Anda di halaman 1dari 11

-0-

TELAAHAN (BEDAH) BUKU “GREEN CONSTUTUTION : Nuansa Hijau


Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945”
KARYA
Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H.

Mata Kuliah:
Perkembangan Hukum Tata Lingkungan

Dosen Pengampu:
Dr. Firdaus, S.H. M.H.

Disusun oleh:

Nama : AGUS PRIHATNA

NIM : 7773200007

Kelas :2B

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


PASCA SARJANA
FAKULTAS HUKUM

Agus Prihatna
7773200007
-1-

Telaahan (bedah) buku “Green Constutution : Nuansa Hijau UUD NRI


Tahun 1945” Karya
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.

I. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai jantung dan paru-paru Bumi, sering kali di


harapkan untuk menjadi pelopor dan penggerak terwujudnya
kelestarian dan keberlangungan lingkungan hidup. Untuk itu sangat
perlu adanya peningkatan budaya sadar berlingkungan bagi setiap
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga segala
tindakan dan kebijakan yang diambil akan senantiasa
mengutamakan segala aspek yang terkait dengan lingkungan hidup.

Mengutip dari kata pengantar, Buku ini memaparkan 2 pokok


konsep pembahasan yaitu Green Constitution dan Ecocracy. Ada 2
alasan utama yang menjadikan Green Constitution dan Ecocracy
sangat penting untuk dipahami oleh segenap kelompok masyarakat,
pertama yaitu terhadap kondisi kelestarian lingkungan hidup yang
kini teramat memprihatinkan, maka sudah seharusnya kita
meletakan dan memperkuat kembali dasar-dasar konseptual
mengenai persoalan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development) dengan berwawasan
lingkungan. Kedua, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Dasar
Hukum di negara Indonesia atau the supreme law pada dasarnya
telah memuat gagasan fundamental mengenai kedaulatan
lingkungan dan ekokrasi yang dapat disetarakan pula nilai-nilainya
dengan konsep demokrasi dan nomorkrasi. Oleh karena itu, norma-
norma hukum lingkungan hidup yang ada di dalamnya, secara tegas
telah mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan dan
kebijakan di berbagai sektor untuk patuh dan tunduk kepada UUD
1945. Namun sayangnya hingga kini belum banyak yang mampu
menerjemahkan maksud dari nilai-nilai lingkungan hidup yang
terkandung di dalam UUD 1945 tersebut.

Agus Prihatna
7773200007
-2-

II. PEMBAHASAN

Pada Bab I Wacana Konstitusi Hijau, buku ini menjelaskan


tentang istilah Green Constitution dan Ecocrasy. Istilah Green
Constitution merupakan istilah dan fenomena baru dalam dunia
akademis maupun dunia praktik hukum di Indonesia. Rata-rata para
Sarjana Hukum di Indonesia bahkan bagi para ahli hukum tata
negara, istilah Green Constitution atau konstitusi hijau masih sangat
baru. Namun bagi mereka yang aktif bergaul dengan perkembangan
pemikiran hukum dan praktik-praktik kenegaraan di dunia
kontemporer, baik melalui jurnal-jurnal ilmiah maupun banyaknya
buku-buku baru, serta melalui internet tentu tidak akan merasa
asing dengan istilah Green Constitution ini.

Para sarjana hukum Indonesia khususnya Sarjana Hukum


Tata Negara harus mulai membuka diri untuk bergaul dengan
pemikiran dan praktik-praktik kenegaraan di dunia luar. Isu-isu
yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan dampaknya kepada
pemikiran hukum kontemporer/kekinian juga harus diikuti dengan
seksama. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang berciri
nusantara ini mempunyai kondisi yang rentan terhadap bencana
alam. Indonesia termasuk kawasan yang paling potensial menderita
dan menjadi korban apabila terjadi pencemaran, kerusaka ekologi,
dan terganggunya keseimbangan alam di Bumi. Karena itu sarjana
hukum Indonesia, termasuk sarjana hukum tata negara tidak boleh
berpangku tangan, namun harus terlibat aktif di bidang pemikiran
dan perumusan kebijakan negara di bidang ini.

Istilah Ecocrasy, dapat dikatakan bukan istilah yang sama


sekali baru. Sejak akhir tahun 1990, istilah Ecocrasy sudah mulai
dilontarkan dalam pelbagai forum dan media massa berkenaan
dengan isu lingkungan hidup. wacana Ecocrasy masih terbatas pada
konteks ekonomi politik dalam perspektif hubungan antara
pembangunan ekonomi denga ekologi. Konsep Ecocrasy belum dilihat

Agus Prihatna
7773200007
-3-

sebagai konsepsi yang setara dengan konsep demokrasi, nomokrasi,


atau konsep-konsep kekuasaan dalam perspektif yang biasa dipakai
dalam konteks sistem bernegara secara internal.

