bila ada)
 Menentukan Gaji yang diterima
Kategori Pajak Pegawai
https://dokterpajak.com/pajak-penghasilan
https://dokterpajak.com/pajak-penghasilan
Penghasilan Kena Pajak

Yt : Studi Pajak
Penghasilan Tidak Kena Pajak

Yt : Studi Pajak
Penghasilan Tidak Kena Pajak

Yt : Studi Pajak
Yt : Studi Pajak
Yt : Studi Pajak
 JKK
 Dihitung berdasarkan risiko pekerjaan == 0,24%, 0,54%, 0,89%,
1,27%, 1,74%
 JKM
 0,3%
 JP
 3 % == 2% perusahaan dan 1% pegawai
 JHT
 5,7 % == 2 % pekerja dan 3,7% perusahaan

BPJS memuatbanyak komponen, namun tidak semua diambil.


Ex : ada banyak makanan namun tidak semua dimakan

Talenta.co
 Taxable Income
DALAM penghitungan PPh 21, JKK dan JKM yang seluruhnya dibayarkan
perusahaan menjadi komponen penambah penghasilan bruto karyawan,
sehingga JKK dan JKM merupakan taxable income (penghasilan kena
pajak) bagi karyawan saat iuran dibayarkan.
 Sementara itu, JHT dan JP memiliki porsi kewajiban pembayaran oleh
pemberi kerja dan oleh pekerja. JHT dan JP yang dibayarkan pemberi kerja
tidak masuk penghitungan PPh 21, sedangkan JHT dan JP yang dibayarkan
pekerja menjadi pengurang penghasilan bruto.
 Artinya, JHT dan JP bukan taxable income saat iuran dibayar, melainkan saat
klaim pengembalian simpanan dilakukan. Tapera memiliki sifat pemanfaatan
mirip JHT dan JP, atau sangat berbeda dengan JKK dan JKM. Karena itu,
perlakuan iuran Tapera dalam PPh 21 dapat disamakan dengan JHT dan JP.

Talenta.co
BPJS Kesehatan

 Besar iuran BPJS Kesehatan adalah 5% dari penghasilan karyawan setiap


bulannya, dengan ketentuan 4% ditanggung perusahaan dan 1% dibayar oleh
karyawan peserta BPJS Kesehatan ini.
1. Pegawai Tetap
Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah
tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp 8.000.000,-. PT Candra
Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT
Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang Eko membayar iuran
Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu
PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.

PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko ke


dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 200.000,- sedangkan Bambang Eko
membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,-. Pada bulan Juli 2016
Bambang Eko hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan
PPh Pasal 21 bulan Juli 2016 adalah:
Pegawai Tetap
Pegawai Tetap Baru
Suwondo bekerja pada PT Xiang Malam sebagai pegawai tetap sejak 1
September 2016. Suwondo menikah tetapi belum punya anak. Gaji
sebulan adalah sebesar Rp 15.500.000,00 dan iuran pensiun yang
dibayar tiap bulan sebesar Rp 150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21
untuk bulan September 2016 dalam hal Suwondo hanya memperoleh
penghasilan berupa gaji adalah:
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan September 2016 adalah:
Pegawai Tetap Baru
2 Pegawai Tetap Asing (Expatriate)

https://sleekr.co/blog/pajak-untuk-pegawai-expatriate/

Pegawai Tetap Asing


(Expatriate)

Subjek Pajak Luar Negeri Subjek Pajak Dalam Negeri


(SPLN) (SPDN)
2 Pegawai Tetap Asing (Expatriate)

