Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasca satu tahun penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara yaitu Dolly
ternyata masih memberikan beberapa persoalan yang menuntut adanya solusi.
Lokalisasi yang terletak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota
Surabaya, Jawa Timur ini sejatinya sebuah lokalisasi yang sudah cukup lama
memiliki eksistensi di kalangan masyarakat Surabaya, Indonesia bahkan
masyarakat Internasional. Lokalisasi ini telah berdiri sejak zaman kolonial, maka
tidak heran jika lokalisasi Dolly memiliki popularitas yang tinggi. Dolly ibarat
telah menjadi icon Kota Pahlawan tersebut dan susah untuk dipisahkan sama
halnya seperti ketika berbicara tentang Jakarta dengan Monumen Nasional
(Monas)-nya atau berbicara mengenai Makasar dengan Pantai Losarinya. Bisnis
yang terlanjur mendarah daging khususnya terhadap para pekerja di dalamnya
baik Pekerja Seks Komersial (PSK) dan juga Mucikari ini telah menjanjikan
kehidupan yang lebih baik. Bagaimana tidak, bisnis esek-esek tersebut dinilai
lebih mudah untuk mendapakan penghasilan daripada bisnis halal pada umumnya.
Dampak finansial dari kegiatan prostitusi tersebut juga sangat fantastis, golongan
Wisma kelas menengah saja dapat meraup puluhan juta rupiah dalam satu bulan.
Omzet bisnis perbulan secara keseluruhan di lokalisasi Dolly bisa mencapai angka
fantastis hingga Miliaran rupiah, dan secara rata-rata seorang PSK dapat
mengantongi 5-10 juta rupiah per bulan dan seorang mucikari bisa mendapat 20
juta rupiah per bulannya.

Dampak dari kegiatan prostitusi itu tidak hanya dirasakan oleh para PSK
dan mucikari saja, namun juga warga di sekitar lokalisasi. Seperti pedagang kaki
lima (PKL), pengayuh becak bahkan warga yang ikut serta menjadi makelar PSK.
Sehingga sudah sangat wajar, penutupan lokalisasi ini terjadi sangat alot dan
mendapat kecaman dari warga yang merasa akan sangat merugi ketika ladang

1
bisnisnya hilang. Namun pada kesempatan ini fokus kami hanyalah pada subjek
mayor dari lokalisasi yaitu PSK dan mucikari. Kenyataan di lapangan berkata
bahwa Dolly resmi ditutup setahun yang lalu. Namun apakah Pemerintah Kota
Surabaya dapat menjamin kegiatan prostitusi ini telah musnah seiring penutupan
Dolly? Kemudian bagaimanakah dengan nasib para pekerja Ex Dolly yang
kehilangan pekerjaannya?

Kemudian ketika permasalahan tersebut dihubungkan dengan bonus


demografi yang dimiliki Indonesia yaitu sumber daya manusia yang melimpah,
kita tidak bisa menutup mata dan menngesampingkan permasalahan pekerja Ex
Dolly tersebut. Sesuai dengan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Atas dasar kemanusiaan inilah
kami memiliki optimisme bahwa seorang mantan PSK dan mucikaripun dapat
berbenah diri dan menjadi tenaga kerja profesional dan mampu bersaing.

Berdasarkan paparan di atas maka kami mengusulkan sebuah gagasan yag


pada akhirnya akan tertuang dalam karya tulis ini dengan judul Optimalisasi
Potensi Masyarakat Ex Dolly (Mantan Mucikari dan Pekerja Seks
Komersial) dalam Upaya Menumbuhkan Jiwa Entrrpreneur dan
Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing di Kancah Global