Menurut Prof. Jimly, konsep Ecocrasy dapat dilihat sebagai


tahapan paling baru dari perkembangan pemikiran filsafat hukum
dan politik mengenai kekuasaan negara.

Pada Bab II Konstitusi Hijau di Pelbagai Negara, buku ini


membahas tentang Konstitusi di pelbagai negara di Eropa dan
Amerika Latin meliputi negara Portugal, Spanyol, Polandia, Prancis,
dan Ekuador, terkait Konstitusi di negara-negara tersebut dan
mengenai perkembangan konstitusi hijau di negara tersebut.

Negara pertama yang dibahas yaitu Portugal dan


Konstitusinya. Portugal adalah satu negara republik yang terletak di
kawasan Eropa Barat Daya yang tergolong negara menengah ke
bawah di antara negara-negara maju di Eropa. Bahkan di kalangan
negara-negara Eropa Barat, Portugal terhitung sebagai negara
dengan GDP per kapita paling rendah. Namun demikian, Portugal
adalah negara yang tercantum sebagai negara teraman ke-7 di
seluruh dunia sampai sekarang. Nama awal dari negara ini adalah
Lusitania lalu berubah nama menjadi Portugal atau Portugis. Bangsa
dan bahasanya disebut Portugis. Negara-negara yang berbahasan
Portugis biasanya disebut Lusophone. Negara Brazil adalah negara
dengan penduduk mayoritas berbahasa Portugis. Konstitusi Hijau
1976 di Portugal terdapat salah satu perkembangan penting yang
juga diadopsikan ke dalam undang-undang dasar Portugal adalah
gagasan pembentukan peradilan konstitusi yang dikenal di pelbagai
negara demokrasi modern. Konstitusi ini merupakan konstitusi hijau
karena memuat mengenai ketentuan terkait lingkungan hidup.
Meskipun pada waktu itu konstitusi mengenai wacana tentang

Agus Prihatna
7773200007
-4-

penguatan hukum lingkungan hidup untuk lebih mendorong dan


meningkatkan kesadaran lingkungan hidup, namun kebijakan-
kebijakan pro-lingkungan di pelbagai negara-negara Eropa belum
sampai ke tahap pengaturan dalam konstitusi. Namun Konstitusi
Portugal 1976 ini telah menentukan atau mengatur adanya
kewajiban negara untuk melindungi lingkungan hidup dan ada pula
hak-hak warga negara akan lingkungan dan kualitas hidup.

Selanjutnya yaitu Spanyol dan Konstitusinya. Spanyol adalah


negara kerajaan yang bersebelahan dengan negara Portugal dan
Prancis dengan luas wilayah yang menempatkannya sebagai negara
terluas kedua sesudah Prancis. Sistem pemerintahan Spanyol adalah
demokratis parlementer dengan bentuk negara monarki. Kepala
negara adalah Raja, sedangkan kepala pemerintahan adalah
Presiden yang setara dengan pengertian Perdana Menteri di negara
lain. Konstutusi Spanyol tahun 1978 adalah konstitusi yang berlaku
hingga saat ini di Spanyol. Konstitusi ini bisa dibilang sebagai
Konstitusi Hijau kedua setelah Konsitusi Portugal 1976. Dalam
Konstitusi Spanyol ini mengatur mengenai hak-hak warga negara
untuk menikmati lingkunganyang cocok dengan perkembangan
hidupnya, dan mengatur tentang kewajiban pemerintah untuk
mengawasi penggunaan sumber-sumber daya akam secara nasional
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas hidup serta
melestarikan dan memulihkan kualitas lingkungan hidup.

Lalu buku ini menjelaskan tentang negara Polandia dan


Konstitusinya. Polandia adalah salah satu bekas negara komunis di
Eropa Timur, tepatnya di sebelah tengah utara Eropa. Dalam
konstitusi yang berlaku sekarang yaitu Konstitusi 1997, Polandia
merupakan negara dengan bentuk pemerintahan republik dengan
sistem pemerintahan parlementer. Maka Polandia dipimpin oleh
seorang Presiden dan seorang Perdana Menteri. Warna bendera
Polandia adalah putih merah, warna bendera ini mirip dengan warna

Agus Prihatna
7773200007
-5-

bendera Indonesia yaitu merah putih. Konstitusi 1997 negara


Polandia disahkan oleh National Assembly pada 2 April 1997 dan
diberlakukan mulai 17 Oktober 1997. Sejak perubahan Konstitusi
pada 1992 dan selanjutnya lebih dipertegas oleh Konstitusi 1997,
Polandia mengalami transformasi yang sangat fundamental menuju
demokrasi politik yang penuh. Konstitusi 1997 juga mengadopsi
prinsip-prinsip baru yang diakui secara luas oleh umat manusia
berkenaan dengan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan
hidup.

