ABSTRAK
Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya di di singkat UUPA), Pasal 51 dan
Pasal 57 UUPA dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Serta Benda-Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah, dengan demikian hipotik dengan sendirinya tidak berlaku lagi
(Pasal 29 UUHT ). Pada prinsipnya sama,pemberian barang jaminan dengan
membebankan hak tanggungan juga berfungsi sebagai alat pelunasan hutang
tertentu dengan kedudukan yang lebih utamanya bagi pemegang haknya di
banding pemegang hak lainnya sebagai kreditur. Adanya bantuan keuangan
dari pihak lain atau lembaga tertentu, misalnya bank-bank pemerintah atau
swasta berupa fasilitas kredit,sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
Untuk mewujudkan keinginan yang dimaksud,berbagai persyaratan
biasanya sering ditawarkan pihak calon kreditur utamanya pihak bank kepada
calon debitur dan yang paling esensial adalah, keharusan debitur memberikan
semacam jaminan kapada calon kreditur. Oleh karena jika suatu waktu barang
jaminan itu harus disita dan dijual untuk memenuhui kewajiban debitur
terhadap kreditur sebagai pemegang hak tanggungan yang dapat dipenuhi
tuntutannya. Meskipun ada hak dari kreditur pemegang hak tanggungan untuk
mengeksekusi barang yang dijadikan jaminan kredit, namun hak demikian itu
tidak sewaktu-waktu dapat digunakan menurut kehendak kreditur. Akan tetapi
hak tersebut hanya dapat digunakan dalam hal pemberian dan pembebanan
hak tanggungan yang telah mempunyai titel eksekusi, yang di tandai dengan
penerbitan sertifikat hak tanggungan.
1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
berdasarkan Pasal 57 Undang Undang Nomor fasilitas kredit kapada nasabah dengan enggan
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok memberikan kredit (pinjaman) kepada calon
Pokok Agraria, masih diberlakukan sementara debitur tanpa jaminan. Hal ini sesuai maksud
sampai dengan terbentuknya Undang undang Pasal 24 Undang Undang Nomor 10 Tahun
tentang Hak Tanggungan, dipandang tidak 1998 tentang Perbankan yang menegaskan
sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan bahwa ” bank umum tidak memberi kredit
perkreditan, sehubungan dengan tanpa jaminan kepada siapapapun juga ”.
perkembangan tata ekonomi Indonesia. Hal tersebut dapat dipahami, oleh karena
Mengingat perkembangan yang telah seringnya pihak debitur telat menunaikan
dan akan terjadi di bidang pengaturan dan kewajibannya tepat pada waktunya, bahkan
administrasi hak-hak atas tanah serta untuk ada pula debitur yang sama sekali enggan
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, membayar hutangnya. Oleh karena itu untuk
selain Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak menjamin bahwa pihak bank benar-benar
Guna Bangunan yang telah ditunjuk sebagai dapat memperoleh haknya kembali berupa
obyek Hak Tanggungan oleh Undang-Undang uang yang dipinjamkan serta bunga maka
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar pihak kreditur sudah pada tempatnya
Pokok-Pokok Agraria, hak pakai atas tanah memintakan barang jaminan dari calon debitur
tertentu yang wajib didaftar dan menurut baik itu dalam bentuk kebendaan bergerak
sifatnya dapat dipindah tangankan, perlu juga maupun kebendaan tidak bergerak.
dimungkinkan untuk dibebani hak Jika pihak debitur dalam keadaan
tanggungan, atas tanah beserta benda-benda wanprestasi, dalam arti debitur sudah
yang berkaitan dengan tanah, sebagaimana diperinggati agar hutangya dilunasi, namun
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 kewajiban tidak dilaksanakan, maka
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- berdasarkan isi Pasal 20 Undang Undang Hak
Pokok Agraria, sekaligus mewujudkan Tanggungan yaitu,
unifikasi Hukum Tanah Nasional. “Bahwa kreditur diberikan hak untuk
Adanya bantuan keuangan dari pihak secara langsung melakukan eksekusi atas
lain atau lembaga tertentu, misalnya bank- barang jaminan kredit berupa penyitaan
bank pemerintah atau swasta berupa fasilitas dengan penjualan lelang di muka umum.
kredit, sehingga kebutuhan tersebut dapat Fungsi barang jaminan dimaksud ialah jika
terpenuhi. Untuk mewudjudkan keinginan suatu waktu debitur cidera janji (wanprestasi),
dimaksud, berbagai persyaratan biasanya dan tidak dapat lagi melunasi hutangnya, maka
sering ditawarkan pihak calon kreditur barang jaminan dapat disita dan dijual”.
utamanya pihak bank kepada calon debitur Harun Al’Rasjid, tentang jual beli tanah,
dan yang paling esensial adalah, keharusan mengatakan bahwa ada 2 (dua) hal yang
debitur memberikan semacam jaminan kapada tercipta dengan melakukan pendaftaran tanah
calon kreditur yang merupakan pertanda :1
bahwa debitur benar–benar akan memenuhui 1. Kapastian hukum mengenai orang–orang
kewajiban jika nantinya telah terjalin atau badan hukum yang menjadi pemegang
hubungan hukum. haknya, yang biasanya di sebut kepastian
Masalah jaminan sebagai upaya tentang subyek.
