Anda di halaman 1dari 6

BAB II.

PERJANJIAN PEMBORONGAN.
HUKUM BANGUNAN
BAB II . PERJANJIAN
PEMBORONGAN
A. PENGERTIAN PERJANJIAN PEMBORONGAN
“ Perjanjian Pemborongan/Pemborongan Pekerjaan adalah
suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu,
sipemborong, mengikatan diri untuk menyelenggarakan
suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang
memborong, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga
yang ditentukan.”
B. SIFAT DAN BENTUK PERJANJIAN PEMBORONGAN
 Perjanjian pemborongan bersifat konsensuil.
 Perjanjian pemborongan bentuknya bebas .
C. MACAM DAN ISI PERJANJIAN PEMBORONGAN
Macam-macam perjanjian pemborongan :
 Pemborong hanya melakukan pekerjaan saja.
 Pemborong menyediakan bahan-bahannya.

Isi perjanjian pemborongan tidak diatur dalam KUHPerdata


dikarenakan menggunakan asas kebebasan berkontrak yang
diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Isi perjanjian
diatur juga didalam Keppres 16 Tahun 1994.
D. UANG MUKA
Di dalam KUHPerdata tidak ada ketentuan mengenai uang muka, maka
ketentuan mengenai uang muka dalam Pasal 22 keppres 16 Tahun 1994 dapat
dipakai sebagai pedoman bagi proyek-proyek swasta.

E. HARGA BORONGAN/KONTRAK
Ditentukan sebagai :
1. Fixed price
2. Lumpsum
3. Unit plus
4. Cost plus fee
=> Cara pembayaran ditentukan dalam pasal 21 Ayat (13) Keppres 16 Tahun
1994 .
F. PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN PEKERJAAN
Penambahan dan pengurangan pekerjaan diatur dalam
Pasal 1010 KUHPerdata , penambahan dan pengurangan
pekerjaan akan mempengerahui harga borongan/kontrak.

G. WANPRESTASI
Bentuk-bentuk wanprestasi adalah :
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Memenuhi prestasi secara tidak baik
3. Terlambat memenuhi prestasi
Akibatnya adanya wanprestasi maka kreditor
(yang berhak menuntut prestasi) dapat
menuntut kepada debitor (yang wajib
memenuhi prestasi).

H. OVERMACHT
Overmacht adalah suatu keadaan di luar kekuasaan
manusia mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian
tidak dapat memenuhi prestasinya.
I. TANGGUNG JAWAB MASING-MASING PIHAK
Mengenai perbuatan melawan hukum yang menjadi tanggung
jawab pihak yang memborongkan maupun pihak pemborong
dapat dijumpai dalam Pasal 1365 dan Pasal 1367 KUHPerdata.

J. PERSELISIHAN DALAM PERJANJIAN PEMBORONGAN


Perselisihan itu terdiri dari atas :
 Perselisihan dalam bidang teknis => diselesaikan oleh
Panitia/Komisi Arbitrasi .
 Perselisihan dalam bidang yuridis / hukum => diselesaikan
secara musyawarah.

K. BERAKHIRNYA PERJANJIAN PEMBORONGAN


Perjanjian pemborongan dapat berakhir dalam hal-hal sebagai
berikut :
1. Masa pemeliharaan telah selesai
2. Pembatalan perjanjian
3. Kematian pemborong
4. Kepailitan
5. Pemutusan perjanjian
6. Persetujuan kedua pihak

Anda mungkin juga menyukai