Subjek Pajak Luar Negeri Subjek Pajak Dalam Negeri


(SPLN) (SPDN)
 pihak yang termasuk dalam kategori SPLN  orang yang termasuk dalam kategori
adalah sebagai berikut: SPDN adalah sebagai berikut:
 – Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal  – Orang pribadi yang bertempat tinggal di
di Indonesia; Indonesia; berada di Indonesia lebih dari
 – Orang pribadi yang berada di Indonesia 183 hari dalam jangka waktu dua belas
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu bulan; atau dalam suatu tahun pajak
dua belas bulan; dan berada di Indonesia dan mempunyai niat
 – Badan yang tidak didirikan dan tidak untuk bertempat tinggal di Indonesia;
bertempat kedudukan di Indonesia, yang  – Badan yang didirikan atau bertempat
menerima atau memperoleh penghasilan kedudukan di Indonesia; dan
tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
 – Warisan yang belum terbagi sebagai
tetap di Indonesia. satu kesatuan menggantikan yang berhak.
Subjek Pajak Luar Negeri Subjek Pajak Dalam Negeri
(SPLN) (SPDN)
1. Tarif Pajak SPLN:  Tarif Sepadan PPh 1. Tarif Pajak SPDN: a.Tarif Umum PPh
(Pasal 26) atau sesuai dengan tax (pasal 17)  yaitu : Tarif tunggal 28%
treaty yaitu: dikenakan tariff khusus 2. Kewajiban memiliki NPWP SPDN:
Pasal 16 atau sesuai dengan tariff wajib
menurut P3B (Tax-Treaty)
2. Kewajiban memiliki NPWP SPLN : 3. Kewajiban Penyampaian SPT SPDN:
Tidak wajib Wajib menyampaikan SPT Masa
3. Kewajiban Penyampaian SPT SPLN: maupun Tahunan
Tidak wajib menyampaikan SPT Masa 4. Pembayaran Pajak Tahun Berjalan
maupun Tahunan SPDN: Merupakan angsuran dari PPh
4. Pembayaran Pajak Tahun Berjalan yang terutang pada akhir tahun,
SPLN: Merupakan pembayaran yang kecuali yang Final
Final kecuali yang berubah status
5. Subjek Pajak Orang Pribadi SPDN:
5. Subjek pajak orang pribadi SPLN:
Dapat pengurangan beban PTKP
Tidak dapat pengurang
6. Keberatan dan Banding SPLN: Tidak 6. Keberatan dan Banding SPDN:
mempunyai hak Mempunyai Hak
7. Pembukuan dan Pencatatan SPLN: 7. Pembukuan dan Pencatatan SPDN:
Tidak terdapat kewajiban Diwajibkan menyelenggarakan
Penghitungan PPh 21 untuk Pegawai Expatriate

Maka, dapat disimpulkan bahwa pegawai expatriate yang wajib


membayar PPh 21 adalah mereka yang berstatus sebagai SPDN. Untuk
membantu Anda memahami tentang penghitungan pajak PPh 21 pegawai
expatriate.

Ex :

Mr. Mayer (K/3) adalah seorang pria dengan kewarganegaraan Amerika.


Ia mulai bekerja di Indonesia pada 1 Juni 2014 sampai dengan Agustus
2016. Selama tahun 2014, ia mendapat gaji Rp 20.000.000. Berapa PPh
21 yang harus ia bayarkan untuk bulan September 2014?
3. Pegawai Tidak Tetap

Berikut ini adalah contoh cara menghitung PPh 21


pegawai tidak tetap dengan upah harian, satuan dan
mingguan

Contoh 1

Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan


Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian PT Cipta
Mandiri Sejahtera. Ia bekerja selama 10 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp 450.000,-
Pegawai Tidak Tetap
Pegawai Tidak Tetap (Satuan)

Contoh 2
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai
perakit TV pada suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar
berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp 125.000,-
per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari
kerja) dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp 3.000.000,-
Pegawai Tidak Tetap (Harian)

Contoh 3
Mawan (bukan arsitek) mengerjakan dekorasi sebuah
rumah dengan upah borongan sebesar Rp 950.000,-,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
4. Bukan Pegawai

Contoh 1
Toga Marolop Simanjuntak adalah seorang pengacara.
Dalam menangani sebuah kasus, Toga Marolop
Simanjuntak mendapatkan fee sebesar
Rp450.000.000,00 dari PT Manis Manja. Bagaimana
penghitungan PPh 21-nya?
Bukan Pegawai
5. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Tenaga Ahli

