Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. HUBUNGAN INTERNASIONAL

Skor Nilai :

JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL


(Tantangan Turbulensi Ekonomi Global Terhadap Ekonomi Politik Internasional
Indonesia)

NAMA MAHASISWA : NOVA ULI SIBURIAN

NIM : 3193311018

KELAS : REGULER B/2019

DOSEN PENGAMPU : PRAYETNO, S.IP., M.Si

MATA KULIAH : HUBUNGAN INTERNASIONAL

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Desember 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan critical jurnal review ini dengan baik.

Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prayetno, S.IP., M.Si
sebagai dosen pengampu mata kuliah Hubungan Internasional. Semoga laporan ini dapat
memenuhi target penilaian yang telah ditentukan. Juga dengan Orang Tua saya yang selalu
mendukung saya selama masa perkuliahan hingga saya termotivasi untuk menyelesaikan
tugas tugas dengan baik termasuk tugas ini sebagai salah satunya.

Terlepas dari semua itu, saya sebagai penulis menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dan segi lainnya. Oleh
karena itu, penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki critical jurnal review ini. Akhir kata penulis berharap semoga critical jurnal
review ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Medan, Desember 2020

Nova Uli Siburian

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................................... 1

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR..................................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan CJR.................................................................................................... 1
C. Manfaat CJR....................................................................................................................... 1
D. Identitas Jurnal Utama.................................................................................................. 1
E. Identitas Jurnal Pembanding..................................................................................... 2
BAB II. RINGKASAN ISI ARTIKEL........................................................................................... 3

A. Ringkasan Isi Jurnal Utama......................................................................................... 3


B. Ringkasan Isi Jurnal Pembanding............................................................................4
BAB III. PEMBAHASAN/ANALISIS......................................................................................... 7

A. Pembahasan Isi Jurnal.................................................................................................. 7


B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel ..................................................................9
BAB IV. PENUTUP......................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan....................................................................................................................... 10
B. Saran.................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Mengkritik suatu jurnal dilakukan untuk mengetahui dan memahami kajian
yang terdapat didalam suatu jurnal. Selain itu mengkritik jurnal berguna untuk
melatih kemampuan kita dalam menganalisis suatu pembahasan dalam bidang
kajian tertentu. Sebelum mengkritik sebuah jurnal kita harus membacanya
terlebih dahulu, sehingga pada dasarnya kita mampu mengerti dan memahami
suatu kajian.
B. Tujuan Penulisan CJR
 Tujuan utama pembuatan CJR ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Hubungan Internasional.
 Dapat menambah wawasan mengenai Hubungan Internasional.
 Melatih mahasiswa berfikir kritis untuk menjadi seorang
C. Manfaat Penulisan CJR
 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dalam
sebuah jumal.
 Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
 Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.
 Mengetahui kualitas jumal.
 Memberi masukan kepada penulis jurnal, berupa kritik dan saran
terhadap cara pendahuluan dan deskripsi isi.
D. Identitas Jurnal utama
1. Judul Jurnal : Tantangan Turbulensi Ekonomi Global Terhadap
Ekonomi Politik Internasional Indonesia
2. Jurnal : Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
3. Edisi Terbit : Vol 17, Nomor 2
4. Pengarang artikel : Rafli Zulfikar, Akhmad Jayadi

1
5. Penerbit : Universitas Airlangga
6. Nomor ISSN : 2548-1851
E. Identitas Jurnal Pembanding

1. Judul Jurnal : Reformasi Struktur Perdagangan Internasional dalam


WTO: Perspektif Joseph E. Stiglitz
2. Jurnal : Jurnal Hubungan Internasional
3. Edisi Terbit : Vol 4, Nomor 2 (2015)
4. Kota Terbit : Yogyakarta
5. Pengarang artikel : Sulastri Sasmita
6. Penerbit : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7. Nomor ISSN : 2503-3883

