Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

HUKUM PIDANA FORENSIK

DISUSUN OLEH:

AHMAD SOBARI (H1A118486)

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
Analisis kasus Jessica Mirna apakah riil menggunakan ilmu forensik atau tidak?

Posisi kasus:

Kasus ini terjadi pada awal tahun 2016, yaitu Wayan Mirna Salihin sebagai korban,
Mirna tewas setelah habis meminum kopi di Olivier Cafe, Grand Indonesia. Mirna berada di
Olivier Cafe bersama dengan kedua orang temannya yaitu Hani dan Jessica dimana Jessica
dijadikan sebagai Terdakwa dalam kasus ini. Jessica didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
Pasal 340 KUHP dan dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum dengan Pasal yang sama yaitu Pasal
340 KUHP.

Kasus ini bermula pada tanggal 6 Januari 2016, dimana Wayan Mirna sebagai korban
telah berjanji dengan kedua orang temannya, yaitu Jessica dan Hani untuk berkumpul di Grand
Indonesia pada hari itu, rencana tersebut sudah di rencanakan sejak beberapa hari yang lalu di
grup Whatsapp mereka yaitu dengan nama Billy Blue Days, yang beranggotakan oleh Wayan
Mirna, Jessica Kumala, Boon Juwita alias Hani, dan juga Vera. Grup itu terbentuk karena
mereka sama-sama berkuliah di Australia.

Korban sampai di Olivier bersama saudari Hanie di Cafe itu teman mirna yaitu jessica
sudah terlebih dahulu memesan meja dan juga kopi buat korban, namun setelah Korban
meminum kopi tersebut korban mengeluh bibirnya panas dan kopi tesebut rasanya pahit setelah
itu korban mulai kejang kejang dan mulutnya mengeluarkan busa, setelah itu korban dibawa ke
klinik yang berada di Mall tersebut, dan akhirnya korban dinyatakan meninggal, namun Ayah
korban berpendapat bahwa korban tewas secara tidak wajar dan Ia ingin diadakan Otopsi untuk
anaknya tersebut. Menurut hasil otopsi pihak kepolisian, ditemukan pendarahan pada lambung
Mirna dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk dan merusak mukosa lambung dan
zat korosif tersebut berasal dari asam sianida dan Sianida juga ditemukan oleh Pusat
Laboraturium Forensik Polri di sampel kopi yang diminum oleh Mirna.

Pada tanggal 29 Januari 2016 Jessica Kumala Wongso ditetapkan sebagai tersangka.
Berdasarkan penemuan tersebut polisi berkeyakinan bahwa kematian Mirna tidak wajar. Polisi
kemudian melakukan pra rekonstruksi di Olivier Cafe pada tanggal 11 Januari 2016 dengan
menghadirkan dua teman Mirna yakni Hani dan Jessica. Setelah hampir satu bulan sejak
kematian Wayan Mirna Salihin, polisi akhirnya mengumumkan pelaku pembunuhan berencana
ini. Setelah melewati beberapa kali persidangan, Jessica Kumala Wongso pada akhirnya dituntut
20 tahun penjara atas tindak Pidana pembunuhan berencana yang diatur dalam Pasal 340 KUHP.
Dalam tuntutannya, jaksa menyebutkan bahwa Jessica diyakini terbukti bersalah meracuni Mirna
dengan menaruh racun sianida dengan kadar 5 gram. Jessica disebut menutupi aksinya dengan
cara meletakkan 3 kantong kertas di meja nomor 54. Pada 27 Oktober 2016, Jessica Kumala
Wongso dijatuhi vonis Pidana penjara selama 20 tahun.

Analisis:

Berdasarkan kronologis kasus diatas bahwa Jessica telah terbukti melakukan tindak
Pidana pembunuhan berencana yang diatur dalam Pasal 340 KUHP terhadap korban yaitu I
Wayan Mirna Sulihin yaitu dengan memasukkan racun sianida kedalam kopi Mirna. Dalam
mengungkap kasus kopi sianida yang dilakukan oleh Jessica Kumala Wongso tersebut murni
menggunakan ilmu forensik.