Besaran tarif penghasilan kena pajak PPh Pasal 21 bagi


Tenaga Ahli sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008, yaitu Pasal 17 Ayat 1:
• Penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 50 juga
sebesar 5%
• Penghasilan kena pajak mulai dari Rp 50 juta sampai
dengan RP 250 juta sebesar 15%
• Dan penghasilan kena pajak antara Rp 250 juta sampai
dengan Rp 500 juta sebesar 25%
• Serta penghasilan kena pajak di atas Rp 500 juta
sebesar 30%
Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Tenaga Ahli

1.Tenaga Ahli Dengan Penghasilan Lebih Dari Satu


Pemberi Kerja

Rumus :

(Penghasilan Bruto X 50%) X Tarif Pasal 17. Penghasilan


Bruto dihitung secara kumulatif.
Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Tenaga Ahli

1.Tenaga Ahli Dengan Penghasilan Lebih Dari Satu


Pemberi Kerja
Sebagai ilustrasi, pada Tahun 2017, saudari Hayati adalah seorang
dokter umum yang membuka praktek di Rumah Sakit Amanda. Atas
jasa tersebut sesuai dengan perjanjian tertulis, Beliau mendapatkan
bagi hasil (Profit Sharing) sebesar 75%, sisanya 25% adalah bagian
penerimaan untuk Rumah Sakit tersebut. Selain itu, saudara Hayati
juga membuka praktek dokter di Rumah Sakit Islam. Total
penghasilan bruto yang diperoleh saudara Hayati dari praktek di
Rumah Sakit selama tahun 2017 adalah Rp 582.500.000. Dari data
penghasilan yang diperoleh, maka besaran PPh Pasal 21 terutang
adalah sebagai berikut:
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak: 50% X Rp 582.500.000 = Rp
291.250.000
Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp
200.000.000) + (25% x Rp 41.250.000) = Rp 42.812.500.
Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Tenaga Ahli

2.Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Hanya Dari


Satu Pemberi Kerja

Rumus perhitungannya adalah ((Penghasilan Bruto X 50%) – PTKP) X


Tarif Pasal 17.
Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Tenaga Ahli

2.Tenaga Ahli Yang Memperoleh Penghasilan Hanya Dari


Satu Pemberi Kerja

Sebagai ilustrasi dari data saudari Hayati diatas, jika beliau memiliki
suami yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak serta memiliki NPWP
dan bekerja di PT Merdeka, maka Saudari Hayati harus melampirkan
fotokopi NPWP Suami, Surat Nikah dan Kartu Keluarga. Saudari Hayati
hanya bekerja membuka praktek di Rumah Sakit Amanda saja dan
telah memiliki Surat Pernyataan secara tertulis kepada rumah sakit
tersebut. Berdasarkan data penghasilan bruto yang diperoleh saudari
Hayati di Rumah Sakit Amanda selama Tahun 2017, maka perhitungan
PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:

• Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi PTKP Rp 237.250.000


• Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp
187.250.000) = Rp 30.587.500.
6. Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli Dengan
Penghasilan Tidak Bersifat Berkesinambungan
Ilustrasi: Bapak Gading berprofesi sebagai seorang pengacara. Suatu
saat beliau menangani kasus dan memperoleh komisi sebesar Rp 620
juta dari PT Cipta Abadi yang berlokasi di Jakarta. Bapak Gading
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan memiliki kartu NPWP. Rumus
Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli atas Penghasilan Tidak Bersifat
Berkesinambungan adalah (Penghasilan Bruto X 50%) X Tarif Pasal
17. Maka perhitungan PPh Pasal 21 Terutang atas komisi yang
diperoleh Bapak Gading adalah sebagai berikut:

• Perhitungan Penghasilan Kena Pajak : 50% X Rp 620.000.000 = Rp


310.000.000
• Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp
200.000.000) + (25% x Rp 60.000.000) = Rp 47.500.000.
Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Ahli Dengan
Penghasilan Tidak Bersifat Berkesinambungan