2
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

JURNAL UTAMA

Situasi ekonomi global dalam beberapa tahun ke depan diprediksi semakin sulit
untuk bangkit. Meski diprediksi meningkat akan tetapi peningkatannya tidak begitu
signifikan dalam mengatasi masalah ekonomi global. Setidaknya dalam mengatasi masalah
ekonomi dengan pertumbuhan, inflasi dan suku bunga yang rendah akan berlangsung
stagnan dan dalam waktu yang cukup lama seperti di negara-negara maju, atau yang lebih
dikenal sebagai secular stagnation. Aspek ekonomi internasional seperti berakhirnya harga
komoditas mahal, nomalisasi ekonomi China dan pelambatan ekonomi. Amerika Serikat
membuat perbaikan ekonomi global terus tertekan. Amerika Serikat dan Eropa menjadikan
dunia bergeser sangat proteksionis. Index tahun 2015-2016

Dengan kinerja ekonomi yang cukup bagus dan menjadi motor ekonomi Eropa
dengan pertumbuhan ekonomi per Juli 2016 sebesar 3,1 persen dengan rata-rata
pertumbuhan Eropa di angka 1,6 persen, ancaman krisis yang berasal dari dari Jerman
membuat ekonomi global semakin tertekan. Terancam bangkrut, saham Deusche Bank
turun sebesar 7 persen pada 2016 dan mengakibatkan pasar keuangan global juga terkena
dampak meski hanya bersifat sementara.

Political Instability and Economic Growth menyatakan bahwa ketidakstabilan


politik berpengaruh atas pertumbuhan ekonomi terutama aspek kudeta. Hubungan politik
dan ekonomi sangat mempengaruhi satu sama lain. tidak adanya korelasi antara sistem
negara terhadap pertumbuhan ekonomi; serta, faktor yang paling penting adalah stabilitas
politik terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan volatilitas perubahan rejim yang cukup
besar , mengakibatkan performa ekonomi menurun.

Diplomasi ekonomi merupakan bagian dari pemenuhan kebijakan luar negeri. Yaitu
cara negara menjalankan kebijakan luar negeri melalui kegiatan ekonomi, baik berupa
sangsi maupun keuntungan dari aktifitas ekononi. Perwujudan kepentingan nasional
merupakan tujuan akhir dari diplomasi ekonomi. Cakupan dalam diplomasi ekonomi,

3
menurut Perwita setidaknya ada tiga isu penting: pertama, hubungan antara ekonomi dan
politik, kedua hubungan antara lingkungan serta aneka tekanan domestik dan
internasional dan yang terakhir hubungan antara aktor negara dan nonnegara . Aktor
dalam diplomasi ekonomi tidak hanya dimonopoli oleh aktor negara tapi juga berlaku
untuk swasta seperti multinational corporation, kamar dagang, maupun perorangan.

Ketidak menentuan ekonomi global membutuhkan respon kebijakan ekonomi


politik internasional Indonesia agar dapat memitigasi ancaman krisis baru. Selain itu
ditengah melemahnya kinerja ekonomi negara maju yang notabene adalah pasar utama
ekspor Indonesia seperti China, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang memberikan
momentum bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor non tradisional ke kawasan
selatan seperti Asia Selatan dan Afrika yang diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan
ekonomi yang tinggi diatas pertumbuhan ekonomi global.