Kemudian Buku ini berbicara tentang negara Prancis dan


Konstitusi Prancis. Prancis merupakan salah satu bangsa pelopor
dalam perjuangan untuk kebebasan, demokrasi, dan hak asasi
manusia, di dunia. Hal itu tercermin dalam Declaration of the Right of
Man and of Citizen 1789 yang sering dijadikan referensi dalam
perkembangan sejarah mengenai kebebasan manusia. Pada tahun
2006 Konstitusi Prancis mengalami perubahan, yaitu ketika pada
pembukaannya diubah dengan menambahkan “Piagam Lingkungan”
yang disejajarkan dengan Declaration of the Right of Man and of
Citizen tahun 1789. Dengan diadopsinya Piagam Lingkungan itu ke
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Prancis, maka dapat
dikatakan telah terjadi revolusi besar dalam sejarah ketatanegaraan
Prancis, yaitu konstitusinya berubah menjadi Konstitusi Hijau
(Green Constitution). Dengan perubahan yang fundamental tersebut,
Prancis menjadi negara barat pertama atau negara maju pertama di
dunia yang mengadopsikan gagasan tentang lingkungan yang sehat
dan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam konstitusinya.

Terakhir pada Bab II buku ini menerangkan tentang negara


Ekuador dan Konstitusinya. Ekuador adalah sebuah negara yang
berbentuk republik di Amerika Selatan sebelum diduduki oleh
Spanyol, negara Ekuador pernah berbentuk kerajaan yang kemudian
dikuasai oleh Imperium Inca sampai abad ke-16. Wilayah Ekuador

Agus Prihatna
7773200007
-6-

ditaklukan oleh Franscisco Pizarro dari Spanyol pada tahun 1532.


Sejak itu sampai berakhirnya abad ke-17, Ekuador menjadi salah
satu koloni Kerajaan Spanyol dengan mengeksploitasi hak-hak
orang-orang Indian. Pemberontakan dan revolusi pertama melawan
Spanyol bau terjadi pada tahun 1809. Pada tahun 1819, Ekuador
bergabung bersama Venezuela, Kolombia, dan Panama dalam suatu
Konfederasi Kolombia Raya. Ketika Kolombia Raya runtuh pada
tahun 1830, Ekuador menjadi negara merdeka yang berdiri sendiri.
Konstitusi Ekuador tahun 2008 adalah Konstitusi Hijau yang paling
baru di antara Konstitusi Hijau yang ada hingga saat buku ini
diterbitkan. Dapat dikatakan Konstitusi inilah yang pertama kali
menegaskan adanya hal alam sebagai subjek dalam kehidupan
manusia dalam wadah negara konstitusional.

Dalam Konstitusi 2008 ini dinyatakan bahwa setiap orang di


Ekuador mempunyai hak-hak dasar yang dijamin oleh Undang-
Undang Dasar dan oleh instrumen-instrumen hukum Internasional,
serta alam merupakan subjek yang juga berhak atas segala hak yang
dijamin dalam Undang-Undang Dasar. Disebutkan juga dalam
Konstitusi tersebut bahwa alam berhak atas pemulihan atau
restorasi yang bersifat integral terpisah dari kewajiban orang atau
badan hukum atau negara untuk menjamin kerugian orang atau
kelompok orang yang menggantungkan hidupnya dari ekosistem.

Melalui Konstitusi 2008 ini juga, Negara Ekuador diharuskan


memberi dorongan kepada setiap orang, perkumpulan kolektif, dan
badan-badan hukum untuk melindungi alam, lalu negara juga harus
mempromosikan sikap penghormatan kepada semua elemen dalam
satu kesatuan ekosistem. Kemudian dinyatakan juga bahwa setiap
pribadi orang, masyarakat, komunitas, dan bangsa mempunyai hak
untuk memperoleh keuntungan dari alam dan memupuk kekayaan
alam untuk kehidupan bersama. Alam di sekitarnya tidak boleh
dirusak dan tidak boleh dikurangi daya dukung dan fungsinya bagi

Agus Prihatna
7773200007
-7-

kehidupan bersama. Karena itu, produksi, pemanfaatan, dan


eksploitasi atas lingkungan harus diatur dengan sebaik-baiknya ole
negara.