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat dua rumusan masalah


yang dapat dikaji.
1.2.1 Bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi masalah
pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan mucikari dan
PSK?
1.2.2 Apa solusi yang dapat ditawarkan dalam menanggulangi masalah
pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan mucikari dan
PSK?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1.3.1 Mengetahui peran pemerintah dalam menanggulangi masalah
pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan mucikari dan
PSK.
1.3.2 Mengetahui solusi yang dapat ditawarkan dalam menanggulangi
pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan mucikari dan
PSK.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan maka manfaat
yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Peneliti
Melatih kepekaan, pemahaman dan pencarian solusi bagi peneliti
terhadap masalah serta berusaha menemukan ide kreatif dalam
menanggulangi masalah tersebut.
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan
Dijadikan bahan evalusai dan referensi untuk media pembelajaran.
1.4.3 Bagi Pemerintah
Dijadikan ide dan gagasan yang layak diperhatikan sehingga proses
pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan mucikari
dan PSK menjadi lebih baik.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Dapat membuka mata masyarakat dan memberikan edukasi
mengenai pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan
mucikari dan PSK.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi Pekerja Seks Komersial dan Mucikari

Wanita tuna susila, sampah masyarakat, lonte, pelacur ialah beberapa


istilah yang kerap didengar untuk menyebutkan seorang perempuan yang
menjajakan kehormatan dirinya atau penjaja seks. Kata pelacur berasal dari kata
dasar yang berarti malang, gagal, celaka, sial ataupun tidak jadi dan juga memiliki

3
arti buruk laku (Alwi dalam Jajuli: 2010). Jika diartikan secara lebih luas,
pengertian pelacur adalah orang yang berbuat lacur atau yang menjual dirinya
untuk mendapat sejumlah imbalan tertentu. Selain itu pelacur juga diartikan
sebagai seseorang yang menyediakan dirinya sendiri untuk menyediakan layanan
hubungan seksual demi uang (Hasan dalam Jajuli: 2010.) Pengertian pelacur erat
hubungannya dengan pengertian pekerja seks komersial (PSK). Pada dasarnya
istilah pelacur diperuntukan pada 'perbuatan' sedangkan PSK menunjuk pada
orang melakukan pelacuran. Secara umum, dari beberapa definisi di atas, PSK
adalah orang yang menjajakan dirinya atau melakukan pecuran dengan
memberikan layanan seksual untuk sebuah imbalan.

Layaknya bisnis pada umumnya, dalam operasinya ada peran yang sangat
berpengaruh terhadap berjalannya sebuah bisnis prostitusi, yakni peran seorang
mucikari. Seorang mucikari ialah seorang yang memiliki peran untuk
menghubungkan antara PSK yang ia jajakan dengan pelanggan, tak sampai di
sana seorang mucikari merupakan orang yang mencari para perempuan untuk
dijadikan PSK, menjajakan mereka ke para pelanggan, merawat para PSK bahkan
mengurus keaman sebuah bisnis prostitusi.

2.1.2 Motif atau Faktor Seorang Perempuan Menjadi Pekerja Seks


Komersial

Umumnya kehormatan seorang perempuan akan selalu dijaga oleh


perempuan itu sendiri tetapi ada motif atau faktor yang menyebabkan seorang
perempuan terjun kedalam lembah hitam untuk menjadi seorang PSK. Motif atau
faktor secaca psikologis tersebut adalah sebagai berikut (Warouw dalam Jajuli:
2010):

1. keehidupan seksual yang abnormal.

2. Kepribadian yang lemah

3. Moralitas lemah dan kurang berkembang.

4. Mudah terpengaruh.

4
5. Memiliki motif kemewahan.

