PERJANJIAN PEMBORONGAN.
HUKUM BANGUNAN
BAB II . PERJANJIAN
PEMBORONGAN
A. PENGERTIAN PERJANJIAN PEMBORONGAN
“ Perjanjian Pemborongan/Pemborongan Pekerjaan adalah
suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu,
sipemborong, mengikatan diri untuk menyelenggarakan
suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang
memborong, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga
yang ditentukan.”
B. SIFAT DAN BENTUK PERJANJIAN PEMBORONGAN
Perjanjian pemborongan bersifat konsensuil.
Perjanjian pemborongan bentuknya bebas .
C. MACAM DAN ISI PERJANJIAN PEMBORONGAN
Macam-macam perjanjian pemborongan :
Pemborong hanya melakukan pekerjaan saja.
Pemborong menyediakan bahan-bahannya.
E. HARGA BORONGAN/KONTRAK
Ditentukan sebagai :
1. Fixed price
2. Lumpsum
3. Unit plus
4. Cost plus fee
=> Cara pembayaran ditentukan dalam pasal 21 Ayat (13) Keppres 16 Tahun
1994 .
F. PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN PEKERJAAN
Penambahan dan pengurangan pekerjaan diatur dalam
Pasal 1010 KUHPerdata , penambahan dan pengurangan
pekerjaan akan mempengerahui harga borongan/kontrak.
G. WANPRESTASI
Bentuk-bentuk wanprestasi adalah :
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Memenuhi prestasi secara tidak baik
3. Terlambat memenuhi prestasi
Akibatnya adanya wanprestasi maka kreditor
(yang berhak menuntut prestasi) dapat
menuntut kepada debitor (yang wajib
memenuhi prestasi).
H. OVERMACHT
Overmacht adalah suatu keadaan di luar kekuasaan
manusia mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian
tidak dapat memenuhi prestasinya.
I. TANGGUNG JAWAB MASING-MASING PIHAK
Mengenai perbuatan melawan hukum yang menjadi tanggung
jawab pihak yang memborongkan maupun pihak pemborong
dapat dijumpai dalam Pasal 1365 dan Pasal 1367 KUHPerdata.