JURNAL PEMBANDING

Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang sudah berlangsung sejak


sebelum masehi, hal ini ditandai dengan adanya beberapa kebiasaan masyarakat yang
melakukan sistem barter yaitu pertukaran barang dan jasa saat manusia belum
menemukan uang sebagai alat tukar. Polanyi menyebutkan bahwa pada hakikatnya
institusi pasar telah dikenal sejak zaman batu, akan tetapi pada masa itu peran pasar
sangat insidental bagi kehidupan ekonomi . Sistem barter digunakan sebagai cara untuk
memenuhi kebutuhan tiap-tiap individu, dimana pada awalnya diperkenalkan oleh suku-
suku Mesopotamia pada 6000 tahun SM. Setelah uang barang dirasa tidak efektif lagi
sebagai alat tukar, masyarakat kemudian mulai mencari alternatif alat tukar yang efisien
berupa uang logam yang kemudian seiring waktu bertransformasi dengan munculnya uang
kertas. Munculnya uang logam dan uang kertas sebagai alat tukar resmi perdagangan
internasional diikuti pula dengan munculnya aktifitasaktifitas perdagangan yang
melampaui benua seperti yang dilakukan oleh bangsa eropa pada abad kelima belas Masehi
di kawasan Asia Tenggara. Polanyi menyebutkan bahwa pada abad kesembilan belas
muncul suatu fenomena dalam sejarah peradaban barat yang disebut Perdamaian Seratus
Tahun .

4
Pasca era perimbangan kekuasaan, era selanjutnya adalah era kegagalan Standar
Emas Internasional. Standar emas merupakan satu-satunya pilar yang tersisa dari sistem
ekonomi dunia sebelumnya, artinya apabila pilar ini runtuh maka akan berdampak besar
dikemudian hari. Peristiwa-peristiwa perang dunia I dan revolusi-revolusi pasca perang
pada tahun 1914- 1918 juga menjadi faktor utama dalam mempercepat krisis
berkepanjangan. Arti penting dari standar emas internasional berupa fungsinya sebagai
sistem ekonomi internasional pada masa itu, dimana masyarakat dunia percaya bahwa
standar tersebut adalah satu-satunya hal yang menjadi acuan/kepercayaan bagi semua
bangsa, kelas, agama maupun filosofis sosial. Pentingnya standar emas ini dilihat pula dari
dampak yang timbul seperti halnya kehancuran menyeluruh atas institusiinstitusi nasional
yang disusul dengan krisis diberbagai belahan dunia. Problematika perdagangan
internasional yang timbul pada abad kesembilan belas, telah menyebabkan perubahan
yang fundamental. Stiglitz menyebutkan, negara-negara maju telah memaksa negara-
negara sedang berkembang untuk menghapuskan hambatan perdagangan namun justru
negara maju tetap memertahankan hambatan perdagangan dan mencegah negara sedang
berkembang mengekspor hasil pertanian mereka yang berakibat pada berkurangnya
pendapatan ekspor negara sedang berkembang.

Menurut Stiglitz, reformasi struktur perdagangan internasional dalam WTO dapat


dilakukan melalui beberapa mekanisme, diantaranya . Pertama, memberi perlakuan khusus
bagi negara sedang berkembang. Adanya perbedaan kekuatan/ posisi antara negara maju
dan negara sedang berkembang, maka perlu adanya perlakuan khusus bagi negara sedang
berkembang. Seperti pemberlakuan tarif impor yang lebih rendah atas barang negara maju
yang masuk kedalam negara sedang berkembang. Kedua, Perdagangan bebas bagi negara
sedang berkembang: sebuah usulan terkait akses terhadap pasar. Sebuah reformasi akan
secara stimulun menyederhanakan proses negosiasi, meningkatkan pembangunan, dan
mengurangi ketidakmerataan pada sistem yang ada. Ketiga, memperluas agenda
pembangunan di negaranegara sedang berkembang. kegagalan putaran Uruguay dalam
mengupayakan agenda pembangunan di negaranegara sedang berkembang telah
menunjukan sikap negara maju yang membatasi kemajuan negara sedang berkembang
melalui industrialisasi. Keempat, pengurangan subsidi dan tarif dalam bidang pertanian.