Selain secara psikologis, terdapat beberapa kondisi sosial - ekonomi yang


sangat berpengaruh dalam mendorong seorang perempuan untuk menjadi
ekonomi, antara lain (Warouw dalam Jajuli: 2010):

1. Besaral dari keluarga miskin.

2. Melakukan urbanisasi dengan tujuan perbaikan nasib.

3. Ketiadaan keterampilan ataupun keahlian yang dimiliki.

4. Berasal dari keluarga yang tidak harmonis.

5. Telah dicerai oleh suami.

6. Terjebak agen - agen lokalisasi.

2.2.1 Definisi Potensi

Optimalisasi merupakan sebuah ukuran yang mengindikasikan bahwa


semua kebutuhan mampu terpenuhi dari kegiatan - kegiatan yang dilaksanakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata optimalisasi berasal dari kata
optimal yang berarti terbaik, tertinggi ataupun paling meguntungkan. Secara
umum optimalisasi memiliki arti pencarian nilai terbaik dari sesuatu yang tersedia.
Untuk terwujudnya sebuah keadaan optimal dari suatu konteks maka hal yang
harus diketahui adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh konteks tersebut, yang
nantinya akan dioptimalkan.

Fenomena gunung es yang menyebutkan bahwa ada hal yang sangat besar
dari hal kecil yang tampak dipermukaan sangat tepat untuk menggambarkan
sebuah potensi yang dimiliki oleh setiap orang. Potensi merupakan sebuah hal
yang terpendam dalam sebuah konteks. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
potensi merupakan sebuah kemampuan; kesanggupan; daya yang memiliki
kemungkinan untuk terus dikembangkan hingga tingkat yang paling optimal.
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih

5
terpendam di dalamnya yang perlu dieksplorasi untuk diwujudkan menjadi sebuah
kekuatan nyata yang dimiliki sesuatu tersebut. (Wiyono dalam
www.kajianpustaka.com: 2013). Banyak individu mungkin belum bisa menyadari
dan memahami secara penuh akan potensi yang mereka miliki dalam diri meraka.
Suatu kemampuan yang terlihat dari seorang individu mungkin saja hanya satu
dari banyak kemampuan - kemampuan lain yang belum digali dari dan oleh diri
mereka sendiri. Sejatinya potensi tidak hanya terwujud dalam bentuk kemampuan
melainkan sebuah potensi dapat berupa sebuah energi, kekuatan baik itu kekuatan
fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai - nilai yang terkandung dalam
diri tetapi belum diolah maupun dioptimalkan (Pihadhi dalam
www.kajianpustaka.com; 2013).

2.2.2 Cara Menggali Potensi

Setiap individu memiliki cara dan jalan yang berbeda - beda untuk menggali
semua potensi yang ada dalam diri mereka. Menurut Edwin Arif S, secara
sederhana menggali potensi diri dapat dilakukan dengan cara - cara sebagai
berikut:

1. Mengenal Diri Sendiri

Sebuah proses awal yang sangat sederhana tetapi memiliki dampak


yang kompleks jika dalam pelaksanaannya menemui kegagalan.
Mengenali diri sendiri dapat diawali dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada diri sendiri dan menjawab dengan sejujurnya dan
objektif.

2. Memiliki Tujuan atas Kehidupan yang Dijalani.

Setiap individu mestinya memiliki alasan yang realistis atas kehidupan


yang dijalani. Sebuah tujuan yang jelas untuk diraih akan mendorong
setiap individu untuk mengeluarkan potensi yang dimiliki untuk mencapai
tujuan - tujuan tersebut.

3. Tahu akan Motivasi Diri

6
Sebuah proses untuk menggali potensi membutuhkan sebuah lecutan
semangat atau stimulus yang menjadi bahan bakar untuk setiap individu.

4. Menghilangkan Pikiran negatif

Daya manusia untuk berpikir terkadang menjadi sebuah hambatan jika


pikiran yang muncul ialah pikiran negatif. Sebuah pikiran negatif akan
membatasi tindakan setiap individu untuk mengeksplorasi diri.

5. Berhenti Mengadili Diri

Berada dalam sebuah kedaan terpuruk hanya untuk menyalahkan diri


juga merupakan sebuah tindakan yang salah untuk mengeksplor potensi
diri karena stigma yang dimunculkan dari pengadilan diri sendiri akan
menghentikan tindakan diri untuk maju.