Hal ini dibuktikan dengan hasil otopsi dari pihak kepolisian, ditemukan pendarahan pada
lambung Mirna dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk dan merusak mukosa
lambung dan zat korosif tersebut berasal dari asam sianida dan Sianida juga ditemukan oleh
Pusat Laboraturium Forensik Polri di sampel kopi yang diminum oleh Mirna.

Kemudian diperkuat dengan keterangan Saksi ahli yang berasal dari Pusat Laboratorium
Forensik (Puslabfor) Polri bidang ilmu racun atau toksikologi, dr Slamet Purnomo menjelaskan
bekerjanya racun sianida yang menyebabkan terbunuhnya Wayan Mirna Salihin usai meminum
Es Kopi Virtnam.

"Orang yang keracunan mulanya sehat, tiba-tiba sakit atau meninggal. Disini ada riwayat
kontak dengan benda yang menyebabkan dia meninggal," ujar dr Slamet saat persidangan di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Kemayoran, pada Rabu (3/8). Dr Slamet menegaskan
kepada Majelis Hakim bahwa Mirna meninggal karena disebabkan oleh racun dengan
menjelaskan hasil analisisnya."Ada gejala dan tanda yang sesuai dengan racun yang dia minum.
Kepanasan di mulut, rasa sakit yang hebat, kejang-kejang hingga tidak sadarkan diri."

"Ditemukan racun atau bahan di TKP yang sesuai. Artinya memang ditemukan ada racun di
TKP atau benda-benda yang dia konsumsi. Ditemukan juga adanya racun yang sama di dalam
tubuh korban yang seharusnya tidak ada," ungkapnya. Ia melanjutkan racun sianida bekerja di
dalam tubuh dalam tempo waktu hanya beberapa detik saja yang menunjukkan bahwa racun
tersebut benar-benar mematikan. "Sianida di kopi mirna langsung bekerja dalam hitungan detik.
Teorinya antara 1-2 detik, paling lama 5 detik," ucap dr Slamet.

Sianida yang masuk dalam tubuh menyebabkan gangguan pada oksigen yang mengalir
dalam darah di setiap organ dalam tubuh terutama otak. Dengan adanya gangguan penyerapan
oksigen dalam tubuh, otak akan mengalami simpuls tak teratur sehingga membuat sesak napas.
"Paru-paru juga tidak bisa bekerja karena tidak ada oksigen dan akhirnya menyerang jantung.
Menyerang organ vital yang membutuhkan oksigen. Kalau kita periksa jantungnya, dia juga
mengalami kelainan seolah jantung kekurangan oksigen secara sistemik," tuturnya.
Kesimpulan:

Ahli forensik memiliki peran penting dalam penyelesaian perkara pidana. Maka wajar
kiranya jika diterapkan aturan-aturan untuk seorang ahli forensik tersebut. Pengaturan dan
pengertian tentang ahli forensik sudah ada sejak jaman dahulu. Hal itu di buktikan dengan
adanya Staatsblad No. 350 tahun 1937 yang menjelaskan tentang pengertian ahli forensik. Selain
tercantum dalam Staatsblad No. 350 tahun 1937, pengaturan hukum tentang ahli forensik juga
terdapat dalam KUHAP, Perkap Nomor 10 tahun 2009 dan Perkap Nomor 12 tahun 2012. Dalam
putusan No. 2554 K/Pid.Sus/2011, putusan pengadilan No. 109 PK/Pid/2007 dan putusan No.
178/Pid.Sus-ITE/2015/PT.BDG peran ahli forensik di butuhkan dalam pengungkapan suatu
perkara pidana, antara lain ahli pantologi yaitu seorang ahli yang memeriksa penyebab kematian
seseorang dengan cara meneliti cairan apa yang ada di dalam lambung, lalu ahli psikologi yaitu
bidang keahlian yang mempelajari tentang ilmu jiwa manusia tentang dapat dikatakan normal
tidaknya manusia berdasarkan kejiwaan yang dimiliki seorang individu tersebut dan seorang ahli
Informasi Teknologi dan Elektronik (ITE) dimana ahli tersebut mempelajari tentang kejahatan
yang terjadi didunia maya melalui media elektronik seperti telepon seluler dan personal
computer (PC).

Anda mungkin juga menyukai