perlindungan hukum terhadap kreditur dan 2. Kepastian hukum mengenai letak, batas-
pihak yang mempunyai suatu hak tertentu dari batasnya serta luas bidang tanah yang di
pihak yang lainnya. Meskipun tidak daftar atau di sebut kepastian tentang
selamanya di syaratkan setiap pinjaman harus obyek.
di sertai dengan penyerahan barang jaminan
(agunan) oleh calon debitur, namun pada
lasimnya dalam praktek perbankan bahwa 1
Harun Al Rashid, Sekilas Tentang Jual Beli
umumnya pihak bank yang menyediakan Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1987, hlm. 83.
2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
krediturnya (Pasal 1132 KUH Perdata). mudah dapat memperoleh data yang
Konsekuensinya adalah hasil dari penjualan diperlukan dalam mengadakan
benda–benda yang menjadi kekayaan perbuatan hukum mengenai bidang-
debitur akan menjadi dan akan dibagi bidang tanah dan satuan-satuan rumah
kepada semua kreditur secara seimbang susun yang sudah terdaftar.
(proposional) berdasarkan besarnya nilai c. Untuk terselenggarakan tertib
piutang masing-masing kreditur. administrasi pertanahan.
3. Hak-Hak Atas Tanah dan Obyek Salah satu manfaat pendaftaran tanah
Pendaftaran Tanah yaitu, pemilik tanah dilindungi dengan
1. Hak Milik, diterbitkannya sertifikat hak atas tanah
2. Hak Guna Usaha, maka kepada pemiliknya diberikan
3. Hak Guna Bangunan dan kepastian hukum dan perlindungan hukum.
4. Hak Pakai. Di era reformasi sekarang ini, kantor
4. Beberapa Asas Hukum Pertanahan pertanahan harus memelihara dengan baik
Terkait Dengan Hak Tanggungan mengenai data-data fisik atas suatu tanah
Pendaftaran tanah berdasarkan untuk menjadi sumber informasi resmi baik
Peraturan Pemerintah dilaksanakan untuk pemerintah sendiri sehingga dapat
berdasarkan 5 (lima) asas yaitu : merencanakan pembangunan negara dan
1. Asas Sederhana bagi masyarakat sendiri dimana informasi
2. Asas Aman itu dapat digunakan sebagai dasar untuk
3. Asas Terjangkau memutuskan sesuatu yang ada
4. Asas Mutahir hubungannya dengan bidang tanah yang
5. Asas Terbuka bersangkutan. 4
Menurut M.Philipus Hadjon, asas B. Prosedur Pembebanan Hak Tanggungan
umum produser bertumpuh pada 3 (tiga) dan Perlindungan Hukum Debitur
landasan hukum administrasi yaitu,asas setelah Dilakukan Eksekusi.
negara hukum, asas demokrasi, asas Prosedur pembebanan hak tanggungan
instrument3.Memperhatikan ketentuan yaitu, secara sistemik pemberian, pembebanan
Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah dan pendaftaran hak tanggungan. Awal dari
Nomor 24 Tahun 1997, diatas jelas adanya pemberian dan pembebanan hak
mengatur tentang tujuan pendaftaran tanah tanggungan, ialah adanya janji antara pemberi
yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 dan penerima hak tanggungan dimana pemberi
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun berjanji akan memberikan dan menyerahkan
1997, yang memberi penugasan bahwa hak miliknya sebagai jaminan pelunasan
tujuan pendaftaran tanah adalah : terhadap utang hak tanggungan terpisahkan
a. Untuk memberikan kepastian hukum dengan perjanjian utang piutang itu sendiri.
dan perlindungan hukum kepada Pemberi hak tanggungan harus di lakukan di
pemegang hak atas suatu bidang tanah, hadapan PPAT dengan mencantumkan:
satuan rumah susun dan hak-hak lain 1. Nama dan identitas pemegang dan pemberi
yang terdaftar agar dengan mudah dapat hak tanggungan;
membuktikan dirinya sebagai pemegang 2. Domisili pemberi dan penerima hak
hak yang bersangkutan. tanggungan, bila mana diantara mereka
b. Untuk memberikan informasi kepada yang ada di luar di indonesia, maka dalam
pihak-pihak yang berkepentingan akta tersebut harus pula di cantumkan
termasuk Pemerintah agar dengan domocili pilihan di indonesia;
3
Philipus Hadjon, Fungsi Normatif Hukum
4
Administrasi Dalam Pemerintah Yang Bersih, Pidato Bachtiar Efendi, Peraturan Hukum Agraria di
Guru Besar Dalam Ilmu Hukum Universitas Airlangga, Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Alumni
1994. hlm. 4. Bandung, 1993.hlm. 8.