Ilustrasi: Bapak Gading berprofesi sebagai seorang pengacara. Suatu


saat beliau menangani kasus dan memperoleh komisi sebesar Rp 620
juta dari PT Cipta Abadi yang berlokasi di Jakarta. Bapak Gading
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan memiliki kartu NPWP. Rumus
Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli atas Penghasilan Tidak Bersifat
Berkesinambungan adalah (Penghasilan Bruto X 50%) X Tarif Pasal
17. Maka perhitungan PPh Pasal 21 Terutang atas komisi yang
diperoleh Bapak Gading adalah sebagai berikut:

• Perhitungan Penghasilan Kena Pajak : 50% X Rp 620.000.000 = Rp


310.000.000
• Perhitungan PPh 21 Terutang: (5% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp
200.000.000) + (25% x Rp 60.000.000) = Rp 47.500.000.
Yt : Studi Pajak
Mutasi
Alasan Dilakukannya Mutasi Karyawan

 Promosi Jabatan
 Mutasi (Rotasi)
 Demosi
file:///C:/Users/USER/Downloads/14.H1.0045%20Bena%20Atika%20Lintang%20Kinanti%20BAB%20IV.pdf

Mekanisme Penyesuaian Pelaporan


Administrasi Pegawai Mutasi
Bagi wajib pajak orang pribadi yang mengalami mutasi
tempat kerja dari kantor pusat ke kantor cabang, maka
penghasilan yang harus dilaporkan di SPT tahunan wajib
pajak orang pribadi tersebut ialah penghasilan sebagai
karyawan yang berasal dari kantor pusat dan penghasilan
yang berasal dari kantor cabang.
Oleh karena itu bagi wajib pajak tersebut akan mendapat
dua bukti potong PPh Pasal 21. Bukti pemotongan ini berasal
satu dari kantor pusat dan satu dari kantor cabang.
https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/perhitungan-pph-21-karyawan-pindah-cabang

Aspek yang Mempengaruhi Perhitungan


Pajak Karyawan Pindah Cabang
 Besaran Gaji
 Nilai pemotongan pajak penghasilan karyawan
diberlakukan progresif tergantung besar nilai gaji per
tahunnya.
 Masa Kerja Karyawan
 Masa kerja karyawan juga menentukan besaran PPh 21 yang akan
dipotong, terutama bagi karyawan yang pindah dalam tahun
berjalan pajak. Dengan diketahuinya masa kerja, kantor cabang
yang baru akan tahu berapa PPh 21 yang harus mereka setorkan.
Lantaran kantor cabang hanya akan menyetorkan pajak
penghasilan selama karyawan bersangkutan bekerja di perusahaan
tersebut.
https://www.kompas.com/konsultasihukum/read/2021/09/14/060000980/bagaimana-aturan-uang-pisah-
bagi-karyawan-dalam-uu-cipta-kerja-?page=all

Resign dan PHK


berikut pengaturan mengenai uang pisah dalam suatu Peraturan Perusahaan:

1. Uang Pisah diberikan kepada karyawan yang mengundurkan diri


maupun jenis PHK lainnya yang ditentukan oleh undang-undang
maupun aturan ketenagerkerjaan lainnya;
2. Besaran uang pisah yang diterima karyawan adalah sebagai berikut:
a. Masa kerja kurang dari 3 tahun: satu bulan gaji pokok
b. Masa kerja 3 tahun atau kurang dari 10 tahun: dua bulan gaji pokok
c. Masa kerja 10 tahun atau kurang dari 15 tahun: tiga bulan gaji pokok
d. Masa kerja 15 tahun atau lebih: lima bulan gaji pokok

Apabila dalam suatu perusahaan tidak mengatur mengenai besaran Uang


Pisah, bukan berarti karyawan tidak berhak atas pemberian Uang Pisah.
https://www.kompas.com/konsultasihukum/read/2021/09/14/060000980/bagaimana-aturan-uang-pisah-
bagi-karyawan-dalam-uu-cipta-kerja-?page=all

Resign dan PHK


UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja serta
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP
35/2021)

