Anda di halaman 1dari 12

PROVINSI BANTEN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG


NOMOR TAHUN

TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA PADA
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA TEKNIS
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


WALIKOTA TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa BLUD UPT Puskesmas dengan status penuh


dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau
seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan
barang dan/atau jasa pemerintah yang diberikan terhadap
pengadaan barang dan/atau jasa yang sumber dananya
berasal dari jasa layanan, hibah tidak terikat, hasil kerja
sama dengan pihak lain dan/atau lain-lain pendapatan
BLUD UPT Puskesmas yang sah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang
Jenjang Nilai Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan
Umum Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang


Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3518);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
5 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negera Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah
Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5340);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negera Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015
tentang Perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintahan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah;
11. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota
Tangerang Tahun 2016 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah
Kota Tangerang Nomor 8);
12. Peraturan Walikota Nomor 59 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Kesehatan (Berita Daerah Kota Tangerang Tahun 2016 Nomor
59);
13. Peraturan Walikota Nomor 108 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Pusat Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan (Berita
Daerah Kota Tangerang Tahun 2016 Nomor 108);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGADAAN


BARANG/JASA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT
PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pengertian
Pasal l

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Tangerang.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur


penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom

3. Walikota adalah Walikota Tangerang.

4. Unit Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat yang


selanjutnya disingkat UPT Puskesmas adalah Unit
Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat pada
Dinas Kesehatan.

5. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya


disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
di lingkungan pemerintah daerah yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan,
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas.

6. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, yang selanjutnya


disingkat PPK-BLUD adalah pola pengelolaan keuangan
yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian
dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada
umumnya.

7. Kepala BLUD UPT Puskesmas adalah Pemimpin BLUD


UPT Puskesmas.

8. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya


disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
9. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah
Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna
APBN/APBD.

10. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA


adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk
menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah
untuk menggunakan APBD.

11. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut


PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

12. Pejabat Pengadaan yang selanjutnya disebut PP adalah


personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan
Langsung, Penunjukan Langsung, dan E-Purchasing.

13. Kelompok Kerja Pemilihan yang disebut selanjutnya


Pokja Pemilihan adalah kelompok beranggotakan 3 (tiga)
orang atau dapat ditambah sepanjang berjumlah gasal
pada Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)
yang para anggotanya memiliki sertifikat keahlian
pengadaan barang/jasa dan mempunyai tugas
melaksanakan pemilihan penyedia
barang/konstruksi/jasa konsultasi dan atau jasa
lainnya.

14. Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan adalah


panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang
bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan.
15. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang
perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
16. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang
dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
17. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan
atau pembuatan wujud fisik lainnya.
18. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan
kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan
(skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan
jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi dan pengadaan Barang.
19. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang
keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware).
20. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa di mana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau
diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
21. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya
disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK
dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.

22. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya


disebut LPSE adalah unit kerja K/L/D/I yang dibentuk
untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan
Barang/Jasa secara elektronik.

23. Fleksibilitas adalah keleluasaan pengelolaan barang /


jasa pada batas-batas tertentu yang dapat dikecualikan
dari ketentuan yang berlaku umum.

BAB II
PENGADAAN BARANG/JASA
Pasal 2

(1) Pengadaan barang/jasa meliputi:


a. Pengadaan barang;
b. Pengadaan jasa konstruksi;
c. Pengadaan jasa konsultansi; dan
d. Pengadaan jasa lainnya.

(2) Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat dilakukan secara terintegrasi.

(3) Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilaksanakan dengan cara:
a. Swakelola; dan/atau
b. Penyedia

Pasal 3

(1) Pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruh


dananya bersumber langsung dari APBN/APBD
dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi
pengadaan barang/jasa pemerintah.

(2) Pengadaan Barang /Jasa pada BLUD yang


pembiayaannya bersumber dari :
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
c. hasil kerjasama dengan pihak lain; dan
d. lain-lain pendapatan BLUD yang sah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Walikota tentang Pengadaan Barang/Jasa BLUD
Puskesmas dan Peraturan Kepala BLUD tentang Pedoman
Teknis Pengadaan Barang/ Jasa BLUD Puskesmas.

(3) Pengadaan Barang / Jasa yang dananya berasal dari


hibah terikat dilakukan sesuai dengan :
a. Kebijakan pengadaan dari pemberi hibah; atau
b. Ketentuan pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi
BLUD sepanjang disetujui pemberi hibah.

Pasal 4

(1) Pengadaan Barang/Jasa pada BLUD diatur tersendiri


dengan peraturan Kepala BLUD tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Barang/ Jasa BLUD Puskesmas.

(2) BLUD Puskesmas diberikan fleksibilitas berupa


pembebasan dari ketentuan umum bagi pengadaan barang
dan/atau jasa pemerintah apabila terdapat alasan
efektifitas dan/atau efisiensi yang ditetapkan oleh Kepala
BLUD UPT Puskesmas.

(3) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diberikan terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber
dana berasal dari :
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat; dan/atau
c. hasil kerjasama dengan pihak lain dan/atau hasil
usaha lainnya;
d. lain-lain pendapatan yang sah

(4) BLUD mengumumkan rencana Pengadaan Barang/Jasa


kedalam aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum
Pengadaan (SIRUP).

(5) BLUD menyampaikan data Kontrak dalam aplikasi SPSE.