2.2.3 Jenis Jenis Potensi

Potensi diri tidak hanya berbicara tentang satu jenis potensi saja melainkan
berbicara tentang berapa jenis potensi. Menurut Nashori, sebuah potensi diri
terdiri dari beberapa jenis potensi diri yakni:

1. Potensi Berpikir

Setiap individu mampu mengolah informasi - informasi yang


mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan informasi yang sudah ada
dengan logika sehingga muncul pemikiran baru.

2. Potensi Emosi

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki cita rasa untuk


memahami orang lain yang ada di sekitarnya, mencintai dan dicintai,
memperhatikan dan diperhatikan dan memiliki rasa menghargai terhadap
sekitar.

3. Potensi Fisik

7
Adakalanya orang memiliki potensi secara fisik yakni mampu
membuat gerakan tubuh yang sangat efisien

4. Potensi Sosial

Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas menyesuaikan


diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan
mempengaruhi orang lain didasari oleh kemampuan belajarnya baik dalam
lingkup pengetahuan maupun keterampilan.

2.2.4 Potensi PSK Bekas Lokalisasi Dolly

Setiap individu pastinya memiliki salah satu dari keempat potensi tersebut.
Sebuah tempat bukanlah sebuah halangan sebuah potensi berkembang terus
menerus, khususnya berkembang ke arah yang positif. Salah satu contoh adalah
daerah bekas lokalisasi dolly yang bertempat di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan
Sawahan, Surabaya yang memiliki beragam potensi yang sesungguhnya dapat
dikembangkan menjadi hal yang lebih positif dari sekadar tempat prostitusi.

Tempat prostitusi yang dulunya merupakan lokalisasi terbesar se- Asia


Tenggara ini memililiki potensi sumber daya manusia yang melimpah. Kawasan
padat penduduk ini mampu menampung 1.022 orang pekerja seks komersial pada
tahun 2014 (Joko, www.kompasiana.com: 2014). Hal tersebut secara jumlah,
merupakan potensi sumber daya manusia yang cukup besar. Setiap orang dari
1.022 orang tersebut setidaknya memiliki salah satu jenis potensi dari empat yang
ada, baik itu potensi berpikir, potensi emosi, potensi fisik, maupun potensi sosial.

Sama seperti halnya individu - individu yang lain, banyak dari pekerja
seks tersebut sesungguhnya ingin mengembangkan diri mereka ke arah yang lebih
baik. Hal tersebut terlihat dari beberapa pelatihan keterampilan yang
diselenggarakan oleh pemerintah khusunya Pemkot Surabaya disambut baik oleh

8
para pekerja seks tersebut (www.news.detik.com: 2014). Secara umum
menunjukan bahwa terdapat potensi jiwa wirausaha pada individu pekerja seks
komersial di daerah Dolly.

2.3.1 Definisi Motivasi


Sebuah pekerjaan akan menghasilkan hal yang maksimal jika dikerjakan
dengan sepenuh hati, terdapat tujuan di baliknya dan tentu terdapat motivasi yang
besar.
2.4.1 Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan
Wirausaha atau sering didengar dengan kata pengusaha, secara etimologi
berasal dari bahasa Prancis yakni kata entrepreneur yang berarti pemimpin
musik atau pemimpin pertujukan (Jhingan dalam Ongky: 2013). Secara sudut
pandang ekonomi, wirausaha ialah seorang yang memiliki daya atau kemampuan
untuk menangkap peluang usaha untuk meraih keberhasilan. Seorang wirausaha
tidak hanya seorang yang memiliki pendidikan tinggi, sangat terampil atau
sebagainya saja, orang yang tidak sekolah ataupun memiliki keterbatasan juga
mampu menjadi seorang wirausaha, tergantung seberapa seseorang bisa
memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Seorang wirausaha atau pengusaha
memiliki beberapa kriteria kualitas diantaranya:

1. Memiliki akal banyak dan kreatif, energik, tanggap akan adanya peluang
baru, mampu beradaptasi dengan segala perubahan keadaan dan memiliki
kekampuan dalam mengelola risiko di dalamnya.
2. Memperkenalkan peruahan teknologi dalam menjaga peningkatan
kualiatas.
3. Mengembangkan skala operasi dan mengelola laba usaha dalam bentuk
investasi.