 1. Pasal 36 huruf (i) karena karyawan mengundurkan diri secara sukarela


 2. Pasal 49 karena pengusaha tidak terbukti melakukan perbuatan-perbuatan kepada
karyawan
 3. Pasal 51 karena karyawan telah mangkir selama lima hari kerja atau berturut-turut
tanpa keterangan yang jelas setelah dilakukan pemanggilan yang patut;
 4. Pasal 52 ayat (2) karena karyawan telah melakukan pelanggaran yang bersifat
mendesak;
 5. Pasal 54 ayat (1) karena karyawan tidak dapat melakukan pekerjaan selama enam
bulan akibat ditahan pihak berwajib karena diduga telah melakukan tindak pidana yang
menyebabkan kerugian perusahaan;
 6. Pasal 54 ayat (4) karena karyawan diputus bersalah melakukan tindak pidana
sebelum masa penahanan enam bulan berakhir
Perhitungan Pajak Karyawan Pindah
Cabang

Pengitungan PPh 21 karyawan pindah cabang pada dasarnya sama saja


dengan perhitungan PPh 21 secara umum yang mengacu pada jumlah
penghasilan selama setahun.

Sebagaimana diamanatkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-


16/PJ/2016, Pasal 14 Ayat (2) yang berbunyi:

“Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak
kecuali masa pajak terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan
penghasilan yang akan diperoleh selama satu tahun”.
Perhitungan Pajak Karyawan Pindah
Cabang

Pengitungan PPh 21 karyawan pindah cabang pada dasarnya sama saja


dengan perhitungan PPh 21 secara umum yang mengacu pada jumlah
penghasilan selama setahun.

Sebagaimana diamanatkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-


16/PJ/2016, Pasal 14 Ayat (2) yang berbunyi:

“Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak
kecuali masa pajak terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan
penghasilan yang akan diperoleh selama satu tahun”.
Studi Kasus Perhitungan Pajak
Karyawan Pindah Cabang
 Gaji Rodiah seorang lajang di kantor cabang Makassar senilai Rp4,5
juta per bulan, kemudian pada Agustus 2019, Rodiah dipindah ke
kantor cabang Jakarta dengan gaji menjadi Rp5,3 juta per bulan.
 Maka besaran PPh 21 Rodiah per tahun 2019 dapat dihitung dengan
menjumlah gaji Rodiah selama 7 bulan di Makassar dengan gaji
Rodiah selama 5 bulan di Jakarta.

(Rp4,5 juta x 7) + (Rp5,3 juta x 5) = Rp58 juta


Studi Kasus Perhitungan Pajak
Karyawan Pindah Cabang

 Artinya, perkiraan gaji Rodiah sepanjang tahun 2019 adalah Rp58


juta.
 Selain gaji pokok, ada komponen lain yang harus Anda hitung dan
masukkan dalam perhitungan penghasilan bruto, antara lain bonus,
THR, dan iuran BPJS. Baca penjelasan selengkapnya di sini!
 Untuk mengetahui besaran PPh 21 Rodiah, gaji setahunnya harus
dikurangi Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) terlebih dahulu. PTKP
berfungsi sebagai pengurang penghasilan neto wajib pajak.
Studi Kasus Perhitungan Pajak
Karyawan Pindah Cabang
 Artinya, perkiraan gaji Rodiah sepanjang tahun 2019 adalah Rp58
juta.
 Selain gaji pokok, ada komponen lain yang harus Anda hitung dan
masukkan dalam perhitungan penghasilan bruto, antara lain bonus,
THR, dan iuran BPJS. Baca penjelasan selengkapnya di sini!
 Untuk mengetahui besaran PPh 21 Rodiah, gaji setahunnya harus
dikurangi Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) terlebih dahulu. PTKP
berfungsi sebagai pengurang penghasilan neto wajib pajak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 101/PMK.010/2016


tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, PTKP Indonesia
adalah Rp54 juta untuk wajib pajak yang berstatus lajang. Jika wajib pajak sudah
kawin, terdapat tambahan senilai Rp4,5 juta.
Studi Kasus Perhitungan Pajak
Karyawan Pindah Cabang

