PENDAHULUAN
Pasca satu tahun penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara yaitu Dolly
ternyata masih memberikan beberapa persoalan yang menuntut adanya solusi.
Lokalisasi yang terletak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota
Surabaya, Jawa Timur ini sejatinya sebuah lokalisasi yang sudah cukup lama
memiliki eksistensi di kalangan masyarakat Surabaya, Indonesia bahkan
masyarakat Internasional. Lokalisasi ini telah berdiri sejak zaman kolonial, maka
tidak heran jika lokalisasi Dolly memiliki popularitas yang tinggi. Dolly ibarat
telah menjadi icon Kota Pahlawan tersebut dan susah untuk dipisahkan sama
halnya seperti ketika berbicara tentang Jakarta dengan Monumen Nasional
(Monas)-nya atau berbicara mengenai Makasar dengan Pantai Losarinya. Bisnis
yang terlanjur mendarah daging khususnya terhadap para pekerja di dalamnya
baik Pekerja Seks Komersial (PSK) dan juga Mucikari ini telah menjanjikan
kehidupan yang lebih baik. Bagaimana tidak, bisnis esek-esek tersebut dinilai
lebih mudah untuk mendapakan penghasilan daripada bisnis halal pada umumnya.
Dampak finansial dari kegiatan prostitusi tersebut juga sangat fantastis, golongan
Wisma kelas menengah saja dapat meraup puluhan juta rupiah dalam satu bulan.
Omzet bisnis perbulan secara keseluruhan di lokalisasi Dolly bisa mencapai angka
fantastis hingga Miliaran rupiah, dan secara rata-rata seorang PSK dapat
mengantongi 5-10 juta rupiah per bulan dan seorang mucikari bisa mendapat 20
juta rupiah per bulannya.
Dampak dari kegiatan prostitusi itu tidak hanya dirasakan oleh para PSK
dan mucikari saja, namun juga warga di sekitar lokalisasi. Seperti pedagang kaki
lima (PKL), pengayuh becak bahkan warga yang ikut serta menjadi makelar PSK.
Sehingga sudah sangat wajar, penutupan lokalisasi ini terjadi sangat alot dan
mendapat kecaman dari warga yang merasa akan sangat merugi ketika ladang
1
bisnisnya hilang. Namun pada kesempatan ini fokus kami hanyalah pada subjek
mayor dari lokalisasi yaitu PSK dan mucikari. Kenyataan di lapangan berkata
bahwa Dolly resmi ditutup setahun yang lalu. Namun apakah Pemerintah Kota
Surabaya dapat menjamin kegiatan prostitusi ini telah musnah seiring penutupan
Dolly? Kemudian bagaimanakah dengan nasib para pekerja Ex Dolly yang
kehilangan pekerjaannya?
2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1.3.1 Mengetahui peran pemerintah dalam menanggulangi masalah
pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan mucikari dan
PSK.
1.3.2 Mengetahui solusi yang dapat ditawarkan dalam menanggulangi
pemberdayaan masyarakat Ex Dolly khususnya mantan mucikari dan
PSK.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
arti buruk laku (Alwi dalam Jajuli: 2010). Jika diartikan secara lebih luas,
pengertian pelacur adalah orang yang berbuat lacur atau yang menjual dirinya
untuk mendapat sejumlah imbalan tertentu. Selain itu pelacur juga diartikan
sebagai seseorang yang menyediakan dirinya sendiri untuk menyediakan layanan
hubungan seksual demi uang (Hasan dalam Jajuli: 2010.) Pengertian pelacur erat
hubungannya dengan pengertian pekerja seks komersial (PSK). Pada dasarnya
istilah pelacur diperuntukan pada 'perbuatan' sedangkan PSK menunjuk pada
orang melakukan pelacuran. Secara umum, dari beberapa definisi di atas, PSK
adalah orang yang menjajakan dirinya atau melakukan pecuran dengan
memberikan layanan seksual untuk sebuah imbalan.
Layaknya bisnis pada umumnya, dalam operasinya ada peran yang sangat
berpengaruh terhadap berjalannya sebuah bisnis prostitusi, yakni peran seorang
mucikari. Seorang mucikari ialah seorang yang memiliki peran untuk
menghubungkan antara PSK yang ia jajakan dengan pelanggan, tak sampai di
sana seorang mucikari merupakan orang yang mencari para perempuan untuk
dijadikan PSK, menjajakan mereka ke para pelanggan, merawat para PSK bahkan
mengurus keaman sebuah bisnis prostitusi.
4. Mudah terpengaruh.
4
5. Memiliki motif kemewahan.
Fenomena gunung es yang menyebutkan bahwa ada hal yang sangat besar
dari hal kecil yang tampak dipermukaan sangat tepat untuk menggambarkan
sebuah potensi yang dimiliki oleh setiap orang. Potensi merupakan sebuah hal
yang terpendam dalam sebuah konteks. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
potensi merupakan sebuah kemampuan; kesanggupan; daya yang memiliki
kemungkinan untuk terus dikembangkan hingga tingkat yang paling optimal.
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih
5
terpendam di dalamnya yang perlu dieksplorasi untuk diwujudkan menjadi sebuah
kekuatan nyata yang dimiliki sesuatu tersebut. (Wiyono dalam
www.kajianpustaka.com: 2013). Banyak individu mungkin belum bisa menyadari
dan memahami secara penuh akan potensi yang mereka miliki dalam diri meraka.
Suatu kemampuan yang terlihat dari seorang individu mungkin saja hanya satu
dari banyak kemampuan - kemampuan lain yang belum digali dari dan oleh diri
mereka sendiri. Sejatinya potensi tidak hanya terwujud dalam bentuk kemampuan
melainkan sebuah potensi dapat berupa sebuah energi, kekuatan baik itu kekuatan
fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai - nilai yang terkandung dalam
diri tetapi belum diolah maupun dioptimalkan (Pihadhi dalam
www.kajianpustaka.com; 2013).