Secara garis besar, seorang dikatakan sebagai seorang wirausaha karena


seorang tersebut memiliki kemampuan, melihat dan menilai kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk mengambil keuntungan dari

9
kesempatan bisnis yang ada serta mengambil tindakan yang tepat guna
memaksimalkan kesuksesan yang dicapai (Meredith dalam Ongky; 2013).

Kemampuan dari seseorang dalam menangkap sebuah peluang itulah yang


dikenal dengan kata kewirausahan. Kewirausahaan bukan hanya sekadar sebuah
kemampuan melainkan ada hal - hal lebih yang terkandung di dalamnya.
Kewirausahaan merupakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang
dalam mengelola kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan
efisiensi dalam rangka pencapaian laba yang lebih baik. Pada intinnya
kewirausahaan adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda dengan menggunakan kreativitas yang dimiliki dalam
menciptakan inovasi (Suryana dalam Ongky:2013).

2.4.2 Karateristik atau Watak Wirausaha

Selama melakukan pengelolaan usaha, seorang wirausahan diminta untuk


selalu dan menunjukan watak sebagai berikut:

1. Percaya Diri

Seorang wirausaha wajib memiliki rasa yakin pada diri sendiri dan
optimis akan pilihan yang diambil.

2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Laba bukan hanya sekadar sebuah tujuan yang ingin diraih


melainkan sebuah dorongan motivasi untuk bekerja keras.

3. Berani akan Risiko dan Tantangan

Keberanian dalam mengambil risiko yang wajar dan mampu


mengelola tantangan.

4. Kepemimpinan

10
Memiliki jiwa pemimpin dan mampu mengambil keputusan yang
tepat dari segala jenis keadaan.

5. Keorisinilan

Selalu mengembangkan inovasi dari kreatifitas - kreatifitas yang


dimiliki tanpa menyontek kreatifitas orang lain.

6. Berorientasi jangka panjang

Memiliki kemampuan untuk perencanaan jangka panjang dalam


melakukan pengelolaan usaha. Watak atau karakteristik itulah yang harus
menjadi hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha (Meredith
dalam Ongky: 2013). Ketika semua bentuk karakteristik tersebut dimiliki
oleh setiap orang, termasuk para pekerja seks komersial di wilayah bekas
lokalisasi dolly maka mereka yang awalnya mencari penghidupan dengan
hanya menjual diri saya akan mampu menjadi individu yang lebih baik dan
menjadi sumber daya manusia yang lebih bernilai.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data

Karya tulis ini menggunakan data - data yang berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang berkaiatan dengan permasalahan yang dibahas. Adapun
beberapa jenis referensi yang digunakan dalam karya tulis ini adalah jurnal ilmiah
edisi online dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang
diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

3.2 Pengumpulan Data

Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi atau data yang


didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari

11
informasi yang diperoleh. penulisan diupayakan saling terkait antar yang satu
dengan yang lainnnya dan sesuai dengan topik yang dibahas.

3.3 Analisis Data

Data yang telah terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai topik kajian
untuk selanjutnya dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisi data bersifat deskriptif
argumentatif.

3.4 penarikan Kesimpulan

Sebuah kesimpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan


masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik
mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis
sebagai rekomendasi selanjutnya.