 Setelah dikurangi PTKP senilai Rp54 juta, Pendapatan Kena Pajak


(PKP) Rodiah menjadi:
 Rp58 juta – Rp54 juta = Rp4 juta 
 Berdasarkan tarif PPh 21 yang tertera dalam Undang-Undang (UU)
Nomor 36 Tahun 2008, Rodiah terkena tarif PPh 21 sebesar 5%.
Studi Kasus Perhitungan Pajak
Karyawan Pindah Cabang
BPJS
https://www.merdeka.com/jateng/jenis-bpjs-di-indonesia-dan-manfaat-
bagi-peserta-perlu-diketahui-kln.html
BPJS
BPJS Kesehatan BPJS Ketenagakerjaan
 Jaminan kesehatan dasar : memberikan  Jaminan hari tua : yaitu layanan yang memberikan
layanan bagi peserta untuk memilih dokter manfaat kepada peserta sudah tidak bekerja atau
atau klinik ketika peserta ingin menggunakan meninggalkan perusahaan. Manfaat ini biasanya
dapat dipakai ketika peserta telah bekerja minimal
layanan kesehatan dasar untuk melakukan
selama 10 tahun di perusahaan yang sama.
pemeriksaan. Layanan ini juga termasuk
kesempatan untuk memilih dokter gigi serta  Jaminan kecelakaan kerja : yaitu layanan yang
menghubungi dokter atau klinik kapan saja. memberikan jaminan kompensasi ketika peserta
mengalami kecelakaan saat bekerja. Kompensasi ini
 Layanan kesehatan lanjutan : yaitu layanan diberikan untuk keperluan perawatan medis yang
yang digunakan ketika klinik yang dipilih akan dilakukan.
tidak bisa memberikan layanan kesehatan  Jaminan kematian : yaitu layanan yang memberikan
lebih lanjut, maka mereka akan memberikan sejumlah kompensasi bagi peserta ketika meninggal
surat rujukan sehingga peserta bisa mendapat saat bekerja di perusahaan. Kompensasi ini
perawatan khusus pada dokter spesialis atau biasanya akan diberikan pada anggota keluarga
rumah sakit dengan fasilitas yang lebih peserta yang telah meninggal.
memadai.  Jaminan pensiun : yaitu layanan yang memberikan
sejumlah kompensasi kepada peserta yang telah
 Layanan rawat inap : yaitu layanan yang mencapai usia pensiun dan harus berhenti bekerja.
digunakan ketika peserta membutuhkan Dengan begitu, kompensasi tersebut dapat
rawat inap dalam menangani masalah memberikan manfaat bagi peserta di kehidupan
kesehatannya. setelah selesai bekerja.
https://www.gadjian.com/blog/2021/01/28/contoh-perhitungan-bpjs-kesehatan-karyawan/

BPJS
BPJS Kesehatan
 Berdasarkan Perpres No 64 Tahun 2020 tersebut, tarif iuran BPJS Kesehatan terbaru untuk peserta
pekerja penerima upah (PPU), termasuk karyawan perusahaan, tidak mengalami perubahan atau
masih sama dengan Perpres No 75 Tahun 2019, yaitu sebesar 5% dari upah dengan ketentuan:
a. 4% dibayar oleh pemberi kerja (perusahaan)

b. 1% dibayar oleh peserta (karyawan)

c. Iuran 5% berlaku untuk lima orang anggota keluarga (karyawan, pasangan pernikahan yang sah, 3
orang anak)

d. Tambahan anggota keluarga dikenakan iuran 1% per orang.

e. Batas upah tertinggi yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran adalah Rp 12.000.000,
sedangkan batas upah terendah adalah upah minimum kabupaten/kota (UMK).

f. Jika pemerintah daerah tidak menetapkan UMK, maka batas upah terendah menggunakan upah
minimum provinsi (UMP).

g. Peserta dengan upah sampai dengan Rp 4.000.000 mendapat manfaat layanan rawat inap kelas
II.

h. Peserta dengan upah lebih dari Rp 4.000.000 mendapat manfaat layanan rawat inap kelas I.
https://www.gadjian.com/blog/2021/01/28/contoh-perhitungan-bpjs-kesehatan-karyawan/

BPJS
BPJS Ketenagakerjaan
A. Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Pasal 16 PP No 44 Tahun 2015

Ketentuannya sebagai berikut:

a. Basis pengali iuran JKK adalah upah sebulan.