5
Besarnya subsidi dalam bidang pertanian yang dikeluarkan oleh negara maju seperti
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menyebabkan kerugian besar bagi para petani di
negara sedang berkembang. Kelima, membatasi perjanjian perdagangan bilateral. Di antara
aturan paling mendasar yang mengarah pada perluasan perdagangan adalah prinsip yang
memberlakuan semua negara secara sama Keenam, reformasi institusional. Masalah
governance atau masalah dalam tata cara pengambilan keputusan dalam lembaga
internasional adalah salah satu faktor utama yang memicu kegagalan globalisasi.

Selama ini banyak pihak yang mengkritik WTO terkait berbagai kebijakannya, sama
halnya dengan Stiglitz, Walden Bello yang merupakan salah satu tokoh yang mengkritik
globalisasi khususnya bidang ekonomi juga mengungkapkan bahwa WTO sebagai
organisasi perdagangan dunia perlu mencari alternatif yaitu deglobalisasi berupa
reformasi dalam tubuh WTO. Deglobalisasi bukan merupakan konsep yang dibuat agar
negara keluar dari keanggotaannya dari lembaga ekonomi internasional, namun lebih pada
reorientasi ekonomi dari produk untuk ekspor ke produk untuk pasar lokal. Reorientasi
ekonomi ini mengarah pada penguatan sektor nasional secara internal atau devolusi bukan
secara global seperti yang terjadi saat ini. Hal ini bertujuan agar WTO menjadi lembaga
yang lebih terbuka dan bertanggung jawab, khususnya dalam mengkomodasi kepentingan
negara sedang berkembang. Usulan tersebut didasarkan adanya realitas bahwa proses
pengambilan kebijakan atau keputusan dalam WTO yang menggunakan cara konsensus.
Menurut Bello, konsensus adalah akar permasalahan dalam WTO dan cara ini harus
dicegah untuk menciptakan keadailan bersama. Dalam karyanya Walden Bello
menyebutkan: “WTO adalah lembaga yang tidak representatif dan tidak demokratis yang
didasarkan pada ideologi pasar bebas yang tidak menciptakan suatu kondisi kesenjangan
sosial ekonomi dan problem kemiskinan yang semakin besar”. Lebih jauh, Bello
menjelaskan bahwa WTO bukanlah organisasi yang independen, melainkan representasi
hegemoni Amerika dan aktor-aktor swasta.

6
BAB III

PEMBAHASAN / ANALISIS

A. Pembahasan Isi Kedua Jurnal

Pembahasan isi kedua jurnal, baik jurnal utama dan jurnal pembanding adalah
tentang ekonomi internasional. Namun, dalam kedua jurnal tersebut terdapat
perbedaan yang cukup signifikan.

Dimana pada jurnal utama tujuan penelitiannya adalah menganalisis ekonomi


Indonesia di tengah pergolakan ekonomi global tentang mitigasi Indonesia dalam
menghadapi gejolak ekonomi global dan alternatif yang bisa dipilih Indonesia.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi terutama setelah resesi ekonomi 2008 terus
membawa ekonomi global dalam ketidakpastian atau apa yang disebut sebagai
Volatility, Uncertainly, Complexity, Ambiguity (VUCA). Tanda-tanda terjadinya krisis
baru sangat mungkin terjadi mengingat situasi dunia hari ini berada dalam
ketidakpastian dan ambiguitas. Mengkaji bagaimana cara Indonesia menghadapi 3
Destrianita. Imbas Saham Global, IHSG. Saat Ini Diperkirakan Tertekan dalam VUCA
ekonomi global, serta apa yang harus dilakukan Indonesia dalam merespon pelemahan
ekonomi global. Implementasi dari diplomasi ekonomi bermuara pada kepentingan
nasional, yaitu bahwa diplomasi ekonomi ditujukan untuk mencapai kepentingan
nasional melalui kebijakan luar negeri. Sehingga dalam hal itu semua Ketidak
menentuan ekonomi global membutuhkan respon kebijakan ekonomi politik
internasional Indonesia agar dapat memitigasi ancaman krisis baru. Selain itu ditengah
melemahnya kinerja ekonomi negara maju yang notabene adalah pasar utama ekspor
Indonesia seperti China, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang memberikan
momentum bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor non tradisional ke kawasan
selatan seperti Asia Selatan dan Afrika yang diprediksi akan terus mengalami
pertumbuhan ekonomi yang tinggi diatas pertumbuhan ekonomi global.