BAB IV

PEMBAHASAN

Fenomena penutupan gang Dolly di Surabaya menimbulkan banyak


kontroversi di kalangan masyarakatnya. Satu pihak sangat setuju jika lokalisasi ini
ditutup karena alasan moralitas dan kesusilaan, namun pihak lain sangat
menentang pembubaran ini, karena mereka khawatir jika pemerintah tidak
menetapi janjinya untuk mensejahterakan masyarakat yang selama ini
menggantungkan hidupnya di daerah lokalisasi tersebut. Beberapa pihak yang
merasa paling dirugikan adalah para Pekerja Seks Komersial dan Mucikari.
Mereka merasa dirugikan karena dengan adanya penutupan lokalisasi ini tentu
saja akan membuat mereka kehilangan pekerjaannya. Di sisi lain, pemerintah
yang diharapkan untuk merevitalisasi keadaan mereka justru terkesan adem ayem
dan seakan-akan melupakan tugasnya dan cenderung tidak berkarya dengan

12
maksimal dalam upaya mensejahterakan para ex PSK dan mucikari tersebut
sehingga menjadikan dilema yang besar di hati mereka.

Untuk menanggulangi hal tersebut kami berinisiatif untuk


menyempurnakan program pemerintah yang dinilai kurang maksimal dalam
pemberdayaan para ex PSK dan mucikari, karena kami selalu percaya bawasannya
mereka adalah insan-insan produktif yang dapat mendorong Indonesia yang maju
apabila potensi-potensi yang dimiliki oleh para ex PSK dan mucikari tersebut
dapat terasah dengan baik. Adapun hal-hal yang akan kami lakukan adalah
memberikan pelatihan hardskills dan softskills kepada mereka. Pelatihan
hardskills dapat kami lakukan dengan latihan menjahit, membuat kue kering,
membuat bakso, dan keterampilan lain yang dapat mengolah bahan mentah
menjadi bahan-bahan jadi siap konsumsi yang memberikan penghasilan. Untuk
pelatihan softskills, kami berniat untuk menanamkan jiwa entrepreneurship
kepada para mantan PSK dan mucikari, dengan tujuan agar mereka tidak hanya
bisa untuk mengolah suatu barang mentah menjadi barang jadi, namun juga agar
mereka mampu mengelola sumber daya yang ada di sekitar mereka seefisien
mungkin, sehingga suatu saat nanti mereka bisa menjadi penyedia lapangan kerja
dan mengajak para teman-teman PSK mereka untuk bergabung di usaha yang
mereka dirikan. Dalam hal ini, kami juga akan menyisipkan pemberian motivasi
sehingga mereka senantiasa berjuang untuk mencapai hidup yang lebih layak
sehingga mereka tidak lagi terjerumus pada bisnis terlarang dan juga dinasti
pelacuran itu lagi.

Meninjau dari kedaan Indonesia yang semakin diterjang arus globalisasi


yang mengharuskan masyarakatnya untuk mampu berbahasa asing, disini kami
juga berniat untuk memberikan pelatihan bahasa asing, sehingga mereka dapat
menjalankan usaha tanpa khawatir akan tergerus zaman jika dikarenakan
ketidakmampuan mereka dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing.

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian softskills pada para ex psk dan ex mucikari dalam bidang


entrepreneurship atau pengelolaan suatu usaha yang didapat karena
kepekaan dalam membaca peluang, diharapkan dapat memperbaiki
kualitas hidup mereka sehingga tidak lagi tercebur ke lubang bisnis kotor
tersebut.

2. Selain kemampuan mengelola bisnis, kami juga memberikan motivasi


kepada para ex PSK dan ex mucikari agar senantiasa berjuang demi
tercapainya kehidupan yang lebih baik, dan tentunya mendorong mereka

14
untuk tidak mudah terpengaruh oleh godaan untuk kembali ke pekerjaan
mereka dulu.