4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
3. Penyebutan secara jelas utang- utang yang Apabila tidak ada penyelasaian
di jamin dengan hak tanggungan; pembayaran, maka BUPLN dengan perantara
4. Nilai/taksiran harga dari obyak yang juru sita pengadilan negeri mengeluarkan surat
dijamin dengan hak tanggungan paksa untuk melakukan suatu penyitaan atas
5. Uraian yang jelas tentang obyek hak jaminan kredit kemudian dilanjutkan dengan
tanggungan. pelelangan jaminan kredit tersebut6. Adapun
Untuk membebankan barang atau benda yang di maksud lelang tersebut adalah setiap
jaminan terhadap kredit yang di mohonkan penjualan barang di muka umum dengan cara
debitur, di tempuh cara sebagai berukut 5 : penawaran harga secara lisan dan atau tertulis
1. Dalam hal jaminan kredit berupa benda / melalui usaha pengumpulan peserta atau
barang bergerak, maka cara peminat lelang. Penjualan umum tersebut
pembebanannya dilakukuan dengan cara harus di pempin oleh pejabat lelang.
meletakkan hak tanggungan. C. Kekuatan Hukum Sertifikat Hak
2. Dalam hal jaminan kredit (Angunan) yang Tanggungan Setelah Mempunyai
objeknya kebendaan ( barang) tidak Kekuatan Hukum Hak Eksekutorial.
begerak maka cara pembenaanya dilakukan Kekuatan eksekutorial sertifikat hak
dengan cara meletakkan hak tangungan tanggungan yaitu, salah satu fungsi yang
berupa hipotik sebagaimana diatur dalam paling penting suatu sertifikat hak tanah,
buku 2 bab 21 KUH Perdata (pasal 1162- adalah pembuktian tentang legalitas atau
1232) pengakuan hukum hak atas tanah yang di
3. Dalam hal jaminan kredit (Agunan) yang kuasai dan atau di miliki subyek hukum.
obyeknya adalah tanah tertentu. Sertifikat yang di berikan kepada subyek
4. Dalam hal jaminan kredit (agunan) yang hukum tersebut (manusia dan badan–badan
obyeknya Kebendaan (barang) tidak hukum yang ditunjuk) adalah yang di
bergerak, Pembebanannya di lakukuan maksudkan sebagai alat bukti kepemilikan
dengan cara meletakan hak tanggungan atau pengesahan hak atas tanah dalam rangka
berupa ”hipotek” diatur dalam Buku II Bab usaha mewujudkan kepastian hukum atas
21 KUH Perdata (Pasal 1162 sampai Pasal tanah baik subyek maupun obyek.
1232). Berkenaan dengan hal
5. Dalam hal jaminan kredit ( agunan ) yang tersebut,sebenarnya ada 2 sifat dari hak
obyeknya adalah tanah – tanah, maka tanggungan yang dapat dijadikan senjata bagi
pembebananya dilakukan secara pihak kreditur, yaitu:
”Credietverbund”. 1. Hak tanggungan tetap membebani tanah
Berkaitan dengan pengurusan agunan yang dijadikan jaminan dalam tangan
hak tanggungan ini, maka terlebih dahuluh di siapapun tanah itu berada
lakukan penyitaan melalui perantara BUPLN (dipindahkan),kreditur masih punya hak
dengan suatu proses sebagaimana di atur untuk menjual lelang tanah itu jika ternyata
dalam pasal 10 undang- undang Nomor 49 benar debitur berada dalam posisi ”cendera
Tahun 1960, setelah pihak bank janji”(wanprestasi)
menyampaikan adanya kredit macet kepada 2. Hak kreditur untuk diutamakan.
PUPN kemidian mengadakn peundingan Konsekuensi dari hak preferent ini,
tentang jumlah uang yang harus dibayar menjadikan kedudukan kreditur pemegang
termasuk bunga dan atau denda serta biaya- hak tanggungan tersebut untuk selalu
biaya yang bersangkutan dengan piutang diutamakan dalam mendapatkan
tersebut. pembayaran lebih dahulu dibanding
kreditur lainnya
5 6
Widjanarto , Hukum dan Ketentuan Perbankkan Muhammad Djumhana, Hukum Perbankkan di
di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994, hlm. 69. Indonesia, Aditya Bakti, Jakarta, 1994, hlm. 253.
5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
7 8
Harun Al Rashid, Sekilas Tentang Jual Beli Sutan Remy Sjahdeini, Perjanjian Kredit Bank
Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta,1987, hlm. 29. Umum di Indonesia, IBI, Jakarta,1993 ,hlm.6 .
6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Al Rashid, Harun , Sekilas Tentang Jual Beli Tanah, Ghalia Indonesia , Jakarta,1987.
Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankkan di Indonesia, Aditya Bakti, Jakarta, 1994.
Efendi, Bachtiar, Peraturan Hukum Agraria di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya,
Alumni Bandung, 1993.
Hadjon, Philipus ,Fungsi Normatif Hukum Administrasi Dalam Pemerintah Yang
Bersih,Pidato Guru Besar Dalam Ilmu Hukum Universitas Airlangga, 1994.
Sjahdeini, Sutan Remy , Perjanjian Kredit Bank Umum di Indonesia, IBI : Jakarta,1993.
Widjanarto , Hukum dan Ketentuan Perbankkan di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1994.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.
8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 6, Volume 3, Tahun 2015
BIODATA