7
Dalam jurnal tersebut menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk menghasilkan
data deskriptif, yaitu ucapan atau tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari subjek
itu sendiri (Fuchran, 1998). Pendekatan penelitian adalah analisis wacana kritis
(critical discourse analysis). Menurut Badara (2012) analisis wacana kritis yaitu suatu
pengkajian secara mendalam yang berusaha mengungkap kegiatan, pandangan, dan
identitas berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana. Data yang disajikan dalam
kajian ini adalah data sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan studi
literatur, baik jurnal, buku, maupun berita.

Sedangkan dalam jurnal pembanding menjelaskan bahwa institusi ekonomi politik


internasional khususnya WTO sebagai organisasi perdagangan multilateral telah
menciptakan hubungan yang tidak seimbang antara negara maju dan negara sedang
berkembang. Jurnal tersebut terutama ingin memaparkan mengapa tokoh globalisasi
Transformasionalist-globalist yaitu Joseph E. Stiglitz berpandangan untuk mereformasi
struktur perdagangan internasional khususnya WTO. Lebih jauh jurnal tersebut
memberikan tinjauan mengenai kritik-kritik yang disampaikan oleh beberapa negara
sedang berkembang karena kurangnya pengimplementasian perjanjian-perjanjian yang
sebelumnya telah disepakati oleh negara anggota WTO.

Dilihat dari sisi kelembagaan, ada beberapa kritik yang muncul, misalnya: Pertama,
KTM yang diselenggarakan WTO. Penyelenggaraan KTM pada hakikatnya bersifat
terbuka dan transparan bagi anggota, namun dalam pelaksanaannya justru terdapat
kurangnya transparansi seperti banyaknya penyelenggaraan pertemuan yang bersifat
informal yang tidak dihadiri oleh seluruh anggota, namun hanya ada sejumlah negara
tertentu. Kedua, draft declaration yang adalah bahan diskusi tidak mencantumkan
perbedaan posisi negara yaitu negara maju dan negara sedang berkembang, dalam hal
ini erat kaitannya dengan pencantuman sejumlah keberatan atau perbedaan pandangan
dari negara anggota yang ada dalam KTM. Ketiga, pemilihan ketua sidang yang belum
mencerminkan prinsip demokrasi. Keempat, Proses negosiasi yang bersifat eksklusif.
Dalam praktiknya, WTO cenderung melakukan negosiasi terbatas yang hanya
melibatkan negara-negara tertentu.

8
Sehingga dikatakan bahwa melihat realitas ketidakadilan WTO dalam
mengakomodasi kepentingan negara berkembang membuat Stiglitz berpandangan
untuk melakukan reformasi dalam tubuh WTO sebagai upaya menciptakan sebuah
intitusi perdagangan global yang adil dan menguntungkan bagi negara anggota.

B. Kelebihan dan kelemahan isi jurnal


1. Dari segi aspek ruang lingkup kedua jurnal memiliki materi lengkap dan mudah
di mengerti. Jurnal utama dan jurnal pembanding membahas mengenai ekonomi
politik internasional baik dalam tentang mitigasi Indonesia dalam menghadapi
gejolak ekonomi global maupun ekonomi politik internasional khususnya WTO
sebagai organisasi perdagangan multilateral.
2. Dari segi layout, jurnal utama sudah tertata rapi. Spasi yang digunakan sudah
tepat, sehingga tulisan tidak terlalu rapat yang dapat mempermudah pembaca
membacanya. Akan tetapi dalam jurnal pembanding penulisan nya menurut saya
tidak tertata rapi sehingga terlihat berbeda dari jurnal pada umumnya.
3. Dari aspek ruang lingkup isi, sudah baik karena megarah kepada hal yang dituju
langsung yaitu ekonomi politik internasional.
4. Dari segi tata bahasa, di dalam kedua jurnal terdapat beberapa kata yang artinya
sulit dimengerti oleh kaum awamTerdapat penggunaan bahasa asing yang
disertai dengan terjemahannya, sehingga dapat dimengerti oleh para pembaca.