(6) Pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilaksanakan dengan mengikuti prinsip-prinsip :
a. Efisien;
b. Efektif;
c. Transparan;
d. Terbuka dan Bersaing;
e. Adil/tidak diskriminatif; dan
f. Akuntabel.
a. Efisien maksudnya adalah pengadaan barang/jasa harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan;
b. Efektif artinya dengan sumber daya yang tersedia
diperoleh barang/jasa yang mempunyai nilai manfaat
setinggi-tingginya;
c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi
mengenai pengadaan barang/jasa termasuk syarat
teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil
evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya
terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang
berminat bagi masyarakat luas pada umumnya;
d. Terbuka dan bersaing artinya pengadaan barang/jasa
harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat
di antara penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
e. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan
yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan
tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada
pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;
f. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik,
keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan
tugas dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan
barang/jasa; dan

(7) Dalam menjalankan pengadaan barang/jasa


mempertimbangkan praktek bisnis yang sehat, dengan
penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-
kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu dan berkesinambungan.

(8) Dalam hal BLUD belum menetapkan peraturan Kepala


BLUD, pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa pada BLU
berpedoman pada peraturan perundang-undangan
dibidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pasal 5

Pedoman pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4, harus dapat menjamin ketersediaan barang/jasa
yang bermutu, proses pengadaan yang sederhana dan cepat
serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk
mendukung kelancaran pelayanan BLUD UPT Puskesmas.

BAB III
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

Pasal 6

(1) Metode pemilihan penyedia barang/jasa terdiri atas:


a. E-Purchasing;
b. Pengadaan Langsung;
c. Penunjukan Langsung;
d. Tender Cepat
e. Tender; dan
f. Seleksi.

(2) E-purchasing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


dilaksanakan untuk Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang sudah tercantum dalam katalog elektronik.

(3) Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat


huruf b dilaksanakan untuk Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(4) Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu.

(5) Kriteria Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk


keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
meliputi:
a. penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang sifatnya
sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan BLUD
UPT Puskesmas;
b. Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu
kesatuan sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggung
jawab atas risiko kegagalan bangunan yang secara
keseluruhan tidak dapat direncanakan atau
diperhitungkan sebelumnya;
c. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya
dapat disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha yang
mampu;
d. Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang
hak paten, atau pihak yang telah mendapat izin dari
pemegang hak paten, atau pihak yang menjadi
pemenang tender untuk mendapatkan izin dari
pemerintah; atau
e. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
setelah dilakukan Tender ulang mengalami kegagalan.

(6) Tender Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf d


dilaksanakan dalam hal:
a. spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat
ditentukan secara rinci; dan
b. Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam Sistem
Informasi Kinerja Penyedia (SiKAP).

(7) Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e


dilaksanakan dalam hal tidak dapat menggunakan metode
pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf d.

(8) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f adalah


metode pemilihan penyedia untuk pengadaan Jasa
Konsultasi paling banyak diatas Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

Pasal 7

Pelaku Pengadaan Barang/jasa tersiri atas:


(1) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melaksanakan E-
Purchasing untuk nilai paling sedikit diatas Rp. 200 juta.

(2) Pejabat Pengadaan (PP) melaksanakan pengadaan dengan


nilai:
a. Paling banyak Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah)
dilakukan dengan metode pembelian langsung kepada
Penyedia Barang/Jasa;
b. Paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) untuk Pengadaan Langsung atau Penunjukan
Langsung untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya;
c. Paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
untuk Pengadaan Langsung atau Penunjukan Langsung
untuk Jasa Konsultasi, dan
d. Paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) untuk pengadaan yang melalui E-Purchasing.
(3) Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja Pemilihan) melaksanakan
pengadaan dan menetapkan pemenang pilihan dengan
nilai:
a. Paling banyak Rp 100.000.000.0000,00 (seratus milyar
rupiah) untuk Pengadaan Langsung atau Penunjukan
Langsung atau Tender untuk pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya, atau
b. Paling banyak 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) untuk seleksi atau penunjukan langsung Jasa
Konsultasi.

(4) Pejabat Pemeriksa Hasil pekerjaan (PjPHP) memeriksa


administrasi pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa
Konsultasi yang bernilai paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

(5) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) memeriksa


administrasi pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling sedikit
diatas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa
Konsultasi yang bernilai paling sedikit diatas Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 8

(1) Bentuk kontrak pengadaan barang/jasa terdiri dari:


a. bukti pembelian/pembayaran;
b. kuitansi;
c. Surat Perintah Kerja (SPK);
d. Surat perjanjian; dan
e. Surat pemesanan.

(2) Bukti pembelian/pembayaran sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Kuitansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan
nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).

(4) SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


digunakan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan
nilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah), Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai
paling sedikit di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dan Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(5) Surat perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf d digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di
atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di
atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(6) Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


e digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui E-
purchasing atau pembelian melalui toko daring.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 9

Pengadaan barang /jasa pada BLUD UPTD yang dilaksanakan


sebelum diundangkan Peraturan Bupati ini, dilaksanakan
sesuai ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah
BAB V
PENUTUP

Pasal 10

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya,


memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota
Tangerang.

Ditetapkan di Tangerang
pada tanggal

WALIKOTA TANGERANG,

H. ARIEF R. WISMANSYAH

Ditetapkan di Tangerang
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG,

DADI BUDAERI

Anda mungkin juga menyukai