Pada Bab III Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, buku ini menjelaskan tentang UUD 1945
Pasca Reformasi terkait perkembangan Kebijakan Ekonomi dan
Lingkungan dan tentang Lingkungan Hidup, kemudian menjabarkan
mengenai 7 Prinsip kedaulatan dalam UUD 1945 yang meliputi:

1. Perkembangan Konsep Kedaulatan;


2. Kedaulatan Tuhan;
3. Kedaulatan Rakyat;
4. Kedaulatan Hukum;
5. Kedaulatan Raja;
6. Kedaulatan Negara; dan
7. Kedaulatan Lingkungan.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 menganut paham kedaulatan rakyat, maka dengan
sendirinya kekuasaan di bidang ekonomi juga harus dilihat dari
sudut pandang demokrasi ekonomi, di samping demokrasi politik
yang sudah biasa dipahami. Gagasan Demokrasi Ekonomi itu
tercantum eksplisit dalam Pasal UUD 1945 yang memang
mengandung gagasan kedaulatan rakyat baik di bidang politik
maupun di bidang ekonomi. Dengan kata lain, kekuasaan
tertinggi di negara Indonesia adalah di tangan rakyat baik di
bidang politik maupun ekonomi. Seluruh sumber daya politik
dan ekonomi dikuasai oleh rakyat yang berdaulat.
Mengenai lingkungan hidup dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dirumuskan dalam Pasal
28H ayat (1) yang menyatakan “Setiap orang berhak hidup

Agus Prihatna
7773200007
-8-

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan


lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”. Hak untuk memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta pelayanan kesehatan yang baik
merupakan hak asasi manusia. Karena itu, UUD 1945 jelas
sangat pro terhadap lingkungan hidup, sehingga dapat disebut
sebagai konstitusi hijau (green constitution).
Kemudian dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 dinyatakan
bahwa “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional”. Pasal 33 ayat (4) tersebut
menguatkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 amandemen keempat ini merupakan
Konstitusi Hijau (Green Constitution) dimana dalam Pasal
tersebut mengatur bahwa dalam menyelenggarakan
Perekonomian Nasional ada hal-hal yang harus selalu
diperhatikan yaitu pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.

Pada Bab IV Pembangunan Berkelanjutan dan Wawasan


Lingkungan, buku ini membahas tentang perkembangan
pembangunan berkelanjutan dan wawasan lingkungan di negara
Indonesia. Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan adanya prinsip
“berkelanjutan” dan “berwawasan lingkungan” yang terkandung
dalam asas demokrasi ekonomi yang dianut oleh konstitusi
negara kita. Makna berkelanjutan adalah pembangunan yang
berkelanjutan, artinya semua kegiatan perekonomian harus
memikirkan dampak jangka panjang terutama bagi
keberlangsungan lingkungan hidup yang baik.

Agus Prihatna
7773200007
-9-

Selain harus berkelanjutan, pembangunan juga harus


berwawasan lingkungan. Pembangunan Berwawasan
Lingkungan adalah suatu upaya untuk melestarikan lingkungan
dengan diadakannya suatu pembangunan yang didasari oleh
sumber daya alam dan berada pada tempat yang indah dan sejuk
jauh dari berbagai macam polusi guna untuk menjaga
kelestarian alam dan membantu pentingkatan sumber daya alam
yang hampir rusak.
Pembangunan berwawasan lingkungan pada dasarnya
adalah suatu upaya pembangunan yang berjalan
berkesinambungan atau pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) dan bisa dikatakan Pembangunan
Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan adalah suatu proses
pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam dan
sumber daya manusia sebesar-besarnya, dengan menyerasikan
sumber daya alam dengan manusia sebagai subjek dan objek
dalam pembangunan.

III. PENUTUP
• Kesimpulan dan Saran

Sejak meluasnya kesadaran umat manusia akan pentingnya


perlindungan terhadap lingkungan hidup, kebijakan pemerintahan
yang dikembangkan di pelbagai di dunia sekarang telah berlangsung
dalam dua tahap perkembangan, yaitu gelombang legislasi kebijakan
dan konstitusionalisasi kebijakan lingkungan hidup. setelah
reformasi, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 juga telah mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan ketentuan mengenai hak asasi manusia atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah melakukan
konstiusionalisasi formal atau secara hukum tertulis, sehingga

Agus Prihatna
7773200007
- 10 -

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat


disebut sebagai salah satu Konstitusi Hijau (Green Constitution).
norma-norma hukum lingkungan hidup yang ada di dalam UUD
1945 secara tegas telah mengharuskan seluruh peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di berbagai sektor untuk patuh
dan tunduk kepada UUD 1945 terutama mengenai pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Namun sayangnya
hingga kini belum banyak yang mampu menerjemahkan maksud
dari nilai-nilai lingkungan hidup yang terkandung di dalam UUD
1945 tersebut.

Demikian bedah buku kali ini, semoga bermanfaat. Terima


kasih.

Agus Prihatna
7773200007

Anda mungkin juga menyukai