Apabila upah dibayar harian, maka upah
b. sebulan dihitung dari upah harian dikalikan 25.
c. Apabila upah dibayar secara borongan atau
satuan, maka upah sebulan dihitung dari upah
rata-rata 3 bulan terakhir.

Iuran JKK sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan atau diberikan dalam bentuk
tunjangan JKK, di mana komponen ini sebagai penambah penghasilan bruto
karyawan.
Misalnya, seorang karyawan memiliki gaji Rp 10.000.000 bekerja di lingkungan
kerja dengan risiko rendah, maka perusahaan membayar tunjangan JKK sebesar:
0,54% x Rp 10.000.000 = Rp 54.000
https://www.gadjian.com/blog/2021/01/28/contoh-perhitungan-bpjs-kesehatan-karyawan/

BPJS
BPJS Ketenagakerjaan
B. Iuran Jaminan Kematian (JKM)

Besarnya iuran JKM adalah 0,30% dari upah yang


seluruhnya dibayar oleh pemberi kerja/pengusaha
melalui tunjangan JKM. Sama dengan JKK, JKM juga
termasuk komponen penambah penghasilan bruto yang
dikenai pajak penghasilan PPh 21. 
Dengan contoh di atas, maka tunjangan JKM yang harus
dibayar perusahaan adalah:
0,30% x Rp 10.000.000 = Rp 30.000
https://www.gadjian.com/blog/2021/01/28/contoh-perhitungan-bpjs-kesehatan-karyawan/

BPJS
BPJS Ketenagakerjaan
C. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT)

Berbeda dengan JKK dan JKM, iuran JHT dibayar sebagian


oleh perusahaan dan sebagian lainnya oleh karyawan
sebagai peserta BPJS. Besarnya iuran JHT adalah 5,7%
dari upah, dengan ketentuan:
a. 3,7% diberikan oleh perusahaan melalui tunjangan JHT
b. 2% dipotong dari gaji karyawan
Perhitungan iuran JHT untuk contoh di atas adalah:
Tunjangan JHT dari perusahaan: 3,7% x Rp 10.000.000 = Rp 370.000
Potongan JHT dari gaji karyawan: 2% x Rp 10.000.000 = Rp 200.000
Iuran JHT yang harus disetor sebesar Rp 570.000.
https://www.gadjian.com/blog/2021/01/28/contoh-perhitungan-bpjs-kesehatan-karyawan/

BPJS
BPJS Ketenagakerjaan
D. Iuran Jaminan Pensiun (JP)

Sejak Maret 2020, batas upah tertinggi sebagai basis pengali iuran
Jaminan Pensiun ditetapkan Rp 8.939.700. Artinya, apabila upah
melebihi nominal tersebut, dalam perhitungannya dianggap memiliki
upah Rp 8.939.700.
Iuran JP ditetapkan sebesar 3% dari upah, dengan ketentuan:
a. 2% diberikan oleh perusahaan melalui tunjangan JP
b. 1% dipotong dari gaji karyawan

Untuk gaji karyawan Rp 10.000.000, maka perhitungan iuran JP


seperti berikut:
Tunjangan JP yang dibayar perusahaan: 2% x Rp 8.939.700 = Rp 178.794
Potongan JP dari gaji karyawan: 1% x Rp 8.939.700 = Rp 89.397
Iuran JP yang harus disetor sebesar Rp 268.191

Potongan iuran JHT dan JP dari gaji karyawan dapat menjadi pengurang penghasilan bruto karyawan
sebelum dipotong pajak PPh 21.
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/kontrak-kerja-sah-di-indonesia/

Kontrak Kerja
Berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) pasal
1320, syarat kontrak kerja dianggap sah antara lain:

 Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya


 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
 Suatu pokok persoalan tertentu
 Suatu sebab yang tidak terlarang

Selain itu, pada pasal 52 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
menerangkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar:
 Kesepakatan kedua belah pihak
 Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
 Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
 Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,
dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/kontrak-kerja-sah-di-indonesia/