3. Kami juga berinisiatif untuk memberikan pelatihan bahasa asing sehingga


mereka dapat bersaing secara internasional, dan dengan pelatihan ini kami
berharap mereka tidak lagi merasa kecil hati dalam bersaing dan mampu
merekrut teman-teman sejawatny untuk bergabung di dalam usaha yang
mereka dirikan.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang kami tunjukkan melalui karya tulis ini adalah
sebagai berikut.

5.2.1 Untuk Pemerintah

1. Peran pemerintah sebagai penggerak serta pengawas regulasi yang ada di


negeri ini sangat diharapkan untuk mengendalikan suasana yang terlanjur
carut-marut. Jangan sampai janji-janji yang telah dideklarasikan tersebut
tidak diimplementasikan dengan sebagaimana mestinya sehingga
menyebabkan nasib para ex PSK dan mucikari semakin terseok-seok dan
justru menyebabkan akibat yang lebih buruk dari yang sebelumnya.

2. Pemerintah seharusnya memfasilitasi para ex PSK dan ex mucikari dengan


optimal dan konsisten, tidak hanya pelatihan secara teknis tapi juga secara
manajerial sehingga mereka tidak hanya berperan sebagai pencari
lapangan kerja namun juga sebagai pendiri lapangan pekerjaan.

3. Adapun opsi yang kami sarankan adalah agar pemerintah menjalin


kemitraan dengan perusahaan swasta, UKM, ataupun lembaga bisnis lain
yang berperan sebagai penyedia lapangan kerja untuk menampung dan
memperkerjakan mantan PSK dan mucikari sesuai dengan keterampilan
mereka masing-masing. Hal ini bertujuan agar berbagai keterampilan yang
telah diajarkan tidak sia-sia dan usaha untuk pemberdayaan berjalan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Agar terjalin simbiosis mutualisme di

15
kedua belah pihak, pemerintah sekiranya dapat memberikan kebijakan
pembebasan ataupun pengurangan pembayaran pajak.

4. Setiap entitas bisnis yang ada pasti memiliki program tanggung jawab
sosial, yang lebih dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social
Responsibility), dimana perusahaan bertanggung jawab untuk ikut serta
dalam proses pemberdayaan lingkungan. Oleh karena itu, kami berharap
agar pemerintah mampu menghimbau perusahaan-perusahaan swasta
untuk mempekerjakan para eks PSK dan mucikari, sebagai wujud nyata
kepedulian serta tanggung jawab mereka untuk menuju Indonesia yang
lebih maju.

5.2.2 Bagi mantan Pekerja Seks Komersial dan Mucikari

1. Para mantan pekerja seks komersial dan mucikari diharapkan agar


mengukuhkan niatnya untuk berubah dan menyadari bahwa pekerjaan
mereka yang sebelumnya bukanlah pekerjaan yang baik, sehingga akan
timbul niat dari hati mereka yang terdalam untuk menjalani kehidupan
yang lebih baik.

2. Tidak akan ada hasil yang maksimal dengan usaha yang instant. Oleh
karena itu, kami berharap agar para ex PSK dan mucikari bersedia untuk
memantapkan diri dan lebih konsisten dalam mengikuti pelatihan,
sehingga tercapai hasil maksimal yang dapat menghantarkan mereka
dalam kehidupan layak yang sesungguhnya. Dengan demikian, ilmu yang
di berikan oleh instruktor tidak sia-sia dan dapat membuahkan hasil yang
optimal.

2. Ditinjau dari segi kesehatan, tentu saja bisnis pelacuran ini sangat rentan
terhadap berbagai penyakin menular seksual yang mematikan seperti
HIV/AIDS, gonorrhea, sifilis atau raja singa, dan lain-lain. Oleh sebab itu,
kami berharap, agar timbul keinginan dari hati para PSK untuk terbebas
dari penyakit tersebut, sehingga mereka dengan ikhlas beralih dari profesi
tidak wajar tersebut tanpa adanya unsur keterpaksaan.

16
17

Anda mungkin juga menyukai