9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi politik diartikan sebagai interaksi antara pasar dengan aktor yang
memiliki power (Gilpin, 2001:45). Perlu dipahami perbedaan antara ekonomi politik
internasional dengan ekonomi politik, yaitu cakupan aktor yang terlibat. EPI memiliki
aktor yang lebih luas dengan melibatkan permasalahan ekonomi internasional, pasar,
perusahaan privat, dan kebijakan setiap negara. Sedangkan ekonomi politik lebih
menekankan pada cakupan domestik. Perwujudan kepentingan nasional merupakan
tujuan akhir dari diplomasi ekonomi. Cakupan dalam diplomasi ekonomi, menurut
Perwita (2008) setidaknya ada tiga isu penting: pertama, hubungan antara ekonomi
dan politik, kedua hubungan antara lingkungan serta aneka tekanan domestik dan
internasional dan yang terakhir hubungan antara aktor negara dan nonnegara (aktor
privat/ swasta). Dalam perjalanan krisis ekonomi kita ketahui Ekonomi internasional
Indonesia yang masih tergantung pada permintaan di negara-negara utama seperti
China, Jepang, UE dan AS, jelas sangat tertekan dengan situasi yang terjadi. Stiglitz
berpandangan untuk melakukan reformasi dalam tubuh WTO sebagai upaya
menciptakan sebuah intitusi perdagangan global yang adil dan menguntungkan bagi
negara anggota.

Perluasan pasar ke kawasan selatan tidak hanya secara ekonomi menguntungkan


akan tetapi juga secara historis dan politik internasional memberikan dampak bagi
Indonesia. Indonesia memiliki modal sejarah hubungan yang relatif baik dengan
kawasan selatan melalui Konferensi Asia Afrika. Masih kuatnya instabilitas politik
domestik dan ancaman konflik membuat ketidakmenentuan kinerja ekonomi. Pada
kondisi yang demikian perluasan pasar ekspor Indonesia diluar negaranegara maju
seperti Asia Selatan dan Afrika tetap menjadi pasar alternatif bagi ekspor Indonesia.

B. Saran

10
Dengan semakin meningkatnya derajad ketergantungan antar negara sekarang ini,
hampir dipastikan bahwa tidak ada satupun postulat yang mujarab yang bisa dipakai
untuk menjawab persoalan-persoalan yang muncul. Dalam perkembangan studi
hubungan internasional yang mutakhir justru beberapa teori tersebut sering
dipaparkan secara sinergis melalui analisis para ahli. Argumen-argumen yang
dikemukakan masing-masing pendukung teori di dalam jurnal bisa memperkaya
pengetahuan kita dalam memahami kecenderungan-kecenderungan global ekonomi
politik yang belakangan ini seringkali sukar untuk diprediksi. Pembaca dapat
menggunakan jurnal ini sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya berkaitan
dengan topic ekonomi politik internasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Zulfikar, R., & Jayadi, A. (2017). Tantangan Turbulensi Ekonomi Global Terhadap Ekonomi
Politik Internasional Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 17(2), 89-
98.

Sasmita, S. (2015). Reformasi Struktur Perdagangan Internasional dalam WTO: Perspektif


Joseph E. Stiglitz. Jurnal Hubungan Internasional, 4(2), 192-203.

12

Anda mungkin juga menyukai