Kontrak Kerja
Berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) pasal
1320, syarat kontrak kerja dianggap sah antara lain:

Tak hanya itu, perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya harus
memuat hal-hal sebagai berikut:
 Nama perusahaan, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
 Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh.
 Jabatan atau jenis pekerjaan.
 Tempat pekerjaan.
 Upah dan cara pembayaran.
 Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja.
 Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.
 Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
 Tanda tangan di atas materai oleh para pihak dalam kontrak perjanjian.
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/kontrak-kerja-sah-di-indonesia/

Kontrak Kerja
Jenis-jenisnya Kontrak Kerja

 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)


 Jenis pekerjaan PKWT antara lain:
 Pekerjaan yang sekali selesai atau pekerjaan bersifat sementara.
 Pelaksanaan kerja yang selesainya diperkirakan tidak dalam waktu lama, paling
lama 3 (tiga) tahun.
 Pekerjaan yang bersifat musiman.
 Pelaksanaan kerja yang berhubungan dengan produk atau kegiatan baru, hal-hal
yang masih dalam tahap percobaan atau penjajakan.
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/kontrak-kerja-sah-di-indonesia/

Kontrak Kerja
Jenis-jenisnya Kontrak Kerja

 Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)


 PKWTT dapat dibuat secara lisan tanpa pengesahan dari instansi ketenagakerjaan
terkait.
 Perusahaan wajib membuat surat pengangkatan kerja jika perjanjian kerja
dilakukan secara lisan.
 Masa percobaan kerja (probation) diperbolehkan dalam PKWTT dengan batas waktu
3 (tiga) bulan.
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/kontrak-kerja-sah-di-indonesia/

Kontrak Kerja
Pengangkatan Permanent

 Menurut Pasal 60 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(“UUK”), perjanjian kerja waktu tidak tertentu (“PKWTT”) atau permanen
dapat mensyaratkan adanya masa percobaan paling lama tiga bulan. Oleh
karena itu, masa kerja pekerja PKWTT/permanen dihitung atau dimulai sejak
tanggal selesainya masa percobaan sebagaimana tercantum dalam perjanjian
kerja atau sejak tanggal yang tertulis dalam surat pengangkatan bagi pekerja
tersebut.

 Namun, ada kalanya perjanjian kerja tidak dibuat secara tertulis. Dalam hal
PKWTT dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat
pengangkatan bagi pekerja yang bersangkutan (lihat Pasal 63 ayat [1] UUK).
Dan status permanen pekerja tersebut terhitung sejak tanggal pengangkatan
yang tercantum dalam surat pengangkatan tersebut.
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/kontrak-kerja-sah-di-indonesia/

Kesimpulan
Jadi dari awal karyawan masuk ke dalam dunia kerja maka data-data karyawan (entitas) dibutuhkan
perusahaan untuk data arsip perusahaan yang berguna untuk pengambilan keputusan perusahaan
(penggajian, pembayaran pajak, bpjs, dan juga hal-hal lainnya yang berhubungan dengan dunia kerja.
Kategori pajak bagi karyawan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang sudah dijelaskan dan terdapat
perhitungan-perhitungan yang berbeda setiap kategorinya.
Mutasi, Resign, dan PHK telah diatur dalam Undang-Undang dan tertera syarat dan ketentuan yang
berlaku untuk proses perhitungan pajak setelah perubahan NPWP akibat mutasi.
BPJS merupakan komponen penting dalam perhitungan pajak karyawan. BPJS yang berlaku di Indonesia
ada dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Perhitungan potongan gaji untuk BPJS sudah
diatur dalam Undang-Undang yang berlaku.
Setiap karyawan/pegawai yang bekerja tentunya memiliki kontrak kerja antara perusahaan dan pegawai
yang bekerja. Syarat-syarat kontrak kerja yang berlaku sudah diatur sehingga sebuah kontrak kerja dapat
dianggap sah. Impact pada pengangkatan karyawan permanent pada perbedaan pajak PKWTT dan
PKWTT

Anda mungkin juga menyukai