Setiap individu memiliki cara dan jalan yang berbeda - beda untuk menggali
semua potensi yang ada dalam diri mereka. Menurut Edwin Arif S, secara
sederhana menggali potensi diri dapat dilakukan dengan cara - cara sebagai
berikut:
6
Sebuah proses untuk menggali potensi membutuhkan sebuah lecutan
semangat atau stimulus yang menjadi bahan bakar untuk setiap individu.
Potensi diri tidak hanya berbicara tentang satu jenis potensi saja melainkan
berbicara tentang berapa jenis potensi. Menurut Nashori, sebuah potensi diri
terdiri dari beberapa jenis potensi diri yakni:
1. Potensi Berpikir
2. Potensi Emosi
3. Potensi Fisik
7
Adakalanya orang memiliki potensi secara fisik yakni mampu
membuat gerakan tubuh yang sangat efisien
4. Potensi Sosial
Setiap individu pastinya memiliki salah satu dari keempat potensi tersebut.
Sebuah tempat bukanlah sebuah halangan sebuah potensi berkembang terus
menerus, khususnya berkembang ke arah yang positif. Salah satu contoh adalah
daerah bekas lokalisasi dolly yang bertempat di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan
Sawahan, Surabaya yang memiliki beragam potensi yang sesungguhnya dapat
dikembangkan menjadi hal yang lebih positif dari sekadar tempat prostitusi.
Sama seperti halnya individu - individu yang lain, banyak dari pekerja
seks tersebut sesungguhnya ingin mengembangkan diri mereka ke arah yang lebih
baik. Hal tersebut terlihat dari beberapa pelatihan keterampilan yang
diselenggarakan oleh pemerintah khusunya Pemkot Surabaya disambut baik oleh
8
para pekerja seks tersebut (www.news.detik.com: 2014). Secara umum
menunjukan bahwa terdapat potensi jiwa wirausaha pada individu pekerja seks
komersial di daerah Dolly.
1. Memiliki akal banyak dan kreatif, energik, tanggap akan adanya peluang
baru, mampu beradaptasi dengan segala perubahan keadaan dan memiliki
kekampuan dalam mengelola risiko di dalamnya.
2. Memperkenalkan peruahan teknologi dalam menjaga peningkatan
kualiatas.
3. Mengembangkan skala operasi dan mengelola laba usaha dalam bentuk
investasi.
9
kesempatan bisnis yang ada serta mengambil tindakan yang tepat guna
memaksimalkan kesuksesan yang dicapai (Meredith dalam Ongky; 2013).
1. Percaya Diri
Seorang wirausaha wajib memiliki rasa yakin pada diri sendiri dan
optimis akan pilihan yang diambil.
4. Kepemimpinan
10
Memiliki jiwa pemimpin dan mampu mengambil keputusan yang
tepat dari segala jenis keadaan.
5. Keorisinilan
BAB III
METODE PENULISAN
Karya tulis ini menggunakan data - data yang berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang berkaiatan dengan permasalahan yang dibahas. Adapun
beberapa jenis referensi yang digunakan dalam karya tulis ini adalah jurnal ilmiah
edisi online dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang
diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
11
informasi yang diperoleh. penulisan diupayakan saling terkait antar yang satu
dengan yang lainnnya dan sesuai dengan topik yang dibahas.
Data yang telah terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai topik kajian
untuk selanjutnya dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisi data bersifat deskriptif
argumentatif.
BAB IV
PEMBAHASAN
12
maksimal dalam upaya mensejahterakan para ex PSK dan mucikari tersebut
sehingga menjadikan dilema yang besar di hati mereka.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
14
untuk tidak mudah terpengaruh oleh godaan untuk kembali ke pekerjaan
mereka dulu.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang kami tunjukkan melalui karya tulis ini adalah
sebagai berikut.
15
kedua belah pihak, pemerintah sekiranya dapat memberikan kebijakan
pembebasan ataupun pengurangan pembayaran pajak.
4. Setiap entitas bisnis yang ada pasti memiliki program tanggung jawab
sosial, yang lebih dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social
Responsibility), dimana perusahaan bertanggung jawab untuk ikut serta
dalam proses pemberdayaan lingkungan. Oleh karena itu, kami berharap
agar pemerintah mampu menghimbau perusahaan-perusahaan swasta
untuk mempekerjakan para eks PSK dan mucikari, sebagai wujud nyata
kepedulian serta tanggung jawab mereka untuk menuju Indonesia yang
lebih maju.
2. Tidak akan ada hasil yang maksimal dengan usaha yang instant. Oleh
karena itu, kami berharap agar para ex PSK dan mucikari bersedia untuk
memantapkan diri dan lebih konsisten dalam mengikuti pelatihan,
sehingga tercapai hasil maksimal yang dapat menghantarkan mereka
dalam kehidupan layak yang sesungguhnya. Dengan demikian, ilmu yang
di berikan oleh instruktor tidak sia-sia dan dapat membuahkan hasil yang
optimal.
2. Ditinjau dari segi kesehatan, tentu saja bisnis pelacuran ini sangat rentan
terhadap berbagai penyakin menular seksual yang mematikan seperti
HIV/AIDS, gonorrhea, sifilis atau raja singa, dan lain-lain. Oleh sebab itu,
kami berharap, agar timbul keinginan dari hati para PSK untuk terbebas
dari penyakit tersebut, sehingga mereka dengan ikhlas beralih dari profesi
tidak wajar tersebut tanpa adanya unsur keterpaksaan.
16
17